Anda di halaman 1dari 108

Versi 1.

0 0
ELEKTRONIKA I
Versi 1.0 1
MATAKULIAH : ELEKTRONIKA I
KODE MATAKULIAH : D1C
KREDIT : 3 SKS
SEMESTER : III (TIGA)
PENANGGUNG JAWAB MATAKULIAH : Dr. Bernard Y. Tumbelaka, M.Eng.Sc.
DESKRIPSI SINGKAT : Matakuliah ini memberi penguatan pada pengertian dasar, hubungan listrik dan
elektronika melalui komponen-komponen pasif dan aktif serta contoh pemanfaatan
komponen-komponen ini untuk time delay, transduser& sistem, penguat transistor
serta bagaimana membangun rangkaian elektronika melalui simulasi.
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) : Setelah mengikuti matakuliah ini, mahasiswa siap mempelajari elektronika analog &
digital (Elektronika II).
GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)
Versi 1.0 2
Bab TUJUAN
INSTRUKSIONAL
KHUSUS
POKOK BAHASAN
DALAM MATA
PELAJARAN
SUBPOKOK BAHASAN METODE MEDIA WAKTU
PERTEMUAN
(Minggu)
RUJUKAN
1 Dengan mengikuti
kuliah ini, mahasiswa
memperoleh pengeta
huan dasar listrik dan
elektronika, cara
menghitung tegangan,
arus dan tahanan,
mengenal berbagai
alat ukur, serta
langkah pengamanan
bila terjadi hubungan
singkat.
Pendahuluan/
Listrik Dasar
Listrik & Elektronika Unsur-unsur/Elemen-
elemen
Atom-atom
Konduksi dalam zat
padat
Batere
Arus konvensional
Tegangan/Voltage
Arus bolak-balik (AC)
Sakelar/Switches
Hukum Ohm
Tahanan
Persamaan Hukum
Ohm
Audio
Visual,
Ceramah,
Studi
Kasus,
Tugas
Kuis

ppt

1,2 Bab 1 ppt
GCSE
Instrumen Uji Ammeter
Voltmeter
Multimeter
Ohmeter
Cathode Ray
Oscilloscope
Waveforms
Amplitudo
Frekuensi
Root Mean Square
Audio
Visual,
Ceramah,
Studi
Kasus,
Tugas
Kuis
ppt


3
Keamanan Listrik Pengkabelan
Colokan Utama
Fuses
Pelayanan Peralatan
P3K (Pertolongan
Pertama)
Audio
Visual,
Ceramah
ppt

4
Versi 1.0 3
Bab TUJUAN
INSTRUKSIONAL
KHUSUS
POKOK BAHASAN
DALAM MATA
PELAJARAN
SUBPOKOK BAHASAN METODE MEDIA WAKTU
PERTEMUAN
(Minggu)
RUJUKAN
2

Dengan mengikuti
kuliah ini, mahasiswa
memperoleh pengeta
huan dasar rangkaian
dengan komponen-
komponen pasif,
menghitung dengan
menurunkan persama
an tahanan & kapasi
tor baik itu seri atau
paralel, rangkaian in
duktor dan relay serta
penggunaannya untuk
time delay.

Komponen-
komponen Pasif

J aringan Resistor Resistors in Series
Resistors in Parallel
Combines Series/
Parallel Circuit
Factors affecting
Resistance
Variable Resistors
Electrical Power
Power Rating
Examples
Resistor Colour Code
Audio
Visual,
Ceramah
Studi
Kasus,
Tugas
Kuis
ppt

5 GCSE
Kapasitor, Induktor,
Relays & Rangkaian
Time Delay
Capacitors
Inductors
Capacitor Equation
Inductor Equation
Relays
Relays and Transistors
Time Delay Circuits
Audio
Visual,
Ceramah,
Studi
Kasus,
Tugas,
Kuis
ppt

6,7
UTS TutupBuku 8
3

Dengan mengikuti
kuliah ini, mahasiswa
memperoleh pengeta
huan dasar rangkaian
dengan komponen-
komponen aktif, ber
bagai semikonduktor,
menghitung dan menu
runkan persamaan dio
da, termistor, transis
tor dan thyristor serta
penggunaan penguat
an pada transduser &
sistem.
Komponen-
komponen Aktif
Semikonduktor-
semikonduktor
Diodes
Zener Diodes
Light Emitting Diodes
Light Dependent
Resistors
Thermistors
Transistors
Thyristors
Audio
Visual,
Ceramah,
Studi
Kasus,
Tugas
Test
ppt


9,10 Bab 2 ppt
Bab 3 ppt
GCSE
Transduser-
transduser & Sistem
Transducers (Input
and Output)
LDR
LDR experiments
Audio
Visual,
Ceramah
ppt

11

Versi 1.0 4
Bab TUJUAN
INSTRUKSIONAL
KHUSUS
POKOK BAHASAN
DALAM MATA
PELAJARAN
SUBPOKOK BAHASAN METODE MEDIA WAKTU
PERTEMUAN
(Minngu)
RUJUKAN
4 Dengan mengikuti
kuliah ini, mahasiswa
memperoleh pengeta
huan dasar memba
ngun simulasi rangkai
an, perangkat keras
dan perangkat lunak
pendukungnya,
Simulasi
Rangkaian
Elektronika

Pengenalan
Simulasi Rangkaian
Membangun Simulasi
Rangkaian
Perangkat Keras: Unit
Komputer PC, Printer
Paket Perangkat
Lunak
Simulasi Elektronika
Audio
Visual,
Ceramah

ppt 12


GCSE
Crodile
Clips 3.2
Multisim8
Simulasi Rangkaian Simulasi Rangkaian
Simulasi
Audio
Visual,
Ceramah
ppt

13
5 Dengan mengikuti
kuliah ini, mahasiswa
memperoleh pengeta
huan dasar kerja
membangun
rangkaian.
Pengenalan
Praktikum
Elektronika
Construction Work Building and Electrical
Circuit
Relay
Breadboard
Wire Strippers
Solder Wire
Soldering Iron
Stripboard Cutter
Audio
Visual,
Ceramah,
Studi
Kasus,
Tugas
Kuis
ppt

14 GCSE
6 Dengan mengikuti
kuliah ini, mahasiswa
memperoleh pengeta
huan tentang simbol-
simbol komponen dari
rangkaian.
Pengenalan Simbol
Rangkaian
Daftar Simbol
Rangkaian
Tahanan
Kapasitor
Dioda
Transistor

Audio
Visual,
Ceramah,
Studi
Kasus,
Tugas
Kuis
ppt


15 GCSE
UAS Tutup Buku 16
Rujukan:
1. Elektronics, Malvino
2. Applied Electronic Instrumentation & Measurement, Buchla & Mclachlan
3. Times Education Series GCSE Elektronics
4. Multisim8
Versi 1.0 5
Week 1: 1.Pendahuluan/Listrik Dasar: Unsur, atom, & konduksi (Bab 1)
Week 2: 2.Arus DC, Tegangan, Arus AC, Sakelar
Hukum Ohm, Tahanan, Persamaan Hukum Ohm (Bab 1)
Week 3: 3.Instrumen Uji:Waveform, Amplitudo, Frekuensi, RMS (Bab 1)
Week 4: 4.Keamanan Listrik: Colokan, Sikring, Alat Perbaikan (Bab 1)
Week 5: 5.Komponen Pasif: Jaringan Resistor-resistor (Bab 2)
Week 6: 6.Komponen Pasif: Kapasitor, Induktor (Bab 2)
Week 7: 7.Komponen Pasif: Relay & Rangkaian Time Delay (Bab 2)
Week 8: Ujian Tengah Semester/Mid Exam
Week 9: 8.Komponen Aktif: Semikonduktor/Dioda (Bab 3)
Week10: 9.Komponen Aktif: Semikonduktor/Transistor (Bab 3)
Week11:10.Komponen Aktif: Transduser-transduser & Sistem (Bab 3)
Week12:11.Pengenalan Simulasi Rangkaian (Bab 4)
Week13:12.Simulasi Rangkaian (Bab 4)
Week14:13.Pengenalan Praktikum Elektronika: Construction Work (Bab 5)
Week15:14.Pengenalan Simbol Rangkaian: Daftar Simbol Rangkaian (Bab 6)
Week16: Ujian Akhir Semester/Final Exam
JADWAL PERKULIAHAN/Lihat SAP
Versi 1.0 6
References
1. Elektronics, Malvino
2. Applied Electronic Instrumentation &
Measurement, Buchla & Mclachlan
3. Times Education Series GCSE Electronics
4. Multisim8

