5,88 x 10
-2
mg/mL x 2= 11,76 x 10
-2
mg/mL
Sampel II
X =
6,45x10
-2
mg/mL x 2=12,9 x 10
-2
mg/mL
Sampel III
X =
7,77 x 10
-2
mg/mL x 2=15,54 x 10
-2
mg/mL
Kadar rata-rata Natrium-benzoat dalam sampel = 13,4 x 10
-2
= 0,134 mg/mL= 134 mg/L
X =
Sampel
Sampel Absorbansi
I 0,560
II 0,602
III 0,700
VI. PEMBAHASAN
Bahan Tambahan Makanan
Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor:
722/Menkes/Per/IX/88, bahan tambahan makanan adalah bahan yang biasanya tidak
digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komposisi khas makanan,
mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam
makanan untuk maksud teknologi (termasuk organoleptik) pada pembuatan, pengolahan,
penyediaan, perlakuan, pewadahan, pembungkusan, penyimpanan atau pengangkutan
makanan untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan (langsung atau tidak langsung)
suatu komponen yang mempengaruhi sifat khas makanan.
Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan (makanan) adalah dapat meningkatkan
atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan pangan lebih
mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan pangan. Pada umumnya bahan
tambahan pangan dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu sebagai berikut :
1. Bahan tambahan pangan yang ditambahkan dengan sengaja kedalam makanan,
dengan mengetahui komposisi bahan tersebut dan maksud penambahan itu dapat
mempertahankan kesegaran, cita rasa, dan membantu pengolahan, sebagai contoh
pengawet, pewarna dan pengeras.
2. Bahan tambahan pangan yang tidak sengaja ditambahkan, yaitu bahan yang tidak
mempunyai fungsi dalam makanan tersebut, terdapat secara tidak sengaja, baik dalam
jumlah sedikit atau cukup banyak akibat perlakuan selama proses produksi,
pengolahan, dan pengemasan. Bahan ini dapat pula merupakan residu atau
kontaminan dari bahan yang sengaja ditambahkan untuk tujuan produksi bahan
mentah (Cahyadi, 2006).
Jenis Bahan Tambahan Makanan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722/Menkes/Per/IX/88,
golongan bahan tambahan makanan (BTM) yang diizinkan yaitu :
1. Antioksidan adalah bahan tambahan makanan yang dapat mencegah atau menghambat
oksidasi.
2. Antikempal, merupakan bahan tambahan makanan yang dapat mencegah mengempalnya
makanan yang berupa serbuk.
3. Pengatur keasaman (Asidulan) adalah bahan tambahan makanan yang dapat
mengasamkan, menetralkan dan mempertahankan derajat keasaman makanan.
4. Pemanis buatan adalah bahan tambahan makanan yang dapat menyebabkan rasa manis
pada makanan yang tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi.
5. Pemutih dan pematang tepung adalah bahan tambahan makanan yang dapat
mempercepat proses pemutihan dan atau pematang tepung sehingga dapat memperbaiki
mutu pemanggangan.
6. Pengemulsi, pemantap dan pengental adalah bahan tambahan makanan yang dapat
membantu terbentuknya sistem dispersi yang homogen pada makanan.
7. Pengawet adalah bahan tambahan makanan yang dapat mencegah atau menghambat
proses fermentasi, pengasaman, atau penguraian lain terhadap makanan yang disebabkan
oleh mikroorganisme.
8. Pengeras adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperkeras atau mencegah
melunaknya makanan.
9. Pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki atau memberikan
warna pada makanan.
10. Penyedap rasa dan aroma, penguat rasa adalah bahan tambahan makanan yang dapat
memberikan, menambah atau mempertegas rasa dan aroma.
11. Sekuestran adalah bahan tambahan makanan yang dapat mengikat ion logam yang ada
dalam makanan.
