Anda di halaman 1dari 19

1

BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada saat ini, banyak penyakit yang bertambah dan semakin merajalela
dalam kehidupan masyarakat. Penyakit infeksi tetap menjadi penyakit yang paling
sering menyerang manusia. Penyakit infeksi yang timbul sering diakibatkan oleh
mikroorganisme yang bersifat patogen. Dalam pemeriksaan penyakit infeksi,
biasanya dilakukan pemeriksaan fisik dan anamnesa guna menemukan etiologi
penyakit. Cara lain dalam menegakkan diagnosa guna menemukan
mikroorganisme apa yang menjadi penyebab suatu penyakit adalah dengan cara
pemeriksaan spesimen. Oleh karena itu, bagi orang yang berprofesi dalam bidang
kesehatan, misalnya perawat, harus mengetahui dan memahami betulcara pengelolaan
spesimen klinik. Yang harus diperhatikan dalam hal pengelolaan
spesimen adalah cara pengambilan atau penyimpanan atau pengiriman
spesimen. Adapun tujuan dari pemahaman cara pengelolaan spesimen tersebut
adalah agar spesimen dapat memberikan hasil yang akurat dalam pemeriksaan
secara makroskopis atau mikroskopis dan spesimen tidak rusak dalam rentang
waktu pengiriman ke laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur tindakan
dan pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sample dari penderita
dapat berupa urine (air kencing), darah, sputum (dahak), atau sample dari hasil
biopsy.
Namun masih banyak sebagian orang yang belum mengetahui tentang
pemeriksaan laboratorium ini seperti, persiapan, prosedur, ataupun pasca
pemeriksaan. Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan memberikan
penjelasan mengenai pemeriksaan laboratorium. Diharapkan makalah ini
memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan
bagi kita semua.



2

Tujuan
1. Untuk mengetahui cara pengambilan spesimen dan peran perawat.
2. Untuk mengetahui cara plebotomi dan peran perawat.


3

BAB II
ISI
2.1 Pengambilan Spesimen Dan Peran Perawat
Keberhasilan laboratorium mikrobiologi untuk mengidentifikasi penyebab
infeksi sangat bergantung pada pengambilan dan pengiriman spesimen pasien ke
laboratorium yang dilakukan secara benar. Yang pertama dan terpenting adalah
tempat pengambilan spesimen harus dipilih secara hati-hati agar memberi hasil
terbaik mengenai organisme penginfeksi, toksin, atau antibodi yang dibentuk oleh
pejamu. Pengambilan spesimen itu sendiri harus dilakukan dengan cara yang
meminimalkan pencemaran oleh flora endogen pejamu. Pengiriman spesimen ke
laboratorium harus dilakukan di bawah kondisi yang mempertahankan viabilitas
agen infeksiosa atau integritas produk-produknya. Waktu pengiriman ke
laboratorium harus cukup singkat untuk membatasi pertumbuhan berlebihan flora
pencemar. Banyak laboratorium menyediakan bahan referensi untuk petugas
rumah sakit atau instruksi megenai sistem informasi laboratorium yang
menerangkan mengenai persyaratan dan kondisi tertentu untuk pengiriman
spesimen.
Macam spesimen :
Darah
Cairan tubuh
Urin
Tinja
Sekresi saliran nafas
Bahan biopsi/jaringan
Spesimen saluran Genital
Spesimen Apusen
Spesimen untuk biakan anaerob



