Anda di halaman 1dari 37

1

PROPOSAL PENELITIAN
I. Nama Peneliti : Vicianita Putri Utami
NIM/Semester : G0011206 / Semester VI
II. Judul Penelitian : Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Depresi
pada Siswi Kelas XII SMA Al-Islam 1 Surakarta
III. Bidang Ilmu : Jiwa / Psikiatri (Klinik)
IV. Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan fisik masa remaja akan diikuti oleh adanya gejolak
dan permasalahan baik secara medis maupun psikososial yang
disebabkan oleh kondisi remaja yang sedang mencari jati diri terhadap
norma-norma baru yang berlaku di dalam lingkungannya. Remaja yang
tidak mampu menyesuaikan diri dengan peran barunya tersebut dapat
membuat dirinya labil dan emosional bahkan dapat membuat frustasi
dan depresi hingga berperilaku merugikan bagi diri sendiri maupun
orang lain (Sofia, 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Radloff dan Rutter pada remaja
di antara ras-ras yang berbeda menemukan bahwa gejala depresi
meningkat mulai dari masa kanak-kanak ke masa remaja, dan tanda
meningkatnya depresi muncul antara usia 13-15 tahun, mencapai
puncaknya sekitar usia 17-18 tahun, dan kemudian menjadi stabil pada
usia dewasa (Marcotte, 2002).
Studi-studi epidemiologik yang dilakukan di Amerika Serikat
melaporkan insidensi depresi sebesar 0,9% pada anak pra-sekolah,
1,9% pada anak usia sekolah, dan 4,7% pada remaja. Prevalensi
kumulatif terhadap kejadian depresi pada remaja akhir (older
adolescents) berkisar antara 14% sampai 25%. Studi Marcotte (2002)
terhadap populasi di Canada dan Amerika Serikat menemukan bahwa
ada sekitar 20-35% remaja laki-laki mengalami mood depresi dan
sekitar 25-40% terjadi pada perempuan. Angka kejadian depresi pada
remaja perempuan dua kali lipat lebih tinggi bila dibandingkan pada
2

remaja laki-laki. Depresi pada anak dan remaja menurut Calles
ditemukan sebesar 0,4% sampai dengan 2,5% pada anak-anak,
kemudian 0,4-8,3% pada remaja di komunitas (Costello et al, 2006).
Di Amerika Serikat tahun 2010 ditemukan 18 juta penduduk
mengalami permasalahan depresi dan 20% nya dialami oleh remaja. Di
Indonesia belum ada catatan pasti tentang jumlah remaja yang
mengalami depresi. Berdasarkan data pada Dinas Kesehatan Kota
Semarang tahun 2010 ditemukan terdapat 91.700 (63,84%) dari
143.635 remaja yang memerlukan perawatan konseling yang disinyalir
mengalami permasalahan kejiwaan yang salah satunya dalam bentuk
depresi (Dinkes Kota Semarang, 2010).
Upaya untuk menetralisir kejadian depresi pada remaja ini
adalah dengan dukungan sosial baik dari pasangan hidup, keluarga,
teman, maupun lingkungan sehingga remaja mampu melewatinya
dengan baik. Dukungan sosial yang diterima remaja dari lingkungan,
baik berupa dorongan semangat, perhatian, penghargaan, bantuan dan
kasih sayang membuat remaja menganggap bahwa dirinya dicintai,
diperhatikan, dan dihargai oleh orang lain (Kartika, 1986).
Siswi SMA (Sekolah Menengah Atas) kelas XII digolongkan ke
dalam remaja akhir berdasarkan usianya, yaitu 17-18 tahun. Tidak
menutup kemungkinan bahwa mereka akan mengalami berbagai
masalah dan tekanan dalam hidupnya sehingga menimbulkan depresi.
Masalah yang dihadapi bisa berhubungan dengan keluarga, teman,
sekolah, atau lawan jenis mengingat di usia tersebut adalah usia
pencarian jati diri dan penyesuaian diri terhadap keadaan dalam
lingkungan sehari-harinya. Dalam hal ini dukungan sosial mungkin
berperan untuk mengurangi atau mencegah depresi pada remaja.
Sebagai remaja, mereka dapat memperoleh dukungan sosial dari
berbagai sumber, seperti keluarga, guru, orang tua, dan teman
sebayanya.
3

Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian
mengenai hubungan antara dukungan sosial dengan depresi pada
remaja di sekolah, yang bertempat di SMA (Sekolah Menengah Atas)
Al-Islam 1 Surakarta.
V. Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan depresi
pada siswi kelas XII SMA Al-Islam 1 Surakarta?

VI. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui adanya hubungan antara dukungan sosial dengan
depresi pada siswi kelas XII SMA Al-Islam 1 Surakarta.

VII. Manfaat Penelitian
A. Manfaat Teoritis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan
psikiatri mengenai apakah ada hubungan dukungan sosial dengan
depresi pada remaja.
B. Manfaat Aplikatif
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
pembanding atau pustaka bagi para peminat masalah yang
berhubungan dengan dukungan sosial dan depresi, atau sebagai
bahan penelitian selanjutnya.
VIII. Tinjauan Pustaka
A. Dukungan Sosial
1. Definisi
Remaja (adolescence) adalah individu yang sedang
berada pada masa perkembangan transisi antara masa anak-
anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis,
kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2003). Menurut
4

Hurlock (1999) remaja adalah mereka yang berada pada usia
12-18 tahun. Remaja adalah masa yang penuh dengan
permasalahan. Statemen ini sudah dikemukakan jauh pada
masa lalu, yaitu di awal abad ke-20 oleh Bapak Psikologi
Remaja, yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall pada saat itu
yaitu bahwa masa remaja merupakan masa badai dan tekanan
(storm and stress). Menurut Erickson masa remaja adalah masa
terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri.
Berdasarkan tinjauan teori perkembangan, usia remaja adalah
masa terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk
perubahan fundamental dalam aspek kognitif, emosi, sosial,
dan pencapaian (Fagan, 2006).
Batasan remaja menurut usia kronologis, yaitu antara
13 hingga 18 tahun. Ada juga yang membatasi usia remaja
antara 11 hingga 22 tahun. Lebih lanjut Behrman (1999)
membagi usia remaja menjadi tiga kelompok, yaitu:
a Remaja awal : antara 12 hingga 13 tahun
b Remaja pertengahan: antara 13 hingga 15 tahun
c Remaja akhir: antara 16 hingga 17 tahun.
2. Perkembangan Fisik Remaja
Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke
dewasa, bukan hanya dalam artian psikologi tetapi juga fisik.
Di antara perubahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya pada
perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan
yang semakin panjang dan tinggi), mulai berfungsinya alat-alat
reproduksi (ditandai dengan menstruasi pada wanita dan mimpi
basah pada laki-laki), dan tanda-tanda seksual sekunder yang
tumbuh (Willis, 2005).
Dua jenis hormon yang berperan dalam perkembangan
pubertas adalah androgen dan estrogen. Androgen adalah jenis
utama hormon seks laki-laki yang berperan penting pada
5

