Anda di halaman 1dari 38

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
1

Pembangunan Nasional di bidang pengembangan sumber daya
manusia Indonesia yang berkualitas melalui pendidikan merupakan upaya
yang sungguh-sungguh dan terus-menerus dilakukan untuk mewujudkan
manusia Indonesia seutuhnya. Sumberdaya yang berkualitas akan
menentukan mutu kehidupan pribadi, masyarakat, dan bangsa dalam rangka
mengantisipasi, mengatasi persoalan-persoalan, dan tantangan-tantangan yang
terjadi dalam masyarakat pada kini dan masa depan.
Untuk mewujudkan maksud di atas bukanlah hal yang mudah dan
sederhana. Membutuhkan waktu yang lama dan memerlukan dukungan
seluruh komponen bangsa dan usaha yang direncanakan secara matang,
berkelanjutan, serta berlangsung seumur hidup.
Untuk menjadikan pendidikan yang berkualitas maka diperlukan
pribadi yang berkualitas pula. Pendidikan berkualitas yang akan ditempuh

1
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
(Yogyakarta : Pustaka Merah Putih, 2007), Bab I pasal 1, 7
2
seseorang harus dilandasi dengan adanya minat belajar yang kuat, dan dengan
adanya minat yang kuat maka akan tercipta perilaku belajar yang baik.
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan.
2
Minat dapat membangkitkan gairah
seseorang dan menyebabkan menggunakan waktu, uang, serta energi untuk
mencapainya.
Di sisi lain, minat merupakan moment-moment dari kecenderungan
jiwa yang terarah secara intensif kepada suatu obyek yang dianggap paling
efektif (perasaan, emosional) yang di dalamnya terdapat elemen-elemen
efektif (emosi) yang kuat.
3
Ia merupakan faktor motivasional yang
mempengaruhi kemauan seseorang untuk melakukan atau menentukan pilihan
kerja untuk waktu tertentu. Hal itu sesuai dengan pernyataan Sumadi
Suryabrata bahwa Minat berperan penting dalam menentukan keberhasilan
seseorang.
4
Selain itu minat merupakan sumber pendorong (motivasi) yang
membuat orang bergairah melakukan suatu pekerjaan.
Seseorang yang memiliki minat yang tinggi akan melakukan sesuatu
yang diminatinya dengan senang, sehingga apa yang diminatinya akan
berhasil. Begitu juga siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi dia akan
lebih baik dalam segi perilaku belajarnya, sehingga prestasinya akan lebih
baik.

2
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2003), 57
3
Kartono, Bimbingan Belajar di SMU dan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1995
), 64
4
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1998), 12
3
Minat belajar yang kuat dapat mengarahkan pada perilaku yang baik,
khususnya perilaku dalam belajar. Perilaku belajar yang baik dan terarah
dapat menghindarkan diri dari rasa malas dan menimbulkan kegairahan siswa
dalam belajar, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan daya
kemampuan belajar.
Fiqih merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan
penting dalam pendidikan agama Islam. Hal ini dapat dilihat dari materi
pelajaran fiqih yang diajarkan di madrasah banyak membahas tentang syariat
Islam yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Fiqih diajarkan
bukan hanya untuk mengetahui dan memahami apa yang terkandung dalam
ilmu fiqih itu sendiri, tetapi fiqih diajarkan pada dasarnya bertujuan untuk
memahami hukum-hukum Islam dan aturan-aturan yang ada di dalam agama
Islam.
Untuk meningkatkan pemahaman tentang ilmu fiqih siswa tidaklah
mudah. Dalam kegiatan belajar mengajar di lingkungan sekolah sering
dijumpai masalah antara lain: hampir tidak ada siswa yang mempunyai
inisiatif untuk bertanya pada guru, sibuk menyalin apa yang ditulis dan
diungkapkan guru, apabila ditanya guru tidak ada yang mau menjawab tetapi
mereka menjawab secara bersamaan sehingga suara tidak jelas, siswa
terkadang sibuk sendiri waktu guru menerangkan atau mengajar.
Dari berbagai uraian di atas, banyak siswa di setiap jenjang
pendidikan menganggap bahwa fiqih merupakan pelajaran yang cenderung
membosankan. Mereka beranggapan bahwa fiqih tidak masuk dalam ujian
4
nasional, sehingga mereka tidak perlu bekerja keras dan belajar yang rajin
untuk mendapatkan nilai yang bagus.
Salah satu faktor yang bersumber dari dalam diri adalah kebiasaan
belajar, atau tepatnya perilaku belajar. Perilaku belajar merupakan kebiasaan
belajar yang dilakukan oleh individu secara berulang-ulang sehingga menjadi
otomatis atau berlangsung secara spontan. Perilaku belajar tidak dirasakan
sebagai beban, tetapi sebagai kebutuhan. Hal ini tercipta karena secara terus-
menerus dilakukan dengan bimbingan dan pengawasan serta keteladanan
dalam semua aspek dan kreativitas pendidikan.
5

Perilaku siswa dalam proses belajar mengajar merupakan faktor
penentu keberhasilan siswa dalam pembelajaran fiqih. Seorang siswa yang
ingin berhasil dalam melaksanakan tugas belajar serta memperoleh prestasi
belajar yang baik maka siswa tersebut harus bertingkah laku yang
mendukung suasana belajar dan mencegah terjadinya tingkah laku yang
merusak suasana belajar selama mengikuti proses pembelajaran di kelas.
Oleh karena itu, siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi akan
berpengaruh terhadap tingkat perwujudan perilaku belajarnya. Sehingga
dengan sendirinya perilaku dalam belajar akan berpengaruh terhadap prestasi
belajarnya, karena minat belajar dan perilaku belajar merupakan faktor
penentu keberhasilan belajar.
Hasil observasi awal di MA PIM Mujahidin Bageng menunujukkan
bahwa minat belajar siswa tergolong rendah, terutama dalam mata pelajaran

5
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), 137
5
fiqih. Siswa cenderung kurang aktif dan bersemangat dalam kegiatan
pembelajaran yang disampaikan. Hal ini sangat berpengaruh besar terhadap
perilaku belajar siswanya, karena minat belajar merupakan salah satu faktor
pendorong timbulnya perilaku belajar yang baik.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian berkaitan tentang hubungan antara minat belajar dengan perilaku
belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MA PIM Mujahidin dengan judul
Hubungan Antara Minat Belajar Dengan Perilaku Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran Fiqih di MA PIM Mujahidin Tahun Pelajaran
2013/2014.