4

Kegunaan pemeriksaan Patologi Klinik
Menentukan Diagnosa : Leukemia
Memastikan Diagnosa [klinis dicurigai]
Menyingkirkan Diagnosa
Medikolegal
Menentukan beratnya penyakit
Follow up Terapi
Persiapan operasi
Spesimen tidak akan diterima apabila:
Tidak dilengkapi dengan data yang sesuai.
Jumlah yang dibutuhkan untuk pemeriksaan kurang.
Cara pengambilan tidak sesuai dengan prosedur yang ada.
Cara pengambilan sputum :
1. Pengambilan sputum sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dimana
kemungkinan untuk mendapat sputum bagian dalam lebih besar atau
juga bisa diambil sputum sewaktu. Pengambilan sputum juga harus
dilakukan sebelum pasien menyikat gigi.
2. Agar sputum mudah dikeluarkan, dianjurkan pasien mengonsumsi air yang
banyak pada malam sebelum pengambilan sputum.
3. Jelaskan pada pasien apa yang dimaksud dengan sputum agar yang
dibatukkan benar-benar merupakan sputum, bukan air liur/saliva ataupun
campuran antara sputum dan saliva. Selanjutnya, jelaskan cara
mengeluarkan sputum.
4. Sebelum mengeluarkan sputum, pasien disuruh untuk berkumur -
kumur dengan air dan pasien harus melepas gigi palsu (bila ada).
5. Sputum diambil dari batukkan pertama(first cough).
6. Cara membatukkan sputum:
Tarik nafas dalam dan kuat (dengan pernafasan dada) batukkan kuat
sputum dari bronkus trakea mulut wadah penampung. Wadah

5

penampung berupa pot steril bermulut besar dan berpenutup (Screw Cap
Medium)
7. Periksa sputum yang dibatukkan, bila ternyata yang dibatukkan adalah air
liur/saliva, maka pasien harus mengulangi membatukkan sputum.
8. Sebaiknya, pilih sputum yang mengandung unsur-unsur khusus, seperti,
butir keju, darah dan unsur-unsur lain.
9. Bila sputum susah keluar, lakukan perawatan mulut. Perawatan mulut
dilakukan dengan obat glyseril guayakolat(expectorant) 200 mg atau
dengan mengonsumsi air teh manis saat malam sebelum pengambilan
sputum.
10. Bila sputum juga tidak bisa didahakkan, sputum dapat diambil secara:
Aspirasi transtracheal
Bronchial lavage
Lung biopsy4
Cara pengambilan feses:
1. Feses diambil sesuai dengan cara umum, yaitu :
a. Pasien diminta untuk berkemih terlebih dahulu.
b. Feses segar tidak boleh bercampur dengan air kloset maupun urin.
Feses ditampung pada pot steril bermulut lebar dan berpenutup.
c. Feses dikeluarkan dan ditampung di atas kertas plastik.
d. Dengan lidi, ambil banyak feses yang dibutuhkan:
e. Feses padat: 2-5 g
f. Feses cair: 10-15 ml
2. Diperlukan pengawet.
Cara penyimpanan feses:
1. Feses cair 30 menit, Feses lunak 1 jam, Feses padat bisa diperiksa setiap saat
dalam 24 jam
2. Bila terjadi keterlambatan, sebaiknya feses ditambahkan pengawet, berupa:
PVA-Formalin : Feses = 3:1
Cara pengiriman feses: (1) Pengiriman : <2 jam (2) Bila tidak memungkinkan,
diberi pengawet.