Versi 1.0 7
Course Workload
Learning centered:
Hasil tergantung pada berapa banyak (rujukan,
interaksi di kelas, Studi Kasus, Tugas, Kuis) yang
telah dipelajari/dimengerti oleh anda ?
2 x ujian (closed book, limited time!!!).
Metode Evaluasi/ Penilaian :
Kehadiran : 10 %
Studi Kasus/Tugas/Kuis : 20 %
Ujian Tengah Semester : 30 %
Ujian Akhir Semester : 40 %
Versi 1.0 8
FAQ (Fair Average Quality)
Studi Kasus/Tugas terlambat:
Tidak boleh, perlu disetujui dan terdapat penalti.
Ujian susulan:
Dalam kasus tertentu setelah disetujui.
Grading dan absensi:
Kehadiran (min 80 %)
Partisipasi aktif di kelas dapat membantu untuk
perbaikan nilai dengan diberi tugas tambahan.
Versi 1.0 9
MATERI KULIAH
ELEKTRONIKA
EKSPERIMEN
SAP ELEKTRONIKA
SIMULASI RANGKAIAN
LISTRIK DASAR
KOMPONEN PASIF
KOMPONEN AKTIF
RANGKAIAN ANALOG
RANGKAIAN DIGITAL
ELEKTRONIKA PRAKTIS
MENEMUKAN FAULT
BANGUN PENGUAT
BANGUN
POWER SUPPLY
RANCANG PENGUAT
TRANSISTOR
Pengenalan Membangun
Simulasi Rangkaian
Perangkat Keras: Unit
Komputer PC, Printer
UJIAN &
KEMAJUAN
Paket Perangkat Lunak
Simulasi
MATERI KULIAH
ELEKTRONIKA
MATERI KULIAH
ELEKTRONIKA
EKSPERIMEN EKSPERIMEN
SAP ELEKTRONIKA SAP ELEKTRONIKA
SIMULASI RANGKAIAN SIMULASI RANGKAIAN
LISTRIK DASAR LISTRIK DASAR
KOMPONEN PASIF KOMPONEN PASIF
KOMPONEN AKTIF KOMPONEN AKTIF
RANGKAIAN ANALOG RANGKAIAN ANALOG
RANGKAIAN DIGITAL RANGKAIAN DIGITAL
ELEKTRONIKA PRAKTIS ELEKTRONIKA PRAKTIS
MENEMUKAN FAULT MENEMUKAN FAULT
BANGUN PENGUAT BANGUN PENGUAT
BANGUN
POWER SUPPLY
BANGUN
POWER SUPPLY
RANCANG PENGUAT
TRANSISTOR
RANCANG PENGUAT
TRANSISTOR
Pengenalan Membangun
Simulasi Rangkaian
Pengenalan Membangun
Simulasi Rangkaian
Perangkat Keras: Unit
Komputer PC, Printer
Perangkat Keras: Unit
Komputer PC, Printer
UJIAN &
KEMAJUAN
UJIAN &
KEMAJUAN
Paket Perangkat Lunak
Simulasi
Paket Perangkat Lunak
Simulasi
E
l
e
k
t
r
o
n
k
a

I
!
Gambar Pokok materi dan submateri baru perkuliahan Elektronika.
Versi 1.0 10
Bab 1. PENDAHULUAN
1.1. Listrik Dasar: Unsur, atom, & konduksi
1.2. Arus DC, Tegangan, Arus AC, Sakelar
1.3. Hukum Ohm, Tahanan, Persamaan Hukum Ohm
1.4. Instrumen Uji: Waveform, Amplitudo, Frekuensi, RMS
1.5. Keamanan Listrik: Colokan, Sikring, Alat Perbaikan
Versi 1.0 11
Bab 1. PENDAHULUAN
1.1. LISTRIK DASAR: UNSUR, ATOM DAN KONDUKSI

Teori Zat Cair
Th.1750 Franklin menggambarkan listrik sebagai suatu cairan yang tidak
dapat dilihat, jika suatu benda memiliki kelebihan cairan dibandingkan
dengan keadaan normalnya, maka benda tesebut dikatakan bermuatan
positif, sedangkan jika pada kondisi sebaliknya maka benda tersebut
dikatakan bermuatan negatif.

Elektron, Unsur dan Atom
Pada tahun 1897 Thomson menemukan elektron yang terbukti memiliki
muatan negatif.
Pada saat ini dikenal konsep materi yang terdiri atas unsur-unsur yang
memiliki atom-atom yang identik. Setiap atom terbentuk dari 3 partikel
yang berbeda. Inti memiliki proton-proton dan neutron-neutron yang
dikelilingi oleh elektron-elektron pada orbit tertentu, dikarenakan gaya
sentrifugal elektron yang mendorong keluar diimbangi oleh gaya tarik
kedalam oleh inti atom.
Versi 1.0 12
Teori Elektron
Listrik merupakan gerak elektron-elektron bebas yang
membawa energi.
Pengertian arus konvensional adalah sebagai elektron-
elektron bebas yang mengalir dari ujung negatif ke ujung
positif, sedangkan pada pengertian arus elektron adalah
bahwa yang mengalir bukanlah elektron-elektron yang
bermuatan negatif tetapi muatan-muatan positif.
Konduksi
Atom-atom yang mudah kehilangan elektron-elektronnya
dikenal sebagai konduktor listrik. Semakin mudah atom-atom
kehilangan elektron-elektronnya, maka sifat konduksinya
semakin baik, contoh: tembaga.
Versi 1.0 13
1.2. ARUS, TEGANGAN & HUKUM OHM
Sumber Tegangan Ideal
Sumber tegangan yang dihasilkan oleh tegangan output yang tidak
tergantung pada nilai dari tahanan bebannya, contoh: sebuah
batere sempurna akan bertahanan dalam sama dengan nol.
Sumber Tegangan Riil
Tidak ada sumber tegangan yang dapat menghasilkan arus tak
terhingga, sebab setiap sumber tegangan adalah riil, yaitu: selalu
mempunyai tahanan dalam tertentu besarnya.
Arus Beban Hubungan Singkat
Tahanan dalam dari suatu sumber tegangan riil tampak
terhubung seri dengan tahanan beban.
Arus beban maksimum yang dapat diberikan oleh sumber
tegangan riil disebut dengan arus beban hubung singkat.
Untuk menghitungnya dapat digunakan persamaan di bawah ini :
I = V
s
/ R
s
dimana:
V
s
= besar tegangan sumber
R
s
= besar tahanan dalam
Versi 1.0 14
Grafik dari Arus Beban
Bila tahanan beban bertambah besar maka arus beban akan
bertambah kecil, dapat dilihat dari grafik dan gambar di bawah ini:





Rumus untuk Arus beban: I
L
=V
S
/(R
S
+R
L
)
Tegangan Beban
Bila tahanan beban bertambah besar menuju tak terhingga, maka
tegangan beban akan mendekati sumber tegangan yang ideal.
Rumus Tegangan beban :
tetapi karena I
L
=V
S
/(R
S
+R
L
) maka:
V
L
= (V
S
/(R
S
+R
L
).R
L

V
L
= I
L
.R
L

Versi 1.0 15
Sumber Tegangan Konstan
Adalah sumber tegangan yang tahanan dalamnya
sekurang-kurangnya 100 kali lebih kecil daripada
tahanan beban.
Pada sumber tegangan konstan, perbedaan antara
tegangan beban dan tegangan ideal atau tegangan
beban terbuka adalah kurang dari satu persen , cukup
kecil untuk dapat diabaikan pada kebanyakkan disain,
analisa,dan didalam melakukan pemecahan masalah.
Versi 1.0 16
Sumber Arus
Sumber-sumber arus biasanya tidak dibuat
dari kombinasi batere dan tahanan karena
tahanan seri yang besar tidak memungkinkan
sumber arus memberikan arus yang cukup
besar untuk aplikasi-aplikasi yang praktis.
Sebagai gantinya, transistor-transistor dan
komponen-komponen lainnya dirangkaikan
sedemikian rupa sehingga menghasilkan
sumber arus konstan yang dapat memberikan
arus beban dalam ukuran ampere.
Versi 1.0 17
1.3. TEOREMA-TEOREMA

Teorema Thevenin
Pemikiran Dasar
Thevenin menemukan bahwa setiap rangkaian yang mempunyai
loop ganda dapat disederhanakan menjadi sebuah rangkaian yang
hanya terdiri dari sebuah loop, dengan kata lain rangkaian yang
bagaimanapun rumitnya selalu dapat disederhanakan menjadi
rangkaian loop tunggal.
Tegangan Thevenin
Adalah tegangan yang tampak pada terminal-terminal beban bila
dilakukan pelepasan tahanan beban.
Tahanan Thevenin
Adalah tahanan yang diukur pada terminal-terminal beban ke arah
sumber, bila semua sumber yang ada dihilangkan, berarti setiap
tegangan sumber diganti dengan hubungan singkat dan
setiap sumber arus diganti dengan hubungan terbuka.
Versi 1.0 18
Teorema Norton
Arah Arus
Arah arus yang dilambangkan dengan tanda panah berarti bahwa
pangkal pada tanda panah menandakan terminal negatif sedangkan
ujungnya menandakan terminal positif.
Tahanan Norton
Tahanan Norton sama dengan tahanan Thevenin, perbedaannya
adalah pada tahanan Norton terhubung paralel dengan sumbu arus.
Troubleshoting
Hubungan Singkat dan Terbuka
Salah satu cara yang dapat merusak suatu komponen adalah
dengan melampaui daya maksimum yang diperoleh.
Cara lainnya yang dapat menimbulkan keadaan hubungan singkat
dan terbuka yang tidak diinginkan adalah pada saat proses
pencelupan dari pensolderan pada papan hubung rangkaian.
Kerusakan Yang Tersembunyi
Salah satu faktor penyebabnya adalah pemberian pana sesaat
yang terlalu tinggi pada tahanan dapat menyebabkan perubahan
pada nilai tahanan.
Versi 1.0 19
Bab 2. Komponen Pasif
1. Jaringan Resistor-resistor
2. Kapasitor, Induktor, Relay & Rangkaian Time Delay

