Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekarang ini hampir pelayanan kesehatan di Indonesia melupakan tentang
bahaya infeksi nosokomial yang merupakan infeksi yang terjadi di Rumah Sakit
di Indonesia.Padahal infeksi ini sangat rawan terjadi terutama pada pasien yang
dirawat di rumah sakit.Resiko infeksi nosokomial selain terjadi pada pasien yang
dirawat di Rumah Sakit, dapat juga terjadi pada para petugas Rumah Sakit
tersebut.Infeksi petugas sangat berpengaruh pada mutu pelayanan karena petugas
menjadi sakit sehingga tidak dapat melayani pasien. (Soeroso, 2007)
Kesehatan yang baik tergantung pada lingkungan yang aman.Praktisi atau
teknisi yang memantau untuk mencegah penularan infeksi membantu melindungi
klien dan pekerja keperawatan kesehatan dari penyakit. Klien dalam lingkungan
keperawatan beresiko terkena infeksi karena daya tahan yang menurun terhadap
mikroorganisme infeksius, meningkatnya pajanan terhadap jumlah dan jenis
penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme dan prosedur invasif dalam
fasilitas perawatan akut atau ambulatory, klien dapat terpajan pada
mikroorganisme baru atau berbeda,yang beberapa dari mikroorganisme tersebut
dapat saja resisten terhadap banyak antibiotik. (Soeroso, 2007)
Pengetahuan tentang pencegahan infeksi sangat penting untuk petugas Rumah
Sakit dan sarana kesehatan lainnya merupakan sarana umum yang rawan untuk
terjadi infeksi.Cara penanggulangan dalam penularan infeksi di Rumah Sakit, dan
upaya pencegahan infeksi adalah hal yang harus diperhatikan dalam mengatasi
infeksi nosokomial.Namun selain itu, alat medis yang menjadi salah satu faktor
penting yang sangat berpengaruh dalam penularan infeksi tersebut. Untuk itu
dalam makalah ini akan dibahas pengaruh alat medis terhadap penyebaran infeksi
nosokomial. Untuk seorang petugas kesehatan, kemampuan dalam penggunaan
alat medis memiliki keterkaitan yang tinggi dengan pekerjaan, karena mencakup
2
setiap aspek penanganan pasien, sehingga petugas harus sangat berhati-hati dalam
penggunaannya. (Sjamsuhidayat, 2005)
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian infeksi secara umum dan infeksi nosokomial?
2. Bagaimanakah rantai penyebarannya?
3. Apa saja alat yang menyebabkan infeksi nosokomial?
4. Infeksi atau penyakit apa saja yang dipengaruhi oleh alat medis?
5. Bagaimana cara penyebarannya?
6. Bagaimana cara pencegahannya?
7. Bagaimana peran perawat dalam pengendalian infeksi nosokomial?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui infeksi secara umum dan infeksi nosokomial.
2. Untuk mengetahui rantai penyebaran infeksi nosokomial
3. Untuk mengetahui alat yang mempengaruhi penyebaran infeksi
nosokomial.
4. Untuk mengetahui penyakit atau infeksi yang dipengaruhi alat medis serta
organisme penyebabnya.
5. Untuk mengetahui cara penyebaran infeksi nosokomial.
6. Untuk mengetahui cara pencegahan penularan atau penyebaran infeksi
nosokomial.
7. Untuk mengetahui peran perawat dalam pengendalian infeksi nosokomial.
D. Manfaat
1. Dapat mengetahui infeksi secara umum dan infeksi nosokomial.
2. Dapat mengetahui rantai penyebaran infeksi nosokomial.
3. Dapat mengetahui alat yang mempengaruhi penyebaran infeksi
nosokomial.
4. Dapat mengetahui penyakit atau infeksi yang dipengaruhi alat medis serta
organisme penyebabnya.
5. Dapat mengetahui cara penyebaran infeksi nosokomial.
3
6. Dapat mengetahui cara pencegahan penularan atau penyebaran infeksi
nosokomial.
7. Dapat mengetahui peran perawat dalam pengendalian infeksi nosokomial.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Infeksi dan Infeksi Nosokomial
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang
mampu menyebabkan sakit. Infeksi juga disebut asimptomatik apabila
mikroorganisme gagal dan menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau
jaringan.Penyakit akan timbul jika patogen berbiak dan menyebabakan
perubahan pada jaringan normal. (Potter & Perry, 2005).
Infeksi merupakan infeksi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan
tubuh,terutama yang menyebabkan cedera sellular lokal akibat kompetisi
metabolisme,toksin,replikasi intra selular,atau respon antigen-antibodi.
(Kamus Saku Kedokteran Dorland, 2002).
Infeksi Nosokomial adalah infeksi yang muncul selama seseorang dirawat
di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu
dirawat atau setelah selesai dirawat atau lebih dari 72 jam.Infeksi nosocomial
tidak saja menyangkut penderita tetapi juga yang kontak dengan rumah sakit
termsuk staff rumah sakit, sukarelawan, pengungjung dan pengantar. Suatu
infeksi diktakan di dapat rumah sakit apabila:
1. Pada waktu penderita mulai dirawat di rumah sakit tidak didapatkan
tanda-tanda klinik dari infeksi tersebut.