6

Peran Perawat dalam Pemeriksaan Spesimen
Perawat mempunyai kontribusi dalam pengkajian status kesehatan klien
dengan mengumpulkan spesimen cairan tubuh. Semua klien rawat inap menjalani
paling sedikit satu kali pengumpulan spesimen laboratorium selama dirawat di
fasilitas pelayanan kesehatan. Pemeriksaan laboratorium pada spesimen seperti
urine, darah, feses, sputum, dan drainase luka memberikan informasi tambahan
yang penting untuk mendiagnosis masalah kesehatan dan mengukur respons
terhadap terapi.
Perawat sering diberikan tanggung jawab untuk mengumpulkan spesimen.
Bergantung pada jenis spesimen dan ketrampilan yang diperlukan, perawat dapat
mendelegasikan tugas ini kepada UAP dibawah pengawasan perawat professional.
Tanggung jawab perawat dalam pengumpulan spesimen meliputi hal-hal dibawah
ini:
1. Berikan kenyamanan, privasi, dan keamanan bagi klien. Klien mungkin
merasa malu atau tidak nyaman saat pengambilan spesimen. Perawat harus
menjaga privasi klien semaksimal mungkin dan menangani specimen
secara terpisah. Perawat tidak boleh menghakimi dan sensitive terhadap
kemungkinan kepercayaan social dan budaya yang dapat memengaruhi
keinginan klien untuk berpartisipasi dalam pengumpulan spesimen.
2. Jelaskan tujuan pengumpulan spesimen dan prosedur pengambilan
spesimen. Klien mungkin cemas terhadap prosedur, terutama bila dirasakan
oleh klien sebagai gangguan atau klien takut terhadap hasil pemeriksaan
yang belum diketahuinya. Keterangan yang jelas akan membuat klien mau
bekerja sama dalam pengumpulan specimen. Dengan intruksi yang tepat,
banyak klien yang mampu mengumpulkan spesimen mereka sendiri, yang
meningkatkan kemandirian dan mengurangi atau menghindari rasa malu.
3. Gunakan prosedur yang benar untuk mendapatkan specimen atau pastikan
klien atau staf mengikuti prosedur yang benar. Teknik aseptik digunakan
dalam mengumpulkan specimen untuk mencegah kontaminasi, yang dapat
menyebabkan hasil tes tidak akurat. Prosedur keperawatan atau petunjuk
laboratorium sering tersedia bila perawat tidak terbiasa dengan prosedur

7

tersebut. Bila ada pertanyaan tentang prosedur, perawat dapat
menghubungi petugas laboratorium untuk mendapatkan pengarahan
sebelum mengumpulkan specimen.
4. Perhatian informasi yang relevan pada slip permintaan laboratorium,
contohnya, pengobatan yang sedang digunakan klien yang dapat
memengaruhi hasil pemeriksaan.
5. Bawa spesimen ke laboratorium dengan segera. Spesimen yang segar
memberikan hasil yang lebih akurat.
6. Laporkan hasil pemeriksaan laboratorium yang abnormal kepada tenaga
kesehatan.
Cara Pengambilan Urin :
1. Petugas memberikan penjelasan dengan cara pengumpulan urin dalam botol
atau tempat bersih yang disesuaikan dengan permintaan test yang diminta
2. Tampung urin dalam botol atau tempat bersih kurang dari 10cc dengan cara
mengambil urin tengah sehingga urin pertama dan terakhir dibuang

2.2 Plebotomi Dan Peran Perawat
Pengertian Flebotomi
Pengambilan darah di laboratorium sering diasumsikan dengan nama
flebotomi. Flebotomi (bahasa inggris : phlebotomy) berasal dari kata Yunani
phleb dan tomia. Phleb berarti pembuluh darah vena dan tomia berarti
mengiris/memotong (cutting). Dahulu dikenal istilah venasectie (Belanda),
venesection atau venisection (Inggris). Jadi tidaklah tepat karena flebotomi
sebenarnya diarahkan pengambilan darah dengan cara vena seksi (vena
section) dan tidak sempit maknanya juga karena mencakup darah vena,
kapiler dan darah arteri. Pengambilan darah umumnya yang diberikan
kepada analis kesehatan hanya untuk memperoleh spesimen darah yang
berasal dari vena dan kapiler, namun tidak masuk dalam kurikulum mata
pelajaran khusus yang mandiri, tetapi melekat pada hematologi. Hal ini
memberikan sinyal bahwa pengambilan darah hanya untuk membantu analis
kesehatan untuk memperoleh darah, bukan menjadi suatu keahlian profesional.

