Anda di halaman 1dari 8

MENUJU PERENCANAAN KOTA KOMPREHENSIF MELALUI

PENINJAUAN KEMBALI TATA RUANG


ALFARIANI PRATIWI
ABSTRACT
Comprehensive city planning shows that the form which has the highes
status, most complex, and this is the most difficultanalytical onseptual
and covers all the main elements of the city that determines not only one
but all the activities currently being carried out anddevelopment for the
future. Strategic planning is planning for the city as a whole, which not
only covers one or several functions. Zoning should be reviewed in total
for comprehensive urban planning materialized. By evaluating the city
planning, the development of comprehensive city planning can be seen.
Keywords : Comprehensive Planning, Comprehensive City Planning,
Evaluating City Planning.
PENDAHULUAN
Perencanaan tata ruang dapat diartikan sabagai suatu kegiatan merencanakan
pemanfaatan potensi dan ruang perkotaan serta pengembangan infrastruktur
pendukung yang dibutuhkan untuk mengakomodasikan kegiatan yang diinginkan
baik sektor ekonomi maupun sektor lainnya.
Rencana tata ruang disusun dengan perspektif menuju keadaan pada masa
depan yang diharapkan, bertitik tolak dari data, informasi, ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dapat dipakai, serta memperhatikan keragaman wawasan kegiatan
tiap sektor, perkembangan masyarakat dan lingkungan hidup berlangsung secara
dinamis, ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang seiring dengan
berjalannya waktu.
Kegiatan evaluasi Rencana Tata Ruang tidak terlepas dari kegiatan
penyusunan rencana ataupun kegiatan revisi, karena didalam suatu mekanisme
penanganan rencana tata ruang yang utuh, kegiatan tersebut satu dengan lainnya
merupakan satu sikuensis, dimana output kegiatan yang satu akan merupakan
input bagi kegiatan lainnya. Evaluasi adalah suatu proses pengambaran,
pengumpulan informasi dan menyajikannya untuk sebagai bahan penilaian,
pertimbangan, dalam memutuskan suatu kebijakan atau keputusan. Prosesnya
tetap harus berlanjut sampai kemungkinan untuk merevisi kembali apabila
terdapat adanya kesalahan.
Tujuan Evaluasi.
a. Kegiatan yang dilakukan untuk mengukur, membandingkan dan menilai
sesuatu yang telah dijadikan sebagai keputusan, dan yang telah di kerjakan
atau dilakukan, dengan melihat standar-standar ukuran yang dijadikan tolak
ukur baik atau buruk, berhasil atau tidak berhasil.
b. Kegiatan tindak lanjut dari hasil kegiatan (keputusan) akan dari keputusan yang
telah diambil dan dikerjakan sebelumnya.
Proses dan Teknik Evaluasi.
Setiap keputusan yang telah disepakati dan yang akan dikerjakan sesuai
dengan program kerja tentunya harus melewati suatu proses untuk mencapai
tujuan dan misi. Tetapi di dalam melakukan suatu kegiatan belum tentu sesuai
dengan keinginan, hal tersebut dapat terjadi kapan dan di mana saja karena
beberapa faktor seperti : sumber daya manusia yang tidak siap baik secara kualitas
maupun kuantitas, kurangnya data yang dikumpulkan dan kurangnya sarana dan
prasarana yang mendukung, sehingga diperlukan manejemen dan teknik evaluasi
untuk meminimalkan kesalahan yang akan terjadi.
Secara garis besar proses evaluasi dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
Persiapan.
Pelaksanaan.
Evaluasi.
Dari ketiga proses diatas dapat diketahui tugas yang diprioritaskan, selanjut
mengerjakan tugas yang perlu untuk mendukung pencapaian tujuan dengan
berdasarkan dari hasil revisi, sehingga visi dan tujuan dari hasil keputusan dapat
sesuai dengan harapan .
Oleh karena itu, agar rencana tata ruang yang telah disusun itu tetap sesuai
dengan tuntutan pembangunan dan perkembangan keadaan, rencana tata ruang
harus ditinjau kembali (dievaluasi) atau disempurnakan secara berkala demi
perencanaan yang komprehensif.
Evaluasi atau Peninjauan Kembali Tata Ruang
Tata Ruang Harus Evaluasi Total. Hal ini ditinjau saat merumuskan Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) serta
peraturan zonasi, yang tidak pernah melihat kondisi eksisting serta