2. Pada waktu penderita dirawat di rumah sakit tidak sedang dalam masa
inkubasi dari infeksi tersebut.
3. Tanda-tanda klinik tersebut baru timbul sekurang-kurangnya setelah 3
x 24 jam sejak dimulainya perawatan. Infeksi tersebut bukan
merupakan sisa dari infeksi sebelumnya.
4. Bila saat mulai dirawat di rumah sakit sudah terdapat tanda-tanda
infeksi dan dapat dibuktikan infeksi tersebut di dapat penderita ketika
di rawat di rumah sakit yang sama pada waktu lalu, serta belum pernah
dilaporkan sebagai infeksi nosokomial. (Darmadi, 2008)
5
Bisa saja ini merupakan persoalan serius yang dapat menjadi
penyebab langsung atau todak langsung terhadap kematian
pasien.Mungkin saja di beberapa kejadian.Infeksi nosokomial tidak
menyebabkan kematian pasien.Akan tetapi infeksi tersebut menjadi
penyebab penting pasien dirawat lebih lama di Rumah Sakit. (Darmadi,
2008)
B. Rantai Penularan atau Penyebaran Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial mulai dengan penyebab (dibagian tengah gambah
berikut), yang ada pada sumber. Kuman keluar dari sumber melalui
tempat tertentu, kemudian dengan cara penularan tertentu masuk ke
tempat tertentu di pasien lain. Karena banyak pasien di rumah sakit rentan
terhadap infeksi (terutama ODHA yang mempunyai sistem kekebalan
yang lemah), mereka dapat tertular dan jatuh sakit tambahan.Selanjutnya,
kuman penyakit ini keluar dari pasien tersebut dan meneruskan rantai
penularannya lagi.(Spiritia, 2006)
6
Cara Penularan ada 4, yaitu :
1. Kontak langsung antara pasien dan personil yang merawat atau menjaga
pasien .
2. Kontak tidak langsung ketika obyek tidak bersemangat/kondisi lemah dalam
lingkungan menjadi kontaminasi dan tidak didesenfeksi atau sterilkan, sebagai
contoh perawatan luka paska operasi.
3. Penularan cara droplet infection dimana kuman dapat mencapai ke udara (air
borne).
4. Penularan melalui vector yaitu penularan melalui hewan/serangga yang
membawa kuman. (Spiritia, 2006)
Faktor Penyebab Perkembangan Infeksi Nosokomial
Agen Infeksi : Pasien akan terpapar berbagai macam
mikroorganisme selama ia dirawat di rumah sakit. Kontak antara
pasien dan berbagai macam mikroorganisme ini tidak selalu
menimbulkan gejala klinis karena banyaknya factor lain yang dapat
menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial. Kemungkinan terjadinya
infeksi tergantung pada :
- Karekteristik mikroorganisme
- Resistensi terhadap zat-zat antibiotika
- Tingkat virulensi
- Banyaknya materi infeksius.
Semua mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit
dapat menyebabkan infeksi nosocomial. Infeksi ini dapat
disebabkan oleh mikroorganisme yang didapat dari orang lain
(cross infection) atau disebabkan oleh flora normal dari pasien itu
sendiri (endogenous infection). Kebanyakan infeksi yang terjadi di
rumah sakit lebih disebabkan karena factor eksternal, yaitu
7
penyakit yang penyebarannya melalui makanan dan udara dan
benda atau bahan-bahan yang tidak steril.Penyakit yang didapat
dari rumah sakit saat ini kebanyakan disebabkan oleh
mikroorganisme yang umumnya selalu ada pada manusia yang
sebelumnya tidak atau jarang menyebabkan penyakit pada orang
normal. (Rapani, 2010)
Tipe Mikroorganisme Penyebab Infeksi
Penyebab infeksi dibagi menjadi 4 kategori, yaitu : (Kesmas, 2013)
- Bakteri
Bakteri merupakan penyebab terbanyak dari infeksi. Ratusan
spesies bakteri dapat menyebabkan penyakit pada tubuh manusia
dan dapat hidup didalamnya, bakteri bias masuk melalui udara, air,
tanah, makanan, cairan dan jaringan tubuh dan benda mati lainnya.
Contohnya Escherichia coli paling banyak dijumpai sebagai
penyebab infeksi saluran kemih. Bakteri patogen lebih berbahaya
dan menyebabkan infeksi baik secara sporadic maupun
endemic.Contohnya:
o Anaerobik Gram-positif, Clostridium yang dapat
menyebabkan gangrene.
o Bakteri gram-positif: Staphylococcus aureus yang menjadi
parasit di kulit dan hidung dapat menyebabkan gangguan
pada paru, pulang, jantung dan infeksi pembuluh darah
serta seringkali telah resisten terhadap antibiotika.
o Bakteri gram negatif: Enterobacteriacae, contohnya
Escherichia coli, Proteus, Klebsiella, Enterobacter.
