Anda di halaman 1dari 19

PERMASALAHAN EKONOMI MAKRO

1. Masalah Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidak mampuan masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan.
Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya
akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif
dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang
lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan. kemiskinan dapat juga dikatakan
sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah yaitu adanya tingkat kekurangan materi pada
sejumlah atau golongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku
dalam masyarakat yang bersangkutan. Standar kehidupan yang rendah ini secara langsung
tampak pengaruhnya terhadap tingkat keadaan kesehatan kehidupan moral, dan rasa harga diri
dari mereka yang tergolong sebagai orang miskin.
Dalam kamus ilmiah populer, kata Miskin mengandung arti tidak berharta (harta yang
ada tidak mencukupi kebutuhan) atau bokek. Adapun kata fakir diartikan sebagai orang yang
sangat miskin. Secara Etimologi makna yang terkandung yaitu bahwa kemiskinan sarat dengan
masalah konsumsi. Hal ini bermula sejak masa neo-klasik di mana kemiskinan hanya dilihat dari
interaksi negatif (ketidak seimbangan) antara pekerja dan upah yang diperoleh.
1.1 Kemiskinan Di Indonesia
Permasalahan yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh pemerintah indonesia saat ini
adalah kemiskinan, disamping masalah-masalah yang lainnya. dewasa ini pemerintah belum
mampu menghadapi atau menyelesaikan permasalahan kemiskinan.
Menurut Remi dan Tjiptoherijanto (2002:1) upaya menurunkan tingkat kemiskinan di
Indonesia telah dimulai awal tahun 1970-an diantaranya melalui program Bimbingan Masyarakat
(Bimas) dan Bantuan Desa (Bandes). Tetapi upaya tersebut mengalami tahapan jenuh pada
pertengahan tahun 1980-an, yang juga berarti upaya penurunan kemiskinan di tahun 1970-an
tidak maksimal, sehingga jumlah orang miskin pada awal 1990-an kembali naik. Disamping itu
kecenderungan ketidakmerataan pendapatan nasional melebar yang mencakup antar sektor, antar
kelompok, dan ketidakmerataan antar wilayah.
Berdasarkan data Bank Dunia jumlah penduduk miskin Indonesia pada tahun 2002
bukanlah 10 sampai 20% tetapi telah mencapai 60% dari jumlah penduduk Indonesia yang
berjumlah 215 juta jiwa.
Hal ini diakibatkan oleh ketidakmampuan mengakses sumber-sumber permodalan, juga
karena infrastruktur yang juga belum mendukung untuk dimanfaatkan masyarakat memperbaiki
kehidupannya, selain itu juga karna SDM, SDA, Sistem, dan juga tidak terlepas dari sosok
pemimpin. Kemiskinan harus diakui memang terus menjadi masalah fenomenal sepanjang
sejarah Indonesia sebagai negara bangsa, bahkan hampir seluruh energi dihabiskan hanya untuk
mengurus persoalan kemiskinan. Yang menjadi pertanyaan sekarang ini adalah, mengapa
masalah kemiskinan seakan tak pernah habis, sehingga di negara ini, rasanya tidak ada persoalan
yang lebih besar, selain persoalan kemiskinan. Kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak
tidak bisa mengenyam pendidikan yang berkualitas, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya
tabungan dan tidak adanya investasi, kurangnya akses ke pelayanan publik, kurangnya lapangan
pekerjaan, kurangnya jaminan sosial dan perlindungan terhadap keluarga, menguatnya arus
perpindahan dari desa ke kota dengan tujuan memperbaiki kehidupan, dan yang lebih parah,
kemiskinan menyebabkan jutaan rakyat memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan secara
terbatas. Kemiskinan menyebabkan masyarakat desa rela mengorbankan apa saja demi
keselamatan hidup, kemiskinan menyebabkan banyak orang melakukan prilaku menyimpang,
harga diri diperjual belikan hanya untuk mendapatkan makan. Si Miskin rela mempertaruhkan
tenaga fisik untuk memproduksi keuntungan bagi mereka yang memiliki uang dan memegang
kendali atas sektor perekonomian lokal dan menerima upah yang tidak sepadan dengan biaya
tenaga yang dikeluarkan. Para buruh bekerja sepanjang hari, tetapi mereka menerima upah yang
sangat sedikit. Bahkan yang lebih parah, kemiskinan telah membuat masyarakat kita terjebak
dalam budaya memalas, budaya mengemis, dan menggantungkan harapannya dari budi baik
pemerintah melalui pemberian bantuan. kemiskinan juga dapat meningkatkan angka kriminalitas,
kenapa penulis mengatakan bahwa kemiskinan dapat meningkatkan angka kriminalitas,
jawabannya adalah karna mereka (simiskin) akan rela melakukan apa saja untuk dapat
mempertahankan hidupnya, baik itu mencuri, membunuh, mencopet, bahkan jika ada hal yang
lebih keji dari itu ia akan tega dan berani melakukannya demi hidupnya.
Kalau sudah seperti ini siapa yang harus kita salahkan. kemiskinan seakan menjadi sebuah
fenomena atau sebuah persoalan yang tak ada habis-habisnya, pemerintah terkesan tidak serius
dalam menangani persoalan kemiskinan, pemerintah lebih membiarkan mereka mengemis dan
mencuri ketimbang memikirkan cara untuk menanggulangi dan mengurangi tingkat kemiskinan
dan membebaskan Negara dari para pengemis jalanan karna kemiskinan.