8

Umumnya praktek awal pengambilan darah menggunakan suatu alat peraga
phantom (suatu alat peraga yang dikondisikan mirip dengan vena manusia) dan
setiap orang dapat mencobanya. Pengambilan darah selain bertujuan
mengambil darah secara aman, juga harus memperhatikan etika dalam
berkomunikasi dengan pasien, oleh sebab itu perlunya penjelasan petugas
kepada pasien agar pasien merasa tenang saat akan dilakukan pengambilan
darah. Petugas pengambilan darah pun harus menggunakan alat pelindung diri,
agar terlindung dari resiko penularan penyakit infeksi melalui darah.
Efek samping plebotomi :
Alergi terhadap antiseptik dan plester
Perdarahan berlebihan
Pingsan (syncope)
Hematoma, terjadi karena :
a. Vena terlalu kecil untuk jarum yang dipakai
b. Jarum menembus seluruh dinding vena
c. Jarum hanya menembus sebagian vena
d. Jarum dilepaskan pada saat tourniquet masih dipasang
Penekanan yang tidak adekuat setelah venipuncture
TUJUAN PHLEBOTOMY
Untuk treatment (therapeutic phlebotomy)
mengatasi penyakit tertentu (polycythemia vera, kondisi yang
menyebabkan peningkatan volume sel darah merah (hematocrit), untuk
pasien yang memiliki gangguan peningkatan jumlah iron dalam
darah yang membahayakan (hemochromatosis, hepatitis B, C).
Untuk diagnosis : mengambil sejumlah sampel darah untuk donor atau
menganalisis komponen yang terkandung di dalam darah.
Donor darah dan transfusi darah
INDIKASI
Untuk mendapatkan darah untuk pemeriksaan diagnostic
KONTRAINDIKASI DAN PERHATIAN :

9

1. Pasien yang sedang dilakukan terapi trombolitik harus dengan tusukan yang
seminimal mungkin. Jika memang harus dilakukan venapungsi harus
menggunakan jarum yang paling kecil (23 G)
2. Jika memungkinkan pengambilan darah dilakukan saat memulai penusukan
untuk pemasangan infuse, sehingg ameminimalkan tusukan.
3. Tidak boleh mengambil sampel darah dari vena yang dekat IV line. Lebih
baik pilih di lengan yang lain. Jika tidak memungkinkan , hentikan aliran IV
sebelum mengambil sampel darah.
4. Hindari mengambil sampel darah pada saat pasien berdiri karena berisiko
sinkop.
5. Hindari pengambilan sampel pada lengan yang ada AV shunt (arteriovenous
shunt =sambungan arteri dan vena pada pasien dengan hemodialisis).
6. Berikan label pada semua tabung segera setelah pengambilan darah, jangan
biarkan ada tabung tanpa label dengan sampel darah berada disamping pasien.
7. Jangan ambil terlalu banyak sampel darah pada orang yang sangat sulit
pengambilan darahnya seperti pada pasien hemodialisis dan penderita blood
dyscrasias (gangguan padas alah satu komponen darah diaman jumlahnya
tidak cukup banyak seperti pada pasien leukemia). Gunakan tabung untuk
neonates atau pediatric
8. Lakukan informed consent sebelum melakukan tes utk HIV/sesuai kebijakan
institusi.

PERALATAN :
1. Sarung tangan bersih
2. Torniket/ cuff tensi
3. Alcohol swabs
4. Jarum 21/23 G +syringe
5. Needle wing ukuran 21/23 G
6. Vacutainer (warna ungu = hematologi, merah, emas, hijau = kimia darah,
biru= profil koagulasi kuning = kultur darah), holder dan jarum (optional)
7. Bola kapas atau kassa 4x4cm
8. Plester

10

9. Label pasien (berisi nama, no.register, tgl, jenis sampel)
10. Perlak
11. Bengkok/tempat sampah
12. Sharp container

PERSIAPAN PASIEN
1. Identifikasi pasien dengan benar
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Periksa adanya kontraindikasi (IV shunt, terapi trombolitik, atau pasien
yang tidak kooperatif)
4. Posisikan pasien duduk dengan lengan lurus dan ditopang dengan nyaman
atau pada posisi supine dengan lengan diluruskan diamping badan.
5. Untuk mencegah aspirasi atau pingsan yakinkan bahwa pasien tidak
sedang mengunyah permen atau makanan lain dalam mulut.
6. Berikan privasi pada pasien