perkembangan pubertas laki-laki. Selama pubertas, peningkatan
kadar testosteron berkaitan dengan sejumlah perubahan fisik
pada remaja laki-laki, perkembangan alat kelamin luar,
peningkatan tinggi badan, dan perubahan suara. Estrogen
adalah jenis utama hormon perempuan. Estradiol adalah jenis
estrogen yang berperan penting pada perkembangan pubertas
perempuan. Dengan meningkatnya kadar estradiol, terjadilah
perkembangan payudara, rahim, dan perubahan tulang
kerangka tubuh (Santrock, 2003).
Selama masa pubertas, kadar testosteron meningkat 18
kali lipat pada remaja laki-laki, dan 2 kali lipat pada remaja
perempuan. Sedangkan hormone estrogen meningkat 8 kali
lipat pada perempuan dan hanya 2 kali lipat pada remaja laki-
laki. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hormon testosteron
lebih berpengaruh dominan pada perkembangan pubertas laki-
laki dan hormon estrogen dominan berpengaruh pada
perkembangan pubertas perempuan. Aliran kedua hormon
tersebut tidak hanya mempengaruhi perkembangan fisik saja,
namun juga mempengaruhi perkembangan psikologis di masa
remaja (Santrock, 2003).
3. Perkembangan Emosi Remaja
Menurut Stanley Hall, masa remaja dianggap sebagai
periode badai dan tekanan (storm and stress), suatu masa
dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari
perubahan fisik dan kelenjar. Adapun meningginya emosi
terutama pada anak laki-laki dan perempuan yang berada di
bawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru. Adanya
badai dan tekanan dalam periode ini berkurang menjelang
berkahirnya awal masa remaja (Hurlock, 1999).

6

a Pola emosi
Pola emosi pada masa remaja sama dengan pola
emosi pada masa anak-anak, yaitu timbulnya amarah, takut,
cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira, sedih, dan kasih
sayang. Perbedaannya adalah pada rangsangan yang
membangkitkan emosi dan derajatnya, khususnya pada
pengendalian latihan individu terhadap ungkapan emosi
mereka (Hurlock, 1999).
4. Perkembangan Sosial Remaja
Dalam perkembangan sosial remaja dapat dilihat
adanya dua macam gerak, yaitu memisahkan diri dari orang tua
dan menuju ke arah teman-teman sebaya. Dua macam arah
gerak ini bukan dua hal yang berurutan meskipun ada
keterkaitan antara keduanya. Adanya gerak yang pertama tanpa
diikuti gerak yang kedua menyebabkan rasa kesepian. Hal ini
kadang-kadang dijumpai dalam masa remaja, dalam keadaan
yang ekstrem hal ini dapat menyebabkan usaha-usaha untuk
bunuh diri. Kualitas hubungan dengan orang tua dalam hal ini
memegang peranan yang penting (Monks, 2000).
a Perubahan Sosial
Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang
tersulit adalah penyesuaian sosial. Remaja harus
menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan
yang sebelumnya pernah ada dan harus menyesuaikan
dengan orang dewasa di lingkungan keluarga dan sekolah.
Yang terpenting dan tersulit adalah penyesuaian diri dengan
meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan
dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru,
nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai baru
7

dalam dukungan dan penolakan sosial, dan nilai-nilai baru
dalam seleksi pemimpin (Hurlock, 1999).
5. Masalah pada Remaja
Menurut Hurlock (1999) ada beberapa masalah yang
dialami remaja, yaitu:
a Masalah pribadi, yaitu masalah-masalah yang berhubungan
dengan situasi dan kondisi di rumah, sekolah, kondisi fisik,
penampilan, emosi, penyesuaian sosial, tugas, dan nilai-
nilai.
b Masalah khas remaja, yaitu masalah yang timbul akibat
status yang tidak jelas pada remaja, seperti masalah
pencapaian kemandirian, kesalahpahaman atau penilaian
berdasarkan stereotip yang keliru, adanya hak-hak yang
lebih besar dan lebih sedikit kewajiban dibebankan oleh
orangtua.
Lebih lanjut dikatakan bahwa masyarakat pada era
teknologi maju dewasa ini membutuhkan orang yang sangat
kompeten dan trampil untuk mengelola teknologi tersebut.
Ketidakmampuan remaja mengikuti perkembangan teknologi
yang demikian cepat dapat membuat mereka merasa gagal,
malu, kehilangan harga diri, dan mengalami gangguan
emosional.
Bellak (dalam Fuhrmann, 1990) secara khusus
membahas pengaruh tekanan media terhadap perkembangan
remaja. Menurutnya, remaja masa kini dihadapkan pada
lingkungan di mana segala sesuatu berubah sangat cepat.
Mereka dibanjiri oleh informasi yang terlalu banyak dan terlalu
cepat untuk diserap dan dimengerti. Semuanya terus bertumpuk
hingga mencapai information overload. Akibatnya timbul
perasaan terasing, keputusasaan, absurditas, problem identitas
8

dan masalah-masalah yang berhubungan dengan benturan
budaya.
Uraian di atas memberikan gambaran betapa
majemuknya masalah yang dialami remaja masa kini. Tekanan-
tekanan sebagai akibat perkembangan fisiologis pada masa
remaja, ditambah dengan tekanan akibat perubahan kondisi
sosial budaya serta perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang demikian pesat seringkali mengakibatkan
timbulnya masalah-masalah psikologis berupa gangguan
penyesuaian diri atau ganguan perilaku.
B. Dukungan Sosial
1. Definisi
Menurut Jacobson, dukungan sosial adalah suatu bentuk
tingkah laku yang menumbuhkan perasaan nyaman dan
membuat individu percaya bahwa dirinya dihormati, dihargai,
dicintai, dan bahwa orang lain bersedia memberikan perhatian
dan keamanan (dalam Nugraha, 2012). Adapun menurut Cohen
dan Syme (1985) dukungan sosial adalah tindakan yang
sifatnya membantu dengan melibatkan emosi, pemberian
informasi, bantuan materi dan penilaian yang positif pada
individu dalam menghadapi permasalahannya. Cobb (Taylor,
1995) menyebutkan bahwa dukungan sosial adalah informasi
dari individu lain bahwa seorang individu dicintai,
diperhatikan, dihargai, dan dihormati dan menjadi bagian
jaringan komunikasi dan kontrak kerja yang saling
menguntungkan. Informasi tersebut dapat berasal dari pasangan
hidup atau kekasihnya, rekan kerja, teman, kelompok lain,
seperti gereja atau klub atau orang yang paling dekat (Siegel,
dalam Taylor, 1995).
Menurut Norris dan Kaniasty (1996) terdapat dua aspek
utama dalam dukungan sosial yaitu: received support
9