B. Penegasan Judul
Sebagai langkah awal untuk memberikan gambaran yang jelas agar
tidak terjadi kekeliruan dalam menginterpretasikan judul ini, maka terlebih
dahulu peneliti menjelaskan istilah-istilah sebagai berikut:
1. Hubungan
Hubungan adalah rangkaian, sangkut paut dan ikatan.
6
Hubungan
dapat diartikan sebagai sesuatu yang berkaitan dan berhubungan satu sama
lain. Hubungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterkaitan
antara minat belajar dengan perilaku belajar siswa.



6
WJS Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : PT. Balai Pustaka,
1984), 234
6
2. Minat Belajar
Minat merupakan suatu yang dapat membangkitkan gairah
seseorang dan menyebabkan menggunakan waktu, uang, serta energi untuk
mencapainya. Minat merupakan faktor motivasional yang mempengaruhi
kemauan seseorang untuk melakukan atau menentukan pilihan kerja untuk
waktu tertentu.
7

Sedangkan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan sebagi hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi
dengan lingkunganya.
8
Jadi minat belajar dapat diartikan sebagai dorongan
dan motivasi yang kuat dalam diri untuk memperoleh perubahan dan
pengalaman dam hidup.
3. Perilaku Belajar
Perilaku adalah suatu perbuatan atau aktivitas atau sembarang
respons baik itu reaksi, tanggapan, jawaban, atau itu balasan yang
dilakukan oleh suatu organisme. Belajar sendiri diartikan sebagai
perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada perilaku yang
diperoleh kemudian dari pengalaman-pengalaman.
9

Jadi, perilaku belajar dapat diartikan sebagai kebiasaan belajar yang
dilakukan oleh individu secara berulang-ulang sehingga menjadi otomatis
atau berlangsung secara spontan.

7
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1998), 12
8
Handari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas Sebagai Lembaga
Pendidikan, (Jakarta : GunungAgung, tth), 20
9
Davidoff, L.L. Psikologi Suatu Pengantar, edisi II, Alih Bahasa : Dra. Mari Juniati,
(Jakarta : Erlangga, 1988), 178
7
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka ada beberapa permasalahan yang
akan peneliti kemukakan yaitu:
1. Bagaimana minat belajar siswa di MA PIM Mujahidin Tahun Pelajaran
2013/2014;
2. Bagaimana perilaku belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MA PIM
Mujahidin Tahun Pelajaran 2013/2014;
3. Adakah hubungan antara minat belajar dengan perilaku belajar siswa
pada mapel fiqih di MA PIM Mujahidin Tahun Pelajaran 2013/2014.

D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui minat belajar siswa di MA PIM Mujahidin Tahun
Pelajaran 2013/2014.
2. Untuk mengetahui perilaku belajar siswa di MA PIM Mujahidin Tahun
Pelajaran 2013/2014.
3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara minat belajar
dengan perilaku belajar siswa pada mapel fiqih di MA PIM Mujahidin
Tahun Pelajaran 2013/2014.

E. Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang dapat diperoleh dari penelitian tentang korelasi minat
belajar dengan perilaku belajar siswa yaitu:
1. Manfaat teoritis
8
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pengertian tentang
hubungan minat belajar dengan perilaku belajar siswa. Di samping itu
juga dapat memberikan sumbangan yang berarti khususnya dorongan
minat belajar siswa di sekolah agar perilaku belajar yang baik dapat
tercipta.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini memiliki manfaat praktis bagi:
a. Pendidik
Dengan adanya penelitian ini guru dapat memperoleh informasi yang
dapat digunakan sebagai motivasi dalam meningkatkan
pembelajaran di kelas.
b. Bagi Kepala Madrasah
Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan
kebijakan manajerial sekolah khususnya dalam manajemen sekolah.
c. Bagi Siswa
Dapat memotivasi minat siswa dalam belajar sehingga menciptakan
perwujudan perilaku belajar yang baik, agar memperoleh hasil yang
maksimal dalam belajar.





9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka
Kajian Pustaka digunakan sebagai bahan perbandingan terhadap
penelitian yang ada baik mengenai kekurangan atau kelebihan yang ada
sebelumnya. Disamping itu, telaah pustaka juga mempunyai andil besar
dalam rangka mendapatkan suatu informasi yang ada sebelumnya tentang
teori-teori yang ada kaitannya dengan judul yang digunakan untuk
memperoleh landasan teori ilmiah.
10

Telaah kepustakaan dalam paparan ini merupakan bahan
perbandingan, dari beberapa skripsi (penelitian) sebelumnya yang
mempunyai karakteristik yang hampir sama dengan judul skripsi yang penulis
angkat, yaitu :
1. Khasanah (2011), dalam skripsinya yang berjudul "Korelasi Minat
Menjadi Guru PAI dengan Kedisiplinan Belajar Mahasiswa STAI Pati
Tahun Pelajaran 2010/2011", yang meneliti tentang adanya minat menjadi
guru, serta pengaruhnya terhadap kedisiplinan belajar mahasiswa di STAI
Pati Tahun Pelajaran 2009/2010. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif yang melibatkan 65 mahasiswa STAI Pati sebagai sampel
penelitian. Hasil penelitian menunjukkan untuk katagori standar signifikan

