Anda di halaman 1dari 22

i

FIBROADENOMA MAMMAE

I. PENDAHULUAN
Fibroadenoma merupakan tumor jinak pada payudara yang paling
umum ditemukan. Fibroadenoma terbentuk dari sel sel epitel dan
jaringan ikat, dimana komponen epitelnya menunjukkan tanda tanda
aberasi yang sama dengan komponen epitel normal. Etiologi penyakit ini
belum diketahui secara pasti. Namun diperkirakan berkaitan dengan
aktivitas estrogen. Fibroadenoma pertama kali terbentuk setelah aktivitas
ovarium dimulai dan terjadi terutama pada remaja muda.
(1,2,3,4,5,6)

Fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita muda, terutama
dengan usia di bawah 30 tahun dan relatif jarang ditemukan pada payudara
wanita postmenopause. Tumor ini dapat tumbuh di seluruh bagian
payudara, namun tersering pada quadran atas lateral. Penyakit ini bersifat
asimptomatik atau hanya menunjukkan gejala ringan berupa benjolan pada
payudara yang dapat digerakkan, sehingga pada beberapa kasus, penyakit
ini terdeteksi secara tidak sengaja pada saat pemeriksaan fisik. Penanganan
fibroadenoma adalah melalui pembedahan pengangkatan tumor.
Fibroadenoma harus diekstirpasi karena tumor jinak ini akan terus
membesar.
(2, 3, 5, 6)


ii


Gambar 1. Juveline Fibroadenoma, pada remaja usia 13 tahun. Menstruasi dimulai sejak
tiga bulan yang lalu. Sembilan bulan sebelumnya, ukuran kedua payudara relatif sama.
Pembesaran yang cepat pada payudara kanan mengacu pada tumor halus tanpa kapsul
dengan ukuran 20 x 15 x 15 cm. Pengangkatan tumor dengan curved incision.(dikutip dari
kepustakaan 3)

II. INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat, fibroadenoma merupakan lesi payudara yang
paling umum, yang terjadi pada wanita dengan usia di bawah 40 tahun.
Fibroadenoma dapat terjadi pada wanita segala usia, selama masa
reproduksi aktif dan mengecil setelah menopause. Fibroadenoma jarang
terjadi pada wanita postmenopause. Prevalensi fibroadenoma pada wanita
usia di atas 40 tahun kira-kira hanya 8 10 %. Sekitar 10 15 % kasus
fibroadenoma merupakan multipel. Pada wanita berkulit gelap,
fibroadenoma lebih sering terjadi di usia lebih muda dibandingkan wanita
berkulit putih.
(4,6)

Fibroadenoma merupakan hasil biopsi yang paling sering
ditemukan di Jamaica, yaitu sekitar 39,4% dari seluruh biopsi yang
dilakukan, yang diikuti oleh penyakit fibrokistik, sekitar 19, 3 %.
(7)





iii

III. ETIOLOGI
Penyebab pasti fibroadenoma tidak diketahui. Namun, terdapat
beberapa faktor yang dikaitkan dengan penyakit ini, antara lain
peningkatan mutlak aktivitas estrogen, yang diperkirakan berperan dalam
pembentukannya. Selain itu, diperkirakan terdapat prekursor embrional
yang dormant di kelenjar mammaria yang dapat memicu pembentukan
fibroadenoma yang akan berkembang mengikuti aktivitas ovarium.
(2,3)