Pseudomonas sering sekali ditemukan di air dan
penampungan air yang menyebabkan infeksi di saluran
pencernaan dan pasien yang dirawat. Bakteri gram negatif
ini bertanggung jawab sekitar setengah dari semua infeksi
di rumah sakit.
8
o Serratia marcescens, dapat menyebabkan infeksi serius
pada luka bekas jahitan, paru, dan peritoneum.
- Virus
Virus terutama berisi asam nukleat (nucleic acid), karenanya
harus masuk dalam sel hidup untuk diproduksi.Virus lain yang sering
menyebabkan infeksi nosokomial adalah cytomegalovirus, Ebola,
influenza virus, herpes simplex virus, dan varicella-zoster virus, juga
dapat ditularkan.
- Fungi
Fungi terdiri dari ragi dan jamur.
- Parasit
Parasit hidup dalam organisme hidup lain, termasuk kelompok
parasit adalah protozoa, cacing dan arthropoda.
Faktor yang berisiko terkena infeksi nosokomial, antara lain:
- Pasien dengan umur tua
- Pasien yang berbaring lama (bed rest)
- Tindakan seperti prosedur diagnostic invasive
- Infus atau kateter urin yang sudah lama dan tak diganti yang lama
- Pasien dengan penyakit tertentu yaitu penyakit yang memerlukan
kemoterapi
- Pasien dengan penyakit yang sangat parah, penyakit keganasan,
diabetes, anemia, penyakit autoimun
- Pasien dengan penggunaan imuno supresan atau steroid didapatkan
bahwa risiko terkena infeksi lebih besar. (Setiyawati, 2009)
C. Alat Sebagai Media Transmisi Infeksi
Infeksi nosokomial sering disebabkan karena infeksi dari kateter urin,
infeksi jarum infus, jarum suntik, infeksi saluran nafas, infeksi kulit, infeksi
dari luka operasi dan septicemia.Selain itu pemakaian infus dan kateter urin
yang lama tidak diganti-ganti, juga menjadi penyebab utamanya.Di ruang
9
penyakit, diperkirakan 20-25% pasien memerlukan terapi infus.Ada berbagai
komplikasi kanulasi intravena yang berupa gangguan mekanis, fisis dan
kimiawi. Komplikasi tersebut berupa : (Wesetian, 2006)
Ekstravasasi infiltrate : Cairan infus masuk ke jaringan sekitar insersi
kanula.
Penyumbatan : Infus tidak berfungsi sebgaimana mestinya tanpa dapat
dideteksi adanya gangguan lain.
Flebitis : Terdapat pembengkakan, kemerahan dan nyeri sepanjang vena
Trombosis :Terdapat pembengkakan di sepanjang pembuluh vena yang
menghambat aliran infus.
Kolonisasi kanul : Bila sudah dapat dibiakkan mikroorganisme dari bagian
kanula yang ada dalam pembuluh darah.
Septikemia : Bila kuman menyebar hematogen dari kanul.
Supurasi : Bila telah terjadi bentukan pus di sekitar insersi kanul.
Faktor-faktor yang berperan dalam meningkatkan komplikasi kanula intravena
yaitu : jenis kateter, ukuran kateter, pemasangan melalui venaseksi, kateter
yang terpasang lebih dari 72 jam, kateter yang dipasang pada tungkai bawah,
tidak mengindahkan prinsip anti sepsis, cairan infus yang hipertonik dan
darah transfusi karena merupakan media pertumbuhan mikroorganisme,
peralatan tambahan pada tempat infus untuk pengaturan tetes obat, manipulasi
terlalu sering pada kanula. Kolonisasi kuman pada ujung kateter merupakan
awal infeksi tempat infus dan bacteremia. (Fatima, dkk, 2007)
Berikut ini adalah beberapa alat yang sering menjadi media transmisi dalam
penyebaran infeksi nosokomial : (Kasmad, 2010)
1. Kateter
Kateter adalah sebuah pipa yang kosong yang terbuat dari logam, gelas,
karet, plastik, yang cara penggunaannya adalah dimasukkan kedalam
rongga tubuh melalui saluran. Kateter dibagi menjadi 2 yaitu kateter dan
non kateter :
- Kateter
10
Adalah kateter yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah
vena.Kegunaan : berlaku sebagai vena tambahan untuk pengobatan
dalam jangka lama yang lebih dari 48 jam. Kateter ini terbuat dari
bahan TEFLON dan plastik PVC.
- Non Kateter
o Nelaton Chatheter : Kateter yang dimasukkan dalam uretra
yang berfungsi supaya mempermudah kencing .
o Balloon Catheter disebut juga Folley Catheter, kegunaan:
untuk pengambilan air kencing dalam sistem tertutup,
bebas dari udara dan polusi disekitarnya. Biasanya
dihubungkan dengan suatu urin bag untuk keperluan
pemeriksaan klinis.
Digunakan pada pasien di kamar operasi agar bila
keluar air kencing tidak mengganggu suasana.