10
Cik Hasan Bisri, Penyususun Rancangan Penelitian dan Penulisan Skripsi, (Jakarta:
PT. Logos Wacana Ilmu, 2003), 39
10
5% untuk penelitian sosial dicapai taraf signifikansi 63%, berarti hipotesis
yang diajukan diterima.
11

2. Siti Uliyah (2010), dalam skripsinya yang berjudul "Studi Korelasi
Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam terhadap Minat Belajar Siswa di
MI Kangkung Kendal Tahun Pelajaran 2009/2010". Yang meneliti tentang
Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam, serta pengaruhnya terhadap minat
belajar siswa di MI Kangkung Kendal Tahun Pelajaran 2009/2010.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang melibatkan 120 anak
didik MI Kangkung Kendal sebagai sampel penelitian. Hasil penelitian
menunjukkan untuk katagori standar signifikan 5% untuk penelitian sosial
dicapai taraf signifikansi 60%, berarti hipotesis yang diajukan diterima.
12

Dari kajian kepustakaan di atas, terdapat perbedaan dan persaman
bahasan dengan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang sedang
dilaksanakan serta kelemahan-kelemahan yang mungkin ada pada penelitian-
penelitian sebelumnya.
Persamaan dari kedua skripsi di atas dengan penelitian yang akan
penulis bahas adalah dari sisi keluasan penelitian yaitu sama-sama meneliti
tentang minat belajar. Dan dari segi pendekatanya kedua skripsi tersebut
sama-sama menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif seperti yang akan
peneliti bahas.

11
Khasanah,, "Korelasi Minat Menjadi Guru PAI dengan Kedisiplinan Belajar Mahasiswa
STAI Pati Tahun Pelajaran 2010/2011", Skripsi, (STAIP 2011)
12
Siti Uliyah, "Studi Korelasi Kinerja Guru Pendidikan Agama Islam terhadap Minat
Belajar Siswa di MI Kangkung Kendal Tahun Pelajaran 2009/2010", Skripsi, (STI Wali Sembilan,
2010)
11
Sedangkan perbedaan dari kedua skripsi di atas dengan penelitian
yang akan penulis bahas adalah dari segi judul penelitian. Judul penelitian
yang penulis bahas dengan penelitian terdahulu benar-benar berbeda dan
belum ada yang membahas judul tersebut. Dari sisi fokus penelitiannya hanya
terfokus pada hasil yang dicapai dari proses penerapan metode penelitian
yang digunakan. Dari segi pendekatan penelitian yang digunakan untuk
menganalisis datanya adalah dengan menggunakan metode korelasi.

B. Kerangka Teori
1. Minat Belajar
a. Pengertian Minat Belajar
Menurut Sumadi Suryabrata, minat merupakan suatu yang dapat
membangkitkan gairah seseorang dan menyebabkan menggunakan
waktu, uang, serta energi untuk mencapainya dan juga merupakan
faktor motivasional yang mempengaruhi kemauan seseorang untuk
melakukan atau menentukan pilihan kerja untuk waktu tertentu.
13

Menurut M. Ngalim Purwanto, minat merupakan pengalaman
seseorang atau peserta didik terhadap sesuatu hal yang sangat menarik
dan mendorongnya merasa senang untuk berkecimpung dalam bidang
itu agar dapat mendatangkan kepuasan.
14

Sedangkan belajar, menurut Handari Nawawi adalah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

13
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1998),
12
14
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2007), 66
12
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya.
15

Sedangkan menurut Muhibbin Syah, belajar merupakan kegiatan yang
berproses dan merupakan suatu unsur yang sangat fundamental dalam
penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.
16
Berhasil
tidaknya pencapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada proses
belajar yang dialami siswa baik ketika berada di sekolah maupun di
lingkungan rumah atau keluarga sendiri.
Dari uraian di atas, minat belajar dapat diartikan sebagai
dorongan dan motivasi yang kuat dalam diri untuk memperoleh
perubahan dan pengalaman hidup. Untuk meningkatkan minat maka
proses pembelajaran dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan siswa
bekerja dan mengalami apa yang ada di lingkungan secara
berkelompok. Sedangkan yang peneliti maksudkan dengan minat
belajar di sini adalah suatu kemampuan umum yang dimiliki siswa
untuk mencapai hasil belajar yang optimal yang dapat ditunjukkan
dengan kegiatan belajar.
b. Pentingnya Minat Belajar
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada
suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya
adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan

15
Handari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas Sebagai Lembaga
Pendidikan, (Jakarta : Gunung Agung, tth), 20
16
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1995), 63
13
sesuatu dari luar diri.
17
Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut,
semakin besar minat yang dimiliki.
Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang
menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal
lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu
aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu
cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap
subyek tertentu.
18

Dalam kehidupan sehari-hari, minat sering disamakan dengan
perhatian, tetapi sebenarnya antara minat dan perhatian mempunyai
pengertian yang berbeda. Perhatian itu sifatnya sementara (tidak dalam
waktu lama) dan belum tentu diikuti rasa senang. Sedangkan minat
selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh
kepuasan.
19

Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang
menunjukkan bahwa seorang siswa lebih menunjukkan atau menyukai
satu hal dari pada hal yang lain. Dapat juga dimanifestasikan melalui
partisipasinya dalam suatu aktivitas. Siswa yang mempunyai minat
pada obyek tertentu cenderung untuk memberi perhatian yang lebih
besar terhadap obyek tersebut.
20


17
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, 180
18
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, 181
19
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, 57
20
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, 181
14
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan
pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak
akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik
baginya. Siswa enggan atau malas untuk belajar, dan tidak memperoleh
kepuasan dari pelajaran tersebut. Bahan pelajaran yang menarik minat
siswa akan lebih mudah dipelajari dan disimpan.
21