IV. ANATOMI
Payudara terdiri dari jaringan kelenjar, fibrosa, dan lemak. Jaringan
ikat memisahkan payudara dari otot otot dinding dada, otot pektoralis
dan seratus anterior. Sedikit di bawah pusat payudara dewasa terdapat
puting (papila mamaria), tonjolan yang berpigmen dikelilingi oleh areola.
Puting mempunyai perforasi pada ujungnya dengan beberapa lubang kecil,
yaitu apertura duktus laktiferosa. Tuberkel tuberkel Montgomery adalah
kelenjar sebasea pada permukaan areola.
(8)
Jaringan kelenjar membentuk 12 hingga 25 lobus yang tersusun
radier di sekitar puting dan dipisahkan oleh jaringan lemak yang bervariasi
jumlahnya, yang mengelilingi jaringan ikat (stroma) di antara lobus
lobus. Setiap lobus berbeda, sehingga penyakit yang menyerang satu lobus
tidak menyerang lobus lainnya. Drainase dari lobus menuju sinus
laktiferosa, yang kemudian berkumpul di duktus pengumpul dan bermuara
ke puting. Jaringan ikat di banyak tempat akan memadat membentuk pita
fibrosa yang tegak lurus terhadap substansi lemak, mengikat lapisan dalam
dari fasia subkutan payudara pada kulit. Pita ini, yaitu ligamentum Cooper
merupakan ligamentum suspensorium payudara.
(8)
Jika dilihat melalui potongan sagital, maka struktur payudara terdiri
atas beberapa lapisan, dari luar ke dalam, yaitu : kulit, jaringan lemak
subkutaneus, stroma (jaringan fibroglandular) yang di dalamnya terdapat
iv

pula duktus laktiferus, fascia pektoralis, m. pektoralis mayor dan tulang
iga.
(9)

Gambar 2. Anatomi Payudara. Potongan Sagital. (dikutip dari kepustakaan 9)

Gambar 3. Anatomi Payudara. Struktur Lobus Payudara. (dikutip dari
keustakaan 9)
Vaskularisasi kelenjar mamae terutama berasal dari cabang arteri
aksilaris, ramus perforata intercostalis 1 4 dari arteri mammaria interna
dan ramus perforata arteri intercostalis 3 7. Cabang arteri aksilaris dari
v

medial ke lateral adalah arteri torakalis lateralis. Agak ke lateral dari arteri
torakalis lateralis terdapat arteri subskapularis. Vena dapat dibagi menjadi
2 kelompok, yakni superfisial dan profunda. Vena superfisial terletak di
subkutis, mudah tampak, bermuara ke vena mammaria interna atau vena
superfisial leher. Vena profunda berjalan seiring dengan arteri yang
senama, dan secara terpisah bermuara ke vena aksilaris, vena mammaria
interna dan vena azigos atau vena hemiazigos.
(10)
Saluran limfe kelenjar mammae terutama berjalan mengikuti vena
kelenjar mammae, drainasenya terutama melalui :
(10)

1. Bagian lateral dan sentral masuk ke kelenjar limfe fosa aksilaris
2. Bagian medial masuk ke kelenjar limfe memmaria interna.
3. Saluran limfe subkutis kelenjar mammae umumnya masuk ke pleksus
imfatik subareolar.


Kelenjar mammae dipersarafi oleh nervi intercostal ke 2 6 dan 3
4 rami dari pleksus servikalis. Sedangkan saraf yang berkaitan dengan
terapi bedah adalah :
(10)

1. Nervus torakalis lateralis. Kira-kira di tepi medial m.pektoralis minor
melintasi anterior vena aksilaris, berjalan ke bawah, masuk ke
permukaan dalam m. pektoralis mayor.
2. Nervus torakalis medialis. Kira kira 1 cm lateral dari nervus torakalis
lateralis, tidak melintasi vena aksilaris, berjalan ke bawah masuk ke m.
pektoralis minor dan m. pektoralis mayor.
3. Nervus torakalis longus dari pleksus servikalis. Menempel rapat pada
dinding toraks berjalan ke bawah, mempersarafi m. seratus anterior.
4. Nervus torakalis dorsalis dari pleksus brakhialis. Berjalan bersama
pembuluh darah subskapularis, mempersarafi m. subskapularis, m.
teres mayor.
vi


Gambar 4. Anatomi Payudara. Vaskularisasi dan Aliran Limfe (dikutip dari kepustakaan 9)

V. FISIOLOGI
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipegaruhi oleh
hormon. Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui
masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium, dan menopause.
Sejak pubertas, pengaruh estrogen dan progesteron yang diproduksi oleh
ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus
berkembang dan timbulnya asinus.
(5)

Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid.
Sekitar hari ke 8 haid, payudara jadi lebih besar dan beberapa hari
sebelum haid berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang kadang
timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang
haid, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik,
terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu, pemeriksaan
foto mamografi tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu
haid mulai, semuanya berkurang.
(5)

Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada
kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel duktus lobus dan duktus
alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru.
(5)

vii

Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi.
Air susu diproduksi oleh sel sel alveolus, mengisi asinus, kemudian
dikeluarkan melalui duktus ke puting susu.
(5)


VI. PATOFISIOLOGI.
Fibroadenoma adalah tumor jinak yang menggambarkan suatu
proses hiperplasia dan proliferasi pada satu duktus terminal,
perkembangannya dihubungkan dengan suatu proses aberasi
perkembangan normal. Penyebab proliferasi duktus tidak diketahui,
diperkirakan sel stroma neoplastik mengeluarkan faktor pertumbuhan yang
memengaruhi sel epitel. Peningkatan mutlak aktivitas estrogen,
diperkirakan berperan dalam pembentukannya. Kira kira 10%
fibroadenoma akan menghilang secara spontan tiap tahunnya dan
kebanyakan perkembangan fibroadenoma berhenti setelah mencapai
diameter 2 3 cm. Fibroadenoma hampir tidak pernah menjadi ganas.
(2,4)

Fibroadenoma jarang ditemukan pada wanita yang telah mengalami
postmenopause dan dapat terbentuk gambaran kalsifikasi kasar.
Sebaliknya, fibroadenoma dapat berkembang dengan cepat selama proses
kehamilan, pada terapi pergantian hormon, dan pada orang orang yang
mengalami penurunan kekebalan imunitas, bahkan pada beberapa kasus,
dapat menyebabkan keganasan. Pada pasien pasien yang mengalami
penurunan kekebalan tubuh, perkembangan fibroadenoma berkaitan
dengan infeksi virus Epstein-Barr.
(4)

Fibroadenoma terbagi atas Juvelline Fibroadenoma, yang terjadi
pada wanita remaja dan Myxoid Fibroadenoma yang terjadi pada pasien
dengan Carney complex. Carney complex merupakan suatu sindrom
neoplasma autosomal dominan yang terdiri atas lesi pada kulit dan
mukosa, myxomas dan kelainan endokrin.
(4)




viii

VII. DIAGNOSIS
VII.1. DIAGNOSIS KLINIK
VII.1.a. GAMBARAN KLINIK
Fibroadenoma pada sebagian besar penderita
tidak menunjukkan gejala dan terdeteksi setelah dilakukan
pemeriksaan fisik. Pertumbuhan fibroadenoma relatif
lambat dan hanya menunjukkan sedikit perubahan ukuran
dan tekstur dalam beberapa bulan. Fibroadenoma memiliki
gejala berupa benjolan dengan permukaan yang licin dan
merah. Biasanya fibroadenoma tidak nyeri, tetapi kadang
dirasakan nyeri bila ditekan.
(3,5)


VII.1.b. PEMERIKSAAN FISIK.
Secara klinik, fibroadenoma biasanya
bermanifestasi sebagai massa soliter, diskret, dan mudah
digerakkan, selama tidak terbentuk jaringan fibroblast di
sekitar jaringan payudara, dengan diameter kira-kira 1 3
cm, tetapi ukurannya dapat bertambah sehingga
membentuk nodul dan lobus. Fibroadenoma dapat
ditemukan di seluruh bagian payudara, tetapi lokasi
tersering adalah pada quadran lateral atas payudara. Tidak
terlihat perubahan kontur payudara. Penarikan kulit dan
axillary adenopathy yang signifikan pun tidak
ditemukan.
(2,3,11)




ix

VII.1.c. PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI
Secara makroskopis, semua tumor teraba padat
dengan warna cokelat putih pada irisan, dengan bercak
bercak kuning merah muda yang mencerminkan daerah
kelenjar.
(2)


Gambar 5. Makroskopik Fibroadenoma Payudara (dikutip dari kepustakaan 2)
Secara histologis, tumor terdiri atas jaringan ikat
dan kelenjar dengan berbagai proporsi dan variasi.
Tampak storma fibroblastik longgar yang mengandung
rongga mirip duktus berlapis sel epitel dengan ukuran dan
bentuk yang beragam. Rongga yang mirip duktus atau
kelenjar ini dilapisi oleh satu atau lebih lapisan sel yang
reguler dengan membran basal jelas dan utuh. Meskipun
di sebagian lesi duktus terbuka, bulat hingga oval dan
cukup teratur (fibroadenoma perikanalikularis), sebagian
lainnya tertekan oleh proliferasi ekstensif stroma sehingga
pada potongan melintang rongga tersebut tampak sebagi
celah atau struktur ireguler mirip bintang (fibroadenoma
intrakanalikularis).
(2, 11)

x


Gambar 6. Tabel Perubahan Mikroskopik pada Fibroadenoma (dikutip
dari kepustakaan 1)