Digunakan dalam perawatan pasien yang tidak biasa
gen mengendalikan keinginan untuk tidak kencing
(incontinentia urinae).
o Oxygen Catheter : Kateter yang digunakan untuk mengalirkan
gas oksigen ke dalam lubang hidung.
o Stomach Tube disebut juga Maag Sonde.
Kegunaan:
Untuk mengeluarkan gas-gas dari usus.
Untuk membersihkan rektum. Biasanya ujung yang
satu dimasukkan ke dalam anus, dan satunya
dihubungkan dengan alat Glycerin-spuit.
o Kondom Catheter adalah alat yang digunakan untuk
menghubungkan penis dengan urin bag melalui ujung tube-
nya, terutama pada pasien yang suka kencing dengan tidak
sadar.
11
2. Jarum Suntik
Jarum suntik atau injection needles adalah alat yang digunakan untuk
menyuntik, dan tentunya digabung dengan alat suntik (spuit). Macam-
macam jarum suntik : Jarum suntik yang umum, jarum suntik gigi, jarum
suntik spinal, jarum suntik bersayap
3. Alat-alat untuk mengambil atau memberikan darah atau cairan.
- Soluset : alat untuk memberikan cairan infus.
- Blood donor set : alat untuk mengambil darah dari donor.
- Venoject : alat untuk mengambil darah untuk pemeriksaan.
- Preza pak : alat untuk mengambil darah dari arteri.
D. Penyakit Akibat Pnegaruh Infeksi (Setiyawati, 2009)
1. Infeksi Saluran Kemih
Infeksi ini merupakan kejadian tersering, infeksinya dihubungkan
dengan penggunaan kateter urin.Walaupun tidak terlalu berbahaya,
tetapi dapat menyebabkan terjadinya bakterimia dan mengakibatkan
kematian.Infeksi yang terjdi lebih awal lebih disebabkan karena
mikroorganisme endogen, sedangkan infeksi yang terjadi setelah
beberapa waktu yang lama biasanya karena mikroorganisme eksogen.
o Organisme yang menginfeksi : E. Coli, Klebsiella, Proteus,
Psuedomonas, atau Enterococcus.
o Penyebaran : Mikroorganisme yang terdapat pada permukaan
ujung kateter yang msuk ke dalam uretra.
o Penyebab : Kontaminasi tangan atau sarung tangan ketika
pemasanagn kateter, atau air yang digunakan untuk
membesarkan balon kateter. Dapat juga karena sterilisasi yang
gagal dan teknik septik dan aseptic.
o Pencegahan : Alat yang digunakan harus di sterilkan terlebih
dahulu. Dipastikan bahwa alat-alat tersebut steril dan tidak
terkontaminasi oleh alat-alat yang tidak steril.
2. Pneumonia Nosokomial
12
Pneumonia nosokomial dapat muncul, terutama pasien yang
menggunakan ventilator, tindakan trakeostomi, intubasi, pemasangan
NGT, dan terapi inhalasi.
o Organisme penyebab infeksi : Berasal dari gram negatif seperti
Klebsiella, dan Pseudomonas. Organisme ini sering berada di
dalam mulut, hidung, kerongkongan, dan perut. Dari kelompok
virus dapat disebabkan oleh cytomegalovirus, influenza virus,
adeno virus, para influenza virus, enterovirus dan corona virus.
o Penyebaran : Infeksi karena adanaya aspirasi oleh organism
eke traktus respiratorius bagian bawah.
o Faktor risiko terjadinya infeksi ini adalah : Tipe dan jenis
pernapasan, peroko berat, tidak sterilnya alat-alat bantu,
obesitas, kualitas perawatan, penyakit jantung kronis, penyakit
paru kronis, beratnya kondisi pasien dan kegagalan organ,
tingkat penggunaan antibiotika, penggunaan ventilator dan
inkubsi, penurunan kesadaran pasien.
Penyakit yang biasa ditemukan antara lain : respiratory syncytial
cirus dan influenza. Pada pasien dengan sistem imun yang rendah,
pneumonia lebih disebabkan karena Legionella dan
Aspergillus.Sedangkan dinegara dnegan prevelensi penderita
tuberculosis yang tinggi, kebersihan udara harus sangat
diperhatikan.
3. Bakteremi Nosokomial
Infeksi ini berisiko tinggi.Karena dapat menyebabkan kematian.
o Organisme penyebab infeksi : Terutama disebabkan oleh
bakteri yang resisten antibiotika seperti Staphylococcus dan
Candida.
o Penyebaran : Infeks dapat mucul di tempat masuknya alat-alat
seperti jarum suntik, kateter urin dan infus.
13
o Penyebab : Panjangnya kateter, suhu tubuh saat melakukan
prosedur invasive dan perawatan dari pemasangan kateter dan
infus.
4. Tuberkulosis
o Organisme penyebab infeksi : Mycobacterium tuberculose
o Penyebab : Adanya strain bakteri yang multi-drugs resisten.
o Pencegahan : Identifikasi yang baik, isolasi dan pengobatan
serta tekan negative dalam ruangan.