(dukungan yang diterima) dan perceived support (dukungan
yang dirasakan). Received support adalah perilaku membantu
yang benar-benar terjadi dan perceived support adalah perilaku
membantu yang mungkin akan terjadi.
2. Aspek Dukungan Sosial
Menurut Cohen dan Syme, 1998 (dalam Widyastuti,
2008) ada empat aspek dukungan sosial. Aspek-aspek tersebut
adalah
a Emosional
Individu membutuhkan empati, cinta, dan
kepercayaan dari orang. Individu yang berempati merasa
mengalami sendiri emosi yang dialami oleh orang lain.
Merasa kesulitan orang lain dapat memotivasi tingkah laku
atau tindakan yang ditujukan untuk mengurangi kesulitan
itu.
b Informasi
Dukungan yang berupa informasi diberikan untuk
menambah pengetahuan seseorang dalam mencari jalan
keluar untuk memecahkan masalah, meliputi nasehat serta
pengarahan.
c Instrumental
Penyediaan sarana untuk mempermudah perilaku
menolong orang yang menghadapi masalah, dalam bentuk
materi, akan tetapi dapat juga pemberian kesempatan dan
peluang waktu.
d Penilaian positif terhadap individu
Dukungan tersebut berupa pemberian penghargaan
atau penilaian atas usaha yang telah dilakukan, memberikan
umpan balik mengenai hasil atau prestasinya serta
10

memperkuat dan meninggikan perasaan harga diri dan
kepercayaan akan kemampuan individu tersebut.
3. Sumber Dukungan Sosial
a Keluarga
Anggota keluarga adalah orang-orang yang berada
di lingkungan paling dekat dengan diri individu yang sangat
besar kemungkinannya untuk saling memberikan dukungan
(Levit et al., 1993). Argyle (dalam Veiel & Baumann,
1992) mengungkapkan bila individu dihadapkan pada suatu
stressor, maka hubungan intim yang muncul karena adanya
sistem keluarga dapat menghambat, mengurangi, bahkan
mencegah timbulnya efek negatif. Munculnya efek ini
dimungkinkan karena keluarga selalu siap dan bersedia
untuk membantu individu ketika dibutuhkan serta
hubungan antara anggota keluarga memunculkan perasaan
dicintai dan mencintai (Sholichah, 2009).
b Sahabat atau teman
Suatu studi yang dilakukan oleh Argyle & Furnham
(dalam Veiel & Baumann, 1991) menemukan tiga proses
utama di mana sahabat atau teman dapat berperan dalam
memberikan dukungan sosial. Proses yang pertama adalah
membantu material atau instrumental. Stres yang dialami
individu dapat dikurangi bila individu mendapatkan
pertolongan untuk memecahkan masalahnya dapat berupa
informasi tentang cara mengatasi masalah atau pertolongan
berupa uang. Proses kedua adalah dukungan emosional.
Tekanan emosional dapat dikurangi dengan
membicarakannya dengan teman yang simpatik. Dengan
demikian harga diri meningkat, depresi dan kecemasan
dapat dihilangkan dengan penerimaan sahabat karib. Proses
11

yang terakhir adalah integrasi sosial, menjadi bagian dalam
suatu aktivitas waktu luang yang kooperatif dan
diterimanya seseorang dalam suatu kelompok sosial dapat
menghilangkan perasaan kesepian dan menghasilkan
perasaan sejahtera serta memperkuat ikatan sosial
(Sholichah, 2009). Meyerowitz (dalam Smet, 1994) dari
berbagai penelitian menunjukkan bahwa ada tiga sumber
dukungan sosial yang potensial bagi mereka yang
mengalami gangguan kesehatan serius, yaitu pasangan dan
keluarga, teman dan pasien lain yang memiliki kondisi
sama serta dokter dan perawat.
c significant other
Contohnya kelompok sosial, perawat, dokter, dan
orang dewasa lain selain teman dan keluarga yang mampu
memberikan dukungan sosial (zimet et al., 1988).
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektvitas Dukungan Sosial
a Pemberi dukungan sosial
Dukungan yang diterima melalui sumber yang sama
akan lebih mempunyai arti daripada yang berasal dari
sumber yang berbeda-beda setiap saat. Hal ini berkaitan
dengan kesinambungan dukungan yang diberikan yang
akan memberikan keakraban dan tingkat kepercayaan
penerima dukungan.
b Jenis Dukungan
Jenis dukungan yang diterima akan mempunyai arti
bila dukungan itu bermanfaat dan sesuai dengan situasi
yang dihadapi.
c Penerima Dukungan
Proses yang terjadi dalam pemberian dan
penerimaan dukungan itu dipengaruhi oleh kemampuan
12

penerima dukungan untuk mencari dan mempertahankan
dukungan yang diperoleh.
d Lamanya Pemberian Dukungan
Lama atau singkatnya pemberian dukungan
tergantung pada kapasitasnya. Kapasitas berkaitan dengan
kemampuan dari pemberi dukungan untuk memberikan
dukungan yang ditawarkan selama suatu periode tertentu.
(Cohen dan Syme, dalam Widyastuti, 2008)
5. Manfaat Dukungan Sosial
Manfaat jenis-jenis hubungan sosial yang dirasakan
seseorang menurut Cohen dan Syme, 1985 (dalam Widyastuti,
2008) tergantung pada ketepatan dukungan yang diberikan
ketika menghadapi situasi yang tengah terjadi dan tergantung
pada penerimaan orang yang diberi dukungan tersebut.
Dukungan sosial dapat juga bermanfaat sebagai suatu
cara untuk menjaga harga diri individu. Manfaat dukungan
sosial dalam bidang klinis sangat besar karena terbukti dapat
membantu manusia dalam mencapai perkembangan yang
optimal. Penelitian La Rocco et al., (dalam Sarafino, 1990)
menyimpulkan bahwa dukungan sosial memiliki peranan yang
sangat besar terhadap kesehatan mental. Dukungan sosial
berhubungan dengan berkurangnya kecemasan, gangguan
umum, somatisasi, dan depresi. Rendahnya dukungan dari
lingkungan sosial merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi depresi.
C. Depresi
1. Definisi
Menurut Atkinson (dalam Lubis, 2009) depresi adalah
suatu gangguan mood yang dicirikan tak ada harapan dan patah
hati, ketidakberdayaan yang berlebihan, tak mampu mengambil
13