Gambar 7. Gambaran Mikroskopik Fibroadenoma (dikutip dari kepustakaan 2)

VII.2. PEMERIKSAAN RADIOLOGIK
VII.2.a. MAMMOGRAFI
Pada pemeriksaan mamografi, fibroadenoma
digambarkan sebagai massa berbentuk bulat atau oval
dengan batas yang halus dan berukuran sekitas 4 100
xi

mm. Fibrodenoma biasanya memiliki densitas yang sama
dengan jaringan kelenjar sekitarnya, tetapi, pada
fibroadenoma yang besar, dapat menunjukkan densitas
yang lebih tinggi. Kadang-kadang, tumor terdiri atas
gambaran kalisifikasi yang kasar, yang diduga sebagai
infraksi atau involusi. Gambaran kalsifikasi pada
fibroadenoma biasanya di tepi atau di tengah berbentuk
bulat, oval atau berlobus lobus. Pada wanita
postmenopause, komponen fibroglandular dari
fibroadenoma akan berkurang dan hanya meninggalkan
gambaran kalsifikasi dengan sedikit atau tanpa komponen
jaringan ikat.
(4,11,12)



Gambar 8. Gambaran mamografi fibroadenoma. Tampak massa yang
berbentuk bulat dan berbatas tegas. (dikutip dari kepustakaan 13)

xii


Gambar 9. Gambaran Mamografi Fibroadenoma. Kalsifikasi pada degenerasi fibroadenoma,
tampak gambaran kalsifikasi kasar pada 2 degenaerasi fibroadenoma, tanda panah menunjukkan
komponen haringan lunak yang terlihat sebagai satu massa. (dikutip dari kepustakaan 14)

Gambar 10. Gambaran Mamografi Fibroadenoma. Tampak gambaran kalsifikasi fibroadenoma
yang yang kasar dan membentuk gambaran Pop-corn Appearence (dikutip dari kepustakaan 14)
xiii


Gambaran 11. Gambaran Mamografi Fibroadenoma. Tampak gambaran kalsifikasi Pop Corn
Appearence yang kasar (dikutip dari kepustakaan 11)
VII.2.b. ULTRASONOGRAPHY (USG)
Dalam pemeriksaan USG, fibroadenoma terlihat
rata, berbatas tegas, berbentuk bulat, oval atau berupa
nodul dan lebarnya lebih besar dibandingkan dengan
diameter anteroposteriornya. Internal echogenicnya
homogen dan ditemukan gambaran dari isoechoic sampai
hypoechoic. Gambaran echogenic kapsul yang tipis,
merupakan gambaran khas dari fibroadenoma dan
mengindikasikan lesi tersebut jinak. Fibroadenoma tidak
memiliki kapsul, gambaran kapsul yang terlihat pada
pemeriksaan USG merupakan pseudocapsule yang
disebabkan oleh penekanan dari jaringan di sekitarnya.
(4,11)

xiv


Gambar 12. Gambaran USG Fibroadenoma. Tampak massa hipoechoic yang rata, batas
tegas pada sebagian lobus merupakan khas dari fibroadenoma (dikutip dari kepustakaan 4)

VII.2.c. MAGNETIC RESONANCES IMAGING (MRI)
Dalam pemeriksaan MRI, fibroadenoma
tampak sebagi massa bulat atau oval yang rata dan
dibandingkan dengan menggunakan kontras
gadolinium-based. Fibroadenoma digambarkan
sebagai lesi yang hypointense atau isointense, jika
dibandingkan dengan jaringan sekitarnya dalam
gambaran T1-weighted dan hypointense and
hyperintense dalam gambaran T2-weighted.
(4)

xv


Gambar 13. Seorang wanita 47 tahun, dengan lesi 1cm yang terohat dari mamografi.
Dari pemeriksaan USG dan FNA, menujukkan gambaran fibroadenoma. Pemeriksaan
dengan MRI post-contras, memperlihatkan penyerapan yang cepat tanpa pembersihan,
yang merupakan ciri khas dari fibroadenoma. (dikutip dari kepustakaan 15)

