PERJUANGAN DAN PENGABDIAN GURU DI DAERAH TERPENCIL
Senin, 13 February 2010
Hanya segelintir orang yang mau dan bisa hidup dalam dunia yang serba terbatas. Tapi, tidak bagi para guru-guru yang mendidik para pelajar di daerah-daerah terpencil, seperti guru-guru yang mengajar di SDN Tumpakrejo 10 Kecamatan Kalipare. Dengan segala keterbatasan yang ada, mereka mau mengorbankan sebagian kehidupannya untuk menggodok anak-anak bangsa untuk memperoleh pendidikan yang wajar dan berkualitas. Kabupaten Malang masih memiliki 105 desa terpencil yang membutuhkan perhatian khusus dari Pemkab Malang. Di desa terpencil itu banyak memiliki sekolah- sekolah yang terpencil pula yang kondisinya sangat mengenaskan dengan segala keterbatasannya. Salah satunya di SDN Tumpakrejo 10 Kecamatan Kalipare. Untuk menempuh lokasi SDN Tumpakrejo 10 harus melalui jalan rusak, mirip dengan makadam sekitar tiga kilometer. Dari pusat desa jaraknya sekitar empat kilometer. Jalan naik turun, khas daerah perbukitan semakin membuat sulit untuk mencapai sekolah yang berada di Jurang Dandan itu. Di sekolah itu, hanya ada dua bangunan yang digunakan untuk belajar. Satu kelas dengan ukuran sekitar 7 meter x 6 meter untuk empat kelas dan satu ruang ukuran sekitar 2,5 meter x 3 meter untuk dua kelas. Ada sekitar 50 siswa yang belajar dari kelas 1 sampai kelas 6 dengan jumlah guru sebanyak 6. 2 guru PNS dan sisanya guru GTT yang diminta membantu mengajar di sekolah kategori kecil itu. Jika ada try out kelas 6, tiga kelas praktis harus belajar di ruang kelas dengan menggelar alas. Dua guru GTT intens mengajar di SDN Tumpakrejo 10, Vinis Estianingsih dan Lailatul Ulfa. Dua lainnya, mengajar juga di sekolah lain. Karena intensitas mengajarnya tidak full dalam satu minggu. Vinis Estianingsih, salah satu guru GTT yang paling lama mengajar di SDN terpencil itu. Lokasi rumahnya berjarak 2 kilometer dari sekolahnya. Meski hanya 2 kilometer, tapi medan yang harus dilaluinya sangat berat dengan sepeda motor yang dikendarainya. Jalan rusak dengan batuan yang terjal. Hal itu sudah dilakoninya sejak tahun 2005 lalu hingga saat ini. Meski harus melalui medan berat, Vinis tetap semangat untuk terus menggodok anak-anak bangsa untuk memperoleh pendidikan yang wajar dan berkualitas. Mereka butuh terus ditingkatkan kualitas dan profesionalismennya serta terus digelorakan semangatnya menghadapi tugasnya di daerah terpencil. Bahkan, Vinis pernah terjatuh dari sepedanya karena jalan yang licin setelah hujan. Kakinya sempat terkilir dan seragamnya basah karena terkena lumpur. Dengan seragam yang basah dipenuhi lumpur, Vinis tetap berangkat ke sekolah. Sampai di sekolah, dia sempat nangis melihat siswanya yang menunggu di sekolah untuk diajar. Mengetahui kondisi gurunya yang berlumuran lumpur, para siswanya berusaha membantu sang guru tercintanya. Mereka ikut membersihkan Lumpur yang ada di pakaian Vinis dengan memandikan bersama. Saking terharunya, Vinis beruraian air mata. Saya sempat dimandikan anak-anak. Itu yang membuat saya terharu. Mereka perhatian terhadap gurunya. Ini yang membuat saya tetap berjuang di sekolah terpencil ini, ujar Vinis sambil menitikan air matanya. Perjuangan yang dilakukannya tidak setara dengan apa yang diterimanya. Setiap bulannya dengan jadwal mengajar mulai senin sampai Sabtu, Vinis hanya mendapatkan bayaran Rp 100 ribu per bulan. Itupun diberikan tiga bulan sekali yang diambilkan dari dana BOS. Mereka itu tidak dibayar. Karena hanya Rp 100 ribu per bulan. Mereka itu guru-guru yang benar-benar mengabdi dan berjuang untuk generasi mendatang, ujar Kepala SDN Tumpakrejo 10, Sariyem Binti Yahya. Hal yang sama juga dilakoni, Lailatul Ulfa. Guru GTT yang sudah mengajar selama delapan bulan tergerak hatinya untuk membantu mengajar di SDN Tumpakrejo 10 itu. Mahasiswa salah satu PTS di Kota Malang itu mengabdikan dirinya dengan mengajar di SDN terpencil. Alasannya, dia trenyuh melihat semangat anak-anak desa untuk belajar. Lokasi rumah dengan sekolahnya sekitar 4 kilometer dengan medan yang sangat berat. Kami semua terharu dengan semangat anak-anak belajar. Awalnya, di SDN ini kekurangan guru untuk mengajar anak-anak, terang Ulfa. Kepastian dan kemantapan hidup guru daerah terpencil perlu diperhatikan dengan sungguh-sungguh dengan patokan standar hidup yang layak di daerah terpencil. Kesejahteran guru, tidak hanya PNS, non PNS (honorer dan swasta) pun perlu mendapat perhatian, sehingga tidak hanya alasan pengabdian saja, keberuntungan pun mereka dapatkan dari tujuan mereka hidup yang hakiki. (Sumber Bacaan: http://aditiyawarman.blogspot.com/2012/02/perjuangan-dan- pengabdian-guru-di.html diakses pada hari kamis, 25 April 2013 21:16 WIB)
Analysis Socio Pendidikan Permasalahan Pendidikan Dasar Di Indonesia Masalah : - Salah satu contoh sekolah atau tempat pendidikan yang terpencil dan infrastruktur bangunan sekolah yang tidak memadai dan terabaikan, atau sarana dan prasarana yang tidak mendukung. - Kesejahteraan Guru Titak Tetap dan guru yang berjuang di daerah terpencil yang terabaikan oleh pemerintah.