keputusan melalui suatu kegiatan, tak mampu konsentrasi, tak
punya semangat hidup, selalu tegang dan mencoba bunuh diri.
Individu yang mengalami depresi pada umumnya menunjukkan
gejala psikis, gejala fisik dan sosial yang khas, seperti murung,
sedih berkepanjangan, sensitif, mudah marah dan tersinggung,
hilang semangat, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya
konsentrasi, dan menurunnya daya tahan (Lubis, 2009).
Menurut Kartono (2002) depresi adalah kemuraman hati
(kepedihan, kesenduan, dan keburaman perasaan) yang
patologis sifatnya, biasanya ditimbulkan oleh rasa-rasa inferior,
sakit hati yang mendalam, kekecewaan hebat, kecemasan,
penyalahan diri sendiri dan trauma psikis.
2. Gejala Depresi
a Gejala Fisik
1) Gangguan pola tidur. Misalnya, sulit tidur, terlalu
banyak atau terlalu sedikit tidur.
2) Menurunnya tingkat aktivitas. Pada umumnya, orang
yang mengalami depresi menunjukkan perilaku yang
pasif, menyukai kegiatan yang tidak melibatkan orang
lain seperti menonton TV, makan, dan tidur.
3) Menurunnya efisiensi kerja. Orang yang terkena depresi
akan sulit memfokuskan perhatian atau pikiran pada
suatu hal atau pekerjaan. Sehingga, mereka juga akan
sulit memfokuskan energi pada hal-hal prioritas.
4) Menurunnya produktivitas kerja. Orang yang terkena
depresi akan kehilangan sebagian atau seluruh motivasi
kerjanya.
5) Mudah merasa letih dan sakit. Jelas saja, depresi itu
sendiri adalah perasaan negatif. Jika seseorang
menyimpan perasaan negatif, maka jelas akan membuat
14

letih karena membebani pikiran dan perasaan, dan ia
harus memikulnya di mana saja dan kapan saja, suka
tidak suka.
b Gejala Psikis
1) Kehilangan rasa percaya diri. Orang yang mengalami
depresi cenderung memandang segala sesuatu dari sisi
negatif.
2) Sensitif. Orang yang mengalami depresi perasaannya
sensitif sekali. Akibatnya mereka mudah tersinggung,
mudah marah, perasa, curiga akan maksud orang lain,
mudah sedih, murung dan suka menyendiri.
3) Merasa diri tidak berguna. Perasaan tidak berguna ini
muncul karena mereka merasa menjadi orang yang
gagal terutama di bidang atau lingkungan yang
seharusnya mereka sukai.
4) Perasaan bersalah. Mereka memandang suatu kejadian
yang menimpa dirinya sebagai suatu hukuman atau
akibat dari kegagalan mereka melaksanakan tanggung
jawab yang seharusnya dikerjakan.
5) Perasaan terbebani
c Gejala Sosial
Depresi yang berawal adalah masalah diri sendiri
pada akhirnya mempengaruhi lingkungan dan pekerjaan
(atau aktivitas rutin lainnya). Lingkungan tentu akan
bereaksi terhadap perilaku orang yang depresi tersebut yang
pada umumnya negatif (mudah marah, tersinggung,
menyendiri, sensitif, mudah letih, mudah sakit). Problem
sosial yang terjadi biasanya berkisar pada masalah interaksi
dengan rekan kerja, atasan atau bawahan. Mereka merasa
tidak mampu untuk bersikap terbuka dan secara aktif
15

menjalin hubungan dengan lingkungan sekalipun ada
kesempatan.
(Lubis, 2009)
3. Penegakan Diagnosis Depresi
Menurut Maslim (2003) kriteria dignostik depresi
dibagi menjadi:
a Gejala Utama ( pada derajat ringan, sedang dan berat):
1) Afek depresi
2) Kehilangan minat dan kegembiraan
3) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya
keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah
kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.
b Gejala lainnya
1) Konsentrasi dan perhatian berkurang
2) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
3) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
4) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
5) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh
diri
6) Tidur terganggu
7) Nafsu makan berkurang
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan
tersebut diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk
penegakan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat
dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung
cepat.
Episode depresi diklasifikasikan menjadi tiga (Maslim,
2003) yaitu,
Episode depresif ringan
16

1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama
depresi seperti tersebut di atas
2) Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya
3) Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya
4) Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya
sekitar 2 minggu
5) Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan
sosial yang biasa dikerjakan.
Episode depresif sedang
1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama
depresi seperti pada episode depresi ringan
2) Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari
gejala lainnya.
3) Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2
minggu Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan
kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga
Episode depresif berat tanpa gejala psikotik
1) Semua gejala utama harus ada
2) Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan
beberapa diantaranya harus berintensitas berat.
3) Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi
psikomotor) yang mencolok, maka pasien mungkin tidak
mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya
secara rinci. Dengan demikian, penilaian secara
menyeluruh terhadap episode depresi berat masih dapat
dibenarkan.
4) Episode depresif biasanya berlangsung sekurang-kurangnya
17

2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset
sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakkan
diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu.
5) Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan
kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga,
kecuali pada taraf yang sangat terbatas.
Episode depresif berat dengan gejala psikotik
1) Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut
episode depresif berat tanpa gejala psikotik tersebut di atas.
2) Disertai waham, halusinasi, atau stupor depresif. Waham
biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau
malapetaka yang mengancam dan merasa
bertanggungjawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau
olfaktorik biasanya berupa suara yang menghina atau
menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk.
Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.
Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan
sebagai serasi atau tidak serasi dengan afek (mood
congruent).
4. Depresi pada Remaja
Hadi (2004) menemukan bahwa depresi pada kelompok
umur remaja ternyata relatif tinggi. Menurut Blackman (dalam
Lubis, 2009) depresi pada remaja sebagian besar tidak
terdiagnosis sampai akhirnya mereka mengalami kesulitan
yang serius dalam sekolah dan penyesuaian pribadi yang sering
kali berlanjut pada masa dewasa. Depresi bisa menjadi respon
sementara terhadap situasi maupun stres. Walaupun normal
bagi remaja untuk mengalami perubahan suasana perasaan,
18

tetapi hal tersebut menjadi tidak normal jika berlarut-larut
dengan kekacauan emosi yang luar biasa (Lubis, 2009).
IX. Kerangka Pemikiran