5. Diarrhea dan Gastroenteritis
o Organisme penyebab infeksi : E. Coli, Salmonella, Vibrio
Cholerae dan Clostridium. Selain itu, dari golongan virus lebih
banyak disebabkan oleh golongan enterovirus, adenovirus,
rotavirus, dan hepatitis A.
o Faktor intrinsik dan factor ekstrinsik :
Faktor intrinsik :
Abnormalitas dari pertahanan mukosa, seperti
achlorhydria.
Lemahnya motilitas intestinal, dan
Perubahan pada floa normal
Faktor ekstrinsik : Pemasanagn nasogastric tube dan
mengkonsumsi obat-obatan saluran cerna.
6. Infeksi Pembuluh Darah
Penyebarannya melalui infus, kateter jantung dan suntikan. Infeksi ini
dibagi menjadi dua kategori utama :
o Infeksi pembuluh darah primer. Muncul tanpa adanaya tanda
infeksi sebelumnya, dan berbeda dengan organisme yang
ditemukan dibagian tubuhnya yang lain.
o Infeksi sekunder, muncul sebagai akibat dari infeksi dari
organisme yang sama dari sisi tubuh yang lain.
Macam penyakit : (Fatimah, 2011)
14
o Hepatitis B dan Hepatitis C
Organisme penyebab infeksi :Virus hepatitis B, virus
hepatitis C, virus Mumps, virus Rubella, virus
Cyromegalovirus, virus Epstein-Barr, virus Herpes.
Penyebaran : Transfusi darah atau produk darah dengan
sumber darah yang belum diskrining, dan pemakaian
berulang jarum, kanula atau alat medis lainnya yang
tidak steril.
Pencegahan :
Kewajiban skrining darah/produk darah dan
organ transplantasi.
Inaktivasi virus dalam produk turunan plasma.
Praktek control infeksi pada institusi kesehatan
termasuk sterilisasi alat medis/gigi
(Kewaspadaan Universal atau Unoversal
Precaution).
o AIDS
Organisme penyebab infeksi : Human
Immunodefisiensi Virus (HIV)
Penyebaran : Melalui pemakaian jarum suntik yang
tidak steril atau pemakaian jarum suntik secara
bergantian.
Pencegahan : Digunakan jarum suntik sekali pakai,
pastikan baha jarum suntik adalah steril.
7. Dipteri, Tetanus, dan Pertusis
o Organisme penyebab infeksi :
Corynebacterium diptheriae, gram negative
pleomorfik, memproduksi endotoksin yang
menyebabkan timbulnya penyakit, penularan terutama
melalui sistem pernafasan.
15
Bordetella Pertusis, yang menyebabkan batuk rejan.
Siklus tiap 3-5 tahun dan infeksi muncul sebanyak 50
dalam 100% individu yang tidak imun.
Clostridium tetani, gram postif anaerobic yang
menyebabkan trismus dan kejang otot. Dari golongan
virus yaitu herpes simplek, varicella zoster, dan rubella.
o Penyebaran : Melalui infeksi kulit dan jaringan lunak. Luka
terbuka seperti ulkus, bekas terbakar, dan luka bekas operasi
memperbesar kemungkinan terinfeksi bakteri dan berakibat
terjadinya infeksi sistemik. Yang termasuk dalam infeksi
sistemik :
Infeksi pada tulang dan sendi : Osteomilitis, infeksi
tulang atau sendi dan discus vertebralis.
Infeksi sistem Kardiovaskuler : Infeksi arteri atau vena,
endocarditis, miokarditis, pericarditis dan mediastinitis.
Infeksi sistem saraf pusat : Meningitis atau
ventrikulitis, abses spinal dan infeksi intra kranial.
Infeksi mata, telinga, hidung, dan mulut : Konjuctivus,
infeksi mata, otitis eksterna, otitis media, otitis interna,
mastoiditis, sinusitis, dan infeksi saluran nafas atas.
Infeksi pada saluran pencernaan : Gastroenteritis,
hepatitis, necrotizing enterocolitis, infeksi intra
abdominal.
Infeksi sistem pernafasan bawah : Bronkhitis,
trakeobronkhitis, trakeitis, dan infeksi lainnya.
Infeksi pada sistem reproduksi : Endometriosis dan
luka bekas episiotomi.
E. Pencegahan Terjadinya Infeksi Nosokomial
Pencegahan dari infeksi nosokomial ini diperlukan suatu rencana yang
terintegrasi, monitoring dan program yang termasuk:
16
1. Membatasi transmisi organisme dari atau antar pasien dengan cara
mencuci tangan dan penggunaan sarung tangan, tindakan septik dan
aseptik, sterilisasi dan disinfektan.
2. Mengontrol resiko penularan dari lingkungan.
3. Melindungi pasien dengan penggunaan antibiotika yang adekuat,
nutrisi yang cukup, dan vaksinasi.
4. Membatasi resiko infeksi endogen dengan meminimalkan prosedur
invasif.