1.2 Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Indonesia
Tahun 1976 sampai 2007.
Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada periode 1976-2007 berfluktuasi dari tahun ke
tahun. Pada tahun 1976 penduduk miskin sekitar 54,2 juta jiwa (sekitar 44,2 juta jiwa di
perdesaan, dan sekitar 10 juta jiwa di perkotaan). Angka ini pada tahun 1980 berkurang hingga
menjadi sekitar 42,3 juta jiwa (sekitar 32,8 juta jiwa di perkotaan, dan sekitar 9,5 juta jiwa di
perdesaan), atau berkurang sekitar 21,95 persen dari tahun 1976. Pada tahun 1990 jumlah
penduduk miskin berkurang hingga menjadi sekitar 27,2 juta jiwa (sekitar 17,8 juta jiwa di
perkotaan, dan sekitar 9,4 juta jiwa di perdesaan), atau berkurang sekitar 35,69 persen dari tahun
1980. Pada tahun 1996 jumlah penduduk miskin mengalami kenaikan hingga mencapai sekitar
34,5 juta jiwa (sekitar 24,9 juta jiwa di perkotaan, dan sekitar 9,6 juta jiwa di perdesaan).
Dibandingkan dengan tahun 1990, angka ini menurun sekitar 20,87 persen. Namun, pada tahun
2002 jumlah penduduk miskin kembali meningkat hingga menjadi sekitar 38,4 juta jiwa.
Sementara, pada tahun 2007 jumlah penduduk miskin menurun hingga menjadi sekitar 37.17 juta
jiwa. Fluktuasi jumlah penduduk miskin di Indonesia disebabkan karena terjadinya krisis
ekonomi, pertambahan jumlah penduduk tiap tahun, pengaruh kebijakan pemerintah dan
sebagainya.(Badan Pusat Statistik).
Tahun 20072012
Analisis tren tingkat kemiskinan antara kondisi Maret 2007 dan Maret 2008 dimaksudkan
untuk mengetahui perubahan tingkat kemiskinan selama setahun terakhir. Garis kemiskinan pada
periode Maret 2007-Maret 2008 mengalami peningkatan sebesar 9,56 persen, yaitu dari
Rp.166.697,- per kapita per bulan pada Maret 2007 menjadi Rp.182.636,- per kapita per bulan
pada Maret 2008. Hal yang sama juga terjadi di perkotaan dan di perdesaan masing-masing
meningkat sebesar 9,02 persen dan 10,21 persen. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada
bulan Maret 2008 sebesar 34,96 juta orang (15,42 persen). Dibandingkan dengan penduduk
miskin pada Maret 2007 yang berjumlah 37,17 juta (16,58 persen), berarti jumlah penduduk
miskin turun sebesar 2,21 juta (Tabel 4.3). Jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan turun
lebih tajam dari pada daerah perkotaan. Selama periode Maret 2007-Maret 2008, penduduk
miskin di daerah perdesaan berkurang 1,42 juta, sementara di daerah perkotaan berkurang 0,79
juta orang. Persentase penduduk miskin antara daerah perkotaan dan perdesaan tidak banyak
berubah. Pada bulan Maret 2007, sebagian besar (63,52 persen) penduduk miskin berada di
daerah perdesaan, sementara pada bulan Maret 2008 persentase ini hampir sama yaitu 63,47
persen. (Badan Pusat Statistik).
Selama periode 20072012, angka kemiskinankembali turun. Pada tahun 2007, penduduk
miskin tercatat sebanyak 37,17 juta orang (16,58 persen). Beberapa program pemerintah yang
penurunan angka kemiskinan. Hal ini dapat dilihat pada terusmenurunnya angka kemiskinan,
baik dalam jumlah maupun persentasependuduk miskin. Jumlah penduduk miskin di Indonesia
pada Maret 2012mencapai 29,13 juta orang (11,96 persen), turun 0,89 juta orang (0,53persen)
dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2011 yangsebesar 30,02 juta orang (12,49
persen).





2. Krisis Nilai Tukar

Krisis mata uang yang telah mengguncang Negara-negara Asia pada awal tahun 1997,
akhirnya menerpa perekonomian Indonesia. Nilai tukar rupiah yang semula dikaitkan dengan
dolar AS secara tetap mulai diguncang spekulan yang menyebabkan keguncangan pada
perekonomian yang juga sangat tergantung pada pinjaman luar negeri sector swasta. Pemerintah
menghadapi krisis nilai tukar ini dengan melakukan intervensi di pasar untuk menyelamatkan
cadangan devisayang semakin menyusut. Pemerintah menerapkan kebijakan nilai tukar yang
mengambang bebas sebagai pengganti kebijakan nilai tukar yang mengambang terkendali.


2.1 Nilai Tukar Rupiah

Sejak akhir tahun 2012 hingga memasuki paruh pertama tahun 2013, tekanan terhadap nilai
tukar rupiah masih berlanjut. Sepanjang semester I tahun 2013, nilai tukar rupiah terhadap dolar
Amerika Serikat bergerak dinamis dengan kecenderungan melemah. Pelemahan nilai tukar
rupiah tersebut di satu sisi merupakan pengaruh dari sentimen global terkait perkembangan
ekonomi global yang diproyeksikan akan terkoreksi ke bawah. Selain itu, pelemahan nilai tukar
rupiah juga dipengaruhi adanya goncangan pasar keuangan global yang disebabkan adanya
rencana Bank Sentral Amerika Serikat untuk mengakhiri kebijakan quantitative easing.
Goncangan di pasar keuangan global tersebut menyebabkan penarikan aliran modal asing dari
negara-negara emerging market yang juga diikuti oleh pelemahan nilai tukar negara-negara di
kawasan regional

Dari sisi domestik, pelemahan nilai tukar rupiah antara lain berasal dari kondisi transaksi
berjalan yang mengalami defisit terutama disebabkan melambatnya kinerja ekspor dan
Meningkatnya impor, terutama impor bahan bakar minyak (BBM). Di sisi lain, pelemahan nilai
tukar rupiah juga dipengaruhi oleh ketidakseimbangan di pasar valuta asing (valas) domestik
akibat tingginya permintaan atas valas dalam rangka pembayaran utang di tengah terbatasnya
pasokan.

Nilai tukar rupiah pada paruh pertama tahun 2013 ditutup pada posisi Rp9.937 per dolar
AS, atau melemah sekitar 1,05 persen apabila dibandingkan point to point dengan posisi pada
akhir tahun 2012 yang mencapai sebesar Rp9.670 per dolar AS. Sementara itu, secara rata-rata
selama semester I tahun 2013, nilai tukar rupiah berada pada level Rp9.742 per dolar AS atau
melemah sekitar 1,01 persen bila dibandingkan dengan rata-rata nilai tukar triwulan IV tahun
2012 yang mencapai Rp9.624 per dolar AS. Meskipun nilai tukar rupiah tertekan hingga di
atas10.000 per dolar AS pada akhir bulan Juni, namun stabilitas nilai tukar rupiah sepanjang
semester I tahun 2013 secara keseluruhan dapat terjaga dengan
baik.



Terjaganya stabilitas nilai tukar rupiah sepanjang semester I tahun 2013 tidak terlepas dari
respon kebijakan Pemerintah dan Bank Indonesia. Bank Indonesia telah melakukan langkah-
langkah kebijakan yang dianggap perlu dalam rangka menjaga kecukupan likuiditas di pasar
valas dan melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan kondisi fundamentalnya. Selain
itu, koordinasi antara Pemerintah dan Bank Indonesia terus ditingkatkan dalam menjaga
stabilitas ekonomi makro dan sistem keuangan, serta persepsi pasar terhadap perekonomian
Indonesia.