Versi 1.0 20
Bab 3. Komponen Aktif

A. Semikonduktor: Dioda
B. Semikoduktor: Transistor
C. Transduser-transduser & Sistem
Versi 1.0 21
A. DIODA
3.1. TEORI DIODA
3.1.1. TEORI SEMIKONDUKTOR
Struktur Atom
Bohr membuat model atom yang ideal dimana sebuah inti atom
dikelilingi oleh elektron-elektron yang mengitarinya, inti atom
memiliki muatan positif yang menarik elektron-elektron.
Elektron-elektron akan jatuh ke dalam inti atom jika tidak
memiliki gaya sentrifugal pada gerakannya, agar sebuah
elektron bergerak didalam orbit (lintasan edar) yang stabil, maka
ia harus mempunyai kecepatan tertentu agar supaya gaya
sentrifugal seimbang dengan gaya tarik inti.
Tingkat Energi
Untuk mengambarkan tingkatan energi maka digunakan
lintasan-lintasan sebagai gambarannya, makin besar tingkat
energi yang dihasilkan maka lintasannyapun akan semakin
besar.
Kristal
Adalah suatu bentuk padat dari atom-atom yang saling
menyusun dirinya dalam suatu susunan yang teratur.
Versi 1.0 22
Hole
Adalah suatu lintasan kosong yang diakibatkan oleh
berpindahnya satu elektron dari tingkat energi yang
rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi .
Jalur Energi
Diakibatkan oleh berkumpulnya elektron-elektron yang
memiliki tingkat energi yang hampir sama pada suatu
jalur.
Versi 1.0 23
3.1.2. KONDUKSI DALAM KRISTAL
Suhu Nol Mutlak
Adalah suatu kondisi dimana elektron tidak bergerak sama sekali.
Suhu di Atas Nol Mutlak
Adalah suatu kondisi dimana elektron dapat mulai bergerak.
Silikon Terhadap Germanium
Pada suhu ruang kristal silikon hampir tidak memiliki elektron bebas
dibandingkan dengan kristal germanium.
Arus Hole
Hole pada semikonduktor dapat menghasilkan arus, hal inilah yang
membedakannya dengan kawat tembaga.
Semikonduktor memiliki dua lintasan untuk arus, yaitu :
Arus jalur konduksi yang sama dengan yang terjadi didalam kawat
tembaga.
Arus valensi arus yang dihasilkan dari perpindahan elektron kedalam
hole yang ada.

Versi 1.0 24
3.1.3. DOPING
Semikonduktor Tipe-n
Suatu tipe semikonduktor yang memiliki banyak
elektron-elektron bebas dibandingkan dengan hole.
Semikonduktor Tipe-p
Suatu tipe semikonduktor yang memiliki banyak hole
dibandingkan elektron bebas.
Tahanan Bulk
Suatu tahanan yang dimiliki oleh semikonduktor yang
didoping, jika semikonduktor di-dop sedikit maka
tahanan bulknya besar, jika sebaliknya maka tahanan
bulknya kecil.
Versi 1.0 25
3.1.4. DIODA TANPA BIAS
Depletion Layer
Depletion layer disebabkan oleh perpindahan antara hole ke
elektron dan sebaliknya.
3.1.5. FORWARD BIAS
Arus Forward Yang Besar
Forward bias akan menghasilkan arus yang besar karena
semikonduktor tipe-p dihubungkan ke kutub positif baterai dan
semikonduktor tipe-n dihubungkan ke kutub negatif dari baterai.
3.1.6. REVERSE BIAS
Lapisan Kosong
Hal ini dikarenakan semikonduktor tipe-p dihubungkan ke terminal
negatif batere sehingga hole akan ditarik keterminal negatif
bukannya melewati junction menuju ke elektron sehingga
menyebabkan semakin berkurangnya hole pada semikonduktor
tipe-p tersebut, begitu pula yang dialami oleh semikomduktor tipe-n.
Tegangan Breakdown
Adalah besar batas kemampuan dari dioda untuk menerima
tegangan.
Versi 1.0 26
3.1.7. KOMPONEN LINIER
Salah satu contoh dari komponen linier adalah tahanan karena
memiliki karakteristik arus tegangannya yang linier.
3.1.8. GRAFIK DIODA
Knee Voltage
Tegangan dimana arus mulai bertambah secara cepat, untuk dioda
silikon = 0.7 volt dan germanium = 0.3 volt.
Bulk Resistance
Setelah diatas tegangan lutut arus pada dioda akan bertambah
dengan cepat dan yang menahannya adalah tahanan bulk.
Daerah Reverse
Suatu daerah dimana dioda masih dalam keadaan non-aktif
Versi 1.0 27
3.2. RANGKAIAN DIODA
3.2.1. GELOMBANG SINUS
Nilai Puncak
Nilai maksimum yang dimiliki oleh gelombang sinus.
Nilai Puncak ke Puncak
Adalah perbedaan aljabar antara nilai maksimum
gelombang sinus dengan nilai minimumnya :
V
pp
= V
maks
V
min
Nilai Akar Rata-rata Kuadrat ( RMS )
Adalah nilai efektif atau nilai panas yang ditetapkan
sebagai tegangan dc yang menghasilkan sejumlah
panas yang sama dengan yang dihasilkan tegangan
gelombang sinus.
Versi 1.0 28
3.2.2. TRANSFORMATOR
Penurunan Tegangan
Penurunan tegangan disini merupakan salah satu fungsi dari
transformator, di mana setiap transformator terdiri dari tegangan
primer dan sekunder.
Pengaman
Di dalam transformator ideal arus yang diberikan :


I
1
=

N
2
I
2
N
1

V
1
=

N
2
V
2
N
1
Dimana :
V
1
= tegangan primer
V
2
= tegangan sekunder
N
1
= banyak lilitan primer
N
2
= banyak lilitan sekunder
Versi 1.0 29
3.2.3. PENYEARAH SETENGAH GELOMBANG
Penyearah
Suatu cara pengubahan tegangan masukkan ac
menjadi tegangan dc yang berdenyut, dengan
kata lain tegangan selalu positif atau nol.
V
out
(puncak) = V
2
(puncak)

Tegangan Rata-rata
Dengan mengabaikan penurunan tegangan pada
dioda , nilai dc atau tegangan rata-rata dari sinyal
setengah gelombang :
V
dc
= 0.318 V
2
(puncak)
sering ditulis V
dc
= V
2
(puncak) /
Versi 1.0 30
Rangkaian penyearah power supply
V
beban
= V
2
(puncak)
V
beban
= 0,5 V
2
(puncak)
V
beban
= V
2
(puncak)
C R
C R
R
C
V
beban
= V
2
(puncak)
V
beban
= 0,5 V
2
(puncak)
V
beban
= V
2
(puncak)
C R
C R
R
C
b. Penyearah gelombang-penuh
a. Penyearah setengah-gelombang
c. Penyearah jembatan
Versi 1.0 31
3.2.4. PENYEARAH GELOMBANG PENUH
Pengaruh Sambungan Tengah pada Belitan Sekunder
Penyearah gelombang penuh seperti dua penyearah gelombang
setengah yang saling membelakang dengan satu penyearah menangani
setengah siklus pertama dan lainnya menangani setengah siklus kedua.
Masing masing rangkaian dioda hanya menerima setengah tegangan
sekunder dikarenakan adanya sambungan tengah pada belitan
sekunder.
Besarnya tegangan luaran yang disearahkan adalah
V
out
(puncak) = 0,5 V
2
(puncak)
Tegangan Rata-rata
Nilai rata-rata atau nilai dc dari keluaran gelombang penuh yang
disearahkan adalah dua kali keluaran setengah gelombang yang
disearahkan yang digerakkan oleh tegangan sekunder yang sama :

V
dc
= 0.636 V
out
(puncak) atau rumus lainnya
V
dc
= 2V
out
(puncak) /
Versi 1.0 32
Frekuensi
Periode T suatu bentuk gelombang berulang adalah waktu diantara
dua titik yang sama atau sepadan pada gelombang tersebut,
frekuensi f ialah kebalikkan dari periode T.
Pada penyearah setengah gelombang , periode keluarannya sama
dengan frekuensi masukannya
Puncak Tegangan Balik
PIV = V
2
(puncak)

3.2.5. PENYEARAH JEMBATAN
Tegangan Rata-rata
Dengan mengabaikan penurunan tegangan pada dioda maka
puncak tegangan beban :
V
out
(puncak) = V
2
(puncak)
Karena keluaran penyerah jembatan adalah gelombang penuh ,
maka nilai rata-rata atau nilai dc :
V
dc
= 0.636 V
out
(puncak)
Versi 1.0 33
3.2.6. PENAPIS KAPASITOR MASUKKAN
Menapis Setengah Gelombang
Pada penapis ini digunakan pada rangkaian penyearah setengah
gelombang agar menghasilkan keluaran tegangan dc yang tetap.
Menapis Gelombang Penuh
Penapis ini digunakan pada rangkain penyearah gelombang penuh
dan penyearah jembatan .
Sudut Menghantar Dioda
Masing masing dioda memiliki sudut penghantar 180.
Penurunan Riak (ripple) Secara Matematis
Dapat dilihat dengan menggunakan rumus di bawah ini :