PROSEDUR
1. Cuci tangan, gunakan sarung tangan
2. Susun peralatan pada tempat yang mudah dijangkau.
3. Pasang pengalas/perlak dibawah lengan pasien.
4. Pilih vena yang akan ditusuk (fossa antecubital, v.cephalic, v.basilic dan
median cubital) median cubital merupakan vena yang bagus untuk ditusuk
karena dekat dengan permukaan kulit, saraf dan tendon jauh dari vena
tersebut.
5. Pasang torniket 7-10 cm diatas vena tersebut
6. Minta pasien untuk mengepalkan jari tangan .
7. Palpasi vena, walaupun vena terlihat, harus dipalpasi untuk memastikan
lokasi. Pembuluh darah yang berdenyut berarti arteri, sedangkan vena
lebih seperti selang yang elastic, tendon lebih keras dan kaku.
8. Pilih vena yang terbaik tetapi jangan memasang torniket lebih dari 1 menit
karena akan mempengaruhi hasil pemeriksaan (hemokonsentrasi). Jika
kesulitan mencari vena:

11

a. Yakinkan bahwa vena pada posisi dependen (lebih rendah dari
jantung)
b. Ganti ke lengan lain
c. Pijat lembut lengan dari pergelangan tangan ke siku
d. Flick over the vein site with your finger
e. Kompres hangat
f. Gunakan cuff tensi selain torniket
g. Bersihkan area pungsi dengan alcohol swabs secara melingkar dari
dalam keluar sampai 5 cm kalau alergi dengan alcohol bisa
menggunakan povidon iodine, normal salin
h. Lakukan penusukan dengan bevel jarum menghadap ke atas dengan
sudut jarum 15 derajat terhadap vena. Jarum bisa langsung ditusukkan
di atas vena atau di sebelahnya lkemudian ditusukkan langsung ke
vena. Tanda jerum telah masuk vena, terlihat darah di pangkal jarum.
9. Jika tidak dapat mengambil darah:
a. Cobalah mereposisi jarum dengan menarik sedikit, memajukan, atau
memutar sedikit.
b. Longgarkan torniket jika terlalu ketat, sehingga menyumbat aliran
darah
c. Pilih lokasi lain.
10. Mengambil darah
a. Dengan syiringe : dengan satu tangan tarik plunger spuit pelan-pelan,
sementara tangan yang lain menstabilkan spuit dan jarum. Menarik
terlalu kencang akan membuat vena collaps atau specimen menjadi
hemolisis. Penggunaan syiringe dilakukan jika vena terlalu kecil
misalnya diambil di tangan, pada pasien lansia, pasien dengan penyakit
kronis, karena kalau menggunakan vacutainer terlalu banyak
menariknya. Setelah mendapatkan sejumlah sampel darah, hentikan
penarikan. Lepaskan jarum dari syiringe, masukkan sampel ke dalam
tabung.
b. Metode degan vacutainer : tabung pertama dirangkaikan dengan holder
dan jarum sebelum penusukan. Satu tangan menahan holder, tangan