3. Masalah Inflasi

Masalah inflasi yang terjadi di Indonesia tidak terlepas kaitannya dengan masalah krisis
nilai tukar rupiah dan krisis perbankan yang selama ini terjadi. Pada tahun 2004 tingkat inflasi
Indonesia pernah mencapai angka 10,5%. Ini terjadi karena harga barang-barang terus naik
sebagai akibat dari dorongan permintaan yang tinggi. Tingginya laju inflasi tersebut jelas
melebihi sasaran inflasi BI sehingga BI perlu melakukan pengetatan di bidang moneter.
Pengetatan moneter tidak dapat dilakukan secara drastic dan berlebihan karena akan mengancam
kelangsungan proses penyehatan perbankan dan program restrukturisasi perusahaan.
3.1 Jenis-jenis Inflasi di Indonesia
1. Inflasi ringan adalah inflasi di bawah 10% per tahun (Belum mengganggu kegiatan
perekonomian suatu negara dan masih dapat dengan mudah untuk dikendalikan).
2. Inflasi sedang adalah inflasi antara 10%-30% per tahun (Belum membahayakan, tetapi sudah
menurunkan kesejahteraan masyarakat yang berpenghasilan tetap.
3. Inflasi berat adalah inflasi antara 30%-100% per tahun (Sudah mengacaukan perekonomian
karena orang cenderung enggan menabung dan lebih sayang menyimpan barang).
4. Inflasi sangat berat adalah inflasi di atas 100% pe tahun (Mengacaukan kegiatan
perekonomian suatu negara dan sulit dikendalikan.


Tabel Inflasi Nasional
Tahun 2009-2012
(2007=100)
BUL
AN
TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013
IH
K
INF
LASI
IH
K
INF
LASI
IH
K
INF
LASI
IH
K
INF
LASI
Jan
118.
01 0.84
126.
29 0.89
130.
9 0.76
136.
88 1.03
Feb
118.
36 0.3
126.
46 0.13
130.
96 0.05
137.
91 0.75
Mar
118.
19
-
0.14
126.
05
-
0.32
131.
05 0.07
138.
78 0.63
Apr
118.
37 0.15
125.
66
-
0.31
131.
32 0.21
138.
64 -0.1



Analisis:
Makna Inflasi adalah presentase tingkat kenaikan harga yang terjadi secara terus menerus
dan secara umum. Secara umum hitungan perubahan harga tersebut tercakup dalam suatu
Indeks harga yang biasa disebut Indeks Harga Konsumen. Dengan menggunakan rumus ((IHK
sekarang-IHKsebelumnya)/IHK sebelumnya) x 100% maka akan diperoleh persentase tingkat
inflasi.
Dengan melihat table Inflasi nasional diatas menunjukan data Inflasi dan Indeks Harga
Konsumen dari tahun 2010-2013. Pada rentang waktu 2010 sampai dengan 2013 kita lihat Inflasi
tahunan paling besar terjadi di tahun 2010 sebesar 6,96%, hal ini disebabkan salah satunya
karena pada tahun 2010 Jumlah peredaran uang yang meningkat diakibatkan oleh naiknya harga-
harga bahan pokok,misalnya beras, karena impor beras dari Vietnam mengalami penurunan.
Sehingga harga beras naik karena jumlah penawaran agregatifnya berkurang. Dan juga faktor
impor minyak dunia yang harganya naik mengakibatkan neraca pembayaran defisit bagi
Indonesia. Dengan neraca pembayaran yang defisit ini akan mengurangi kas negara dan ini juga
berpengaruh pada tingkat laju inflasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 2010.
Namun kemudian Inflasi di tahun 2011 turun sehingga mencapai angka 3,79% hampir
turun setengahnya dari tingkat inflasi di tahun 2010 hal ini terjadi karena koreksi inflasi volatile
food prices dan minimalnya inflasi administered prices. Rendahnya inflasi volatile food prices
terutama ditopang oleh pasokan yang terjaga, baik dari produksi domestik maupun impor. Meski
di tahun 2012 tingkat inflasi naik kembali namun peningkatan tingkat inflasi ini tidak terlalu
mencolok.
Apabila melihat kepada table tingkat inflasi bulanan paling besar setiap tahun nya senada
terjadi di bulan desember, Kenaikan laju inflasi pada bulan Desember memang agak sulit untuk
dihindari. Ini karena adanya Hari-Hari Besar Nasional yaitu Natal dan Tahun Baru. Kedua
momen ini selalu berhasil menaikkan angka laju inflasi dengan signifikan karena pada kedua
momen inilah terjadi kegiatan konsumsi masyarakat yang tinggi. Artinya pada kedua momen ini
masyarakat lebih memilih untuk membelanjakan uangnya untuk membeli komoditas lain yang
non-pokok. Selain itu juga pada bulan Desember terdapat banyak diskon-diskon untuk
komoditas-komoditas busana yang semakin mempengaruhi masyarakat untuk melakukan
Mei
118.
71 0.29
125.
81 0.12
131.
41 0.07
138.
6 -0.03
Jun
119.
86 0.97
126.
5 0.55
132.
23 0.62
140.
03 1.03
Jul
121.
74 1.57
127.
35 0.67
133.
16 0.7
144.
63 3.29
Agt
122.
67 0.76
128.
54 0.93
134.
43 0.95
146.
25 1.12
Sep
123.
21 0.44
128.
89 0.27
134.
45 0.01 N.A N.A
Okt
123.
29 0.06
128.
74
-
0.12
134.
67 0.16 N.A N.A
Nov
124.
03 0.6
129.
18 0.34
134.
76 0.07 N.A N.A
Des
125.
17 0.92
129.
91 0.57
135.
49 0.54 N.A N.A
Tahun
an 6.96 3.79 4.3
konsumsi akan komoditas-komoditas ini. Ini berarti uang yang beredar di masyarakat lebih
banyak digunakan keperluan konsumsi, sehingga uang yang seharusnya bisa lebih
diproduktifkan hanya digunakan untuk keperluan konsumsi semata. Tingkat konsumsi
masyarakat yang berlebih ini mempengaruhi laju inflasi, khususnya pada detik-detik akhir bulan
Desember






4. Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran
Menurunnya kualitas pertumbuhan ekonomi tahun 2005-2006 tercermin dari anjloknya
daya serap pertumbuhan ekonomi terhadap angkatan kerja. Bila di masa lalu setiap 1%
pertumbuhan ekonomi mampu menciptakan lapangan kerja hingga 240 ribu maka pada 2005-
2006 setiap pertumbuhan ekonomi hanya mampu menghasilkan 40-50 ribu lapangan kerja.
Berkurangnya daya serap lapangan kerja berarti meningkatnya penduduk miskin dan tingkat
pengangguran. Untuk menekan angka pengangguran dan kemiskinan, pemerintah perlu
menyelamatkan industry-industri padat karya dan perbaikan irigasi bagi pertanian
Tabel Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Q ke Q Menurut Lapangan Usaha, 2008-2013 (Persen)

Lapangan Usaha 2010 2011* 2012** 2013***
I II III IV Jumlah I II III IV Jumlah I II III IV Jumlah I II

1. Pertanian,
Peternakan, Kehutanan
dan Perikanan
19.06 3.05 5.99
-
19.95
3.01 18.76 3.30 4.99
-
20.56
3.37 21.02 2.99 6.35
-
23.06
3.97 22.95 2.58

2. Pertambangan dan
Penggalian
-1.61 2.07 3.54 0.09 3.86 -1.63
-
0.83
3.02 -0.55 1.39 0.93
-
0.12
-
0.52
0.20 1.49 0.25
-
1.11

3. Industri Pengolahan -0.82 1.95 2.47 1.60 4.74 -1.05 3.05 3.20 1.11 6.14 -1.91 2.83 3.86 1.41 5.73 -2.23 2.77

4. Listrik, Gas & Air
Bersih
-1.76 4.40 0.06 1.73 5.33 -1.83 3.99 1.34 2.23 4.82 -1.91 4.79 0.98 3.34 6.40 -2.55 4.84

5. Konstruksi -2.32 2.13 4.39 2.43 6.95 -3.66 4.12 3.41 3.88 6.65 -4.15 4.24 3.72 4.02 7.50 -4.85 4.11

6. Perdagangan, Hotel
& Restoran
0.30 3.22 3.80 0.97 8.69 -0.21 4.58 3.42 2.21 9.17 -1.63 4.58 1.99 2.74 8.11 -2.78 4.50

7. Pengangkutan dan
Komunikasi
1.15 4.41 5.09 3.03 13.41 0.47 1.96 3.72 2.73 10.70 1.25 1.88 4.20 2.00 9.98 1.56 3.26

8. Keuangan, Real
Estate & Jasa
Perusahaan
1.71 1.33 1.66 1.20 5.67 2.66 1.02 1.86 1.04 6.84 2.30 1.71 2.21 1.23 7.15 2.96 1.44

9. Jasa-jasa 0.17 3.70 1.04 2.46 6.04 -0.32 2.43 3.03 1.20 6.75 -1.23 2.69 1.79 1.96 5.24 -0.09 0.76

Produk Domestik
Bruto
2.04 2.69 3.40 -1.42 6.22 1.70 2.76 3.37 -1.42 6.49 1.50 2.82 3.18 -1.45 6.23 1.42 2.61
Produk Domestik
Bruto Tanpa Migas
2.25 2.84 3.61 -1.44 6.60 1.87 2.92 3.38 -1.22 6.98 1.55 3.05 3.42 -1.39 6.81 1.50 2.74


Tabel Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto Q ke Q Menurut Lapangan Usaha, 2008-2013 (Persen)

Lapangan Usaha 2010 2011* 2012** 2013***
I II III IV Jumlah I II III IV Jumlah I II III IV Jumlah I II

1. Pertanian,
Peternakan,
Kehutanan dan
Perikanan
19.06 3.05 5.99
-
19.95
3.01 18.76 3.30 4.99
-
20.56
3.37 21.02 2.99 6.35
-
23.06
3.97 22.95 2.58

2. Pertambangan
dan Penggalian
-1.61 2.07 3.54 0.09 3.86 -1.63
-
0.83
3.02 -0.55 1.39 0.93
-
0.12
-
0.52
0.20 1.49 0.25
-
1.11

3. Industri
Pengolahan
-0.82 1.95 2.47 1.60 4.74 -1.05 3.05 3.20 1.11 6.14 -1.91 2.83 3.86 1.41 5.73 -2.23 2.77

4. Listrik, Gas & Air
Bersih
-1.76 4.40 0.06 1.73 5.33 -1.83 3.99 1.34 2.23 4.82 -1.91 4.79 0.98 3.34 6.40 -2.55 4.84

5. Konstruksi -2.32 2.13 4.39 2.43 6.95 -3.66 4.12 3.41 3.88 6.65 -4.15 4.24 3.72 4.02 7.50 -4.85 4.11

6. Perdagangan,
Hotel & Restoran
0.30 3.22 3.80 0.97 8.69 -0.21 4.58 3.42 2.21 9.17 -1.63 4.58 1.99 2.74 8.11 -2.78 4.50

7. Pengangkutan dan
Komunikasi
1.15 4.41 5.09 3.03 13.41 0.47 1.96 3.72 2.73 10.70 1.25 1.88 4.20 2.00 9.98 1.56 3.26

8. Keuangan, Real
Estate & Jasa
Perusahaan
1.71 1.33 1.66 1.20 5.67 2.66 1.02 1.86 1.04 6.84 2.30 1.71 2.21 1.23 7.15 2.96 1.44

9. Jasa-jasa 0.17 3.70 1.04 2.46 6.04 -0.32 2.43 3.03 1.20 6.75 -1.23 2.69 1.79 1.96 5.24 -0.09 0.76

Produk Domestik
Bruto
2.04 2.69 3.40 -1.42 6.22 1.70 2.76 3.37 -1.42 6.49 1.50 2.82 3.18 -1.45 6.23 1.42 2.61
Produk Domestik
Bruto Tanpa Migas
2.25 2.84 3.61 -1.44 6.60 1.87 2.92 3.38 -1.22 6.98 1.55 3.05 3.42 -1.39 6.81 1.50 2.74