Mengembangkan minat siswa terhadap suatu pelajaran pada
dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara
materi yang dipelajari dengan dirinya sendiri. Proses ini berarti
menunjukkan pada siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan
mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya dan memuaskan
kebutuhan-kebutuhannya. Siswa perlu menyadari bahwa belajar
merupakan suatu sarana untuk mencapai tujuan yang penting, dan
siswa perlu memahami bahwa hasil dari pengelaman belajarnya akan
membawa perubahan dan kemajuan pada dirinya.
Keberhasilan dalam belajar tidak lepas dari adanya minat.
Dengan adanya minat akan membuat konsentrasi lebih mudah
dilakukan sehingga metari yang dipelajari akan mudah dipahami.
Dilihat dari asalnya, minat bisa datang dari dalam diri sendiri dan dari
luar dirinya.
22
Minat yang timbul dari dalam diri muncul berdasarkan
bakat atau potensi yang dimiliki. Dengan kata lain seseorang yang
mempunyai bakat tertentu, maka minatnya akan menyesuaikan. Minat

21
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, 136
22
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta : Gajah Mada University Press,
2002), 245
15
yang datang dari luar dirinya, muncul karena adanya pengaruh dari
lingkungan di sekitarnya, bisa dari teman pergaulan, keluarga, dan
karena kebutuhan.
Pentingnya minat belajar merupakan salah tolok ukur dari
keberhasilan siswa dalam belajar. Siswa yang memiliki minat pada
mata pelajaran tertentu, tentunya akan melaksanakan pekerjaanya
dengan perasaan senang dan tidak menunda-nunda pekerjaanya. Sikap
yang demikian menggambarkan ketertarikan siswa terhadap materi
pelajaran dan mengupayakan kegiatan yang dapat mendukungnya
dalam mencapai prestasi belajar.
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar
Definisi tentang minat belajar sebagaimana dipaparkan di atas,
menunjukkan bahwa minat belajar sebagai proses atau aktivitas belajar
disyaratkan oleh banyak hal. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat
belajar, bisa diklasifikasikan sebagai berikut:
23

1) Faktor dari luar diri
Faktor yang berasal dari luar diri peserta didik bisa
digolongkan menjadi dua, yaitu faktor-faktor yang bersifat non sosial
dan faktor-faktor sosial.
2) Faktor dari dalam diri
Faktor dari dalam diri peserta didik terdiri dari faktor-faktor
fisiologis dan faktor-faktor psikologis.

23
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta : Gajah Mada University Press,
2002), 245
16
Berikut ini peneliti uraikan faktor-faktor yang mempengaruhi
minat belajar secara rinci:
24

a) Faktor-faktor non sosial pada minat belajar
Faktor-faktor non sosial yang mempengaruhi minat belajar
cukup banyak, di antaranya ialah keadaan udara, suhu udara, cuaca,
waktu (pagi, siang, sore atau malam), tempat, alat-alat yang dipakai
untuk belajar (misalnya: alat tulis, buku-buku, dan alat peraga).
b) Faktor-faktor sosial pada minat belajar
Faktor-faktor sosial di sini ialah faktor manusia (sesama
manusia), baik manusia itu ada (hadir) maupun kehadirannya itu
dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir. Kehadiran secara
langsung misalnya dalam satu kelas, murid-murid sedang
mengerjakan ujian, terdengar orang sedang bercakap-cakap di
samping kelas. Seseorang sedang belajar di kamar, satu atau dua
orang hilir mudik keluar masuk kamar.
Kehadiran seseorang secara tidak langsung misalnya potret
(dapat merupakan representasi dari seseorang), suara nyanyian yang
sedang disiarkan lewat radio, maupun tape recorder merupakan
representasi kehadiran seseorang, atau seseorang yang ditayangkan
lewat televisi/HP merupakan kehadiran juga.



24
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, 246
17
c) Faktor-faktor Fisiologis pada Minat Belajar
Faktor-faktor fisiologis yang mempengaruhi minat belajar di
antaranya yaitu:
25

(1) Keadaan Tonus Jasmani pada Umumnya
Keadaan tonus jasmani pada umumnya ini dapat
dikatakan melatarbelakangi aktivitas belajar, keadaan jasmani
yang segar akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang
kurang segar, keadaan jasmani lelah berbeda pengaruhnya dari
yang tidak lelah.
(2) Nutrisi
Nutrisi harus cukup, karena kekurangan kadar makanan
ini akan mengakibatkan kurangnya tonus jasmani, yang
pengaruhnya dapat berupa kelesuan, lekas mengantuk, lekas
lelah dan sebagainya.
(3) Beberapa penyakit yang kronis sangat mengganggu dalam
belajar.
Penyakit-penyakit seperti pilek, influenza, sakit gigi,
batuk dan yang sejenisnya, biasanya diabaikan karena
dipandang tidak cukup serius untuk mendapatkan perhatian dan
pengobatan. Akan tetapi dalam kenyataannya penyakit-penyakit
semacam ini sangat mengganggu aktivitas belajar.

