SISTEM ENDOKTRIN
Kelompok : 2
Kelas : 2FA2
Anggota Kelompok :
1. Haerunisa Solihah 21121066
2. Lunatul Fildzah 21121067
3. M. Faizal 21121068
4. Mega Cipta M P S 21121069
5. Mirda Ulfah 21121070
6. Nadia Nurhasanah 21121071
7. Nida Anistia 21121072
8. Nova Novita Liani 21121073
9. Noviyani Setiawan 21121074
10. Nur Anita Rosita 21121075
11. Panji Mohamad Gani 21121076
12. Putri Sukma 21121077
13. Rano Hermawan 21121078
14. Rena Presna Sunardi 21121079
15. Restu Puja Rahayuna 21121080
SEKOLAH TINGGI FARMASI BANDUNG
TAHUN ANGKATAN 2012/2013
SISTEM ENDOKRIN
I. Tujuan Percobaan
1. Menjelaskan peranan sistem endokrin dalam menjaga homeostasis dalam tubuh
2. Menjelaskan mekanisme kerja insulin dalam menurunkan kadar gula dalam darah
II. Teori Dasar
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang
menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi
organ-organ lain. Hormon bertindak sebagai "pembawa pesan" dan dibawa oleh aliran darah
ke berbagai sel dalam tubuh, yang selanjutnya akan menerjemahkan "pesan" tersebut
menjadi suatu tindakan. Sistem endokrin tidak memasukkan kelenjar eksokrin seperti
kelenjar ludah, kelenjar keringat, dan kelenjar-kelenjar lain dalam saluran gastroinstestin.
Kelenjar endokrin (endocrineglarul) terdiri dari :
1) kelenjar hipofise atau pituitari (hypophysisor pituitary glanrl) yang terletak di dalam
rongga kepala dekat dasar otak;
2) kelenjar tiroid (thyroid glanrl) atau kelenjar gondok yang terletak di leher bagian
depan;
3) kelenjar paratiroid (parathyroidglanrl) dekat kelenjar tiroid;
4) kelenjar suprarenal (suprarenalglanrl) yang terletak di kutub atas ginjal kiri-kanan;
5) pulau Langerhans (islets of langerhans) di dalam jaringan kelenjar pankreas;
6) kelenjar kelamin (gonarl)laki di testis dan indung telur pada wanita.
Terdapat dua tipe kelenjar yaitu eksokrin dan endokrin. Kelenjar eksokrin
melepaskan sekresinya ke dalam duktus pada permukaan tubuh, seperti kulit, atau organ
internal, seperti lapisan traktus intestinal. Kelenjar endokrin termasuk hepar, pankreas
(kelenjar eksokrin dan endokrin), payudara, dan kelenjar lakrimalis untuk air mata.
Sebaliknya, kelenjar endokrin melepaskan sekresinya langsung ke dalam darah.
Susunan Kimia Hormon
1. Amina: hormon sederhana ini merupakan variasi susunan asam amino tirosin.
Kelompok ini meliputi tiroksin dari kelenjar tiroid, epinefrin dan norepinefrin dari
medula adrenal
2. Protein: hormon ini merupakan rantai asam amino. Insulin dari pankreas, hormon
pertumbuhan dari kelenjar hipofisis anterior, kalsitonin dari kelenjar tiroid semuanya
merupakanprotein.Rantai pendek asam amino disebut peptida.
Hormon antidiuretik dan oksitosin yang disintesis oleh hipotalamus, merupakan
hormon peptida.
3. Steroid: kolesterol merupakan prekursor hormon steroid
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan,
namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya, medulla adrenal dan
kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf (neural). Jika keduanya
dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua kelenjar ini sebagian diambil alih
oleh sistem saraf. Bila sistem endokrin umumnya bekerja melalui hormon, maka sistem
saraf bekerja melalui neurotransmiter yang dihasilkan oleh ujung-ujung saraf.
Sistem endokrin mempunyai lima fungsi umum :
1. Membedakan sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin yang sedang
berkembang.
2. Menstimulasi urutan perkembangan.
3. Mengkoordinasi sistem reproduktif.
4. Memelihara lingkungan internal optimal.
5. Melakukan respons korektif dan adaptif ketika terjadi situasi darurat.
Hormon adalah zat yang dilepaskan ke dalam aliran darah dari suatu kelenjar
atau organ, yang mempengaruhi kegiatan di dalam sel-sel. Sebagian besar hormon
merupakan protein yang terdiri dari rantai asam amino dengan panjang yang berbeda-
beda. Sisanya merupakan steroid, yaitu zat lemak yang merupakan derivat dari
kolesterol. Hormon dalam jumlah yang sangat kecil bisa memicu respon tubuh yang
sangat luas.
Di dalam tubuh kita terdapat 2 sistem yang bertanggug jawab terhadap pengaruturan
lingkugan internal. Penghantaran informasi yang cepat dan terarah diatur oleh sistem saraf.