Analisis:
Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh
tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena memang belum mendapat
pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.
Bila melihat kepada table, total pengangguran terbuka terjadi [aling besar di tahun 2008, dan
melihat dari tahun ke tahun pengangguran terbuka di Indonesia mengalami penurunan dengan puncak nya
di tahun 2013 penggangguran di Indonesia adalah yang paling sedikit dari tahun-tahun sebelumnya.
Apabila kita melihat di tahun 2008 pengangguran di Indonesia mengenai sasaran yang paling banyak pada
pendidikan Diploma dan Universitas, untuk sasaran pendidikan tersebut umumnya hal ini disebabkan oleh
Kurangnya lapangan pekerjaan, Setiap tahunnya, Indonesia memiliki jumlah lulusan sekolah atau kuliah
yang begitu tinggi. Jumlah yang sangat besar ini tidak seimbang dengan lapangan pekerjaan yang ada,
baik yang di sediakan oleh pemerintah maupun swasta dan Tidak mau berwirausaha, Umumnya sesorang
yang baru lulus sekolah/kuliah terpaku dalam mencari pekerjaan, seolah itu adalah tujuan yang sangat
mutlak. Sehingga persaingan mencari pekerjaan lebih besar di bandingkan membuat suatu usaha. Dan
diperingkat kedua di tahun 2008 pengangguran mengenai sasaran pendidikan yang bahkan tidak tamat
SD(sekolah dasar), hal ini umunya disebabkan oleh Pendidikan yang rendah, Pendidikan yang rendah
dpat menyebabkan seseorang kesulitan dalam mencari pekerjaan. Di karenakan semua perusahaan
membutuhkan pegawai seminimal SMA.
Namun kenyataan nya pengangguran juga berhubungan dengan inflasi, karena kenaikan harga
secara terus menerus, dikarenakan biaya produksi yang terus tinggi sehingga perusahaan menurunkan
produksinya, sehingga permintaan terhadap tenaga kerja pun berkurang. Namun di tahun-tahun
berikutnya angka pengangguran di Indonesia mulai mengalami penurunan, karena pemerintah mulai
mengambil langkah gencar untuk mendorong masyarakat berwiraswasta, peningkatan mobilitas tenaga
kerja dan modal, juga berusaha menekan impor dan memperbanyak ekspor.



5. Perdagangan International : Ekspor dan Impor

BPS secara periodik menyajikan data statistik ekspor-impor barang(tradable goods). Data
tersebut disusun dengan memanfaatkan dokumenpemberitahuan ekspor/impor barang yang
diperoleh dari KantorPengawasan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC). Data ini termasuk
kategoridata yang mempunyai tenggang waktu cukup singkat antarapengumpulan dan
diseminasinya, yaitu hanya 2 (dua) bulan.Seperti halnya pencatatan Statistik Ekspor yang sudah
menggunakansistem perdagangan umum (general trade system), maka sejak Januari
2008pencatatan Statistik Impor pun menggunakan sistem perdagangan umum(general trade
system) di mana barang yang masuk ke daerah Pabean Indonesia dicatat sebagai impor baik
melalui Kawasan Berikat maupunDaerah Pabean Indonesia Lainnya.Data ekspor-impor disajikan
untuk memberikan informasi mengenaikinerja perdagangan luar negeri Indonesia. Data yang
disajikan mencakupvolume maupun nilai, termasuk data yang dirinci menurut komoditas
(jenisbarang dan kelompok barang), negara tujuan/asal negara, dan pelabuhanmuat/bongkar
barang.Bagi pemerintah, statistik ekspor-impor berguna dalam merumuskankebijakan dan
memantau kinerja perekonomian. Di samping itu, statistic tersebut dipakai pula dalam
penyusunan Produk Domestik Bruto (PDB) danNeraca Pembayaran (Balance of Payment/BOP).
Bagi swasta dan akademisi,statistik tersebut dapat dipakai untuk berbagai analisis dalam
penelitian ekonomi dan sosial. Pencatatan data ekspor-impor dilakukan oleh BPS sesuai
rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), United Nations Statistical Division(UNSD).
Berdasarkan rekomendasi tersebut, BPS mengambil wilayah pabean (the custom fronter)
sebagai wilayah statistik. Wilayah pabean inidipilih karena sumber datanya berupa dokumen
ekspor-impor yang harusmelalui penyelesaian pabean (customs declaration). Metode
pengumpulandata tersebut juga dilakukan oleh negara-negara lain seperti Amerika Serikat,
Australia, dan negara-negara ASEAN.Sesuai dengan kepentingan dalam spektrum pengguna,
data tersebut disajikan dalam berbagai bentuknya:
Ekspor-Impor menurut komoditi yang dikoditikasi dengan Harmonized System
(HS) dengan dijitasi dari 1, 2, sampai dengan 10 dijit. Selain koditikasi tersebut,
digunakan juga The Standard International TradeClassification(SITC) dengan
dijitasi dari 1, 2, dan 3 digit, International Standard Industrial Classification
(ISIC) serta data impor menurutpenggunaan barang (BEC,Broad Economic
Categories).
Ekspor-Impor menurut negara tujuan/asal.
Ekspor-Impor menurut pelabuhan muat/bongkar.
Ekspor-Impor menurut komoditi dan negara tujuan/asal.
Ekspor-Impor menurut komoditi dan pelabuhan muat/bongkar.
Ekspor-Impor menurut provinsi dan komoditi.

Menurut status penyajian, data ekspor-impor bulanan dikategorikanmenjadi dua:
a. Angka sementara dirilis sekitar satu bulan setelah akhir bulanpencatatan dan
diterbitkan setiap bulan.
Contoh: data bulan Juli akan dirilis pada bulan September pada tahun yang sama.

b. Angka tetap disajikan dua bulan setelah akhir bulan pencatatan.
Contoh: data bulan Juli akan dirilis pada bulan Oktober pada tahunyang
sama.Sedangkan data ekspor-impor tahunan dapat diperoleh dalam waktu tiga
bulan setelah akhir tahun pencatatan. Angka ekspor tahun 2010 dapatdiperoleh
pada Maret 2011. Di bawah ini disajikan data statistik ekspor-impor pokok yang
merupakan salah satu data strategis yang dirilis oleh BPS.














Berikut table perdagangan international tahun 2010-2013:



Perdagangan Internasional (ekspor-impor)
2010-2013

Tabel Eksport:

2010 2011 2012 2013
Bulan/Month
Nilai/Value
(US $)
Berat/Weig
ht (KG)
Nilai/Value
(US $)
Berat/Weight
(KG)
Nilai/Value (US
$)
Berat/Weig
ht (KG)
Nilai/Value
(US $)
Berat/Weight
(KG)
Januari/January
11 595 867
120
43 728 031
415
14 606 249
454
43 079 006
755 15 570 069 320
46 111 050
690
15 375 487
902
55 661 972
692
Pebruari/Februa
ry
11 166 450
436
34 365 506
564
14 415 278
398
39 675 423
843 15 695 443 242
46 809 344
350
15 015 627
735
53 861 770
156
Maret/March
12 774 365
884
42 805 393
284
16 365 953
469
43 300 354
495 17 251 519 437
56 650 974
567
15 024 577
683
59 776 509
210
April/April
12 035 247
591
37 246 261
411
16 554 240
767
42 104 466
228 16 173 190 978
56 984 747
251
14 760 892
129
58 887 635
554
Mei/May
12 619 125
277
39 517 382
367
18 287 435
825
52 298 466
219 16 829 545 550
50 037 143
958
16 133 358
194
61 440 502
451
Juni/June
12 330 114
499
39 882 450
381
18 386 855
403
50 341 916
416 15 441 457 938
42 563 479
244
14 758 819
151
54 121 878
206
Juli/July
12 486 972
905
36 176 018
308
17 418 472
565
50 468 063
649 16 090 595 299
42 089 792
231 0 0
Agustus/August
13 726 521
968
39 589 239
893
18 647 825
151
48 729 818
148 14 047 007 385
41 876 363
720 0 0
September/Sept
ember
12 181 628
292
33 193 394
348
17 543 408
243
49 677 982
009 15 898 115 717
45 281 036
940 0 0
Oktober/Octobe
r
14 399 644
857
37 582 744
074
16 957 743
283
52 558 546
328 15 324 042 715
52 612 600
648 0 0
Nopember/Nove
mber
15 633 275
868
47 750 908
307
17 235 463
273
55 859 996
898 16 316 911 273
59 388 239
071 0 0
Desember/Dece
mber
16 829 888
773
47 009 467
280
17 077 694
229
54 125 738
295 15 393 946 390
59 732 574
280 0 0
T O T A L
157 779 103
470
478 846
797 632
203 496
620 060
582 219 779
283 190 031 845 244
600 137
346 950
91 068 762
794
343 750 268
269





















Tabel Impor:


TUGAS 2

















2010 2011 2012 2013
Bulan/Month
Nilai/Value (US
$)
Berat/Weight
(KG)
Nilai/Value (US
$)
Berat/Weight
(KG)
Nilai/Value (US
$)
Berat/Weight
(KG)
Nilai/Value (US
$)
Berat/Weight
(KG)
Januari/January 9 490 458 938 8 244 314 490 12 558 694 259 9 742 084 622 14 554 618 780 9 670 613 447 15 450 235 320 11 925 159 622
Pebruari/February 9 498 139 407 8 087 892 289 11 749 862 451 9 446 513 223 14 866 785 109 11 041 167 920 15 313 286 233 10 904 690 188
Maret/March 10 972 641 400 8 994 268 257 14 486 238 209 10 336 712 208 16 325 662 478 11 234 783 756 14 887 075 645 11 018 318 050
April/April 11 235 788 469 9 322 467 216 14 888 230 483 11 197 018 167 16 937 875 721 11 579 459 958 16 463 468 844 12 210 318 911
Mei/May 9 980 350 088 8 562 152 396 14 825 868 915 11 008 941 300 17 036 735 320 11 877 761 174 16 660 559 292 12 610 027 739
Juni/June 11 760 001 067 10 011 964 480 15 072 053 394 11 160 604 730 16 727 521 763 12 279 593 528 15 636 019 963 11 925 604 333
Juli/July 12 625 936 085 9 877 129 572 16 207 276 766 11 766 305 270 16 354 450 283 11 541 325 367 0 0
Agustus/August 12 171 550 612 9 643 683 306 15 075 369 345 11 021 766 281 13 813 875 810 10 127 266 344 0 0
September/Septe
mber 9 654 127 469 7 218 710 612 15 169 115 540 10 048 394 239 15 348 557 469 10 806 825 885 0 0
Oktober/October 12 120 016 599 9 386 386 703 15 533 378 964 10 411 631 977 17 207 931 360 12 379 019 206 0 0
Nopember/Novem
ber 13 007 603 335 10 544 653 530 15 393 896 679 10 705 349 201 16 935 009 726 12 498 589 864 0 0
Desember/Decem
ber 13 146 670 579 10 807 379 467 16 475 570 731 11 376 313 248 15 581 977 290 11 337 015 107 0 0
T O T A L
135 663 284
048
110 701 002
318
177 435 555
736
128 221 634
466
191 691 001
109
136 373 421
556 94 410 645 297 70 594 118 843
Defisit APBN Pertumbuhan
PDB
U P
Harga BBM
BP
Inflasi CD
X Q
(EFEK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP EKONOMI DAN KEMISKINAN DI INDONESIA)

PENJELASAN:
Kenaikan harga BBM di pasar dunia jelas akan membuat Defisit APBN bertambah atau
meningkat, ini karena ketergantungan Indonesia terhadap impor BBM semakin besar. Dengan
Defisit APBN yang meningkat akan berdampak pada Pertumbuhan PDB yang akan turun hal ini
karena Karena Biaya Produksi(BP) yang melonjak dikarenakan harga BBM naik sehingga
mengurangi kegiatan Produksi(Q) yang selanjutnya menyebabkan ekspor(X) berkurang sehingga
cadangan devisa (CD) akan mengalami penurunan. Menurun nya kegiatan produksi
menyebabkan berkurangnya pendapatan usaha yang selanjutnya akan memperbesar deficit
APBN karena pemasukan pemerintah dari pajak pendapatan akan terus berkurang. Biaya
Produksi yang tinggi pun akan menyebabkan meningkatnya inflasi hal ini sudah jelas karena
meningkatnya harga-harga yang disebabkan biaya produksi naik secara terus menerus dan
umum. Semua ini akan berpengaruh kepada kesempatan kerja berkurang karena kegiatan
produksi yang berkurang sehingga permintaan tenaga kerja(U) ikut berkurang dan pendapatan
masyarakat juga akan berkurang. Pendapatan masyarakat yang terus menerus berkurang
disebabkan kesempatan kerja yang semakin kecil akan membawa kea rah kemiskinan(P) yang
terus bertambah. Dan bertambah nya kemiskinan juga akan memperburuk pertumbuhan PDB
lewat efek permintaan di dalam negeri yang juga akan berkurang karena factor kemiskinan yang
bertambah tersebut.