V
rip
= I/C
Dimana: V
rip
= tegangan riak ke puncak,
= frekuensi riak
C = kapasitansi
Versi 1.0 34
Versi 1.0 35
B. TRANSISTOR
3.1. TEORI TRANSISTOR
3.1.1. BEBERAPA IDE DASAR
Dioda Emiter dan Kolektor
Transistor mempunyai dua sambungan junction yaitu
satu diantara emiter dan basis dan lainnya di antara
basis dan kolektor, hal inilah maka transistor seperti dua
buah dioda.
Transistor Tanpa Bias
Maksudnya adalah suatu dioda yang tanpa diberikan
tegangan untuk membuat agar suatu transistor aktif.
Membias Transistor
Maksudnya adalah cara pemberian tegangan pada
transistor yang terdiri dari dua cara yaitu reverse bias
dan forward bias.
Versi 1.0 36
3.1.2. BIAS MAJU BALIK
Pendahuluan
Pada bias ini dioda emiter pada transistor dibias maju dan pada
dioda kolektor transistor di bias balik.
Pandangan dari Sudut Energi
Bias maju pada dioda emiter akan mengembalikan jumlah elektron-
elektron bebas yang di injeksikan ke basis, makin besar V
BE
, makin
banyak jumlah elektron yang di injeksikan.
Bias balik pada dioda kolektor mempunyai pengaruh yang kecil
pada jumlah elektron yang memasuki kolektor, memperbesar VBE
akan mempertinggi bukit energi kolektor, tetapi ini tidak berarti
merubah jumlah elektron yang tiba pada lapisan pengosongan
kolektor.
Alfa DC
Mengandung pengertian bahwa lebih dari 95 % dari elektron-
elektron yang diinjeksikan mencapai kolektor, dengan perkataan lain
arus kolektor sama dengan arus emiter.

dc
= I
C
/I
E
Versi 1.0 37
Resistansi Penyebaran Basis
Dengan dua lapisan pengosongan menembus basis,
lubang-lubang basis dibatasi pada kanal tipis dari
semikonduktor jenis P, resistansi dari kanal tipis ini
disebut resistansi penyebaran basis.
Tegangan Breakdown
Tegangan breakdown tergantung pada lebar dari lapisan
pengosongan dan tingkat doping.
Versi 1.0 38
3.1.4. HUBUNGAN CE
Kerja CE
Versi 1.0 39
Dengan mengubah suatu hubungan CB menjadi suatu hubungan
CE (gambar (a)) tidak berarti mengubah cara kerja transistor.
Elektron-elektron bebas bergerak tepat sama seperti sebelumnya,
yaitu emiter penuh dengan elektron-elektron bebas (gambar (b)).
Jika V
be
lebih besar daripada 0.7 V, emiter akan menginjeksikan
elektronelektron ini ke dalam basis ( gambar (c)). Seperti
sebelumnya, basis yang tipis dan didope sedikit memberikan hampir
semua elektron ini waktu hidup yang cukup untuk berdifusi ke dalam
lapisan pengosongan kolektor. Dengan dioda kolektor yang di
bias balik, medan lapisan pengosongan mendorong elektron-
elektron ke dalam daerah kolektor, di mana mereka mengalir keluar
menuju sumber tegangan luar (gambar (d)).
Beta DC
Dengan menghubungkan arus kolektor dan arus emiter maka akan
didapat :
dc
= I
C
/I
B
Hubungan Antara
dc
dan
dc

dc
=
dc
/(1-
dc
)

dc
=
dc
/ (
dc
+ 1 )
Daerah Aktif
Suatu daerah dimana transistor sudah mulai bekerja.
Versi 1.0 40
3.1.5. KARAKTERISTIK TRANSISTOR
1. Kurva Kolektor
Versi 1.0 41
Data kurva CE dapat diperoleh dengan membentuk suatu rangkaian
seperti gambar (a) atau dengan menggunakan "transistor curve tracer".
Gagasan dari kedua cara tersebut, yaitu dengan mengubah-ubah
tegangan V
bb
dan V
cc
untuk memperoleh tegangan dan arus transistor
yang berbeda-beda. Untuk mendapatkan hasil yang baik, prosedur
yang biasa digunakan yaitu dengan menentukan suatu nilai dari I
b
dan
menjaganya tetap konstan sambil V
cc
di ubah-ubah. Dengan mengukur
I
c
dan V
ce
, dapat diperoleh data untuk menggambar grafik I
c
versus V
ce
.

2. Kurva Basis







Gambar (a) menunjukkan suatu grafik dari arus basis versus tegangan
basis emiter.

Versi 1.0 42
Gambar (b): Pada tegangan kolektor yang lebih tinggi, kolektor
menangkap sedikit lebih banyak elektron, hal ini akan mengurangi arus
basis dapat dilihat pada Kurva dengan V
ce
yang lebih tinggi mempunyai
arus basis sedikit lebih kecil untuk suatu nilai V
be
yang diberikan, dan
fenomena ini disebut sebagai pengaruh early.

3. Kurva Penguat Arus






dc
dari sebuah transistor disebut juga penguatan arus , sangat besar
perubahannya, gambar diatas menunjukkan perubahan khusus dari
dc
.
Pada temperatur tertentu
dc
betambah sampai suatu harga maksimum,
nilai arus kolektor bertambah. Jika I
c
ditambah terus maka
dc
akan
turun. Perubahan
dc
dapat mencapai 3 : 1 pada daerah arus yang
berguna dari transistor, hal ini tergantung dari jenis transistornya.
Versi 1.0 43
4. Tegangan Saturasi Kolektor







Gambar di atas menunjukkan salah satu dari kurva kolektor. Bagian
awal dari kurva disebut daerah saturasi, bagian ini terletak antara titik
pusat dan knee dari kurva. Bagian datar kurva merupakan daerah
aktif. Bagian akhir dari kurva adalah daerah breakdown, dimana
bagian ini harus selalu dihindari.

5. GARIS BEBAN DC
Garis beban dapat digambarkan pada kurva kolektor untuk
memberikan pandangan yang lebih banyak bagaimana transistor
bekerja dan daerah mana dia beroperasi. Pendekatannya sama
dengan yang digunakan pada diaoda. Pada gambar (a) tegangan
sumber V
cc
membias balik dioda kolektor melalui R
c
.
Tegangan pada tahanan ini adalah V
cc
V
ce
, jadi arus yang
melaluinya sama dengan : I
c
= (V
cc
-V
ce
)/R
c
Versi 1.0 44
6. SUMBER ARUS TRANSISTOR
Tahanan Emiter






Gambar (a) mempunyai sebuah tahanan R
e
antara emiter dan titik
common.Arus emiter mengalir melalui tahanan ini, menghasilkan
tegangan jatuh sebesar I
e
R
e
. Penjumlahan tegangan di sekitar loop
output memberikan:
V
ce
+ I
e
R
e
V
cc
+ I
c
R
c
= 0
Karena arus kolektor hampir sama dengan arus emiter, kita dapat
menulis kembali persamaan di atas menjadi :
I
c
(V
cc
-V
ce
)/(R
c
+R
e
)
Versi 1.0 45
Mengeset Arus Emiter
Untuk mengerti bagaimana kita dapat mengeset
arus kolektor pada suatu nilai tertentu maka
jumlahkan tegangan sekitar loop input dari
gambar (a) :
V
be
+ I
e
R
e
V
bb
= 0
Dengan menyelesaikan Ie, maka didapat
I
e
= (V
bb
-V
be
)/R
e
dimana: V
bb
-V
be
adalah tegangan pada
tahanan emiter.
Versi 1.0 46
3.2. RANGKAIAN TRANSISTOR
1. PRATEGANGAN BASIS









Gambar (a) adalah contoh prategangan basis (prategangan tetap).
Biasanya catu daya basis sama dengan catu daya kolektor (V
bb
=
V
cc
). Dalam hal ini tahanan basis dan tahanan kolektor disambung
dengan sisi positif dan catu kolektor, dan rangkaianrangkaiannya
dapat digambarkan seperti yang ditunjukkan pada gambar (b).
Versi 1.0 47
2. PRATEGANGAN UMPAN BALIK EMITER







Gambar (a) menujukan cara pertama yang digunakan untuk mengimbangi
perubahan
dc
. Biasanya, catu basis dan catu kolektor sama dan rangkaian
digambarkan seperti yang ditunjukkan dalam gambar (b), gagasannya adalah
perubahan menggunakan tegangan melintas tahanan emiter untuk mengimbangi
perubahan pada
dc
.
Garis Beban DC
Jika tegangan-tegangan yang melingkari simpul kolektor dijumlahkan seperti pada
gambar (b), maka di dapatkan :
V
ce
+ I
e
R
e
V
cc
I
c
R
c
= 0
Karena Ie hampir sama dengan Ic, persamaan ini dapat di atur kembali menjadi
I
c
(V
cc
V
ce
) / (R
c
+ R
e
)
Dengan demikian diperoleh ujung atas garis bebas mempunyai arus jenuh V
cc
/(R
c
+ R
e
)
dan ujung bawah garis beban mempunyai tegangan putus Vcc.
Versi 1.0 48
Pengaruh dc
Selanjutnya dapat dihitung tegangan-tegangan melingkar simpul basis
untuk mendapatkan
V
be
+ I
e
R
e
V
cc
+ I
b
R
b
= 0
Karena I
e
I
c
dan I
b
= I
c
/
dc
maka persamaan diatas dapat ditulis kembali
menjadi :
I
c
(V
cc
V
be
) / (R
e
+ R
b
/
dc
)
Tujuan prategangan umpan balik emiter adalah untuk menghilangkan
pengarus perubahan
dc
, ini berarti sama dengan R
e
yang jauh lebih besar
daripada R
b
/
dc
.
Kejenuhan
Jika R
b
=
dc
.R
b
, maka persamaan diatas menghasilkan
I
c
= (V
cc
V
be
) / (R
e
+ R
c
)
Harga ini sedikit lebih rendah daripada harga arus jenuh yang telah
ditemukan terdahulu, yaitu V
cc
/(R
e
+ R
c
). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa resistansi basis yang sedikit lebih rendah daripada

dc
.R
c
mengakibatkan kejenuhan pada rangkaian prategangan umpan balik
emiter.
Versi 1.0 49
Gambar (a) memperlihatkan
prategangan umpan balik
kolektor. Tahanan basis
disambung dengan kolektor
dan bukan dengan catu daya,
hal ini yang akan
membedakan prategangan
umpan balik kolektor dengan
prategangan basis.
Garis Beban DC
Dengan menjumlahkan tegangan melingkari
simpul kolektor, diperoleh
V
ce
V
cc
+ ( I
c
+ I
b
)R
c
= 0
Karena dalam daerah aktif I
b
jauh lebih kecil
daripada I
c
, maka I
b
dapat diabaikan sehingga
persamaan dapat diubah menjadi
I
c
( V
cc
V
ce
)/ R
c