Sedangkan pengaturan fugsi sel secara global dan pengaturan yag berlagsung lebih lama
berada di bawah tanggung jawab sistem endokrin melalui penghatar informasi kimiawi
yang dikenal dengan istilah hormon .
Pengaturan oleh hormon sering berlangsung melalui reaksi-reaksi yang diperantarai
oleh hormon lain melalui suatu rangkaian 3 tingkat yang melibatkan hormon pembebas,
hormon kedua dan hormon efektor. Rangkaian ini di atur oleh sistem hipotalamus hipofisis.
Ada pula pembebasan hormon yang tidak melibatkan sistem tersebut. Dalam hal ini,
pembebasan hormon disesuaikan dengan konsentrasi senyawa yang dijaga oleh hormon
tersebut agar selalu tetap.
Beberapa substansi kimiawi yang terdeteksi berada di lingkungan perairan dapat
berpengaruh terhadap sistem endokrin organisme. Substansi yang dapat menggangu sistem
endokrin (EDS, endocrine disrupting substance) tersebut diantaranya estrogen alami (17-
estradiol dan estron) dan estrogen sintetis (17-ethynil estradiol). Gangguan sistem endokrin
yang dapat terjadi adalah adanya mekanisme feminisasi pada ikan jantan yaitu perubahan
pada perkembangan duktus gonad, baik pembentukan rongga ovari seperti betina dan/atau
keberadaan sel germ jantan dan betina pada gonad yang sama, peningkatan konsentrasi
vitellogenin, perubahan pada perkembangan ginjal, gangguan fungsi imun dan
menyebabkan kerusakan genotoksik.
Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari rongga mulut (cavum oris). Di dalam
rongga mulut terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah dan
lidah pada dasar mulut yang tidak dapat digerakan serta banyak menghasilkan lendir, tetapi
tidak menghasilkan ludah (enzim). Dari rongga mulut makanan masuk ke esophagus
melalui faring yang terdapat di daerah sekitar insang.
Esofagus berbentuk kerucut, pendek, terdapat di belakang insang, dan bila tidak
dilalui makanan lumennya menyempit. Dari kerongkongan makanan di dorong masuk ke
lambung, lambung pada umum-nya membesar, tidak jelas batasnya dengan usus. Pada
beberapa jenis ikan, terdapat tonjolan buntu untuk memperluas bidang penyerapan
makanan. Dari lambung, makanan masuk ke usus yang berupa pipa panjang berkelok-kelok
dan sama besarnya. Usus bermuara pada anus. Kelenjar pencernaan pada ikan, meliputi hati
dan pankreas. Hati merupakan kelenjar yang berukuran besar, berwarna merah kecoklatan,
terletak di bagian depan rongga badan dan mengelilingi usus, bentuknya tidak jelas, terbagi
atas lobus kanan dan lobus kiri, serta bagian yang menuju ke arah punggung. Fungsi hati
menghasilkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu untuk membantu proses
pencernaan lemak. Kantung empedu berbentuk bulat, berwarna kehijauan terletak di sebelah
kanan hati, dan salurannya bermuara pada lambung. Kantung empedu berfungsi untuk
menyimpan empedu dan disalurkan ke usus bila diperlukan. Pankreas merupakan organ
yang berukuran mikroskopik sehingga sukar dikenali, fungsi pankreas, antara lain
menghasilkan enzim enzim pencernaan dan hormon insulin.
Gambar : Pencernaan Ikan
Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino yang
dihasilkan oleh sel beta kelenjar pankreas. Dalam keadaan normal, bila ada rangsangan pada
sel beta, insulin disintesis dan kemudian disekresikan kedalam darah sesuai kebutuhan
tubuh untuk keperluan regulasi glukosa darah. Secara fisiologis, regulasi glukosa darah
yang baik diatur bersama dengan hormon glukagon yang disekresikan oleh sel alfa kelenjar
pankreas.
Sintesis insulin dimulai dalam bentuk preproinsulin (precursor hormon insulin) pada
retikulum endoplasma sel beta. Dengan bantuan enzim peptidase, preproinsulin mengalami
pemecahan sehingga terbentuk proinsulin, yang kemudian dihimpun dalam gelembung-
gelembung (secretory vesicles) dalam sel tersebut. Di sini, sekali lagi dengan bantuan enzim
peptidase, proinsulin diurai menjadi insulin dan peptida-C (C-peptide) yang keduanya sudah
siap untuk disekresikan secara bersamaan melalui membran sel.
Insulin mempunyai fungsi penting pada berbagai proses metabolisme dalam tubuh
terutama metabolisme karbohidrat. Hormon ini sangat krusial perannya dalam proses
utilisasi glukosa oleh hampir seluruh jaringan tubuh, terutama pada otot, lemak, dan hepar.