25
Buhler, C.H., Psychology at the Puberty, (terj. J. Carvalho), (Utrecht: Erven J. Bijleveld,
2000), 105112
18
Berdasarkan rumusan tersebut, dapat disimpulkan bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa adalah faktor yang
berasal dari dalam diri (intern) dan faktor yang berasal dari luar
(ekstern).
d. Indikator Minat Belajar
Dalam memutuskan mengambil atau melakukan sesuatu, pasti
seseorang tak akan lepas dari dua hal, yakni karena dia memang
menginginkannya dan karena terpaksa melakukannya. Oleh karena itu
memang sangat perlu seseorang memiliki minat pada diri sendiri.
Termasuk juga ketika seseorang memilih suatu jabatan atau pekerjaan
tertentu. Yaitu karena dia memang punya keinginan atau minat atau dia
terpaksa memilih pekerjaan atau jabatan tersebut secara terpaksa karena
tidak ada pekerjaan yang bisa dilakukan. Minat seseorang akan muncul
ketika seseorang tersebut mempunyai suatu hal tertentu yang akan
dicapai.
26

Minat merupakan pengalaman seseorang atau peserta didik
terhadap sesuatu hal yang sangat menarik dan mendorongnya merasa
senang untuk berkecimpung dalam bidang itu agar dapat mendatangkan
kepuasan.
27
Seseorang yang mempunyai minat yang tinggi, akan
memiliki kemauan yang tinggi pula.
Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang
menunjukkan bahwa seseorang lebih menyukai satu hal dan pada hal

26
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, 65
27
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung :Remaja Rosdakarya, 2007), 66
19
lainnya dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu
aktivitas. Seorang yang memiliki minat terhadap subyek tertentu
cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap
subyek tersebut.
Minat belajar adalah tingkat kesukaan atau ketertarikan
seseorang terhadap aktivitas belajar.
28
Minat belajar mengandung
implikasi munculnya perasaan suka, senang, tertarik dan keterikatan
yang kuat terhadap segala aktivitas yang ditimbulkan dari dalam diri.
Seseorang yang mempunyai minat belajar yang tinggi, dia tidak akan
mudah merasa lelah, dan bosan dengan tugas-tugas yang diberikan
kepadanya.
Menurut Slameto, indikator minat belajar adalah sebagai
berikut:
1) Perasaan Senang
Rasa senang meliputi rasa senang mengetahui bahan belajar,
memahami bahan belajar, dan kemampuan menyelesaikan soal-soal.
2) Adanya Perhatian
Perhatian merupakan pemusatan psikis, salah satu aspek
psikologis yang tertuju pada suatu objek yang datang dari individu.
Indikator adanya perhatian dijabarkan menjadi tiga bagian yaitu:
perhatian terhadap bahan pelajaran, memahami materi pelajaran dan
menyelesaikan soal-soal pelajaran.

28
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,
1996), 658
20
3) Ketertarikan
Ketertarikan dibedakan menjadi ketertarikan terhadap bahan
pelajaran dan untuk menyelesaikan soal-soal pelajaran.
29


2. Perilaku Belajar
a. Pengertian Perilaku Belajar
Perilaku menurut Walgito adalah suatu aktivitas yang
mengalami perubahan dalam diri individu. Perubahan itu didapat
dalam segi kognitif, afektif, dan dalam segi psikomotorik.
30
Sedangkan
menurut Muhibbin Syah, perilaku adalah suatu perbuatan atau aktivitas
atau sembarang respons baik itu reaksi, tanggapan, jawaban, atau itu
balasan yang dilakukan oleh suatu organisme.
31

Belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu
yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
32
Sehubungan dengan
pengertian itu perlu diutarakan sekali lagi bahwa perubahan tingkah
laku yang timbul akibat proses kematangan, keadaan gila, mabuk,
lelah, dan jenuh tidak dapat dipandang sebagai proses belajar
.33
Meskipun secara teoritis belajar dapat diartikan sebagai
perubahan tingkah laku, namun tidak semua perubahan tingkah laku
organisme dapat dianggap belajar. Perubahan yang timbul karena

29
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, 180
30
Walgito, Pengantar Psikologi Umum, edisi IV, (Jogjakarta : Andi, 2003), 168
31
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,116
32
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,117
33
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, 92
21
proses belajar sudah tentu memiliki ciri-ciri perwujudan yang khas.
Setiap perilaku belajar selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang
spesifik.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku belajar
adalah suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-
perubahan dalam pengetahuan pemahaman, keterampilan dan nilai
sikap.
b. Bentuk Perilaku Belajar
Menurut Muhibbin Syah, dalam memahami arti belajar dan inti
dasar perubahan sikap karena belajar, para ahli sependapat bahwa
perilaku belajar diwujudkan dalam sembilan bentuk, yaitu: kebiasaan,
keterampilan, pengamatan, berpikir asosiatif dan daya ingat, berpikir
rasional dan kritis, sikap, inhibisi, apresiasi, dan tingkah laku afektif.
Adapun penjabaran dari kesembilan bentuk perilaku belajar adalah
sebagai berikut:
1) Kebiasaan
Setiap siswa yang telah mengalami proses belajar,
kebiasaan-kebiasaannya akan tampak berubah. Menurut Muhibbin
Syah, kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan
kecenderungan respons dengan menggunakan stimulasi yang
berulang-ulang.
34
Dalam proses belajar, pembiasaan juga meliputi

34
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, 118
22
pengurangan perilaku yag tidak dibutuhkan. Karena proses
pengurangan inilah, muncul suatu pola tingkah laku baru yang
relatif menetap dan otomatis.
Kebiasaan terjadi karena pembiasaan, contohnya belajar
secara klasikal. Sebagai contoh seorang siswa yang belajar secara
berulang-ulang akan menghindari kecenderungan penggunaan kata
atau struktur kata yang keliru, akhirnya akan terbiasa menggunakan
bahasa yang baik dan benar.
35

2) Keterampilan
Keterampilan ialah kegiatan yang berhubungan dengan
urat-urat syaraf dan otot-otot (neomuscular) yang lazimnya tampak
daam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik, olahraga, dan
sebagainya.
36
Dengan demikian, siswa yang melakukan gerakan
motorik dengan koordinasi dan kesadaran yang rendah dapat
dianggap kurang atau tidak terampil.
Keterampilan konotasinya sangat luas, sehingga dapat
mempengaruhi atau mendayagunakan orang lain. Orang yang mampu
mendayagunakan orang lain secara tepat maka dianggap orang yang
terampil. Keterampilan merupakan perwujudan perilaku belajar karena
keterampilan merupakan hasil dari proses belajar siswa.
37