Gambar 1. Kerangka Pemikiran Hubungan antara Dukungan
Sosial dengan Depresi
X. Hipotesis
Terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan depresi pada siswi
kelas XII SMA Al-Islam 1 Surakarta.
XI. Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan
cross-sectional. Yang dimaksud dengan penelitian analitik yaitu
penelitian yang hasilnya tidak hanya berhenti pada taraf
pendeskripsian, akan tetapi dilanjutkan sampai taraf pengambilan
kesimpulan yang dilakukan dengan menggunakan uji statistik
untuk menganalisis data yang diperoleh. Yang dimaksud dengan
pendekatan cross-sectional yaitu penelitian dengan pengumpulan
Remaja
Perkembangan
Fisik
Perkembangan
Emosi
Perkembangan
Sosial
Perkembangan
Psikologis
Dukungan Sosial
Masalah
Depresi
19

data yang dilakukan hanya satu kali pada saat yang sama untuk
menjawab suatu pertanyaan penelitian (Taufiqurohman, 2004).
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Al-Islam 1 Surakarta.
C. Subyek Penelitian
1. Populasi Penelitian
a Populasi Target
Populasi target pada penelitian ini adalah siswi kelas XII
SMA Al-Islam 1 Surakarta.
b Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah siswi kelas
XII SMA Al-Islam 1 Surakarta yang aktif sebagai siswa
kelas XII SMA Al-Islam 1 Surakarta tahun ajaran 2014-
2015.
c Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini adalah populasi terjangkau dari siswi
kelas XII SMA Al-Islam 1 Surakarta dengan kriteria
sebagai berikut:
1) Kriteria Inklusi :
- Siswi kelas XII SMA Al-Islam 1 Surakarta yang
memiliki skor skala inventori L-MMPI <10.
- Siswi kelas XII SMA Al-Islam 1 Surakarta yang
bersedia mengikuti penelitian sampai akhir.
2) Kriteria eksklusi
- Siswi kelas XII SMA Al-Islam 1 Surakarta yang
tidak bersedia mengikuti penelitian.
- Siswi kelas XII SMA Al-Islam 1 Surakarta dengan
pengisian kuesioner yang tidak lengkap.
- Siswi kelas XII SMA Al-Islam 1 Surakarta dengan
kematian keluarga dekat dalam kurun waktu 3 bulan.
20

- Siswi kelas XII SMA Al-Islam 1 Surakarta dengan
kondisi medis umum, seperti penyakit kronis,
mengonsumsi narkoba, dan sedang menjalani terapi
pengobatan.
d Besar Sampel Penelitian
Besar sampel dalam penelitian ini adalah siswi kelas XII
SMA Al-Islam 1 Surakarta yang memenuhi kriteria inklusi
dan tidak termasuk dalam kriteria eksklusi..
D. Teknik Sampling
Sampling adalah suatu cara yang ditempuh dengan
pengambilan sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan
obyek penelitian (Nursalam, 2008). Pengambilan sampel dilakukan
dengan cara non-probability sampling dengan menggunakan teknik
purposive sampling, di mana sampel ditetapkan menurut ciri dan
karakteristik tertentu.
E. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : Dukungan Sosial
2. Variabel terikat : Depresi
3. Variabel perancu
a. Terkendali : Usia, kondisi fisik, Jenis kelamin
b. Tak Terkendali : Faktor ekonomi, faktor psikologis,
faktor genetik, tipe kepribadian
F. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel bebas : Dukungan sosial
a Definisi
Dukungan sosial adalah suatu bentuk tingkah laku
yang menumbuhkan perasaan nyaman dan membuat
individu percaya bahwa dirinya dihormati, dihargai,
dicintai, dan bahwa orang lain bersedia memberikan
perhatian dan keamanan (Nugraha, 2012).
21

b Alat ukur : kuesioner ISEL
c Skala : interval
2. Variabel terikat : Depresi
a Definisi
Depresi merupakan keadaan kemurungan (kesedihan,
patah semangat) yang ditandai dengan perasaan tidak puas,
menurunnya kegiatan, dan pesimis dalam menghadapi masa
yang akan datang (Chaplin, 2002).
b Alat ukur : kuesioner BDI
c Skala : interval
G. Instrumen Penelitian
Alat dan bahan penelitian:
1. Kuesioner ISEL
Dukungan sosial diungkap dengan skala Interpersonal
Support Evaluation List (ISEL) yang dikembangkan oleh
Cohen, Mermelstein, Kamarck, dan Hoberman (1985). Skala
ini dibuat untuk mengukur penilaian seseorang akan
tersedianya empat dukungan dari dukungan sosial. Bentuk
dukungan sosialnya, yaitu :
a Dukungan praktis (tangible support), atau bantuan-bantuan
yang bersifat pelayanan seperti membantu dalam
melakukan kegiatan sehari-hari maupun bantuan secara
finansial.
b Dukungan informasi (appraisal support), atau suatu bentuk
bantuan yang membantu individu dalam memahami
kejadian yang menekan dengan lebih baik serta
memberikan pilihan strategi coping yang harus dilakukan
guna menghadapi kejadian tersebut.