Solusi : - Sarana dan prasarana yang tidak mendukung Peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia selain tergantung kepada kualitas guru juga harus ditunjang dengan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai. Tapi sayangnya, hingga sekarang ini, sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki sebagian besar sekolah di Indonesia masih kurang memadai seperti fasiltas laboratorium dan sebagainya. Sarana dan prasarana ini padahal sangat vital dalam kegiatan proses belajar dan mengajar. Sebagian besar alat peraga di sekolah-sekolah masih kurang terkontrol baik dari segi mutu, harga dan sikap pribadi para pengusaha sarana pendidikan. Padahal setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Tanpa ada sarana dan prasarana yang mendukung proses Pendidikan, pendidikan di Indonesia akan sulit mengalami kemajuan. Dengan terpenuhinya sarana dan prasarana akan sangat menunjang atas tercapainya suatu tujuan dari pendidikan, sebagai seorang personal pendidikan kita dituntut untuk menguasi dan memahami administrasi sarana dan prasarana, untuk meningkatkan daya kerja yang efektif dan efisien serta mampu menghargai etika kerja sesama personal pendidikan, sehingga akan tercipta keserasian, kenyamanan yang dapat menimbulkan kebanggaan dan rasa memiliki baik dari warga sekolah maupun warga masyarakat sekitarnya. Lingkungan pendidikan akan bersifat positif atau negatif itu tergantung pada pemeliharaan sarana dan prasarana itu sendiri.
- Kesejahteraan Guru yang terabaikan Faktor lain yang menjadi masalah dalam perkembangan Pendidikan Dasar adalah kesejahteraan guru. Hal ini sangat berimplikasi terhadap rendahnya kinerja seorang Guru. Dalam menyikapi masalah satu ini, banyak yang pro dan kontra terhadap masalah kesejahteraan yang selama ini telah menjadi permasalahan yang belum ketemu ujung pangkalnya. Sebagian orang beranggapan bahwa sangat kurangnya kompensasi dari pemerintah terhadap kinerja guru mengakibatkan kurang profesionalnya para guru di negara kita selama ini. Akan tetapi ada juga yang beranggapan bahwa kesejahteraan itu tidak dapat sepenuhnya menjamin keprofesionalan seorang Guru dalam bekerja. Kesejahteraan itu muncul apabila seorang Guru dapat bekerja secara profesional dan bersungguh-sungguh menjalankan tugasnya dengan penuh keikhlasan dan dedikasi yang tinggi terhadap pekerjaan. Seandainya kesejahteraan yang diberikan terlebih dahulu kepada yang lebih layak menerimanya terlebih dahulu adalah para pendidik yang berada dipedalaman yang sudah barang tentu dedikasinya terhadap pendidikan sangat baik. Permasalahan-permasalahan yang ada di dunia pendidikan sudah harus disikapi dari sekarang untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang telah terjadi terutamanya terhadap LPTK di negara kita untuk lebih selektif dalam penerimaan mahasiswanya. Sehingga jurusan- jurusan keguruan dan kependidikan kita sekarang berisikan tidak hanya orang-orang nomer dua yang terpaksa dalam memilih jurusan dan bukan karena panggilan hati nuraninya sebagai pendidik. Hendaknya dilakukan seleksi yang ketat dan profesional, tidak hanya secara intelektual saja akan tetapi juga harus diberikan tes bakat dan minat terhadap calon tenaga pendidik tersebut, sehingga kita dapat menciptakan tenaga pendidik yang mantap secara intelektual dan dedikasinya terhadap dunia pendidik. Terlebih di era pengetahuan seperti sekarang ini, apabila permasalahan-permasalahan dalam dunia pendidikan seperti sekarang ini belum juga dapat ditanggulangi dengan segera, maka dunia pendidikan kita akan semakin tertinggal jauh baik secara kuantitas dan kualitasnya. Upaya dalam menyikapi profesionalisme tenaga pendidik dalam usaha untuk meningkatkan mutu pendidik sekaligus juga mutu peserta didik di negara kita. Salah satunya melalui kebijakan mengenai sertifikasi guru yang sekarang ini sedang digembar-gemborkan. Pada dasarnya sertifikasi adalah upaya untuk meningkatkan profesi seorang pendidik agar setara dengan profesi-profesi yang sudah ada seperti; dokter, pengacara, psikolog, dan lain sebagainya. Pada hakikatnya profesi adalah suatu pernyataan atau janji seseorang yang mengabdikan dirinya pada suatu jabatan atau layanan karena orang tersebut merasa terpanggil menjabat pekerjaan itu. Sedangkan sertifikasi pada hakikatnya adalah pemberian sertifikat kompetensi atau surat keterangan sebagai pengakuan terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan setelah lulus uji kompetensi. Apabila dihubungkan dengan profesi guru, maka sertifikasi dapat diartikan sebagai surat bukti kemampuan mengajar dalam mata pelajaran, jenjang dan bentuk pendidikan tertentu.