Pengawet Pada Makanan
Bahan pengawet merupakan bahan tambahan makanan yang dapat mencegah atau
menghambat proses fermentasi, pengasaman, atau penguraian lain terhadap makanan yang
disebabkan oleh mikroorganisme. Bahan tambahan pangan ini biasanya ditambahkan ke
dalam makanan yang mudah rusak, atau makanan yang disukai sebagai media tumbuhnya
bakteri atau jamur, misalnya pada produk daging, buah-buahan, dan lain-lain. Definisi lain
bahan pengawet adalah senyawa atau bahan yang mampu menghambat, menahan atau
menghentikan dan memberikan perlindungan bahan makanan dari proses pembusukan
(Cahyadi, 2006)
Tujuan Penggunaan Bahan Pengawet
Menurut Cahyadi (2006), secara umum penambahan bahan pengawet pada pangan bertujuan
sebagai berikut :
1. Menghambat pertumbuhan mikroba pembusuk pada pangan baik yang bersifat patogen
maupun tidak patogen.
2. Memperpanjang umur simpan pangan.
3. Tidak menurunkan kualitas gizi, warna, cita rasa, dan bau bahan pangan yang
diawetkan.
4. Tidak untuk menyembunyikan keadaan pangan yang berkualitas rendah.
5. Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau yang tidak
memenuhi persyaratan.
6. Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan pangan.
Jenis Pengawet
1. Pengawet Organik
Pengawet organik lebih banyak dipakai dari pada anorganik karena bahan ini lebih mudah
dibuat. Bahan organik digunakan baik dalam bentuk asam maupun dalam bentuk garamnya.
Zat kimia yang sering dipakai sebagai bahan pengawet dalam minuman ialah asam sorbat,
paraben, asam benzoat dan asam asetat (Winarno, 1992).
2. Pengawet Anorganik
Zat pengawet anorganik yang masih sering dipakai adalah sulfit, nitrat, dan nitrit.
Sulfit digunakan dalam bentuk gas, garam Natrium atau Kalium sulfit, bisulfit, dan
metabisulfit. Bentuk efektifnya sebagai pengawet adalah asam sulfit yang terdisosiasi dan
terutama terbentuk pH di bawah 3. Garam nitrat dan nitrit umumnya digunakan pada proses
curing daging untuk memperoleh warna yang baik dan mencegah pertumbuhan pertumbuhan
mikroba. Didalam daging nitrit akan membentuk nitrooksida yang dengan pigmen daging
akan membentuk nitrosomioglobulin yang berwarna merah cerah (Anonim, 1992).
Mekanisme Kerja Bahan Pengawet
Larutan garam Natrium klorida dan gula yang digunakan sebagai pengawet
seharusnya lebih pekat daripada sitoplasma dalam sel mikroorganisme. Oleh sebab itu, air
akan keluar dalam sel dan sel menjadi kering atau mengalami dehidrasi (cahyadi, 2006).
Kerja asam sebagai pengawet tergantung pada pengaruhnya terhadap pertumbuhan
mikroorganisme seperti bakteri, khamir, dan kapang yang tumbuh pada bahan pangan.
Penambahan asam berarti menurunkan PH yang disertai dengan naiknya konsentrasi ion
hidrogen, dan dijumpai bahwa pH rendah lebih besar penghambatannya pada pertumbuhan
mikroorganisme. Asam digunakan sebagai pengatur pH sampai pada harga yang bersifat
toksik untuk mikroorganisme dalam bahan pangan. Efektivitas suatu asam dalam
menurunkan pH tergantung pada kekuatan yaitu derajat ionisasi asam dan konsentrasi yaitu
jumlah asam dalam volume tertentu (misalnya molaritas). Jadi, asam kuat lebih efektif
dalam menurunkan pH apabila dibandingkan dengan asam lemah pada konsentrasi yang
sama (Cahyadi, 2006).