22

c Dukungan belonging, atau suatu bentuk bantuan di mana
individu tahu bahwa ada orang lain yang dapat diandalkan
ketika ia ingin melakukan suatu kegiatan bersama.
Skala ISEL terdiri dari 12 item yang terdiri dari tiga
aspek, di mana masing-masing aspek terdiri dari empat
item. Alat ukur ini menggunakan sistem skoring yaitu
Sangat salah: 0
Salah: 1
Benar: 2
Sangat benar: 3
Semakin tinggi skor, semakin tinggi pula dukungan sosial
yang diterima subjek dan begitu pula sebaliknya.
2. Kuesioner BDI
Pengisian Beck Depression Inventory (BDI) diisi sendiri
oleh responden. Jika responden memilih lebih dari satu
pernyataan dalam kelompok apapun, nilai yang lebih tinggi
yang dicatat, jika perasaannya terletak di antara dua alternatif,
salah satu yang terdekat yang dinilai.
Nilai < 10 menunjukkan tidak adanya atau minimumnya
nilai depresi
Nilai 10-18 depresi ringan sampai sedang
Nilai 19-29 depresi sedang sampai berat
Nilai > 30 depresi berat
3. Kuesioner L-MMPI
Skala kebohongan dari Lie Minnesota Multiphasic
Personality Inventory (LMMPI) yang berisi 15 butir
pertanyaan untuk menilai kejujuran dalam menilai jawaban
instrumen yang diberikan. Bila jawaban tidak sama dengan
23

atau lebih dari 10 pertanyaan maka responden dinyatakan
gugur atau dikeluarkan dari perhitungan.
H. Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data
1. Peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada
Kepala Sekolah SMA Al-Islam 1 Surakarta.
2. Peneliti menjelaskan secara garis besar tujuan penelitian
sekaligus melakukan informed consent dan menjelaskan bahwa
identitas serta hasil setiap sampel akan dijaga kerahasiaannya.
3. Responden mengisi kuisioner L-MMPI untuk mengisi angka
kebohongan sampel.
4. Bila didapatkan skor lebih besar atau sama dengan 10 maka
responden dinyatakan invalid dan dikeluarkan dari sampel
penelitian.
5. Setelah terdapat sampel total yang memenuhi kriteria inklusi
peneliti melakukan pembagian kuesioner ISEL dan BDI pada
siswi kelas XII SMA Al-Islam 1 Surakarta.
6. Selanjutnya data yang diperoleh pada pengisian kuesioner akan
dianalisis menggunakan teknik analisis data yang telah dipilih.
I. Rancangan Penelitian











Siswi Kelas XII SMA Al-Islam 1 Surakarta
Formulir Biodata dan Skrining
Kuesioner L-MMPI
Subjek Penelitian
Kuesioner ISEL, Kuesioner BDI
Analisis Statistik
24

J Teknik Analisis Data
Analisis statistik yang digunakan dalam penlitian ini
seluruhnya menggunakan aplikasi Statistical Package for Social
Science versi 21. Langkah analisis yang digunakan adalah sebagai
berikut:
1. Uji normalitas sebaran sampel dengan menggunakan
Kolmogorov Smirnov karena tidak memerlukan asumsi-asumsi
distrbusi normal, data tunggal / belum dikelompokkan pada
tabel distribusi frekuensi dapat untuk n besar maupun n kecil.
2. Jika hasil uji normalitas menunjukkan bahwa sampel
terdistribusi normal, maka dilakukan uji parametrik yaitu uji
korelasi Pearson untuk mengetahui adanya hubungan antara
dukungan sosial dengan depresi.
3. Jika hasil uji normalitas menunjukkan bahwa sampel tidak
terdistribusi normal, maka dilakukan uji non parametrik, yaitu
uji korelasi Spearman untuk mengetahui adanya dukungan
sosial dengan depresi.

25

XII. Jadwal Penelitian
KEGIATAN
MINGGU
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Penyusunan
proposal

Bimbingan
proposal

Ujian
proposal

Pengumpulan
data

Penyusunan
skripsi

Bimbingan
skripsi

Ujian skripsi


XIII. Daftar Pustaka
American Psychiatric Association (2004). Diagnostic and statistical
manual of mental disorder. Edisi keempat. Arlington: VA,
pp: 369-376.
Chaplin JP (2002). Kamus lengkap psikologi. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Costello EJ, Erkanli A, Angold A (2006). Is there an epidemic of child
or adolescent depression?. Journal of Child Psychology and
Psychiatry 47(22): 1263-1271.
Dinkes Kota Semarang (2010). Rekap laporan program kesehatan
remaja tahun 2010. Semarang: Dinas Kota Semarang.
Fagan R (2006). Counseling and treating adolescents with alcohol and
other substance use problems and their family. The Family
Journal: Counseling therapy For Couples and Families, 14(4):
326-333.
Hadi P (2004). Depresi dan solusinya. Yogyakarta: Tugu Publisher.
26

Hurlock E (1999). Psikologi perkembangan: suatu pendekatan
sepanjang rentang kehidupan. Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Kartono K, Dali G (2003). Kamus psikologi. Bandung: Pionir Jaya.
Kartika D (1986). Dukungan sosial dan perilaku terhadap orang lain.
Jurnal Psikologi. 1(2): 1-12.
Lubis NL (2009).Depresi tinjauan psikologis. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Major R, Cooper ML, Zubek JM, Cozzareli C, Richards C (1997).
Mixed messages : implication of social conflict and social
support within close relationship for adjustment to a stressfull
life event. Journal of Personality and Social Psychology,
72(6): 1349-1363.
Marcotte D, Alain M, Gosselin MJ
(2002). Gender differences in adolescent depression: gend
er
typed characteristic or problem solving skill deficits?. Sex
Roles: A Journal of Research. 41(1): 31-43.
Maslim R (ed) (2003). Buku saku diagnosis gangguan jiwa rujukan
ringkas PPDGJ III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK
Unika Atma Jaya, pp: 64-65.
Monks FJ, Knoers AMP, Haditono SR (2000). Psikologi
perkembangan: Pengantar dalam berbagai bagiannya.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Muss RE, Olds SW, Fealdman (2001). Human development. Boston:
McGraw-Hill Companies.
Nugraha DA (2012). Hubungan dukungan sosial dengan derajat
depresi pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani
hemodialiasis di RSUD dr moewardi. Skripsi (tidak
diterbitkan). Surakarta: Fakultas Kedokteran UNS.
Nursalam (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Edisi kedua. Jakarta: Salemba Medika.
Norris FH, Kaniasty K (1996). Received and perceived social support
in times of stress : a test of the social support deterioration
different model. Journal of Personality and Social Support,
71(3): 489- 511.
27

Santrock J (2003). Adolescence: perkembangan remaja. Jakarta:
Erlangga.
Sarafino EP (1990). Health psychology, biopsychosocial interaction.
New York: Mc Graw Hill Inc.
Sholichah DR (2009). Hubungan antara dukungan sosial dengan
derajat depresi pada penderita diabetes melitus dengan
komplikasi. Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta: Fakultas
Kedokteran UNS.
Smet B (1994). Psikologi kesehatan. Jakarta : Gramedia.
Sofia R (2009). Peranan keberfungsian keluarga pada pemahaman dan
pengungkapan emosi. Jurnal Psikologi.
Taylor SE (1995). Health psychology. New York : McGraw Hill Inc.
Taufiqurohman MA (2004). Pengantar Metodologi Penelitian untuk
Ilmu Kesehatan. Klaten: CSGF (The Community of Self Help
Group Forum).
Veiel HDF, Bauman F (1992). The meaning and measurement of
social support. New York: Hemisphere Publish Co.
Widyastuti IT (2008). Pengaruh dukungan sosial terhadap kecemasan
penderita diabetes melitus. Skripsi (tidak diterbitkan).
Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.
Willis S (2005). Remaja dan masalahnya. Bandung: alfabeta, pp: 2-57.
Zimet GD, Dahlem NW, Zimet SG, Farley GK (1988).
Multidimensional scale of perceived social support.
www.yorku.ca/rokada/psyctest/soesupp.pdf - diakses pada
maret 2014.