Pengaruh
dc
Jika tegangan-tegangan yang melingkari
simpul basis dijumlahkan, maka
V
be
V
cc
( I
c
+ I
b
)R
c
+ I
b
R
b
= 0 atau
V
be
V
cc
+ I
c
R
c
+ I
b
R
b
0
Karena I
b
= I
c
/
dc
, persamaan diatas dapat
digunakan untuk mencari I
c
sebagai berikut:
I
c
(V
cc
V
be
)/(R
c
+ (R
b
/
dc
))
3. PRATEGANGAN UMPAN BALIK KOLEKTOR
Versi 1.0 50
Arus Emiter
Prategangan pembagi tegangan bekerja sebagai berikut jika sambungan
basis dalam gambar (a) dibuka maka dapat dilihat ke pembagi tegangan
tanpa beban yang mempunyai tegangan Thevenin sebesar
V
TH
= ( R
2
/ ( R
1
+ R
2
)) V
CC
Dan jika kawat basis disambungkan kembali , maka bentuk rangkaian akan
seperti gambar (b) dan persamaan arus kolektornya akan sama dengan :
I
E
= ( V
TH
V
BE
)/R
E


4. PRATEGANGAN PEMBAGI TEGANGAN
Gambar (a) memperlihatkan prategangan
pembagi tegangan, rangkaian ini adalah
rangkaian prategangan yang paling banyak
digunakan dalam rangkaian-rangkaian linier.
Nama " pembagi tegangan" berasal dari pembagi
tegangan yang dibentuk oleh R
1
dan R
2
.
Tegangan melintas R
2
memberikan prategangan
maju pada dioda emiter.
Versi 1.0 51
Dengan menjumlahkan tegangan-tegangan melingkar simpul basis pada
gambar di atas diperoleh:
V
BE
+ I
E
R
E
V
TH
+ I
B
R
TH
= 0
Karena I
B
I
E
/
dc
, maka persamaan tadi disederhanakan menjadi:
I
E
(V
TH
V
BE
)/(R
E
+ (R
TH
/
dc
))
Bila R
E
100 kali lebih besar daripada R
TH
/
dc
, maka suku yang kedua dapat
diabaikan dan persamaan disederhanakan menjadi :
I
E
( V
TH
V
BE
) / R
E
Rangkaian prategangan pembagi tegangan yang kaku adalah rangkaian yang
memenuhi syarat sebagai berikut :
R
TH
= 0,01
dc
R
E

Kunci rangkaian yang terancang dengan baik ialah
kekakuan (stiffness) pembagi tegangannya, disini
akan diuraikan cara memperoleh garis tutunan
perancangan untuk mendapatkan rangkaian seperti
gambar disamping dengan
R
TH
= (R
1
R
2
)/(R
1
+ R
2
)
dan dapat disederhanakan menjadi:
R
TH
= R
1
R
2
,
Dimana: garis vertikal berarti "paralel dengan".
Stiff Voltage Divider
Versi 1.0 52
Garis Beban DC
Jika tegangan melingkar simpul kolektor pada gambar diatas
dijumlahkan dan menyelesaikannya untuk mencari I
C
, maka didapat :
I
C
= (V
CC
V
CE
)/(R
C
+R
E
)
Dari persamaan ini jelas bahwa ujung atas garis beban mempunyai
arus jenuh V
CC
/(R
C
+R
E
) dan ujung bawahnya mempunyai tegangan
putus V
CC
.

Tegangan-tegangan Transistor
Tegangan kolektor tanah V
C
sama dengan regangan catu dikurangi
penurunan tegangan melintas tahanan kolektor:
V
C
= V
CC
- I
C
R
C
Tegangan emiter tanah ialah:
V
E
= I
E
R
E
Tegangan emiter tanah dapat juga diperoleh dari:
V
E
= V
TH
V
BE

Pada rancangan kaku tegangan basis tanah ialah:
V
B
= V
TH
Versi 1.0 53
Gambar (a) memperlihatkan prategangan
emiter, yang kadang-kadang digunakan bila
catu belah ( split supply ) tersedia. Gambar (b)
adalah cara yang sederhana untuk
menggambarkan rangkaian itu.
Jika R
B
cukup kecil, tegangan basis mendekati
nol. Tegangan emiter adal;ah satu tegangan
jatuh V
BE
di bawahnya. Jadi , tegangan
melintas tahanan emiter adalah V
EE
V
BE
dan
arus emiternya adalah
I
E
( V
EE
V
BE
)/ R
E
Karena
dc
tidak terdapat di dalam rumusan ini, titik Q tetap . Di mana saja catu
belah tersedia, prategangan emiter dapat digunakan, karena menyajikan titik Q
yang tangguh, seperti yang disajikan prategangan pembagi tegangan.
Kunci dari rangkaian prategangan emiter yang di rancang dengan baik terletak
pada nilai R
B
. Nilainya harus kecil, maka untuk mencari harga I
E
adalah
I
E
= (V
EE
V
BE
)/(R
E
+ (R
B
/
dc
)
5 . PRATEGANGAN EMITER
Versi 1.0 54
3.3. PENGUAT TRANSISTOR

3.3.1. PENGUAT DAYA KELAS A
1. GARIS BEBAN AC DARI PENGUAT EMITER SEKUTU
Setiap penguat melihat dua beban yaitu beban dc dan ac.
Oleh semua itu, semua penguat mempunyai dua garis
beban yaitu garis beban dc dan ac.
Versi 1.0 55
GARIS BEBAN DC DAN AC











Penguat CE pada gambar (a) mempunyai rangkaian ekivalen dc seperti yang
ditunjukkan pada gambar (b). Dengan rangkaian ekivalen dc ini dapat
diturunkan garis beban dc seperti gambar (c).
Versi 1.0 56
Bila sebuah sinyal menggerakkan transistor pada gambar (a) ,
kapasitor-kapasitor nampak seperti hubungan singkat ac. Itulah
sebabnya mengapa resistansi sumber dan resistansi beban dilihat
berbeda oleh transistor.
Dengan kata lain , resistansi Thevenin ac yang menggerakkan basis
adalah
r
n
= R
S
R
1
R
2
Dan resistansi beban ac yang terlihat oleh kolektor adalah
r
C
= R
C
R
L
Gambar (d) memperlihatkan rangkaian ekivalen ac . Rangkaian ini
menyajikan garis beban ac seperti pada gambar (c) .
Bila tidak ada sinyal, transistor beroperasi pada titik Q yang
ditunjukkan pada gambar (c). Bila ada sinyal , titik operasi berayun
sepanjang garis beban ac dan bukan garis beban dc karena
resistansi beban ac berbeda dengan resistansi beban dc.
Versi 1.0 57
2. PERBANDINGAN TEGANGAN PADA PENGUAT DAYA KELAS A
BATI TEGANGAN DENGAN BEBAN
Di dalam penguat CE pada gambar (a) tegangan ac v
in
menggerakkan basis, menghasilkan tegangan keluaran ac v
out
. Bati
tegangan tanpa beban adalah
A = -(R
C
/r
e
)
Karena resistansi ac yang dilihat oleh kolektor adalah
r
C
= R
C
R
L
Sehingga dapat dihitung langsung bati tegangan dengan beban
dengan menggunakan rumus sebagai berikut
A
e
= -( r
C
/r
e
)
Rumus alternatif dari bati tegangan ini dapat digunakan untuk
menghitung pengaruh R
L
tanpa mengganti rangkaian keluar
rangkaian Thevenin-nya.
Versi 1.0 58
BATI ARUS
Pada gambar (a), bati arus sebuah transistor adalah perbandingan
arus kolektor ac terhadap arus basis ac. Persamaannya adalah
sebagai berikut :
A
i
= (i
c
/i
b
)
Dimana :
A
i
= bati arus
i
e
= arus kolektor ac
i
b
= arus basis ac
Tergantung dari impedansi keluar sumber arus kolektor dan
resistansi beban tetapi dalam banyak rangkaian dapat digunakan
pendekatan berikut ini dengan kesalahan yang dapat diabaikan :
A
i

Versi 1.0 59
BATI DAYA
Pada gambar (a) , daya masuk ac pada basis adalah
V
in
= v
in
i
b
Daya keluar dari kolektor adalah
V
out
= -v
out
i
c
Dimana tanda kurang diperlukan karena adanya pembalikan fasa.
Perbandingan V
out
/V
in
di sebut bati tegangan dan ditulis dengan
A
p
. Dengan mengambil perbandingan v
out
terhadap v
in
maka
didapatkan
A
p
= (V
out
/V
in
) = -(v
out
i
c
/v
in
i
b
)
Karena A
v
= v
out
/v
in
dan A
i
= i
c
/i
b
, maka
A
p
= -A
v
A
I