TUGAS 3
PERTANYAAN:
1. Faktor-faktor utama apa yang menyebabkan kinerja perekonomian nasional pada era
orde lama begitu buruk?
2. Faktor-faktor utama apa yang membuat pemerintahan orde baru berhasil memulihkan
perekonomian nasional dari keterburukan sebagai warisan dari orde lama?
3. Pelajaran penting apa yang bisa diambil dari membandingkan perekonomian pada masa
orde lama dan orde baru?
4. Benarkah bahwa kesepakatan pemerintah Indonesia dengan IMF dalam menanggulangi
krisis 1997-1998 sebagai penyebab utama lambatnya pemulihan perekonomian nasional
dari krisis tersebut?
5. Sebutkan untung ruginya bagi perekonomian nasional apabila Indonesia tidak menjalin
hubungan baik dengan Negara-negara barat dan lembaga-lembaga dunia seperti IMF
dan Bank dunia?
6. Apakah kebijakan fiscal mengurangi subsidi BBM baik bagi perekonomian Indonesia
untuk periode jangka panjang, dan apa dampaknya dalam periode jangka pendek?
7. Faktor-faktor utama apa yang menyebabkan kinerja ekonomi Indonesia pasca krisis
1997-1998 hingga saat ini belum mampu menyamai hasil prestasi dari pemerintahan
orde baru?
JAWAB:
1.
Inflasi yang sangat tinggi, disebabkan karena beredarnya lebih dari satu mata uang
secara tidak terkendali. Pada waktu itu pemerintah RI menyatakan tiga mata uang yang
berlaku di wilayah RI, yaitu mata uang De Javasche Bank, mata uang pemerintah Hindia
Belanda, dan mata uang Pendudukan jepang. Selanjutnya pada tanggal 6 Maret 1946
Panglima AFNEI/pasukan sekutu mengumumkan berlakunya uang NICA di daerah-
daerah yang dikuasai sekutu. Pada bulan Oktober 1946, pemerintah RI juga
mengeluarkan uang kertas baru yaitu ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai pengganti
uang jepang. Berdasarkan teori moneter, banyak jumlah uang yang beredar
mempengaruhi kenaikan tingkat harga.
Adanya blockade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1946 untuk menutup
pintu perdagangan luar negeri RI.
Kas Negara kosong.
Eksploitasi besar-besaran dimasa penjajahan.

2.
Pemilihan Sistem ekonomi campuran dalam kerangka system ekonomi demokrasi
pancasila.
Kebijakan ekonomi diarahkan pada pembangunan disegala bidang, tercermin dalam 8
jalur pemerataan : kebutuhan pokok, pendidikan kesehatan, pembagian pendapatan,
kesempatan kerja, kesempatan berusaha, partisipasi wanita dan generasi muda,
penyebaran pembangunan, dan peradilan.
Pemerintah orde baru menjalin hubungan baik dengan pihak barat, dan menjauhi
pengaruh ideology komunis.
Indonesia kembali menjadi anggota PBB dan lembaga-lembaga dunia seperti Bank dunia
dan IMF, yang putus pada zaman Soekarno. Dengan membaiknya kembali hubungan
Indonesia dengan kedua lembaga donor internasional tersebut, Indonesia mendapat
pinjaman untuk membiayai deficit anggaran belanja pemerintah, yang sumber dananya
berasal dari pinjaman bilateral dari sejumlah Negara barat, seperti AS, Inggris, dan
Belanda.

3. Pelajaran yang bisa diambil dari memperbandingkan perekonomian di masa orde lama
dan orde baru adalah, perbedaan utama dari pemilihan system ekonomi yang jelas berbeda,
dimana titik balik pemulihan perekonomian Indonesia ketika penerapan system ekonomi pasar
bebas(demokrasi ekonomi) sehingga produksi, distribusi dan konsumsi diserahkan sepenuhnya
kepada mekanisme pasar. Kemudian pelajaran yang dapat kita ambil adalah dari segi bantuan
Negara lain, dalam hal ini pada masa pemerintahan orde baru, Indonesia dapat menjalin
hubungan baik dengan pihak barat, berbeda dengan pemerintahan orde lama yang sangat
membenci pihak barat. Sehingga dengan terjalinnya hubungan baik tersebut Indonesia
mendapat pinjaman dana untuk membiayai deficit anggaran belanja pemerintah yang sumber
dana nya tentu dari pinjaman bilateral sejumlah Negara barat.

4. Benar, karena desakan dari IMF sebagai konsekuensi dari bantuan keuangan untuk
membiayai proses pemulihan krisis ekonomi 1997/1998. Menyebabkan system ekonomi
Indonesia cenderung semakin kapitalis. Karena sudah diketahui secara umum bahwa setiap
Negara yang menerima bantuan IMF harus melakukan apa yang disebut penyesuaian
struktural yang terdiri atas sejumlah langkah yang harus ditempuh oleh Negara-negara
penerima bantuan yang menjurus ke liberalisasi perekonomian mereka. Langkah-langkah yang
paling penting dan yang pada umumnya paling berat untuk dilakukan karena sering
menimbulkan dampak negative jangka pendek terhadap ekonomi dan gejolak social di Negara
peminjam adalah:
Menghilangkan segala bentuk proteksi, termasuk hambatan-hambatan nontariff, untuk
meningkatkan perdagangan luar negeri dan arus investasi asing;
Menghapuskan segala macam subsidi dan menaikan penerimaan pajak untuk penguatan
fiscal;
Menerapkan kebijakan moneteryang sifatnya kontraktif untuk menjaga stabilitas
harga(menekan laju inflasi) dan nilai tukar mata uang nasional;
Memprivatisasikan perusahaan-perusahaan milik Negara(BUMN) untuk meningkatkan
efisiensi ekonomi dan sekaligus mengurangi beban keuangan pemerintah (dalam kasus
Indonesia adalah APBN);
Meningkatkan ekspor untuk meningakatkan cadanga devisa;
Meningkatkan efisiensi birokrasi dan menyederhanakan segala macam peraturan yang
ada atau menghapuskan berbagai peraturan yang terbukti selama itu menimbulkan
distorsi pasar untuk menghilangkan ekonomi biaya tinggi.
Mereformasikan sector keuangan untuk meningkatkan efisiensi di sector tersebut.