35
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, 118
36
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, 119
37
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, 119
23
3) Pengamatan
Pengamatan adalah proses menerima, menafsirkan, dan
memberi arti rangsangan yang masuk melalui indra-indra seperti
mata dan telinga.
38
Berkat pengalaman belajar seorang siswa akan
mampu mencapai pengamatan yang benar, obyektif sebelum
mencapai pengertian. Pengamatan yang salah akan mengakibatkan
pengertian yang salah pula. Perwujudan perilaku belajar ini dapat
mewakili variabel bebas kemandirian dan dukungan sosial.
39

Melalui proses belajar mengajar lambat laun akan diketahui
Materi-materi yang disampaikan dari pengamatan yang dilakukan
oleh siswa, jadi keberhasilan belajar dapat dilihat dari pengamatan
siswa dan berka pengalaman belajarnya.
40

4) Berpikir asosiatif dan daya ingat
Berpikir asosiatif dan daya ingat secara sederhana dapat
diartikan berpikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan
lainnya. Berpikir asosiatif itu merupakan proses pembentukan
hubungan antara rangsangan dengan respon. Dalam hal ini perlu
dicatat bahwa kemampuan siswa untuk melakukan hubungan
asosiatif yang benar amat dipengaruhi oleh tingkat pengertian atau
pengetahuan yang diperoleh dari hasil belajar.
41


38
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, 119
39
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, 119
40
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, 119
41
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, 119
24
Seorang siswa yang mampu menjelaskan kembali pelajaran
yang telah didapatnya merupakan kemampuan siswa dalam
mengasosiasikan kembali pengetahuan yang diperoleh dari hasil
belajarnya.
42

5) Berpikir rasional dan kritis
Berpikir rasional dan kritis adalah perwujudan perilaku
belajar terutama yang bertalian dengan pemecahan masalah. Pada
umumnya siswa yang berpikir rasional akan menggunakan prinsip-
prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan
bagaimana (how) dan mengapa (why).
43

Seorang siswa harus memiliki logika atau akal sehat dalam
proses belajarnya. Hal ini menuntut siswa untuk dapat menentukan
proses sebab akibat dan menciptakan kaidah baru. Seorang siswa
harus berfikir rasional dan kritis dalam perwujudan perilaku
belajarnya agar dapat memecahkan masalah yang ada dan
mengatasi kesalahan atau kekurangannya.
44

6) Sikap
Sikap dalam arti yang sempit diartikan sebagai pandangan
atau kecenderungan mental. Sikap (attitude) adalah kecenderungan
yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk
terhadap orang atau barang tertentu. Dengan demikian, pada

42
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, 119
43
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, 120
44
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, 120
25
prinsipnya sikap itu dapat kita anggap suatu kecenderungan siswa
untuk bertindak dengan cara tertentu.
45

Sikap mendasari dan mendorong ke arah sejumlah
perbuatan yang stau saa lainnya berhubungan. Hal yang menjadi
objek sikap dapat bermacam-macam. Sikap dalam perilaku
belajar ditandai dengan munculnya perubahan-perubahan yang
lebih baik terhadap suatu objek.
46

7) Inhibisi
Inhibisi secara ringkas diartikan sebagai upaya
pengurangan atau pencegahan timbulnya suatu respon tertentu
karena adanya proses respon lain yang sedang berlangsung. Dalam
hal belajar, yang dimaksud dengan inhibisi adalah kesanggupan
siswa untuk mengurangi atau menghentikan tindakan yang tidak
perlu, lalu memilih atau melakukan tindakan lainnya yang lebih
baik ketika ia berinteraksi dengan lingkungannya.
47

Seorang siswa yang melakukan inhibisi dapat diperoleh dari
proses belajar, seorang siswa yang mampu dalam memahami
makna dan badan perwujudan perilaku belajar merupakan siswa
yang dikatakan mampu dalam melakukan inhibisi. Sebagai contoh
seorang siswa yang telah sukses mempelajari bahasa narkoba kan
menghindari membeli narkoba.
48


45
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, 120
46
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, 120
47
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, 120
48
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, 121
26
8) Apresiasi
Apresiasi pada dasarnya berarti suatu pertimbangan
(judgment) mengenai arti penting atau nilai sesuatu. Dalam
penerepannya, apresiasi sering diartikan sebagai penghargaan atau
penilaian terhadap benda-benda baik abstrak maupun konkrit yang
memiliki nilai luhur. Apresiasi adalah gejala rana afektif yang
pada umumnya ditujukan pada karya-karya seni budaya seperti seni
sastra, musik, lukis, drama, dan sebagainya.
49

Apresiasi dari seorang siswa bergantung pada tingkat
pengalaman belajarnya. Sebagai contoh jika seorang siswa telah
mengalami proses belajar agama secara mendalam maka tingkat
apresiasinya terhadap pelajaran agama akan mendalam pula.
50

9) Tingkah laku afektif
Tingkah laku afektif adalah tingkah laku yang menyangkut
keanekaragaman perasaan seperti takut, marah, sedih, gembira,
kecewa, senang, benci, waswas, dan sebagainya.
51
Tingkah laku
seperti ini tidak terlepas dari pengaruh pengalaman belajar. Oleh
karenanya, dia juga dapat dianggap sebagai perwujudan perilaku belajar.
Seorang siswa dianggap sukses secara efektif dalam belajar apabla ia
telah menyenangi dan menyadari dengan ikhlas pelajaran yang ia pelajari
lalu menjadikannya sebagai sistem nilai diri.
52


49
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, 121
50
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, 121
51
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, 121
52
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, 121
27
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Belajar
Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku belajar
siswa dapat dibedakan ke dalam :
1) Faktor Internal Siswa
a) Fisiologis
(1) Tonus Jasmani
Yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan
sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intesitas
siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang
lemah, apalagi jika disertai pusing-pusing kepala misalnya,
dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga
materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas.
53

b) Psikologis
(1) Inteligensi
Inteligensi pada umumnya dapat diartikan sebagai
kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau
menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang
tepat.
54