Toksisitas Bahan Pengawet
Penggunaan bahan pengawet yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah
sulfit, nitrit dan benzoat. Perdebatan para ahli mengenai aman tidaknya bahan pengawet itu
masih berlangsung. Sebagian orang beranggapan, belum ada bahan tambahan makanan
(BTM) yang pernah menyebabkan reaksi serius bagi manusia dalam jumlah yang sering
ditemukan pada makanan. Seperti asam benzoat tidak akan mengalami penumpukan
sehingga cukup aman untuk dikonsumsi. Bukti- bukti menunjukkan, pengawet ini
mempunyai toksisitas sangat rendah terhadap hewan maupun manusia. Ini karena hewan
dan manusia mempunyai mekanisme detoksifikasi benzoat yang efisien. Sampai saat ini
benzoat dipandang tidak mempunyai efek teratogenik (menyebabkan cacat bawaan) dan
karsinogenik. Namun, bukti lain menunjukkan bahwa pemakaian dalam jangka panjang
dapat menimbulkan masalah kesehatan seperti memberikan dampak negatif pada penderita
asma karena bahan pengawet ini bisa mempengaruhi mekanisme pernafasan paru-paru
sehingga kerja paru-paru tidak normal (Yuliarti, 2007).
Penggunaan Asam Benzoat Pada Makanan
Asam dan natrium benzoat digunakan untuk mencegah pembentukan jamur dan
bakteri pada jus buah. Pengawet yang termasuk dalam golongan ini yaitu asam benzoat,
natrium benzoat, kalium benzoat, dan kalsium benzoat, yang juga harus dihindari karena
berpotensi menyebabkan intoleransi makanan. Propilparaben dan metilparaben yaitu dua zat
yang masih terbilang golongan benzoat. Di Australia, kedua zat tersebut hanya
diperkenankan sebagai pewarna makanan (Arisman, 2002).
Asam benzoat (C6H5COOH), merupakan bahan pengawet yang luas penggunaannya
dan sering digunakan pada makanan atau minuman. Bahan ini digunakan untuk mencegah
pertumbuhan mikroorganisme. Benzoat efektif pada pH 2,5-4,0. Karena kelarutan
garamnya lebih besar, maka biasa digunakan dalam bentuk garam Natrium benzoat.
Sedangkan dalam bahan, garam benzoat terurai menjadi bentuk aktif, yaitu bentuk asam
benzoat yang tak terdisosiasi (Winarno, 1992).
Keasaman dari substrat asam benzoat mempengaruhi yang mempunyai pH 7,0
dibandingkan dengan bahan pangan yang asam yang mempunyai pH mendekati 3,0
(Desrosier,1988).
Dalam tubuh terdapat mekanisme detoksifikasi terhadap asam benzoat, sehingga tidak
terjadi penumpukan asam benzoat. Asam benzoat akan bereaksi dengan glisin menjadi
asam hipurat yang akan dibuang oleh tubuh. Asam benzoat secara alami terdapat dalam
rempah-rempah seperti cengkeh dan kayu manis (Winarno, 1992).
Natrium Benzoat dikenal juga dengan nama Sodium Benzoat atau Soda Benzoat.
Bahan pengawet ini merupakan garam asam Sodium Benzoic, yaitu lemak tidak jenuh
ganda yang telah disetujui penggunaannya oleh FDA (Badan Administrasi Pangan dan Obat
di Amerika Serikat) dan telah digunakan oleh para produsen makanan dan minuman selama
lebih dari 80 tahun untuk menekan pertumbuhan mikro organisme (jamur).
Menurut sebuah studi WHO, Sodium Benzoat adalah bahan pengawet yang
digunakan untuk makanan dan minuman serta sangat cocok untuk jus buah maupun
minuman ringan. Sodium Benzoat banyak digunakan dalam berbagai produk makanan dan
minuman seperti jus buah, kecap, margarin, mentega, minuman ringan, mustard, sambal,
saus salad, saus tomat, selai, sirop buah, dan lainnya. Sodium Benzoat secara alami terdapat
pada apel, cengkeh, cranberry (sejenis buah berry yang digunakan untuk membuat agar-
agar dan saus), kayu manis, prem (yang dikeringkan) dan lain-lain.