12

yang lain menekan tabung ke jarum. Tabung akan mengisi secara
otomatis, dan berhenti secara otomatis jika volume sudah cukup. Jika
lebih dari satu jenis sampel, lepas tabung yang sudah penuh dari holder
dan tekan tabung lain ke dalam holder.
11. Wing needle : dilakukan untuk vena yang kecil dan sulit, cara ini
meminimalkan manpulasi jarum ke vena.
12. Kateter intravena : saat memasang kateter intravena sekaligus mengambil
sampel darah dari adapternya menggunakan spuit.
13. Instruksikan pasien untuk membuka genggaman tangan setelah darah
didapatkan.
14. Lepaskan torniket.
15. Cabut jarum dari vena dengan menutupnya dengan bola kapas atau alcohol
swab. Tekan sampai tidak berdarah lagi atau tutup dengan kassa dan
plester.
16. Untuk memastikan tercampurnya sampel darah dan zat untuk pemeriksaan
misalnya EDTA, gulung-gulung tabung 5-8 kali, jangan mengkocok
tabung.
17. Buang jarum dan syiringe ke dalam sharp kontainer
18. Berikan label pada tabung
19. Rapikan pasien dan alat-alat.
20. Lepas sarung tangan dan cuci tangan.
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam phlebotomy
1. Pastikan petugas telah menggunakan alat pelindung diri (APD) : jas
laboratorium, masker, sarung tangan karet dan penutup kepala.
2. Pasien yang takut harus ditenangkan dengan memberi penjelasan mengenai apa
yang akan dilakukan, maksud beserta tujuannya.
3. Pada pasien anak, perlu di fiksasi tangannya dengan petugas lain agar tidak
bergerak pada saat penusukan.
4. Vena yang kecil terlihat sebagai garis-garis biru biasanya sukar digunakan
5. Untuk vena yang tidak dapat ditentukan karena letaknya yang dalam, usaha
coba-coba dilarang untuk dilakukan

13

6. Pembendungan yang terlalu lama jangan dilakukan karena dapat
mengakibatkan hemokonsentrasi setempat.
7. Hematoma, yaitu keluarnya darah dibawah kulit dalam jaringan pada kulit
disekitar tusukkan akan terlihat berwarna biru, biasanya akan terasa nyeri,
perintahkan pasien untuk mengompresnya dengan air hangat beberapa menit
atau beberapa hari sampai sakitnya hilang.
Prosedur prosedur pengambilan darah flebotomy
1. Pengambilan Darah Vena dengan Syring
Pengambilan darah vena secara manual dengan alat suntik (syring)
merupakan cara yang masih lazim dilakukan di berbagai laboratorium klinik dan
tempat-tempat pelayanan kesehatan. Alat suntik ini adalah sebuah pompa piston
sederhana yang terdiri dari sebuah sebuah tabung silinder, pendorong, dan jarum.
Berbagai ukuran jarum yang sering dipergunakan mulai dari ukuran
terbesar sampai dengan terkecil adalah : 21G, 22G, 23G, 24G dan 25G.
Pengambilan darah dengan suntikan ini baik dilakukan pada pasien usia
lanjut dan pasien dengan vena yang tidak dapat diandalkan (rapuh atau
kecil). Prosedur :
Persiapkan alat-alat yang diperlukan : syring, kapas alkohol 70%, tali
pembendung (turniket), plester, dan tabung. Untuk pemilihan syring, pilihlah
ukuran/volume sesuai dengan jumlah sampel yang akan diambil, pilih ukuran
jarum yang sesuai, dan pastikan jarum terpasang dengan erat.
Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien
senyaman mungkin.
Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan.
Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila
pasien minum obat tertentu, tidak puasa dsb.
Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan
aktifitas.
Minta pasien mengepalkan tangan.
Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.