(2) Sikap
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara
yang relatif tetap terhadap obyek orang, barang, dan

53
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, 235
54
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, 134
28
sebagainya, baik secara positif maupun negatif.
55

(3) Bakat
Secara umum bakat adalah kemampuan potensial yang
dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa
yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap
orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk
mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan
kepasitas masing-masing. Jadi secara global itu bakat itu
mirip dengan inteligensi.
56

(4) Minat
Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
57


(5) Motivasi
Motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia
maupun hewan yang mendorongnya berbuat sesuatu.
Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya
(energizer) untuk bertingkah laku secara terarah.
58

2) Faktor Eksternal
a) Lingkungan sosial

Lingkungan sosial sekolah seperti guru dan teman sekelas,
yang dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa

55
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, 135
56
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, 135
57
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, 136
58
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, 132
29
sehingga menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan
belajar siswa. Lingkungan sosial yang lebih banyak
mempengaruhi kegitan belajar ialah orang tua dan siswa itu
sendiri, karena sifat-sifat dan pengelolaan keluarga semunya
dapat memberi dampak baik dan buruk terhadap kegiatan
belajar dan hasil yang dicapai nantinya.
b) Lingkungan Non-sosial

Yang termasuk disini adalah : gedung sekolah dan letaknya,
rumah tempat tinggal keluarga dan letaknya, alat- alat belajar
keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa.
Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat
keberhasilan belajar siswa.
59

d. Indikator Perilaku Belajar
Perilaku siswa dalam proses belajar mengajar merupakan
faktor penentu keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Seorang siswa
yang ingin berhasil dalam melaksanakan tugas belajar serta
memperoleh prestasi belajar yang baik, maka siswa tersebut harus
bertingkah laku yang mendukung suasana belajar dan mencegah
terjadinya tingkah laku yang merusak suasana belajar selama
mengikuti proses pembelajaran di kelas.
Setiap perilaku belajar selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan
yang spesifik. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam proses belajar

59
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, 138
30
adalah berkat pengalaman atau praktik yang dilakukan dengan sengaja
dan disadari, atau dengan kata lain bukan merupakan suatu kebetulan.
Indikator perilaku belajar mengacu pada manifestasi atau
perwujudan perilaku belajar itu sendiri. Menurut Syah, indikator
perilaku belajar yaitu:
60

1) Kebiasaan
2) Keterampilan
3) Pengamatan
4) Berpikir asosiatif dan daya ingat
5) Berpikir rasional dan kritis
6) Sikap
7) Inhibisi
8) Apresiasi
9) Tingkah laku afektif

3. Korelasi Minat Belajar dengan Perilaku Belajar Siswa
Minat merupakan faktor pendorong bagi seseorang untuk
melakukan sesuatu. Seseorang yang memiliki minat yang tinggi akan
melakukan sesuatu yang diminatinya dengan senang, dengan lebih
semangat dan sepenuh hati untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Minat belajar yang kuat dapat mengarahkan pada perilaku yang
baik. Perilaku belajar yang baik dan terarah dapat menghindarkan diri dari

60
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, 121
31
rasa malas dan menimbulkan kegairahan siswa dalam belajar, yang pada
akhirnya akan dapat meningkatkan daya kemampuan belajar.
Perilaku belajar merupakan kebiasaan belajar yang dilakukan oleh
individu secara berulang-ulang sehingga menjadi otomatis atau
berlangsung secara spontan. Perilaku belajar tidak dirasakan sebagai
beban, tetapi sebagai kebutuhan.
Siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi akan berpengaruh
terhadap tingkat perwujudan perilaku belajarnya. Sehingga dengan
sendirinya perilaku dalam belajar akan berpengaruh terhadap prestasi
belajarnya, karena minat belajar dan perilaku belajar merupakan faktor
penentu keberhasilan belajar.

C. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pernyataan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta
empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.
61

Sesuai dengan judul yang diangkat, maka hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah Terdapat hubungan yang positif antara minat
belajar dengan perilaku belajar siswa pada mapel fiqih di MA PIM Mujahidin
Bageng Tahun Pelajaran 2013/2014.

61
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D, (Bandung : Alfabeta,
2006), 96
32
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Metode merupakan suatu hal yang sangat penting, karena metode
merupakan salah satu upaya ilmiah yang menyangkut cara kerja untuk dapat
memahami dan mengkritisi objek sasaran suatu ilmu yang diselidiki. Metode
penelitian mengemukakan secara teknis tentang metode-metode yang akan
digunakan dalam penelitian.
62

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). yaitu
penelitian yang dilakukan di lapangan (kancah) atau di medan terjadinya
gejala-gejala berdasarkan literatur.
63

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang dituntut banyak menggunakan
angka mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta
dari penampilan hasilnya.
64
Pendekatan kuantitatif ini digunakan karena:
a. Data-data penelitian berupa angka-angka atau nominal
b. Peneliti ingin mengetahui hubungan antar variabel
c. Peneliti ingin mendapatkan informasi yang luas dari suatu populasi
d. Peneliti bermaksud menguji hipotesis penelitian
e. Peneliti menganalisi menggunakan statistik
65




62
Noeng Mohadjir, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta : Rake Sarasin, 2002), 3
63
Winarno Surachmad, Ilmu Pengantar Ilmiah Dasar Metode Teknik, Tarsito, (Bandung:
1978), 10
64
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta : PT.
Rineka Cipta, 2000), Edisi Revisi VI, 1
65
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta,
2006), 25-26
33
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
66
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa MA PIM
Mujahidin Bageng Tahun Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 154 siswa.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah atau karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut.
67
Dalam penentuan sampel ini peneliti berpedoman
pendapat Suharsimi Arikunto bahwa Sekedar untuk ancer-ancer, maka
apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah
subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.
68

Responden yang peneliti gunakan adalah 20% dari 154 siswa yaitu 31
siswa MA PIM Mujahidin Bageng Tahun Pelajaran 2013/2014. Dalam
penelitian ini teknik sampling yang penulis gunakan adalah tehnik random
sampling atau sampel acak.