mempertimbangkan perkembangan masyarakat. Tidak pernah ada kajian secara
serius dan mendalam tentang tata ruang, atau memang ada pelanggaran di
dalamnya. Izin peruntukan yang selama ini ditangani Dinas tata Ruang harus
segera dicabut. Jika itu terus terjadi hingga diketoknya Perda RTRW,
dikhawatirkan, hasil rumusan tata ruang yang akan mengikat seluruh masyarakat,
hanya akan menjadi produk hukum sepihak yang dipaksakan.
Faktor yang menentukan dan menjadikan kegoiatan peninjauan kembali
rencana tataa ruang menjadi suatu aktivitas yang penting untuk dilakukan secara
bekala dalam proses penataan ruang adalah karena adanya kemungkinan
perubahan atau ketidaksesuaian atau adanya penyimpangan yang mendasar antara
rencana dengan kenyataan yang terjadi dilapangan, baik karena faktor internal,
maupun faktor eksternal.
a. Faktor Eksternal
i. Adanya perubahan dan/atau penyempurnaan peraturan atau rujukan sistem
penataan ruang.
ii. Adanya perubahan kebujaksanaan pemanfaatan ruang atau sektoralm kawasan
perkotaan yang berdampak pada pengalokasian kegiatan pembangunan yang
memerlukan ruang berskala besar.
iii. Adanya ratifikasi kebijaksanaan global yang mengubah paradigma sistem
pembangunan pemerintah serta paradigama perencanaan tata ruang.
iv. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat dan
seringkali radikal dalam hal pemanfaatan sumberdaya alam meminimalkan
kerusakan lingkungan.
v. Adanya bencana alam yang cukup besar sehingga mengubah struktur dan pola
pemanfaatn ruang, dan memerlukan relokasi kegiatan budaya maupun lindung
yang ada demi pembangunan pasca bencana.
b. Faktor Internal
i. Rendahnya kualitas Rencana Tata Ruang Perkotaan yang dipergunakan sebagai
acuan untuk penertiban perizinan lokasi pembangunan, sehingga kurang dapat
mengoptimalisasikan perkembangan dan pertumbuhan aktivitas sosial ekonomi
yang cepat dan dinamis;
ii. Rendahnya kualitas ini dapat disebabkan karena tidak diikutinya proses teknis
dan prosedur kelembagaan perencanaan tata ruang.
iii. Terbatasnya pengertian dan komitmen aparat yang terkait dengan tugas
penataan ruang, mengenai fungsi dan kegunaan Rencana Tata Ruang dalam
pelaksanaan pembangunan:
iv. Adanya perubahan atau pergeseran nilai/norma dan tuntutan hidup yang
berlaku didalam masyarakat.
v. Lemahnya aparatur yang berwenang dalam bidang pengendalian pemanfaatan
ruang.
Kegiatan evaluasi
a. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan, kegiatan ini merupakan penunjang untuk pelaksanaan
evaluasi atau peninjauan kembali melalui beberapa kegiatan untuk mengumpulkan
data dan informasi yang dibutuhkan. Kegiatan evaluasi atau peninjauan kembali
ini meliputi :
Pengumpulan data dasar berupa peta ataupun data numerik
Penyiapan penggunaan lahan terakhir
Penyiapan peta-peta rencana
Mengumpulkan peta-peta kebutuhan analisis
Menyiapkan peta distribusi penduduk
Peta jaringan jalan
Peta batas administrasi desa dan kecamatan
Peta jaringan utilitas
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, peta-peta yang menunjukkan kondisi eksisting
tersebut digunakan sebagai bahan bandingan Rencana Tata Ruang yang akan
dievaluasi atau ditinjau kembali. Dari pembandingan kedua peta tersebut,
kemudian dilakukan penilaian penyimpangan yang terjadi dengan menggunakan
prosedur dan metoda penilaian atau perhitungan yang akan digunakan. Dalam
penilaian penyimpangan yang terjadi melalui prosedur dan teknik yang telah
ditetapkan, perlu ditambahkan keterangan sebab terjadinya penyimpangan,
seperti, adanya prioritas yang berbeda; strategi pembangunan yang berubah,
misalnya adanya areal lahan yang tidak dapat dibebaskan sehingga
mengakibatkan dipindahkannya lokasi proyek; kondisi tanah yang tidak sesuai
yang tidak terliput pada waktu penyusunan rencana; adanya program
pembangunan dari pusat yang berskala besar.
c. Tahap Analisis
Pada tahap analisis, untuk menghasilkan nilai analisisnya dilakukan melalui
perhitungan penyimpangan setiap aspek dan selanjutnya dijumlahkan nilai seluruh