Dimana: A
p
= bati daya
A
v
= bati tegangan
A
i
= bati arus
Versi 1.0 60
Versi 1.0 61
3. DAYA BEBAN
Beban pada penguat dapat berupa pengeras suara , motor, atau alat
lainnya. Penting untuk mengetahui berapa banyak daya yang mencapai
tahanan beban. Pada gambar (a) diatas daya ac ke dalam tahanan beban
R
L
adalah P
L
= V
L
2
/R
L
Dimana P
L
= daya beban ac
V
L
= tegangan beban rms
R
L
= resistansi beban
Persamaan ini cocok bila digunakan untuk mengukur tegangan beban ac
dengan voltmeter karena voltmeter biasanya dikalibrasi terhadap harga-
harga arus.
Sering juga perlu diperlukan melihat tegangan keluar ac dengan
osiloscop. Dalam hal ini sebaiknya digunakan rumus yang menggunakan
tegangan puncak ke puncak dan bukan tegangan arus.
Karena V
L
= 0.707V
P
dan V
P
= V
PP
/2 dapat ditulis menjadi
V
L
= 0.707V
P
= 0.707V
PP
/2
jika dimasukkan kedalam persamaan daya beban menjadi
P
L
= V
PP
2
/(8 R
L
)
Versi 1.0 62
DAYA BEBAN AC MAKSIMUM
Kepatuhan keluaran ac PP sama dengan maksimum
tegangan keluar tak terpotong, maka dengan demikian
maka persamaan daya beban diatas dapat diubah menjadi
P
L
(maks) = PP
2
/(8R
L
)

Daya ini adalah daya beban ac maksimum yang dapat
dihasilkan penguat kelas A tanpa potong.
Gambar (b) diatas memperlihatkan bagaimana daya beban
berubah dengan perubahannya tegangan beban puncak ke
puncak. Lengkung ini berbentuk parabola karena daya
sebanding langsung dengan kuadrat tegangan. Seperti
yang dapat dilihat, daya beban maksimum terjadi bila
tegangan beban puncak ke puncak sama dengan
kepatuhan keluaran ac.
Versi 1.0 63
4. DISIPASI DAYA TRANSISTOR
Bila tidak ada sinyal yang menggerakkan penguat, disipasi daya transistor
sama dengan perkalian tegangan dan arus dc :
P
DQ
= V
CEQ
I
CQ
Dimana: P
DQ
= disipasi daya tenang
V
CEQ
= tegangan kolektor emiter tenang
I
CQ
= arus kolektor
Disipasi daya ini tidak boleh melebihi batas kemampuan daya transistor.
Jika hal itu terjadi, transistornya dapat menjadi rusak.
Gambar (c) diatas memperlihatkan bagaimana disipasi daya transistor
berubah dengan berubahnya tegangan beban puncak ke puncak. P
D

berharga maksimum bila tak ada sinyal masuk. Harganya turun bila
tegangan beban puncak ke puncak naik. Dalam kasus terburuk, transistor
harus mempunyai batas kemampuan daya lebih besar daripada P
DQ
, yaitu
disipasi tenang. Persamaannya adalah sebagai berikut :
P
D
(maks) = P
DQ
Versi 1.0 64
5. PENGURAS ARUS ( CURRENT DRAIN )
Pada penguat seperti gambar (a) diatas, sumber tegangan dc V
CC
harus
memberikan arus searah ke pembagi tegangan dan rangkaian kolektor.
Apabila pembagi tegangannya kaku, akan disajikan penguras arus dc
berharga
I
1
= V
CC
/ ( R
1
+ R
2
)
Pada rangkaian kolektor, penguras arus dc adalah
I
2
= I
CQ
Pada penguat kelas A, perubahan sinusoidal pada arus kolektor ratarata
sama dengan nol. Dengan demikian , baik ada sinyal ac atau tidak,
sumber dc harus memberikan arus rata rata
I
S
= I
1
+ I
2
Arus ini adalah penguras arus dc total. Tegangan sumber dc dikalikan
dengan penguras arus dc memberikan daya dc total yang diberikan ke
penguat sebesar :
P
S
= V
CC
I
S
Versi 1.0 65
6. RUMUS RUMUS PENGUAT DAYA KELAS A
Besaran
Rumus Keterangan
I
C(jen)

I
CQ
+ V
CEQ
/(r
C
+ r
E
) Berlaku untuk semua tahapan
V
CE(put)

V
CEQ
+ I
CQ
(r
C
+ r
E
) Berlaku untuk semua tahapan
PP
2I
CQ
r
C
atau 2V
CEQ
Ambil yang terkecil, berlaku untuk tahanan
CE dan CB
PP
2I
CQ
r
E
atau 2V
CEQ
Ambil yang terkecil, berlaku untuk tahanan
CC
P
L

V
L
2
/R
L
Tegangan dalam volt rms
P
L

V
PP
2
/8R
L
Tegangan dalam volt puncak ke puncak
P
L(maks)

PP
2
/8R
L
Maksimum daya keluar tanpa distorsi
P
DQ

V
CEQ
I
CQ
Maksimum disipasi daya transistor
P
S

V
CC
I
S
Daya catu

P
L(maks)
/P
S
Efisiensi tahanan dikali 100%
Versi 1.0 66
3.3.2. PENGUAT DAYA KELAS B
Operasi Kelas B sebuah transistor berarti bahwa arus kolektor hanya
mengalir 180 dari siklus ac. Ini berarti bahwa titik Q ditempatkan di dekat
titik putus dari kedua garis beban dc dan ac. Keuntungan operasi kelas B
adalah rendahnya disipasi daya transistor dan berkurangnya penguras
arus.

1. PUSH PULL CIRCUIT
Jika transistor dioperasikan pada kelas B , maka ia akan menggunting
setengah siklus. Untuk menghindari distorsi yang dapat terjadi, maka
harus digunakan dua transistor dalam susunan dorong tarik. Ini berarti
bahwa satu transistor bekerja selama setengah siklus yang lain. Dengan
rangkaian dorong tarik, dapat dibangun penguat kelas B yang
mempunyai distorsi rendah, daya beban besar dan efisiensi tinggi.
Gambar (a) di bawah ini adalah salah satu cara untuk menyusun
pengikut emiter dorong tarik kelas B. Apa yang dilakukan disini adalah
memasang pengikut emiter npn dan pengikut emiter pnp dalam susunan
komplementer atau dorong tarik, untuk memahaminya dapat dilihat
gambar (b). Perancang memilih tahanan pemberi prategangan untuk
menetapkan titik Q pada titik putus ( cutoff).
Versi 1.0 67
Hal ini akan memberi prategangan dioda emiter
pada setiap transistor di antara 0.6 V dan 0.7 V,
yaitu tegangan yang dibutuhkan untuk mematikan
dioda emiter.
Idealnya, I
CQ
= 0
Perhatikan sifat simetri dari rangkaian itu. Karena
tahanan-tahanan pemberi prategangan adalah
sama, setiap dioda emiter diberi prategangan
dengan tegangan yang sama. Akibatnya setengah
tegangan catu jatuh melintas setiap transistor yaitu,
V
CEQ
= V
CC
/2
Versi 1.0 68
Versi 1.0 69
GARIS BEBAN DC
Karena tidak ada resistansi dc pada rangkaian kolektor atau emiter pada
gambar (b), arus jenuh dc berharga tak terhingga. Ini berarti bahwa garis
beban dc vertikal , seperti ditunjukkan pada gambar (c) diatas. Yang
paling sulit dalam merancang penguat kelas B adalah menentukan titik Q
yang mantap pada titik putus .
Penurunan V
BE
yang besar karena turunnya suhu dapat menggeser titik
Q jauh ke atas pada garis beban dc sampai pada tingkat arus yang
berbahaya. Tetapi, untuk sementara akan dianggap titik Q terletak kokoh
pada titik putusnya, seperti gambar (c) diatas.
GARIS BEBAN AC
Fris beban ac yang telah diuraikan masih berlaku. Untuk sebuah
pengikut emiter, arus jenuh ac adalah
I
C
(jen) = I
CQ
+ (V
CEQ
/r
E
) dan
tegangan putus ac adalah V
CE
(cut) = V
CEQ
+ I
CQ
r
E
Dalam pengikut emiter kelas B pada gambar (a) ,
I
CQ
= 0, V
CEQ
= V
CC
/2, dan r
E
= R
L
.
Dengan demikian, arus jenuh ac dan tegangan putus ac disederhanakan
menjadi:
I
C
(jen) = V
CC
/2R
L
dan I
CE
(put) = V
CC
/2
Versi 1.0 70
Gambar (c) memperlihatkan garis beban ac itu. Bila
sebuah transistor bekerja, titik operasi transistor itu
akan berayun ke atas sepanjang garis beban ac,
sementara itu titik operasi transistor yang lain tetap
berada pada titik putusnya. Tegangan dari transistor
yang menghantar dapat berayun dari keadaan putus
sampai keadaan jenuh.
Pada setengah siklus yang lain, transistor yang lain
melakukan hal yang sama. Ini berarti bahwa kepatuhan
ac dari penguat dorong tarik kelas B lebih tinggi dari
kelas A karena ia sekarang berharga
PP V
CC
Versi 1.0 71
3. DISTORSI NON LINEAR
Seperti yang telah dibahas, penguat sinyal besar kelas A
memperpanjang satu setengah siklus dan
memperpendek yang lainnya. Salah satu cara
mengatasinya ialah dengan pembenaman, yang
mengurangi distorsi nonlinear sampai ke tingkat yang
dapat diterima. Pengikut emiter dorong tarik kelas B
bahkan menekan distorsi ini lebih jauh lagi karena kedua
setengah siklusnya mempunyai bentuk yang sama.
Meskipun distorsi nonlinear masih ada, tetapi jauh lebih
kecil daripada kelas A.
Penyebab distorsi yang rendah ini ialah bahwa semua
harmonik genap dihapuskan. Harmonik ialah
perbanyakan frekuensi masuk.
Versi 1.0 72
4. RUMUS - RUMUS PENGUAT DAYA KELAS B
Besaran
Rumus Keterangan
I
C(jen)