66
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D), 117
67
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 118
68
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, 120
34
C. Variabel dan Indikator
Variabel adalah hal-hal yang menjadi objek penelitian atau apa yang
menjadi titik perhatian suatu penelitian.
69
Dalam sebuah penelitian,
menentukan suatu variabel adalah sangat penting, sebab dengan menentukan
variabel tersebut, masalah yang dikaji dan diuji akan menjadi lebih jelas.
Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel independen (bebas)
Variabel independen (bebas) adalah variabel yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).
70
Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah minat belajar siswa yang indikatornya
meliputi:
a. Perasaan senang
b. Adanya perhatian
c. Ketertarikan
2. Variabel Dependen (terikat)
Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel ini sering
disebut variabel output, kriteria, konsekuen.
71
Variabel dependen (terikat)
dalam penelitian ini adalah perilaku belajar siswa. Indikator dari variabel
ini adalah:
a. Kebiasaan
b. Keterampilan

69
Sutrisno Hadi, Metodologi Research II, (Yogyakarta: Andi Offset, 2000), 193
70
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 61
71
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, 61
35
c. Pengamatan
d. Berpikir asosiatif dan daya ingat
e. Berpikir rasional dan kritis
f. Sikap
g. Inhibisi
h. Apresiasi
i. Tingkah laku afektif

D. Teknik Pengumpulan data
Demi tercapainya suatu penelitian, maka diperlukan data yang
mempunyai validitas tinggi. Adapun tehnik pengumpulan datanya yaitu
dengan menggunakan metode-metode sebagai berikut:
1. Kuesioner (angket)
Kuesioner (angket), yaitu pengumpulan data dengan
menggunakan daftar pertanyaan secara tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi
atau hal-hal yang ia ketahui.
72
Teknik ditujukan kepada siswa untuk
memperoleh data tentang minat belajar dan perilaku belajar siswa di MA
PIM Mujahidin Bageng.
2. Dokumentasi
Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data langsung dari
tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan,

72
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, 124
36
foto-foto, film dokumenter, data yang relevan penelitian.
73
Metode ini
peneliti gunakan untuk mencari data umum tentang MA PIM Mujahidin
Bageng.
3. Interview atau Wawancara
Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
74
Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan wawancara tak berstruktur kepada kepala sekolah,
guru, dan karyawan guna memperoleh data umum tentang MA PIM
Mujahidin Bageng.

E. Analisis Data
Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode
ilmiah, karena dengan analisislah data tersebut dapat diberi arti dan makna
yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian.
75
Dalam menganalisis
data peneliti menggunakan tiga tahapan, yaitu sebagai berikut:
1. Analisis Pendahuluan
Analisis pendahuluan merupakan langkah awal yang dilakukan
dalam penelitian dengan cara memasukkan hasil pengolahan data angket
responden ke dalam data tabel distribusi frekuensi.
76
Pada tahap ini

73
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, karyawan dan Peneliti Pemula,
(Bandung : Alfabeta, 2005), Cet II, 77
74
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D), 194
75
Moh. Nasir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), 405
76
Cholid Narbuko, Pedoman Praktis Membuat Proposal Penelitian, 38
37
peneliti menyajikan data hasil jawaban angket yang diberikan kepada
siswa yang hasil jawaban tersebut diubah menjadi data kuantitatif dengan
memberi skor pada tiap jawaban dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Untuk pilihan jawaban a diberi skor 4
b. Untuk pilihan jawaban b diberi skor 3
c. Untuk pilihan jawaban c diberi skor 2
d. Untuk pilihan jawaban d diberi skor 1
Setelah dilakukan skoring, kemudian dilanjutkan dengan analisis
statistik deskriptif dengan rumus mean, untuk mencari rata-rata skor dari
kedua variabel yang diteliti sehingga bisa disimpulkan tentang variabel
tersebut.
2. Analisis Uji Hipotesis
Analisis uji hipotesis yaitu pengelompokan data lebih lanjut dengan
berpijak pada analisis pendahuluan. Analisis ini dimaksudkan untuk
menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Adapun rumus
statistik yang peneliti gunakan adalah korelasi product moment, yang
dihitung berdasarkan skor asli, yaitu :
rxy =




} ) ( { } ) ( {
) )( (
2 2 2 2
Y Y N X X N
Y X XY N
77

Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi product moment antar variabel X dan Y
X : Variabel bebas

77
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula, 98
38
Y : Variabel terikat
N : Jumlah sampel yang diteliti
: Sigma (jumlah)
Kemudian dimasukkan ke dalam rumus regresi sederhana, yaitu :
Y = a + b.X
3. Analisis Lanjut
Analisis ini merupakan pengelolaan lebih lanjut dari hasil uji
hipotesis. Dalam hal ini dibuat interpretasi lebih lanjut terhadap hasil yang
diperoleh dengan cara mengkonsultasikan dengan nilai tabel (r
t
) pada taraf
signifikan 5%. Setelah itu dilakukan uji hipotesis dengan membandingkan
nilai r
o
dan r
t
sehingga ada dua kemungkinan, yaitu :
a. Jika ternyata nilai r
o
sama atau lebih besar dari r
t
pada taraf signifikan
5%, maka hasilnya signifikan atau hipotesis diterima.
b. Jika ternyata nilai r
o
lebih kecil dari r
t
pada taraf signifikan 5%, maka
hipotesis ditolak.

Anda mungkin juga menyukai