5. Pengawasan infeksi, identifikasi penyakit dan mengontrol
penyebarannya. (Schaffer, 2006)
Fokus utama penanganan masalah infeksi dalam pelayanan kesehatan
adalah mencegah infeksi.Salah satu upaya pencegahan infeksi nosokomial
adalah menerapkan Universal Precaution pada petugas kesehatan atau
petugas pelayanan kesehatan.Universal Precaution adalah kewaspadaan
terhadap darah dan cairan tubuh yang tidak membedakan perlakuan
terhadap setiap pasien, dan tidak tergantung pada diagnosis penyakitnya.
Kewaspadaan universal dimaksudkan untuk melindungi petugas layanan
kesehatan dan pasien lain terhadap penularan berbagai infeksi dalam darah
dan cairan tubuh lain. Menurut WHO (2005) kewaspadaan universal
diterapkan dengan cara :
o Cuci tangan setelah berhubungan dengan pasien atau setelah
membuka sarung tangan.
o Segera cuci tangan setelah ada hubungan dengan cairan tubuh
o Pakai sarung tangan bila mungkin aka nada hubungan dengan
cairan tubuh.
o Pakai masker dan kacamata pelindung bila mungkin ada
percikan cairan tubuh.
o Tangani dan buang jarum suntik dan alat tajam lain secara
aman; yang sekali pakai tidak boleh dipakai ulang.
17
o Bersihkan dan disinfeksikan tumpahan cairan tubuh dengan
bahan yang cocok.
o Patuhi standar untuk disinfeksi dan sterilisasi alat medis.
o Tangani semua bahan yang tercemar dengan cairan tubuh
sesuai dengan prosedur
o Buang limbah sesuai prosedur. (Agus,2007)
Prosedur Pelaksanaan Penanggulangan Infeksi Nosokomial
o Cuci Tangan
Tehnik mencuci tangan yang baik merupakan satu-satunya
cara yang paling penting untuk mengurangi penyebaran
infeksi.Dengan cara menggosok tangan dengan sabun atau deterjen
dan air kuat kuat selama 15 detik dan dibilas baik baik sebelum
dan sesudah memeriksa penderita,sudah cukup.Namun bila selama
merawat penderita,tangan terkena darah,sekresi luka,bahan
bernanah,atau bahan yang lain yang di curigai maka harus di cuci
selama 2 sampai 3 menit dengan menggunakan bahan
cuciantiseptik.
o Asepsis
Asepsis adalah penghinderaan atau pencegahan penularan
dengan cara meniadakan mikroorganisme yang secara potensial
berbahaya.Tujuan asepsis ialah mencegah atau membatasi
infeksi.di rumah sakit digunakan 2 konsep asepsis yaitu asepsis
medis dan bedah.Asepsis Medis meliputi segala praktek yang di
gunakan untuk menjaga agar para petugas medis,penderita dan
lingkungan terhindar dari penyebab infeksi,seperti cuci
tangan,sanitasi dn kebersihan lingkungan rumah sakit itu hanyalah
beberapa contok asepsis medis.Asepsis Bedah meliputi cara kerja
yang mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam luka dan
jaringan penderita.Maka dari itu dalam asepsis bedah semua alat
kesehatan harus berprinsip steril,lingkungan harus bersanitasi,dan
18
juga flora mikroba di udara harus di saring lewat filter berefisiensi
tinggi.
o Disenfeksi dan Sterilisasi di Rumah Sakit
Banyak rumah sakit mempunyai pusat penyediaan yaitu
tempat kebanyakan peralatan dan suplai dibersihkan serta di
sterilkan.Hasil proses ini di monitor oleh laboratorium
mikrobiologi secara teratur.Kecenderungan rumah sakit untuk
menggunakan alat alat serta bahan yang di jual dalam keadaan
steril dan sekali pakai karena dapat mempersingkat waktu tanpa
harus mensterilkan alat,tetapi juga dapat mengurangi pemindah
sebaran patogen melalui infeksi silang.
o Sanitasi Lingkungan Rumah Sakit
Tujuan sanitasi lingkungan adalah membunuh atau
menyingkirkan pencemaran atau mikroba dari permukaan.Untuk
mengevaluasi prosedur dan cara-cara untuk mengurangi
pencemaran dilakukan pengambilan contoh mikroorganisme
sewaktu-waktu dari permukaan lantai.
o Pengawasan Infeksi
Ialah pengamatan dan pengawasan serta pencatatan secara
sistematik terjadinya penyakit menular,ini merupakan dasar bagi
usaha pengendalian aktif.Identisifikasi dan evaluasi masalah-
masalah infeksi nosokomial dan pengembangan serta penilaian
pengendalian efektif hanya dapat dicapai denagn adanya
pengawasan teratur terhadap infeksi-infeksi semacam itu pada
penderita.