I
CQ
+ V
CC
/2R
L
Pengikut emiter, catu tunggal
V
CE(put)

V
cc
/2 Pengikut emiter, catu tunggal
PP
V
CC
Pengikut emiter, catu tunggal
P
L

V
L
2
/R
L
Tegangan dalam volt rms
P
L
V
PP
2
/8R
L

Tegangan dalam volt puncak ke puncak
P
L(maks)

PP
2
/8R
L
Daya keluar tanpa distorsi maksimum
P
D(maks)

PP
2
/40R
L
Daya disipasi transistor maksimum
PS
V
CC
I
S
Daya catu

P
L(maks)
/P
S(maks)
Efisiensi tahanan dikali 100 %
Versi 1.0 73
3.3.3. PENGUAT DAYA KELAS C
1. OPERASI KELAS C
Daerah dimana arus kolektor yang mengalir
kurang daripada 180 siklus AC disebut daerah
operasi kelas C, hal ini berarti bahwa arus
kolektor penguat kelas C tidak sinusoidal karena
arus mengalir distorsi yang disebabkan oleh
beban yang bersifat tahanan murni , penguat
kelas C selalu menggerakkan rangkaian bejana
resonansi, cara ini menghasilkan tegangan
keluar berupa tegangan sinusoidal.
Versi 1.0 74
PENGUAT BERTALA (TUNED AMPLIFIER)












Gambar (a) memperlihatkan salah satu cara untuk membuat penguat
kelas C. Rangkaian bejana resonansi ditala pada frequensi sinyal
masuk. Bila rangkaian mempunyai faktor kualitas (Q) yang tinggi,
resonansi paralel akan terjadi disekitar :
f
r
1/(2L.C )
Versi 1.0 75
Pada frequensi resonansi impedansi dari rangkaian resonansi paralel
sangat tinggi dan bersifat sebagai tahanan murni.
Jika rangkaian di tala pada frequensi resonansi, tegangan yang melalui
R
L
adalah maksimum dan berbentuk gelombang sinusoidal.
Gambar (b) memperlihatkan lengkungan perubahan bati tegangan
terhadap frequensi. Bati tegangan mencapai harga maksimal A
max
bila
frequensinya sebesar f
r
.
Makin besar Q rangkaian, maka penurunan bati tegangan pada kedua
sisi frequensi resonansi akan semakin cepat.

TANPA TEGANGAN
Gambar (c) adalah rangkaian ekivalen dc. Perhatikan tak ada
prategangan yang di terapkan pada transistor. Dengan demikian , titik Q
terletak pada titik putus dan garis beban dc karena tidak ada
prategangan dc , maka tegangan V
BE
berharga nol. Artinya tidak ada
arus kolektor yang dapat mengalir sampai sinyal masuk lebih besar
daripada 0.7 V. Demikian pula, perhatikan bahwa resistansi kolektor dc
adalah R
S
, yang biasanya sebesar beberapa ohm.
Versi 1.0 76
GARIS BEBAN
Karena R
S
amat kecil , garis beban dc tampak hampir
vertikal, seperti yang ditunjukkan pada gambar (d). Di
sini tak ada bahaya pelanturan internal karena transistor
tak mempunyai arus selain arus bocor. Titik Q
diletakkan pada titik putus tanpa resiko pengaturan
internal.
Berdasarkan gambar (a),
dimana: I
CQ
= 0 dan V
CEQ
= V
CC
,
maka persamaan garis bebannya :
I
CC
(jen) = V
CC
/r
C
dan
V
CEL
(put) = V
CC
Versi 1.0 77
2. HUBUNGAN DAYA PADA KELAS C
DAYA BEBAN
Daya beban AC penguat kelas C di berikan oleh :
P
L
= V
PP
2
/(8R
L
)
dimana: P
L
= daya beban,
V
PP
= tegangan beban puncak ke puncak,
R
L
= Resistansi beban
Daya beban maksimal terjadi bila seluruh garis beban
AC di gunakan, karena PP adalah harga tak terpotong
maksimal, yaitu V
PP
maka daya beban maksimal dapat
ditulis :
P
L
(max) = PP
2
/(8R
L
)

Versi 1.0 78
DISIPASI DAYA TRANSISTOR
Gambar (a) memperlihatkan tegangan CE ideal dari
penguat transistor kelas c. Karena adanya rangkaian
bejana resonansi, maka semua harmonik ditapis
untuk mendapatkan tegangan sinusoidal dengan
frequensi dasar f
r
. Karena tegangan maksimal sekitar
2V
CC
, maka transistor harus mempunyai batas
kemampuan V
CEO
lebih besar daripada 2V
CC
.
Gambar (b) memperlihatkan arus kolektor untuk
penguat kelas C. Perhatikan bahwa I
c
mencapai
harga maksimalnya yaitu I
C
(jen).
Berdasarkan gambar (c) maka daya disipasi
transistor yang maksimum adalah PP
2
/(40r
C
).
Versi 1.0 79
PENGUAT ARUS
Pada gambar (d) terlihat bahwa harga dc atau harga rata-rata IC
tergantung dari sudut hantaran. Untuk sudut hantaran 180, arus rata-
ratanya 0.318 I
C
(jen).
Untuk sudut hantaran yang lebih kecil daripada harga itu, seperti
ditunjukkan pada gambar (d). Arus dc atau arus rata-rata inilah satu-
satunya penguras arus pada penguat kelas C.
Daya dc yang diberikan ke beban :
P
S
= V
CC
I
S
dimana P
S
= daya dc dari catu, V
CC
= tegangan catu,
I
S
= penguras arus dc

EFISIENSI TAHANAN
= (P
L
(max)/ P
S
) X 100 %
Pada penguat kelas C, sebagian besar daya dc yang berasal dari
catu di ubah ke dalam daya beban ac, daya yang hilang pada
transistor dan kumparan cukup kecil sehingga dapat di abaikan.
Versi 1.0 80
3. PELIPAT GANDA FREKUENSI

Selain digunakan sebagai penguatan daya yang efisien,
rangkaian penguat kelas C bertala dapat pula
digunakan sebagai pelipat ganda frequensi.
Gagasannya ialah menala bejana resonansi pada
harmonis atau perbanyakan dari frequensi masukannya.
Gambar (a) memperlihatkan pulsa-pulsa arus yang
sempit menggerakkan rangkaian tertala. Pulsa-pulsa ini
mempunyai frequensi dasar 1 MHz. Pada penguat kelas
C tertala biasa, pada rangkaian resonansi ditala pada
frequensi dasarnya, lalu setiap pulsa arus memuati
kembali kapasitor sekali persiklus keluaran (Gambar
(b)).
Versi 1.0 81
3.4. TRANSISTOR EFEK MEDAN PERSAMBUNGAN (JFET)
JFET adalah sebuah transistor kutub tunggal, untuk bekerjanya
JFET hanya memerlukan pembawa mayoritas.

1. KARAKTERISTIK JFET
Versi 1.0 82
1.Lengkungan-lengkungan penguras
Gambar di atas ini memperlihatkan sekelompok lengkungan
penguras JFET. Bila V
GS
= 0 arus penguras naik dengan cepat
sampai V
DS
ini, arus penguras mendatar dan hampir horinsontal.
Diantara 4 dan 30 v, arus penguras hampir tetap dan JFET berlaku
seperti sumber arus dengan harga 10 mA.
Bila V
DS
melebihi 30 V , JFET dadal. Maka daerah aktif dari JFET
berkisar antara 4 dan 30 V. Huruf di bawah garis dari I
DSS
adalah
singkatan dari penguras ke sumber dengan gerbang di hubung
singkat. I
DSS
adalah arus penguras maksimal yang dapat
dihasilkan JFET.
2. Lengkung Transkonduksi
Adalah grafik arus keluar terhadap tegangan masuk.
Lengkungan terkonduksi pada gambar (b) adalah
sebagian dari parabola , dengan persamaan :
I
D
= I
DSS
[ 1 (V
GS
/V
GS
(put)]
2
Versi 1.0 83
2. BIAS PADA JFET









Gambar (a) menunjukkan polaritas normal untuk bias satu JFET
kanal n, caranya adalah menggunakan tegangan negatif antara
gerbang dan sumbar, ini adalah cara membias reverse gerbang
tersebut. Karena gerbang di bias reverse maka arus yang mengalir
dalam penghubung gerbang hanyalah sustu arus yang kecil
sehingga dapat di abaikan.
Versi 1.0 84
Nama efek medan dihubungkan dengan lapisan
lapisan pengosongan disekitar tiap sambungan pn.
Gambar (b) menujukkan lapisan-lapisan pengosongan
tersebut. Arus dari sumber ke drain harus mengalir
melalui kanal sempit antara lapisan-lapisan
pengosongan. Ukuran dari lapisan-lapisan pengosongan
tersebut menentukan lebar dari saluran konduksi, makin
negatif tegangan gerbang, saluran konduksi menjadi
makin sempit, karena lapisan-lapisan pengosongan satu
sama lain menjadi lebih dekat. Dengan kata lain
tegangan gerbang mengendalikan arus antara sumber
dan cerat Makin negatif tegangan gerbang, arus makin
kecil.
Perbedaan antara transistor dan JFET adalah gerbang
di bias reverse sedangkan basis di bias forward.
Versi 1.0 85
4. PENGERTIAN MOSFET
MOSFET hanya mempunyai satu daerah P seperti dalam gambar di
bawah ini yang disebut substrat.