14

Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi)
untuk memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis
dan memiliki dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari
arah pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit daerah lengan.
Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alcohol 70% dan
biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Jika jarum
telah masuk ke dalam vena, akan terlihat darah masuk ke dalam semprit
(dinamakan flash). Usahakan sekali tusuk kena.
Setelah volume darah dianggap cukup, lepas turniket dan minta pasien
membuka kepalan tangannya. Volume darah yang diambil kira-kira 3 kali
jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk pemeriksaan.
Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan
kapas beberapa sat lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik
jarum sebelum turniket dibuka.
2. Pengambilan Darah Vena Dengan Tabung Vakum
Tabung vakum pertama kali dipasarkan oleh perusahaan AS BD (Becton-
Dickinson) di bawah nama dagang Vacutainer. Jenis tabung ini berupa tabung
reaksi yang hampa udara, terbuat dari kaca atau plastik. Ketika tabung
dilekatkan pada jarum, darah akan mengalir masuk ke dalam tabung dan
berhenti mengalir ketika sejumlah volume tertentu telah tercapai.
Jarum yang digunakan terdiri dari dua buah jarum yang dihubungkan oleh
sambungan berulir. Jarum pada sisi anterior digunakan untuk menusuk vena dan
jarum pada sisi posterior ditancapkan pada tabung. Jarum posterior diselubungi
oleh bahan dari karet sehingga dapat mencegah darah dari pasien mengalir keluar.
Sambungan berulir berfungsi untuk melekatkan jarum pada sebuah holder dan
memudahkan pada saat mendorong tabung menancap pada jarum posterior.
Keuntungan menggunakan metode pengambilan ini adalah, tak perlu
membagi-bagi sampel darah ke dalam beberapa tabung. Cukup sekali
penusukan, dapat digunakan untuk beberapa tabung secara bergantian sesuai

15

dengan jenis tes yang diperlukan. Untuk keperluan tes biakan kuman, cara ini juga
lebih bagus karena darah pasien langsung dapat mengalir masuk ke dalam tabung
yang berisi media biakan kuman. Jadi, kemungkinan kontaminasi selama
pemindahan sampel pada pengambilan dengan cara manual dapat dihindari.
Kekurangannya sulitnya pengambilan pada orang tua, anak kecil,
bayi, atau jika vena tidak bisa diandalkan (kecil, rapuh), atau jika pasien
gemuk. Untuk mengatasi hal ini mungkin bisa digunakan jarum bersayap (winged
needle).
Jarum bersayap atau sering juga dinamakan jarum kupu-kupu hampir
sama dengan jarum vakutainer seperti yang disebutkan di atas. Perbedaannya
adalah, antara jarum anterior dan posterior terdapat dua buah sayap plastik pada
pangkal jarum anterior dan selang yang menghubungkan jarum anterior dan
posterior. Jika penusukan tepat mengenai vena, darah akan kelihatan masuk pada
selang (flash). Prosedur :
Persiapkan alat-alat yang diperlukan : jarum, kapas alkohol 70%, tali
pembendung (turniket), plester, tabung vakum.
Pasang jarum pada holder, pastikan terpasang erat.
Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien
senyaman mungkin.
Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan.
Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila
pasien minum obat tertentu, tidak puasa dsb.
Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan
aktifitas.
Minta pasien mengepalkan tangan.
Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.
Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi)
untuk memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis

16

dan memiliki dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari
arah pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit daerah lengan.
Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alcohol 70% dan
biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Masukkan
tabung ke dalam holder dan dorong sehingga jarum bagian posterior tertancap
pada tabung, maka darah akan mengalir masuk ke dalam tabung. Tunggu
sampai darah berhenti mengalir. Jika memerlukan beberapa tabung, setelah
tabung pertama terisi, cabut dan ganti dengan tabung kedua, begitu seterusnya.
Lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan tangannya. Volume darah
yang diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk
pemeriksaan.
Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan
kapas beberapa saat lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik
jarum sebelum turniket dibuka.
3. PENGAMBILAN DARAH KAPILER
Pengambilan darah kapiler atau dikenal dengan istilah skinpuncture yang berarti
proses pengambilan sampel darah dengan tusukan kulit. Tempat yang digunakan
untuk pengambilan darah kapiler adalah :
Ujung jari tangan (fingerstick) atau anak daun telinga.
Untuk anak kecil dan bayi diambil di tumit (heelstick) pada 1/3 bagian
tepi telapak kaki atau ibu jari kaki.
Lokasi pengambilan tidak boleh menunjukkan adanya gangguan
peredaran, seperti vasokonstriksi (pucat), vasodilatasi (oleh radang,
trauma, dsb), kongesti atau sianosis setempat.
Pengambilan darah kapiler dilakukan untuk tes-tes yang memerlukan sampel
dengan volume kecil, misalnya untuk pemeriksaan kadar glukosa, kadar Hb,
hematokrit (mikrohematokrit) atau analisa gas darah (capillary method).
Prosedur