International Programme on Chemical Safety tidak menemukan adanya dampak
terhadap kesehatan manusia dengan dosis sebesar 647-825 mg/kg berat badan per hari.
Degradasi Sodium Benzoat (yang dihasilkan dalam tubuh dari garam sodium) telah
dipelajari secara detail dan menunjukkan bahwa bahan-bahan ini tidak berbahaya. Sekitar
75-80% dikeluarkan dalam jangka waktu 6 jam dan seluruh dosis akan dikeluarkan dari
dalam tubuh dalam jangka waktu sekitar 10 jam. Batasan yang ditentukan untuk Sodium
Benzoat dalam makanan bukan karena sifat racunnya, melainkan karena jumlahnya
melebihi 0.1%, bahan ini dapat meninggalkan rasa tertentu di mulut.
Asam benzoat
Nama kimia : asam benzoat, benzoic acid, bensol carboxylic, asam carboxybenzene
Rumus empiris : C7H6O2
Berat molekul : 122,12
Pemerian : Asam benzoat berbentuk hablur bentuk jarum atau sisik, putih, sedikit
berbau, biasanya bau benzaldehida atau benzoin. Agak mudah menguap pada suhu
hangat. Mudah menguap dalam uap air.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, kloroform dan eter
(Ditjen POM, 1995).
Natrium benzoat adalah salah satu jenis bahan pengawet organik pada makanan, dimana
natrium benzoat merupakan garam atau ester dari asam benzoat (C
6
H
5
COOH) yang secara
komersial dibuat dengan sintesis kimia. Natrium benzoat dikenal juga dengan nama Sodium
Benzoat atau Soda Benzoat. Bahan pengawet ini merupakan garam asam Sodium Benzoic,
yaitu lemak tidak jenuh ganda yang telah disetujui penggunaannya oleh FDA dan telah
digunakan oleh para produsen makanan dan minuman selama lebih dari 80 tahun untuk
menekan pertumbuhan mikroorganisme.
Rumus kimia pengawet natrium benzoat adalah C
7
H
5
NaO
2
.
Rumus strukturnya :
Sifat Natrium benzoate :
1. Berupa grabul atau serbuk hablur berwarna putih.
2. Tidak berbau dan stabil di udara.
3. Mudah larut di dalam air.
4. Sukar larut di dalam etanol dan lebih larut dalam etanol 90%.
Penentuan kadar Natrium Benzoat dalam sampel minuman merk Koko Drink.
Merk: Koko Drink
BPOM RI MD 226310058494
Komposisi: air, nata de coco, gula pasir, glukosa, pengatur keasaman (asam sitrat),
perasa leci, pemanis buatan (na.siklamat 115 mg/cup, aspartame 17 mg/cup), pengental
(ca.laktat), pengawet (na.benzoat)
Kode produk: M10
Kadaluarsa: 06-04-2014
Dimana sifat dari pengawet tersebut berdampak negatif bagi kesehatan konsumen yang
mengkonsumsi melebihi ambang batas yang diperbolehkan. Zat pengawet seperti natrium
benzoat yang dapat terkandung dalam minuman tersebut berguna untuk mempertahankan
produk dari kerusakan dan bakteri serta kapang.
Pada percobaan kali ini dilakukan dengan metode spektrofotometri UV,karena kadar
natrium benzoat yang ada dalam analit kecil, dan struktur kimia dari natrium benzoat sendiri
memiliki gugus kromofor dan auksokrom.
Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat larutan baku Natrium benzoate. Mula-
mula 100 mg Natrium benzoate dilarutkan dalam 100 ml NaOH 0,1 N, didapatkan kadar 1
mg/ml, dari sana dilakukan pengambilan, 100; 80; 60; 40; 20 L, dan dibaca absorbansinya,
untuk pembuatan kurva baku.