Makin negatif tegangan gerbang, makin besar pengosongan elektron pita
konduksi dalam kanal n. Dengan tegangan gerbang negatif yang cukup
maka dapat di potong arus antara sumber dan cerat. Karena kerja
dengan gerbang negatif tergantung pada pengosongan kenal dari
elektron pita konduksi, maka operasi gerbang negatif disebit sebagai
mode pengosongan.
Makin positif tegangan gerbang, makin besar konduksi dari sumber ke
cerat. Operasi dari MOSFET dengan tegangan gerbang positif
tergantung pada peningkatan konduksi kanal, maka operasi positif
disebut dengan mode peningkatan.
Versi 1.0 86
UMPAN BALIK POSITIF
Penggunaan utama umpan balik positif adalah dalam osilator,
rangkaian yang membangkitkan sinyal output tanpa sinyal input.
Dalam sebuah osilator, sebagian dari output diberikan kembali ke
input, sinyal umpan balik ini adalah satu-satunya input ke penguat
dalam.
Gambar di bawah ini menunjukkan sebuah sumber tegangan V
yang mengerakkan terminal kesalahan dari penguat. Sinyal yang
diperkuat AV menggerakkan rangkaian umpan balik untuk
menimbulkan tegangan umpan balik ABV. Tegangan ini kembali ke
titik x. Jika pergeseran fase melalui penguat dan rangkaian umpan
balik benar, segnal pada titik x akan tepat sefase dengan sinyal
yang menggerakkan terminal kesalahan dari penguat. Dinyatakan
dengan cara lain, jika pergeseran fase keliling seluruh loop adalah
0, di dapatkan umpan balik.
Versi 1.0 87
Tegangan permulaan dari sebuah osilator terpasang
pada tiap resistor di dalam osilator. Tiap resistor
membangkitkan tegangan derau (noise), tegangan ini
ditimbulkan oleh gerakkan random dari elektron dalam
resistor. Gerakan tersebut adalah begitu random, dan
terdiri dari frekuensifrekuensi sinusoidal sampai lebih
dari 1000 Hz (1012 Hz). Tiap resistor bekerja sebagai
sumber tegangan kecil yang pada dasarnya
menimbulkan semua frekuensi.
Berikut ini adalah ide kunci dibelakang setiap osilator
umpan balik :
Mula-mula penguatan loop AB harus lebih besar daripada
frekuensi di mana pergeseran fase loop adalah 0.
Setelah tingkat yang diinginkan tercapai, AB harus berkurang
menjadi satu dengan mengurangi A atau B.
Versi 1.0 88
UMPAN BALIK NEGATIF

Umpan balik negatif berarti sinyal yang kembali
mempunyai fase yang melawan sinyal input.
Keuntungan dari umpan balik negatif adalah
menstabilkan penguatan perbaikkan impedansi input
dan output, mengurangi distorsi nonlinier dan
menambah lebar pita.
Versi 1.0 89
Empat hubungan penguat dengan umpan balik dasar :

Gambar di samping menunjukkan sebuah penguat
dan rangkaian umpan balik yang dihubungkan seri
paralel (SP), input dari penguat dan rangkaian
umpan balik dalam hubungan seri, tetapi output
dalam hubungan paralel. Dengan hubungan ini,
variabel input pengontrol adalah V
in
dan variabel
output yang dikontrol adalah Vout. Semua tujuan
dari umpan balik SP adalah menghasilkan
kestabilan yang tinggi dan rasio yang tepat dari
V
out
/V
in
.
Gambar di samping menunjukkan cara lain untuk
menghubungkan penguat dan rangkaian umpan
balik. Cara ini disebutkan umpan balik paralel-
paralel (PP) karena input dalam hubungan paralel
dan output dalam hubungan paralel. Seperti akan
dibuktikan nanti, variabel input pengontrol adalah
Iin dan variabel output yang dikontrol adalah V
out
.
Dengan perkataan lain umpan balik PP
menghasilkan rasio V
out
/V
in
yang sangat stabil dan
tepat.
2.
1.
Versi 1.0 90
Gambar disamping menunjukkan hubungan
umpan balik dasar yang terakhir paralel seri (PS).
Input-input penguat dan umpan balik dalam
hubungan paralel, sedangkan output dalam
hubungan seri. Dengan umpan balik ini didapatkan
rasio I
out
/I
in
yang stabil.
Gambar di samping melukiskan jenis dasar ketiga
umpan balik seri-seri (SS). Disini input-input dari
penguat dan rangkaian umpan balik dalam
hubungan seri dan output dalam hubungan seri.
Variabel input pengontrol adalah V
in
dan variabel
output yang dikontrol adalah I
out
. Tujuan dari
umpan balik SS adalah rasio I
out
/V
out
yang sangat
teliti.
4.
3.
Versi 1.0 91

1. KONFIGURASI
A. MASUKAN DAN KELUARAN RANGKAP.

V
out
= A(V
1
- V
2
)
A = R
C
/ r
e





+ vcc
V2 V1
- VEE
Rc Rc
3.5. PENGUAT DIFERENSIAL TRANSISTOR
Versi 1.0 92
B. MASUKAN SATU KELUARAN RANGKAP
V
out
= A.V
1

A = R
C
/ r
e

-VEE
+VCC
Rc
V1
Rc
Versi 1.0 93
C. MASUKAN RANGKAP KELUARAN Satu
V
out
= A(V
1
- V
2
)
A = R
C
/ 2r
e

-VEE
+VCC
RC RC
V1 V2
Versi 1.0 94
D. MASUKAN DAN KELUARAN SATU.


V
out
= A.V
1
A = R
c
/ (2r
e
)

VEE
+VCC
RC
RE
RC
V1
V0
Versi 1.0 95
2. ANALISA DC PENGUAT DIFERENSIAL.


I
E
=
V
EE
V
BE

R
B
/ + 2R
E
Jika R
B
/ >>2R
E
maka :
I
E
=
V
EE
V
BE

2R
E
-V
EE
+ V
CC
R
C
R
E
R
C
R
B
R
B
I
E
I
E
Versi 1.0 96
I
T
= 2 I
E

I
T
=
V
EE
V
BE



R
E
Bila Q
1
dan Q
2
tidak match maka akan timbul offset.
+ V
CC
R
C
R
C
R
B
R
B
-V
EE
2R
E
2R
E
Q
1
Q
2
Versi 1.0 97
3. ANALISA AC PENGUAT DIFERENSIAL.

Masukan rangkap satu.V
o
V
2
V
1
Gunakan prinsip superposisi :
V
2
= 0 , Input V
1
Output V
o1
V
1
= 0 , Input V
2
Output V
o2
V
o
= V
o1
+ V
o2
+ VCC
Rc
Rc
-VEE
V1
Vo
V2
Versi 1.0 98
Dari sisi tak membalik ( V
2
= 0 , input V
1
)
V 1
r 'e 1
R c
r 'e 2
R c
Vo1
Versi 1.0 99
Dari sisi membalik ( V
1
= 0 , input V
2
output V
o2
)
V o 1
r 'e 1
Rc
r 'e 2
Rc
V2
Versi 1.0 100
Bati ragam bersama
R
c
R
c
2R
E
2R
E
V
EE
V
CC
V
out

V
in
V
out

V
in
V
in
2R
E
2R
E
r
e
r
e
R
C
R
C
R
E
V
in
+ V
CC
R
c
R
c
-V
EE
Versi 1.0 101
Cermin arus

Jika dioda match dengan V
BE
transistor maka :

I
2
= -I
C

I
1
= I
2
+ I
B
= -I
C
+ I
B
I
1
I
C
I
B
I
2
V
C
Versi 1.0 102
Rangkaian dengan CMMR tinggi
R
+V
CC
-V
EE
I
R
C
Q1 Q2
Q3
I

=
V
CC +
V
EE
V
BE

R
Versi 1.0 103
Beban cermin arus

Arus yang lewat Q
3
= arus yang lewat D
1
Q3

Q1 Q2
V
CC
R
D1
Q4
-V
EE
D2
Versi 1.0 104
C. Transduser-transduser & Sistem
Versi 1.0 105
Bab 4. Pengenalan Simulasi Rangkaian

1. Pengenalan Simulasi Rangkaian
2. Simulasi Rangkaian
Versi 1.0 106
Bab 5. Pengenalan Praktikum Elektronika
Construction Work
Versi 1.0 107
Bab 6. Pengenalan Simbol Rangkaian
Daftar Simbol Rangkaian :
Tahanan, Kapasitor, Dioda, Transistor

Anda mungkin juga menyukai