o Pengawasan Penderita atau Pasien
Pengawasan infeksi penderita di mulai ketika masuk rumah
sakit dengan menyertakan kartu data infeksi di dalam catatan
medis penderita.Data yang di kumpulkan setiap hari mengenai
biakan dari laboratorium mikrobiologi serta dari hasil inspeksi
19
laboratoris dan klinis di catat pada setiap kartu data infeksi setiap
penderita.
o Pengawasan Pekerja Rumah Sakit
Pemeriksaan fisik harus merupakan persyaratan bagi semua
petugas rumah sakit,dan catatan imunisasi harus diperiksa.Bila
tidak tercatat,maka imunisasi terhadap penyakit
polio,tetanus,difteri,dan campak harus di isyaratkan.Petugas yang
menunjukkan hasil positif pada uji tuberculin harus diperiksa
dengan sinar x di bagian dada untuk menentukan kemungkinan
adanya tuberculosis aktif.
o Pengawasan Lingkungan Rumah Sakit
Bila perawat pengendalian infeksi menemukan satu atau lebih
kasus infeksi baru, maka mungkin diperlukan banyak biakan dari
penderita,petugas dan lingkungan untuk menemukan sumber
patogen dan lalu meniadakanya. (Kurniadi, 2005)
F. Peran Perawat dalam Pengendalian Infeksi Nosokomial
Menurut Mardianada (2008) peran perawat dalam pengendalian imfeksi
nosocomial ada 3 yang harus dilaksanakan antara lain:
1. Sebagai pelaksana lapangan dalam melaksankan pengendalian infeksi
nosocomial mempunyai tugas melakukan proses keperawatan mulai
dar pengkajian sampai evaluasi pada kasus infeksi nosokomial yang
terjadi di ruang perawatan. Sebagai pelaksana lapangan perawat harus
mendokumentasikan secara tertulis hasil proses keperawatan ke bagian
rekam medis. Di samping itu perawat harus melakukan konsultasi
kepada kepala Tim serta melaporkan hasil pelaksanaan ke kepala
ruang mengenai kasus infeksi nosokomial. Serta melakukan perawatan
kepada pasien sesuai dengan protap yang ada di rumah sakit
melakukan pencegahan dengan cara membatasi transmisi organisme
dari atau antar pasien dengan cara mencuci tangan dan penggunaan
sarung tangan, tindakan septik dan aseptic; sterilisasi dan desinfektan,
20
melindungi pasien dengan penggunaan antibiotika yang adekuat;
nutrisi yang cukup dan vaksinasi. Melakukan dekontaminasi tangan,
melakukan pencegahan penularan dari lingkungan rumah sakit dengan
cara pembersihan yang rutin dari debu, minyak dan kotoran. Serta
melakukan pencegahan dengan membuat suatu pemisahan pasien
terutama untuk penyakit yang penularannya melalui udara yang
menyebabkan kontaminasi berat, memakai alat pelindung selama
melakukan tindakan keperawatan. Melakukan evaluasi melalui
dokumentasi terhadap setiap tindakan perawatan kepada pasien yang
terinfeksi nosocomial serta melakukan evaluasi tentang respon pasien
setelah dilakukan tindakan keperawatan.
2. Sebagai tim control infeksi dalam pengendalian infeksi nosokomial,
perawat mempunyai tugas yaitu melakukan surveilan suatu penyakit
secara sistemik dan dilakukan terus menerus terhadap penyakit yang
terjadi pada pasien atau penderita yang terkena infeksi sehingga
dengan adanya tindakan pengamatan risiko terjadinya infeksi akan
menurun. Dan ikut serta dalam koordinasi atau rapat pengedalian
infeksi nosocomial. Perawat sebagai tim control infeksi juga membuat
laporan kegiatan dan hasil dalam pengendalian infeksi nosokomial,
mengumpulkan data yang diperlukan dalam pengendalian infeksi
nosokomial sesuai prosedur tetap dan juga mengumpulkan beberapa
data untuk mengklasifikasi jeni infeksi nosokomial serta melakukan
identifikasi pasien yang mempunyai penyakit infeksi dengan pasien
yang tidak mempunyai penyakit infeksi dengan cara melakukan isolasi
setiap pasien di ruangan khusus. Melaporkan kejadian infeksi
nosokomial secara menyeluruh.
3. Sebagai pendidik dalam pengendalian infeksi nosokomial dimana
tugasnya memberikan bimbingan dan pengajaran tentang cara
pencegahan ataupun pengendalian infeksi nosocomial yang ada di
rumah sakit kepada tenaga keperawatan lain yang di nilai bahwa
21
perawat tersebut mengenai pengetahuan infeksi nosokomial masih
kurang, dengan tujuan mengembalikan sikap mental yang benar dalam
merawat penderita. Sebagai pendidik perawat harus memberikan
bimbingan dan pengajaran tentang pengendalian infeksi nosokomial
pula kepada mahasiswa perawat dalam rangka praktek lapangan.
Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien tentang pencegahan
infeksi nosocomial serta memberikan informasi kepada keluarga
pasien bila berkunjung untuk mentaati peraturan berkunjung yang
dibuat oleh rumah sakit untuk mencegah penularan infeksi
nosokomial. (Mardianada, 2008).