Pada jaringan perifer seperti jaringan otot dan lemak, insulin berikatan dengan sejenis
reseptor (insulin receptor substrate = IRS) yang terdapat pada membran sel tersebut. Ikatan
antara insulin dan reseptor akan menghasilkan semacam sinyal yang berguna bagi proses
regulasi atau metabolisme glukosa di dalam sel otot dan lemak, meskipun mekanisme kerja
yang sesungguhnya belum begitu jelas. Setelah berikatan, transduksi sinyal berperan dalam
meningkatkan kuantitas GLUT-4 (glucose transporter-4) dan selanjutnya juga pada
mendorong penempatannya pada membran sel. Proses sintesis dan translokasi GLUT-4
inilah yang bekerja memasukkan glukosa dari ekstra ke intrasel untuk selanjutnya
mengalami metabolism. Untuk mendapatkan proses metabolisme glukosa normal, selain
diperlukan mekanisme serta dinamika sekresi yang normal, dibutuhkan pula aksi insulin
yang berlangsung normal. Rendahnya sensitivitas atau tingginya resistensi jaringan tubuh
terhadap insulin merupakan salah satu faktor etiologi terjadinya diabetes, khususnya
diabetes tipe 2.
Gangguan metabolisme glukosa yang terjadi, diawali oleh kelainan pada dinamika
sekresi insulin berupa gangguan pada fase 1 sekresi insulin yang tidak sesuai kebutuhan
(inadekuat). Defisiensi insulin ini secara langsung menimbulkan dampak buruk terhadap
homeostasis glukosa darah. Yang pertama terjadi adalah hiperglikemia akut pascaprandial
(HAP) yakni peningkatan kadar glukosa darah segera (10-30 menit) setelah beban glukosa
(makan atau minum).
Mekanisme Kerja Hormon
Reseptor Hormon
Hormon bekerja melalui pengikatan dengan reseptor spesifik .Pengikatan dari hormon
ke reseptor ini pada umumnya memicu suatu perubahan penyesuaian pada reseptor
sedemikian rupa sehingga menyampaikan informasi kepada unsur spesifik lain dari sel.
Reseptor ini terletak pada permukaan sel atau intraselular. Interaksi permukaan hormon
reseptor memberikan sinyal pembentukan dari mesenger kedua Interaksi hormon-reseptor
ini menimbulkan pengaruh pada ekspresi gen Distribusi dari reseptor hormon
memperlihatkan variabilitas yang besar sekali. Reseptor untuk beberapa hormon, seperti
insulin dan glukokortikoid, terdistribusi secara luas, sementara reseptor untuksebagian besar
hormon mempunyai distribusi yang lebih terbatas. Adanya reseptor merupakan determinan
(penentu) pertama apakah jaringan akan memberikan respon terhadap hormon.
Ikan mas kecil ditempatkan pada gelas piala 200 ml yg telah ditetesi insulin 10 ml
Amati baik baik
( saat insulin berdifusi melalu membran insang ikan ke aliran darah )
Hasil dari peningkatan kadar insulin adalah penurunan kadar efek insulin terhadap ikan
Namun,molekul yang berpartisipasi dalam peristiwa pasca- reseptor juga penting;
hal ini tidak saja menentukan apakah jaringan akan memberikan respon terhadap hormon itu
tetapi juga kekhasan dari respon itu. Hal yang terakhir ini memungkinkan hormon yang
sama memiliki respon yang berbeda dalam jaringan yang berbeda.
Interaksi Hormon-Reseptor
Hormon menemukan permukaan dari sel melalui kelarutannya serta disosiasi mereka
dari proteinpengikat plasma. Hormon yang berikatan dengan permukaan sel kemudian
berikatan dengan reseptor. Hormon steroid tampaknya mempenetrasi membrana plasma sel
secara bebas dan berikatan dengan reseptor sitoplasmik. Pada beberapa kasus (contohnya,
estrogen), hormon juga perlu untuk mempenetrasi int i sel (kemungkinan melalui pori- pori
dalam membrana inti) untuk berikatandengan reseptor inti-setempat. Kasus pada hormon
tiroid tidak jelas. Bukti-bukti mendukung pendapat
III. Alat, Bahan Dan Hewan percobaan
Alat :
Gelas piala 500 ml
Alat suntik 1 ml
Bahan :
Insulin 40 U.I/ml
Glukosa
Aquadest
Hewan Percobaan : Ikan mas kecil
IV. Prosedur
Ikan mas kecil ditempatkan pada gelas piala 200 ml yang berisi air dan ditetesi insulin
10 ml
Amati baik baik
( saat insulin berdifusi melalu membran insang ikan ke aliran darah )
Hasil dari peningkatan kadar insulin adalah penurunan kadar gula darah menjadi
dibawah normal. ikan akan mengalami iritabilita, konvulsi dan koma
Saat gejala terjadi, pindahkan ikan pada gelas piala yg berisi 200 ml air dan 1/2 sendok
teh glukosa. pada saat itu glukosa dan air berdifusi kemudian kadar gua darah ikan
akan kembali normal