VIII. DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dari fibroadenoma, antara lain :
1. Cystosarcoma Phyllodes. Tumor ini jauh lebih jarang ditemukan
dan diperkirakan berasal dari stroma intralobulus. Tumor ini
berdiameter kecil, sekitar 3 4 cm, tetapi sebagian besar terus
tumbuh dan membesar sehingga menyebabkan payudara
membesar. Tumor ini terdapat pada semua usia, namun
kebanyakan ditemukan pada usia 45 tahun. Gambaran radiologis
(mammografi) dari tumor ini berupa massa berbentuk bulat dan
berbatas tegas.
(2,5,13)

xvi


Gambar 14. Mamografi Cystosarcoma Phyllodes. Tampak massa berbatas tegas
tanpa kalsifikasi (dikutip dari kepustakaan 14)

Gambaran USG tumor ini, pada umumnya hipoechoic
dengan batas yang masih tegas, echo-internal dapat homogen atau
sedikit inhomogen serta adanya penyangatan akustik posterior
lemah, hal ini mungkin disebabkan struktur kistik pada tumor
tersebut.
(16)


Gambar 15. Gambaran USG Cystosarcoma Phylloides. Lesi hypoechoic tampak
besar , berlobulasi dengan echo-internal inhomogen, sering ampak struktur
anechoic yang menandakan adanya proses degeneresi kistik. (dikutip dari
kepustakaan 16)
xvii

2. Kista Payudara. Kista payudara dapat berasal dari adenosis, ketika
lamina duktus dan acini mengalami dilatasi dan dibatasi oleh
jaringan epitel. Gambaran mamografinya berupa massa bulat atau
oval yang berbatas tegas. Tepi kista ini dapat berbatasan dengan
jaringan fibroglandular, baik sebagian maupun seluruhnya.
(11)



Gambar 15. Gambaran Mamografi Kista Payudara. Tampak massa bulat atau
oval dengan densitas yang lebih terang dibandingkan dengan parenkim
payudara. (dikutip dari kepustakaan 13)

Gambaran USG pada kista adalah lesi dengan bentuk bulat
atau oval, mempunyai batas tegas dan teratur, an-echoic dan
adanya penyangatan akustik posterior.
(16)

xviii


Gambar 16. Gambaran USG Kista Payudara. Tumor ini akan tampak sebagai
suatu lesi an-echoic dengan batas teratur serta tampak penyangatan akustik
posterior. (dikutip dari kepustakaan 16)

3. Papilloma. Merupakan lesi jinak yang berasal dari duktus
laktiferus dan 75% tumbuh di bawah areola mamma. Papilloma
memberikan gejala berupa sekresi cairan serous atau berdarah,
adanya tumor subareola kecil dengan diameter beberapa milimeter
atau retraksi puting payudara (jarang ditemukan). Biasanya,
ukuran lesi papilloma sangat kecil, hanya beberapa milimeter,
sehingga pada mamografi, terlihat gambaran sedikit
pengembungan atau normal dari duktus retro-areolar. .
(2,5,11)

xix


Gambar 17. Mamografi Papilloma. Tampak gamabran heterogen dari payudara
dengan kalsifikasi yang menyebar tanpa gambaran massa (dikutip dari
kepustakaan 14)

Gambaran USG kelainan ini adalah suatu lesi intraduktal
dengan pelebaran duktus laktiferus.
(16)


Gambar 18. Gambaran USG Papiloma. Tampak lesi iso-echoic dengan pelebaran
duktus laktiferus. (dikutip dari kepustakaan 14)