aspek yang menyimpang untuk kemudian dihitung rat-ratanya. Hasil rata-rata
akan memberi makna besarnya tingkat penyimpangan suatu rencana dengan
kondisi eksisting. Nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan klasifikasi nilai
untuk rekomendasi yang telah ditetapkan, untuk mengetahui kebijaksanaan apa
yang harus diusulkan dari hasil evaluasi ini.
d. Penyusunan rekomendasi
Penyusunan rekomendasi akan sangat bergantung pada besaran nilai dari hasil
analisa. Hasil evaluasi, pada dasarnya akan merekomendasikan 3(tiga)
kemungkinan, yaitu :
Rencana Tata Ruang tidak perlu perubahan, karena masih dianggap valid
untuk digunakan sebagai alat pengendalian pemanfaatan ruang;
Rencana Tata Ruang perlu direvisi sebagian, karena beberapa kawasan
sudah mengalami perubahan fungsi;
Rencana Tata Ruang perlu direvisi total dalam arti Rencana Tata Ruang
yang baru perlu disusun ulang, karena rencana yang telah ada tidak dapat
lagi digunakan sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan, khususnya
dalam hal pengendalian pemanfaatan ruang kota.
PENUTUP
Beberapa kriteria dan cara penilaian evaluasi Rencana Tata Ruang yang dapat
dilakukan yaitu struktur pemanfaatan ruang, yaitu dengan menghitung persentase
luas masing-masing jenis penyimpangan terhadap kawasan yang direncanakan.
Faktor pendukung munculnya konflik dalam perencanaan yang menuju kea rah
komprehensif salah satunya pengambilan keputusan secara politik dan ekonomi
yangberbeda antar kelompok.
Penentuan kriteria dan tata cara penilaian dalam evaluasi bertujuan untuk
menghasilkan rumusan kebijaksanaan akibat terjadinya penyimpangan
pelaksanaan Rencana Tata Ruang. Kebijaksanaan yang dimaksud akan
menyangkut apakah Rencana Tata Ruang berdasarkan evaluasi perlu direvisi atau
tidak dan kapan Rencana Tata Ruang tersebut perlu disusun ulang walaupun masa
berlaku rencana tersebut belum habis.
Beberapa kriteria dan cara penilaian evaluasi Rencana Tata Ruang yang dapat
dilakukan antara lain :
a. Struktur Pemanfaatan Ruang
b. Stuktur Utama Tingkat Pelayanan
c. Sistem Utama Transportasi
d. Sistem Jaringan Utilitas
Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada beberapa aspek
dikumulatifkan sehingga diperoleh hasil akhir penyimpangan. Dengan kriteria
yang telah ditetapkan, maka hasil akhir dari evaluasi Rencana Tata Ruang ini akan
memberikan rekomendasi sebagai berikut :
Jika penyimpangan < 20%, maka revisi tidak perlu dilakukan
Jika penyimpangan antara 20 50%, maka perlu dilakukan revisi sebagian
Jika penyimpangan > 50%, maka perlu dilakukan revisi total
Perencanaan tata ruang kota yang komprehensif lingkupnya sangat luas dan
sifatnya lebih inklusif dari pada perencanaan subsistem yang memadukan
beberapa fungsi atau kegiatan pemerintah kota yang berkaitan erat satu sama
lain.Perencanaan secara komprehensif pada masa yang akan datang akan
mencakup adanya sebuah badan perencanaan kota yang mewadahi berbagai
informasi yang terkait, jenis-jenis perencanaan yang punya hubungan erat yang
dilakukan oleh semua bagian dari aparat pemerintah kota.
DAFTAR RUJUKAN
Catanese, Anthony, J .1989. Perencanaan Kota. Jakarta: Erlangga.
Branch, Melville, C.1995. Perencanaan Kota Komprehensif. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Bataviase. 2011. Tata ruang Harus Evaluasi Total. Evaluasi Rumusan Tata
Ruang).(http://plansarenothing.blogspot.com/2011/06/v-
behaviorurldefaultvml-o.html, diakses Minggu, 27 November 2011, jam
11:00)
Tello,Camp . 2011. Teknik Evaluasi Perencanaan. Perlunya Dilakukan Evaluasi/
Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang. (http://pwk45mks.blogspot.com/,
diakses Minggu, 27 November 2011, Jam 11:15)
Nugroho,Akbar. 2011. Kedudukan Evaluasi dalam Rencana Tata Ruang. Evaluasi
dalam Rencana Tata Ruang. ( http://bataviase.co.id/node/231212, diakses
Minggu, 27 November 2011, Jam 11:25 )

(Catanese, Anthony J. ,1989 : 192 penyelesaian konflik)
(Branch, Melville C. ,1995 : 1 komprehensif)
(Branch, Melville C. ,1995 :

Anda mungkin juga menyukai