5.
Dampak Positif:
a. Meningkatkan Keuangan Negara; Kerja sama ekonomi antarnegara dapat memberikan
banyak manfaat bagi Indonesia, salah satunya di bidang keuangan. Melalui kerja sama
ini Indonesia memperoleh bantuan berupa pinjaman keuangan dengan syarat lunak
yang digunakan untuk pembangunan. Dengan demikian, adanya pinjaman keuangan
otomatis dapat meningkatkan keuangan negara.
b. Membantu Meningkatkan Daya Saing Ekonomi; Kerja sama ekonomi dapat menciptakan
persaingan yang sehat di antara negara-negara anggota. Persaingan yang sehat ini dapat
dilakukan dengan meningkatkan kemampuan produsen tiap negara dalam menghasilkan
produk-produk yang mampu bersaing dengan negara-negara lain. Keberhasilan bersaing
suatu negara ditingkat regional dan internasional pada gilirannya akan meningkatkan
perekonomian negara yang bersangkutan.
c. Meningkatkan Investasi; Kerja sama ekonomi antarnegara dapat menjadi cara menarik
bagi para investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Banyaknya investor yang
mau menginvestasikan modalnya di Indonesia dapat menjadi peluang bagi Indonesia
untuk meningkatkan perekonomian dan pembangunan Indonesia. Selain itu, banyaknya
investasi dapat juga menambah lapangan kerja baru, sehingga jumlah pengangguran
dapat berkurang.
d. Menambah Devisa Negara; Kerja sama ekonomi antarnegara khususnya di bidang
perdagangan dapat meningkatkan devisa negara. Devisa diperoleh dari kegiatan ekspor
barang. Semakin luas pasar akan semakin banyak devisa yang diperoleh negara,
sehingga dapat memperlancar pembangunan negara.
e. Memperkuat Posisi Perdagangan; Persaingan dagang di tingkat internasional sangat
berat. Hal ini disebabkan adanya berbagai aturan dan hambatan perdagangan di setiap
negara. Untuk itu perlu adanya kerja sama ekonomi. Sehingga dalam kerja sama
tersebut perlu dibuat aturan per-dagangan yang menguntungkan negara-negara
anggotanya. Dengan demikian adanya aturan tersebut dapat memperlancar kegiatan
ekspor dan impor dan menciptakan perdagangan yang saling menguntungkan.
Akibatnya posisi perdagangan dalam negeri semakin kuat.

Dampak Negatif
a. Ketergantungan dengan Negara Lain; Banyaknya pinjaman modal dari luar negeri daspat
membuat Indonesia selalu tergantung pada bantuan negara lain. Hal ini akan
menyebabkan Indonesia tidak dapat menggembangkan pembangunan yang lebih baik.
b. Intervensi Asing Terhadap Kebijakan Ekonomi Indonesia; Sikap ketergantungan yang
semakin dalam pada negara lain, dapat menyebabkan negara lain berpeluang
melakukan campur tangan pada kebijakan-kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh
pemerintah Indonesia. Jika kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah mendapat
campur tangan negara lain, hal ini dapat merugikan rakyat.
c. Masuknya Tenaga Asing ke Indonesia; Alih teknologi yang timbul dari kerja sama
ekonomi antarnegara memberi peluang masuknya tenaga kerja asing ke Indonesia. Jika
hal ini terjadi tenaga kerja Indonesia menjadi tersingkir dan dampaknya terjadi
banyaknya pengangguran.
d. Mendorong Masyarakat Hidup Konsumtif; Barang-barang impor yang masuk ke
Indonesia mendorong masyarakat untuk mencoba dan memakai produk-produk impor.
Hal ini akan mendorong munculnya pola hidup konsumtif.

6. Salah satu penyebab turun nya subsidi BBm adalah adanya kebijakan fiscal, karena
kebijakan fiskal adalah kebjakan pemerintah yang berkaitan dengan penerimaan atau
pengeluaran Negara. Dari semua unsure APBN hanya pembelanjaan Negara atau pengeluaran
dan Negara dan pajak yang dapat diatur oleh pemerintah dengan kebijakan fiscal. Dengan tidak
stabil nya harga minyak dunia, pemerintah dapat mengurangi kelebihan permintaan
masyarakat dengan cara memperkecil pembelanjaan dan atau menaikkan pajak agar tercipta
kestabilan lagi. Cara demikian disebut dengan pengelolaan anggaran.
Dampak jangka pendek dari penurunan subsidi BBM ini adalah; penurunan subsidi BBM
akan menyebabkan harga BBm naik, Kenaikan harga BBM bukan saja memperbesar beban
masyarakat kecil pada umumnya tetapi juga bagi dunia usaha pada khususnya. Hal ini
dikarenakan terjadi kenaikan pada pos-pos biaya produksi sehingga meningkatkan biaya secara
keseluruhan dan mengakibatkan kenaikan harga pokok produksi yang akhirnya akan menaikkan
harga jual produk. Multiple efek dari kenaikan BBM ini antara lain meningkatkan biaya
overhead pabrik karena naiknya biaya bahan baku, ongkos angkut ditambah pula tuntutan dari
karyawan untuk menaikkan upah yang pada akhirnya keuntungan perusahaan menjadi semakin
kecil. Di lain pihak dengan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak tersebut akan memperberat
beban hidup masyarakat yang pada akhirnya akan menurunkan daya beli masyarakat secara
keseluruhan. Turunnya daya beli masyarakat mengakibatkan tidak terserapnya semua hasil
produksi banyak perusahaan sehingga secara keseluruhan akan menurunkan penjualan yang
pada akhirnya juga akan menurunkan laba perusahaan, dan juga akan mengakibatkan
permintaan perusahaan terhadap tenaga kerja terus turun dan berdampak langsung kepada
turun nya pendapatan masyarakat. Kemudian dengan naiknya harga secara terus menerus dan
umum akan menyebabkan inflasi.

7.
Hubungan pemerintah Indonesia dengan IMF ketika pemerintahan Gus Dur tidak baik,
terutama karena masalah-masalah seperti amandemen UU no.23 tahun 1999 mengenai
Bank Indonesia, penerapan otonomi daerah terutama menyangkut kebebasan daerah
untuk pinjam uang dari luar negeri, dan revisi APBN 2001 yang tertunda pelaksanaan
nya.
Penundaan pencairan bantuan kepada pemerintah Indonesia yang diperintah Gus dur.
Pemerintah gus dur cenderung menyederhanakan krisis ekonomi dengan menganggap
persoalan nya hanya terbatas pada agenda masalah amandemen UU BI.
Kenaikan harga BBm di pasar internasional pada saat pemerinytahan SBY, hal ini
menyebabkan Indonesia menjadi net oil importer dan pengimpor BBm terbesar di Asia,
meski Indonesia merupakan salah satu penghasil BBM.



















Daftar Pustaka

http://www.ismailrasulong.wordpress.com
http://sarulmardianto.wordpress.com/kemiskinan-di-indonesia/
http://www.anggaran.depkeu.go.id/dja/acontent/lapsem%20I%20APBN%202013.pdf
http://loeandguefriends.blogspot.com/2013/04/permasalahan-ekonomi-makro.html
http://www.scribd.com/doc/103479731/22/Perkembangan-Tingkat-Kemiskinan-di-Indonesia-
1998%E2%80%932012

Anda mungkin juga menyukai