17

Siapkan peralatan sampling : lancet steril, kapas alcohol 70%.
Pilih lokasi pengambilan lalu desinfeksi dengan kapas alkohol 70%, biarkan
kering.
Peganglah bagian tersebut supaya tidak bergerak dan tekan sedikit supaya rasa
nyeri berkurang.
Tusuk dengan lancet steril. Tusukan harus dalam sehingga darah tidak harus
diperas-peras keluar. Jangan menusukkan lancet jika ujung jari masih basah
oleh alkohol. Hal ini bukan saja karena darah akan diencerkan oleh alkohol,
tetapi darah juga melebar di atas kulit sehingga susah ditampung dalam wadah.
Setelah darah keluar, buang tetes darah pertama dengan memakai kapas kering,
tetes berikutnya boleh dipakai untuk pemeriksaan.
Pengambilan darah diusahakan tidak terlalu lama dan jangan diperas-peras
untuk mencegah terbentuknya jendalan.
4. Pengambilan Darah Arteri
Pengambilan darah arteri umumnya menggunakan arteri radialis di daerah
pergelangan tangan. Jika tidak memungkinkan dapat dipilih arteri
brachialis di daerah lengan atau arteri femoralis di lipat paha. Pengambilan
darah harus dilakukan dengan hati-hati dan oleh tenaga terlatih. Sampel darah
arteri umumnya digunakan untuk pemeriksaan analisa gas darah. Prosedur
Siapkan peralatan sampling di tempat/ruangan dimana akan dilakukan
sampling.
Pilih bagian arteri radialis.
Pasang tali pembendung (tourniquet) jika diperlukan.
Lakukan palpasi (perabaan) dengan jari tangan untuk memastikan letak arteri.
Desinfeksi kulit yang akan ditusuk dengan kapas alkohol 70%, biarkan kering.
Kulit yang telah dibersihkan jangan dipegang lagi.
Tekan bagian arteri yang akan ditusuk dengan dua jari tangan lalu tusukkan
jarum di samping bawah jari telunjuk dengan posisi jarum tegak atau agak

18

miring. Jika tusukan berhasil darah terlihat memasuki spuit dan mendorong
thorak ke atas.
Setelah tercapai volume darah yang dikehendaki, lepaskan/tarik jarum dan
segera letakkan kapas pada tempat tusukan lalu tekan kapas kuat-kuat selama
2 menit. Pasang plester pada bagian ini selama 15 menit.


19


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pengambilan spesimen harus dipilih secara hati-hati agar memberi hasil
terbaik mengenai organisme penginfeksi, toksin, atau antibodi yang dibentuk oleh
pejamu. Pengambilan spesimen itu sendiri harus dilakukan dengan cara yang
meminimalkan pencemaran oleh flora endogen pejamu. Perawat mempunyai
kontribusi dalam pengkajian status kesehatan klien dengan mengumpulkan
spesimen cairan tubuh.
Pengambilan darah umumnya yang diberikan kepada analis kesehatan
hanya untuk memperoleh spesimen darah yang berasal dari vena dan kapiler,
namun tidak masuk dalam kurikulum mata pelajaran khusus yang mandiri, tetapi
melekat pada hematologi. Petugas pengambilan darah pun harus menggunakan
alat pelindung diri, agar terlindung dari resiko penularan penyakit infeksi melalui
darah.
Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang pembahasan makalah
dengan topik Patologi Klinik dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang
tentuang dan dapat di pertanggung jawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik atau
saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari
bahasan makalah yang telah di jelaskan.

Anda mungkin juga menyukai