28

Lampiran 1
Formulir identitas dan informed consent
KUESIONER PENELITIAN DISUSUN OLEH MAHASISWA FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Data yang diperoleh semata-mata diperlukan untuk kajian ilmiah. Dengan
demikian identitas responden dijamin kerahasiaannya.

PETUNJUK PENGISIAN :
1. Isi identitas responden terlebih dahulu, bila tidak menghendaki identitas
diketahui nama boleh dikosongkan.
2. Bacalah semua pertanyaan dengan seksama
3. Mohon semua pertanyaan dijawab dengan jujur sesuai apa adanya
4. Kuesioner ini terdiri atas 3 lampiran, mohon di isi sesuai petunjuk yang
tertera
5. Terima kasih atas kerjasamanya

IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama (boleh tidak diisi) :
2. Umur :
3. Jenis kelamin : perempuan / laki-laki *
4. Kelas :


Catatan * = coret yang tidak perlu






29

LEMBAR PERSETUJUAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : .............................................................................
Umur : .............................................................................
Alamat : .............................................................................
.............................................................................
Dengan ini saya mengizinkan Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS untuk
memperoleh data yang sesuai dengan penelitiannya melalui kuesioner ini dan
mengolah hasil yang didapatkan.
Surakarta, .......................................
Tanda tangan




____________________















30

Lampiran 2
Kuesioner L-MMPI / Lie Minnesota Multiphasic Personality Inventory

Berilah tanda pada kolom ya jika pernyataan di bawah ini sesuai dengan
perasaan dan keadaan Anda, dan berilah tanda pada kolom tidak jika
pernyataan di bawah ini tidak sesuai dengan perasaan dan keadaan Anda.
No. Pernyataan Ya Tidak
1. Sekali-kali saya berpikir tentang hal-hal buruk untuk
diutarakan

2. Kadang-kadang saya ingin mengumpat atau mencaci
maki

3. Saya tidak selalu mengatakan hal yang benar
4. Saya tidak membaca setiap setiap tajuk rencana surat
kabarharian

5. Saya kadang-kadang marah
6. Apa yang dapat saya kerjakan hari ini kadang-kadang
sayatunda sampai besok

7. Bila saya sedang tidak enak badan, kadang-kadang saya
mudah tersinggung

8. Sopan santun saya di rumah tidak sebaik seperti jika saya
bersama orang lain

9. Bila saya yakin tidak seorangpun melihatnya, mungkin
sekali saya akan menyelinap nonton tanpa karcis

10. Saya lebih senang menang daripada kalah dalam suatu
permainan

11. Saya ingin mengenal orang-orang penting, karena dengan
demikian saya menjadi orang penting juga

12. Saya tidak selalu menyukai orang yang saya kenal
13. Saya kadang-kadang menggunjingkan orang lain
14. Saya kadang-kadang memilih orang yang tidak saya kenal
31

dalam suatu pemilihan
15. Sekali-kali saya tertawa juga mendengar lelucon porno





























32

Lampiran 3
Kuesioner ISEL

Berilah tanda silang pada piihan yang sesuai dengan anda.
1. Jika saya ingin pergi untuk melakukan perjalan pada suatu hari (misalnya, ke
suatu Negara atau gunung), saya akan kesulitan menemukan seseorang untuk
pergi dengan saya.
sangat salah salah benar sangat benar
2. Saya merasa tidak ada seseorang pun yang dapat diajak berbagi mengenai
kekhawatiran dan ketakutan saya yang sangat pribadi.
sangat salah salah benar sangat benar
3. Jika saya sakit, saya dapat dengan mudah menemukan seseorang untuk
membantu tugas saya sehari-hari.
sangat salah salah benar sangat benar
4. Ada seseorang yang dapat saya mintai saran mengenai penyelesaian masalah
dengan keluarga saya.
sangat salah salah benar sangat benar
5. Jika saya memutuskan suatu sore untuk pergi ke bioskop, dengan mudah saya
menemukan seseorang untuk pergi dengan saya.
sangat salah salah benar sangat benar
6. Ketika saya membutuhkan saran bagaimana menangani suatu masalah pribadi,
saya tahu seseorang yang bisa.
sangat salah salah benar sangat benar
7. Saya sering tidak diajak melakukan sesuatu oleh orang lain.
sangat salah salah benar sangat benar
8. Jika saya harus pergi ke luar kota untuk beberapa minggu, akan sulit untuk
saya menemukan seseorang yang dapat membantu menjaga rumah saya.
sangat salah salah benar sangat benar
9. Jika saya ingin makan siang dengan seseorang, saya dengan mudah
menemukan seseorang untuk bergabung dengan saya.
sangat salah salah benar sangat benar
33

10. Jika saya tersesat sejauh 16 km dari rumah, ada seseorang yang dapat saya
hubungi untuk datang dan menolong saya.
sangat salah salah benar sangat benar
11. Jika krisis keluarga muncul, akan sulit untuk saya menemukan seseorang yang
bisa memberi saran yang baik bagaimana untuk menangani itu.
sangat salah salah benar sangat benar
12. Jika saya membutuhkan bantuan untuk pindah ke rumah baru, saya akan
kesulitan menemukan seseorang untuk membantu saya.
sangat salah salah benar sangat benar

Sistem skoring :
Sangat salah : 0
Salah : 1
Benar : 2
Sangat benar : 3
















34

Lampiran 4
Kuesioner BDI

Pilihlah satu pernyataan dalam masing-masing kelompok yang paling melukiskan
perasaan anda saat ini. Berilah tanda silang pada kotak yang ada di samping
pertanyaan yang anda pilih.