Selanjutnya dilakukan preparasi sampel. Sampel diambil 10 ml dan dilarutkan dengan 50
ml aquadest. Setelah itu, diekstraksi dengan eter sebanyak tiga kali dengan volume berturut-
turut 20, 15 dan 10 ml. Diambil lapisan air,dalam larutan air ini, mengandung natrium
benzoate,karena dia dalam bentuk garam, sedangkan lapisan eter dibuang. Setelah terkumpul
lapisan air, kemudian diasamkan dengan HCl 1 N hingga pH 3, natrium benzoate yang
semula dalam bentuk garamnya setelah ditambah asam klorida, berubah menjadi asam
benzoate. Larutan diekstraksi kembali dengan eter. Kaena asam benzoate larut dalam eter,
maka lapisan eter ditampung, sedangkan lapisan airnya dibuang. Penambahan eter dilakukan
dua kali, dengan volume berturut-turut 20 dan 15 mL. Lapisan eter yang didapat diuapkan
untuk menghilangkan eternya hingga terbentuk kristal. Kristal yang didapat ditambah NaOH
10 mL lalu dibaca absornbansinya pada panjang gelombang 224 nm. Hasil absorbansi
larutan baku yang diperoleh kemudian dihitung persamaan kurva bakunya dengan regresi
linear, dan didapat persamaan Y = 7,395X + 0,1253, dimana y adalah nilai absorbansi dan x
adalah kadar (mg/ml). Selanjutnya, persamaan kurva baku tersebut digunakan untuk
menghitung kadar Natrium benzoate dalam sampel minuman yang dianalisis. Dari hasil
perhitungan didapat bahwa kadar Natrium benzoate dalam sampel adalah:
Replikasi Kadar (mg/ml)
I
II
III
0,0929
0,1016
0,1161
Dan didapat kadar sampel rata-ratanya adalah 10,354.10
-3
mg/ml.
Menurut Permenkes Nomor 722/Menkes/IX/88 tentang kadar aman bagi tubuh untuk
mengasup kalium sorbat yakni 1.000 mg per liter dan natrium benzoat 600 mg per liter. Bila
melebihi ambang batas bahan pengawet yang aman dikonsumsi manusia dapat menimbulkan
penyakit Systemic Lupus Eritematosus (SLE) dan semua penderita SLE beresiko meninggal
dunia (Mangku 2006). Kadar natrium benzoate dalam minuman berdasarkan hasil analisis
adalah 0,134 mg/ml atau 134 mg/L. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sampel minuman merk
Koko Drink aman dikonsumsi karena kadar pengawet Natrium benzoate yang terkandung
didalamnya kurang dari 600 mg/L.
VII. KESIMPULAN
1. Analisis kuantitatif natrium benzoat terhadap sampel minuman merk Koko Drink
dapat dilakukan dengan menggunakan metode Spektrofotometri UV.
2. Kadar natrium benzoat dalam sampel minuman merk Koko Drink pada percobaan,
diperoleh.
Sampel I = 11,76 x 10
-2
mg/mL
Sampel II = 12,90 x10
-2
mg/mL
Sampel III = 15,54 x 10
-2
mg/mL
3. Kadar natrium benzoat rata-rata dakam sampel minuman adalah 0,134 mg/mL
4. Sampel minuman merk Koko Drink aman dikonsumsi karena kadar pengawet Natrium
benzoate yang terkandung didalamnya kurang dari 600 mg/L.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Rohman, Abdul . 2011 . Analisis Bahan Pangan . Pustaka Pelajar : Yogtakarta
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan
Tambahan Makanan
http://breakthrough-ilmupangan.blogspot.com/2009/04/analisa-natrium-benzoat-pada-
produk.html pada 28 Mei 2013
http://id.wikipedia.org/wiki/Pengawetan_makanan pada 28 Mei 2013
http://zaifbio.wordpress.com/2009/02/02/pengolahan-dan-pengawetan-bahan-makanan-
serta-permasalahannya/ pada 14 Juni 2012
Yogyakarta, 28 Mei 2013
Praktikan,
Shinta Khumaira (FA/08717)
Fitriana Nur Azizah (FA/08720)
Arief Eka wardhana (FA/08723)
Feti Rahmawati (FA/08726)