22
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
- Infeksi nosokomial adalah infeksi yang timbul ketika di rumah sakit.
Infeksi ini dapat menular melalui alat medis dan menyerang pasien
maupun tenaga kesehatan.
- Ada 6 komponen dalam penyebaran infeksi nosocomial, yaitu
penyebab infeksi, sumber, tempat keluar, cara penularan, tempat
masuk, dan penjamu rentan.
- Alat-alat medis yang biasanya menjadi media transmisi adalah ketetr,
jarum suntik, dan alat-alat untuk mengambil atau memberikan darah
atau cairan.
- Penyakit-penyakit yang ditimbulkan karena penggunaan alat medis
adalah infeksi saluran kemih, pneumonia nosokomial, bakteremi
nosokomial, tuberkulosis, diarrhea dan gastroenteritis, infeksi
pembuluh darah, dipteri, tetanus dan pertussis.
- Cara pencegahan penularan infeksi nosocomial melalui alat, yaitu
dengan cara mensterilkan alat-alat secara baik dan benar.
- Ada 3 peran perawat dalam pengendalian infeksi nosokomial.
B. Saran
- Sterilkan alat dengan benar sesuai dengan prosedur
- Jagalah alat dari kontaminasi lingkungan sekitar
- Tangani dengan benar limbah rumah sakit
23
Daftar Pustaka
Spiritia. 2006. Infeksi Nosokomial.
http://www.spiritia.or.id/cst/bacacst.php?artno=1043&menu=perawmenu. ( di
akses pada 11 Juli 2014 pukul 10.23 WIB)
Perry & Potter (2005) Buku Ajar Fundamental Keperawatan; Konsep, proses, dan
Praktik,Volume 2, Edisi IV, Jakarta: EGC. (di akses pada 9 Juli 2014 pukul 15.10
WIB)
Darmadi.2008. Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya.Jakarta :
Salemba Medika. (di akses pada 9 Juli 2014 pukul 18.45 WIB)
Sjamsuhidayat & De Jong (2005) Buku ajar Ilmu Bedah, EGC: Jakarta.( di akses
pada 11 Juli 2014 pukul 10.39 WIB)
Notoatmodjo, Soeroso. (2007) Pengantar Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Perilaku
Kesehatan, Andi Offset: Yogyakarta. (di akses pada 9 Juli 2014 pukul 15.16 WIB)
Alatas, Fatima Safira dkk.2007. Gambaran Epidemiologi Infeksi Nosokomial Aliran
Darah pada Bayi Baru Lahir.Jurnal Sari Pediatri.Vol.9 No.2 Agustus 2007.Ikatan
Dokter Anak Indonesia, Jakarta. (di akses pada 9 Juli 2014 pukul 18.33 WIB)
Kasmad. 2010. Hubungan Antara Kualitas Perawatan Kateter Dengan Kejadian
Infeksi Nosokomial Saluran Kemih. Nurse media Journal of Nursing,8. (di akses pada
9 Juli 2014 pukul 18.39 WIB)
Setiyawati.2009. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Infeksi
Nosokomial.Jakarta..FKUI. (di akses pada 9 Juli 2014 pukul 18.57 WIB)
Kamus Saku Kedokteran Dorland. 2002. Jakarta. EGC
Wesetian. 2006. Kewaspadaan Nosokomial, Yayasan Spritia.
http://www.spritia.or.id/est/dok/kol.pdf..di akses pada 9 Juli 2014 pukul 18.48
WIB)
Fatimah, 2011.Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Terjadinya Infeksi
Nosokomial Luka Operasi di Ruang Bedah RSUP Fatmawati.(di akses pada 9 Juli
2014 pukul 19.01 WIB)
Kesmas. 2013. Penyebab Infeksi Nosokomial.
http://www.indonesian publichealth.com/2013/07/mewaspadai-infeksi-
nosokomial.html. ( di akses pada 11 Juli 2014 pukul 13.37 WIB)
24
Rapani, A. 2010.Kejadian Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit.
http:// www.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/104. (di akses pada 9 Juli 2014
pukul 18.46 WIB)
Marwoto, Agus. 2007. Analisis Kinerja Perawat Dalam Pengendalian Infeksi
Nosokomial di Ruang 1 RSUP dr. Sardjito.Yogyakarta. Irc-kmpk.ugm.ac.id. (di akses
pada 9 Juli 2014 pukul 18.28 WIB)
Schaffer, et al (2006) Pencegahan Infeksi & Praktik yang Aman, Jakarta: EGC. (di
akses pada 9 Juli 2014 pukul 18.19 WIB)
Kurniadi, H. (2005) Upaya Pencegahan Infeksi Nosokomial di RS Mitra Keluarga
Jakarta, Cermin Dunia Kedokteran No. 82 tahun 2005. (di akses pada 9 Juli 2014
pukul 15.14)
Mardianada. 2008. Infeksi Nosokomial.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-mardianada-5193-3-
bab2.pdf. (di akses pada 11 Juli 2014 pukul 15.03 WIB)