1. (0)Saya tidak merasa sedih
(1)Saya merasa sedih
(2)Saya merasa sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat
menghilangkannya
(3)Saya begitu sedih sehingga saya merasa tidak tahan lagi
2. (0)Saya tidak berkecil hati terhadap masa depan saya
(1)Saya merasa berkecil hati terhadapa masa depan saya
(2)Saya merasa tidak ada sesuatu yang saya nantikan
(3)Saya merasa bahwa tidak ada harapan di masa depan, segala sesuatu
tidak dapat diperbaiki
3. (0)Saya tidak merasa gagal
(1)Saya merasa berkecil hati terhadap masa depan saya
(2)Saya merasa tidak ada sesuatu yang saya nantikan
(3)Saya merasa tidak ada harapan di masa depan, segala sesuatunya tidak
dapat diperbaiki
4. (0)Saya memperoleh kepuasan atas segala sesuatu seperti biasanya
(1)Saya merasa lebih banyak mengalami kegagalan daripada orang lain
(2)Kalau saya meninjau kembali hidup saya, yang saya lihat hanyalah
kegagalan
(3)Saya merasa sebagai seorang pribadi yang gagal total
5. (0)Saya tidak merasa bersalah
(1)Saya cukup sering merasa bersalah
(2)Saya sering merasa sangat bersalah
(3)Saya erasa bersalah sepanjang waktu
c
35

6. (0)Saya tidak merasa bahwa saya sedang dihukum
(1)Saya merasa bahwa saya mungkin dihukum
(2)Saya mengharapkan agar dihukum
(3)Saya merasa bahwa saya sedang dihukum
7. (0)Saya tidak merasa kecewa terhadap diri saya sendiri
(1)Saya merasa kecewa terhadap diri saya sendiri
(2)Saya merasa jijik terhadap diri saya sendiri
(3)Saya membenci diri saya sendiri
8. (0)Saya tidak merasa bahwa saya lebih buruk daripada orang lain
(1)Saya selalu mencela diri saya sendiri karena kelemahan / kekeliruan
saya
(2)Saya menyalahkan diri saya sepanjang waktu atas kesalahn-kesalahn
saya
(3)Saya menyalahkan diri saya sendiri atas semua hal buruk yng terjadi
9. (0)Saya tidak punya pikiran untuk bunuh diri
(1)Saya mempunyai pikiran untuk bunuh diri, tetapi saya tidak akan
melaksanakannya
(2)Saya ingin bunuh diri
(3)Saya bunuh diri kalau ada kesempatan
10. (0)Saya tidak menangis lebih dari biasanya
(1)Sekarang saya lebih banyak menangis daripada biasanya
(2)Saya sekarang merasa jengkel sepanjang waktu
(3)Saya tidak dibuat jengkel oleh hal-hal yang biasanya menjengkelkan
saya
11. (0)Sekarang saya tidak merasa lebih jengkel daripada sebelumnya
(1)Saya lebih mudah jengkel / marah daripada biasanya
(2)Saya sekarang merasa jengkel sepanjang waktu
(3)Saya tidak dibuat jengkel oleh hal-hal yang biasanya menjengkelkan
saya
12. (0)Saya masih tetap senang bergaul dengan orang lain
(1)Saya kurang berminat terhadap orang lain disbanding biasanya
C
C
C
C
C
C
C
36

(2)Saya kehilangan sebagian besar minat saya terhadap orang lain
(3)Saya telah kehilangan seluruh minat saya terhadap orang lain
13. (0)Saya mengambil keputusan-keputusan sama baiknya dengan
sebelumnya
(1)Saya lebih banyak menunda keputusan daripada biasanya
(2)Saya mempuyai kesulitan yang lebih besar dalam mengambil
keputusan
daripada sebelumnya
(3)Saya sama sekali tidak dapat mengambil keputusan apapun
14. (0)Saya tidak meraa bahwa saya kelihatan lebih jelek daripada biasanya
(1)Saya merasa cemas jangan-jagan saya tua dan tidak menarik
(2)Saya merasa ada perubahan-perubahan tetap pada penampilan saya
yang membuat saya kelihatan tidak menarik
(3)Saya yakin bahwa saya kelihatan jelek
15. (0)Saya dapat bekerja dengan baik sebelumnya
(1)Saya membutuhkan usaha istimewa untuk muli mengerjakan sesuatu
(2)Saya harus memaksa diri saya untuk mengerjakan sesuatu
(3)Saya sama sekali tidak dapat mengerjakan apa-apa
16. (0)Saya dapat tidur nyenyak seperti biasanya
(1)Saya tidak dapat tidur nyenyak seperti biasanya
(2)Saya bangun 2-3 jam lebih awal dari biasanya dan sukar tidur kembali
(3)Saya bangun beberapa jam lebih awal dari biasanya dan tidak dapat
tidur kembali
17. (0)Saya tidak lebih mudah lelah dari biasanya
(1)Saya lebih mudah lelah dari biasanya
(2)Saya hamper selalu merasa lelah dalam mengerjakan sesutau
(3)Saya merasa terlalu lelah untuk mengerjakan apa-apa
18. (0)Nafsu makan saya masih seperti biasanya
(1)Nafsu makan saya tidak seperti biasanya
(2)Sekarang nafsu makan saya jauh lebih berkurang
(3)Saya tidak mempunyai nafsu makan sama sekali
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
37

19. (0)Saya tidak merencanakan kesehatan saya melebihi biasanya
(1)Saya cemas akan masalah kesehatan fisik saya
(2)Saya sangat cemas akan masalah kesehatan fisik saya dan sulit
memikirkan hal-hal lain
(3)Saya begitu cemas akan kesehatan fisik saya sehingga saya tidak dapat
berpikir mengenai hal-hal lain
20. (0)Saya tida lagi merasa lelah
(1)Saya menjadi lebih mudah lelah daripada biasanya
(2)Saya terlalu lelah untuk melakukan segala sesuatu dibanding dulu
(3)Saya terlalu lelah untuk melakukan sebagian besar pekerjaan dibanding
dulu
21. (0)Saya tidak merasa ada perubahan dalam minat saya terhadap seks pada
akhir-akhir ini
(1)Saya kurang berminat terhadap seks kalau dibandingkan sebelumnya
(2)Sekarang saya sangat kurang berminat terhadap seks
(3)Saya sama sekali kehilangan minat terhadap seks




C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C
C

Anda mungkin juga menyukai