xx

IX. PENATALAKSANAAN.
Operasi eksisi merupakan satu-satunya pengobatan untuk
fibroadenoma. Operasi dilakukan sejak dini, hal ini bertujuan untuk
memelihara fungsi payudara dan untuk menghindari bekas luka.
Pemilihan tipe insisi dilakukan berdasarkan ukuran dan lokasi dari lesi
di payudara. terdapat 3 tipe insisi yang biasa digunakan, yaitu
(3)
1. Radial Incision, yaitu dengan menggunakan sinar.
2. Circumareolar Incision
3. Curve/Semicircular Incision
Tipe insisi yang paling sering digunakan adalag tipe radial.
Tipe circumareolar, hanya meninggalkan sedikit bekas luka dan
deformitas, tetapi hanya memberikan pembukaan yang terbatas. Tipe
ini digunakan hanya untuk fibroadenoma yang tunggal dan kecil dan
lokasinya sekitar 2 cm di sekitar batas areola. Semicircular incision
biasanya digunakan untuk mengangkat tumor yang besar dan berada
di daerah lateral payudara.
(3)
X. PROGNOSIS.
Prognosis dari penyakit ini baik, walaupun penderita mempunyai
resiko yang tinggi untuk menderita kanker payudara. bagian yang tidak
diangkat harus diperiksa secara teratur.
(6)









xxi

DAFTAR PUSTAKA

1. Kuijper Arno., Mommers Ellen C.M., Van der Wall Elsken., Van Diest Paul
J. Histopathology of Fibroadenoma of The Breast. Available from :
http://ajcp.ascpjournals.org/.
2. Crum Christoper P., Lester Susan C., Cotran Ramzi S. Sistem Genitalia
Perempuan dan Payudara. Dalam : Robbins, Stanley L., Kumar Vinay.,
Cotran Ramzi S. Robbins Buku Ajar Patologi. Volume 2. Edisi 7. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2007. Hal. 793 794.
3. Farrow Joseph H. Fibroadenoma of The Breast. Available from :
http://caonline.amcancersoc.org/.
4. Roubidoux Marilyn A. Breast, Fibroadenoma. Available from :
http://emedicine.medscape.com/. Update on July 26, 2009.
5. Sjamsuhidajat, R., De Jong Wim. Dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2005. Hal. 388 393.
6. Zieve David., Wechter Debra G. Fibroadenoma Breast. Available from :
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/. Update on December 17, 2009.
7. Shirley S.E., Mitchell D.I.G., Soares D.P., James M., Escoffery C.T., Rhodrn
A.M., Wolff C., Choy L., Wilks R.J. Clinicopathologic Features of Breast
Disease in Jamaica : Findings of the Jamaican Breast Disease Study. 2000
2002. Available from : http://lib.bioinfo.pl/ .
8. Hillegas Kathleen Branson. Gangguan Sistem Reproduksi Perempuan. Dalam
: Anderson, Sylvia Price., Wilson Lorraine McCarty. Patofisiologi, Konsep
Klinis Proses Proses Penyakit. Volume 2. Edisi 6. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta. 2006. Hal. 1301 1302.
9. Ryan Stephanie., McNicholas Michelle., Eustace Stephen. In : Anatomy for
Diagnostic Imaging. Saunders, Elsevier Health. Philadephia. 2004. Hal. 308
310.
10. Desen Wan. Dalam : Buku Ajar Onkologi Klinis. Edisi 2. Balai Penerbit
FKUI. Jakarta. 2008. Hal. 366 369.
xxii

11. Fleischer Arthur C., Cullinan Jeanne A. Ultrasonography in Obsetrics and
Gynaecology; Obsetric Radiology. In : Grainger Ronald G., Allison David.
Grainger & Allisons Diagnostic Radiology : A Textbokk of Medical
Imaging. Third Edition. Churchill Livingstone. New York. 1997, Hal. 2003
2011.
12. Gravelle I.H. Mammography. In : Sutton David. A Textbook of Radiology
and Imaging. Volume 2. Churchill Livingstone. Great Britain. London. 1993,
Hal. 1364 1366.
13. Eisenberg Ronald L. In : Clinical Imaging An Atlas of Differential Diagnosis.
Fifth Edition. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia. 2010. Hal. 1392
1395.
14. Muttarak Malai. Breast Imaging : A Comprehensive Atlas. Booknet
Company. Thailand. 2002. Hal. 33 177.
15. Kelcz Fred. Breast Imaging Using 3D-GRE. Available from :
http://www.gehealthcare.com/.
16. Makes Daniel. Atlas Ultrasonografi Payudara dan Mamografi. Balai Penerbit
FKUI. Jakarta. 1992. Hal 16 19.

Anda mungkin juga menyukai