Anda di halaman 1dari 6

I.

PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Dalam kegiatan sehari-hari, manusia tidak terlepas dari berbagai aktivitas
yang pada akhirnya menghasilkan berbagai jenis sampah. Produk berkemasan
yang dikonsumsi sebagai upaya pemenuhan kebutuhan manusia akan meninggalkan
kemasan bekasnya sebagai sampah.
Salah satu jenis sampah kemasan yang banyak dihasilkan dari kegiatan sehari-
hari adalah sampah botol kaca kemasan produk. Kini, produk kebutuhan sehari-hari
telah banyak tersedia untuk dikonsumsi oleh masyarakat dengan harga yang relatif
terjangkau dan mudah didapatkan. Produk yang dikemas dengan botol kaca antara lain
selai, kecap, obat, parfum, minuman, bumbu masak, sirup, jus, madu, makanan bayi,
dan lain-lain.
Kegiatan daur ulang sampah kaca perlu dilakukan karena jenis sampah ini
tidak terbakar, membusuk, maupun terurai. Cullet (pecahan kaca) mencakup
bagian yang cukup besar dalam limbah domestik (Minko et al., 1999).
Kegiatan daur ulang kaca menghemat biaya dari pengunaan bahan baku.
Terdapat dua alasan dasar untuk melakukan daur ulang kaca, yaitu untuk mengurangi
volume limbah padat dan untuk mengurangi konsumsi bahan baku baru (Cook, 1978).
Keuntungan dari menggunakan botol kaca bekas dibandingkan dengan
menggunakan bahan baku baru memiliki keuntungan bagi lingkungan, antara lain
untuk pengurangan konsumsi energi untuk produksi kaca, pengurangan emisi
berbahaya yang timbul dari transformasi bahan baku saat pembentukan kaca, dan
tingkat konsumsi yang lebih rendah untuk bahan baku, yang menyebabkan konsumsi
energi yang lebih rendah dan dampak lingkungan yang lebih ringan dari proses
produksinya (Vellini et al., 2009).
Indonesia tidak berorientasi daur ulang pada sistem pengelolaan sampahnya.
Sehingga, pada sampahnya banyak terdapat material yang berpotensi baik dari segi
lingkungan maupun ekonomi, jika dimanfaatkan kembali. Fenomena ini
mengakibatkan timbulnya kehadiran pelaku daur ulang secara informal.

I.2. Tujuan

I.3. Manfaat
II. PEMBAHASAN
1. Daur Ulang
Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru dengan
tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna. Daur
ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan
pemilahan, pengumpulan, pemprosesan, pendistribusian dan pembuatan produk/material
bekas pakai, dan komponen utama dalam manajemen sampah modern dan bagian ketiga
dalam proses hierarki sampah 4R (Reduce, Reuse, Recycle, and Replace).
Material yang bisa didaur ulang terdiri dari sampah kaca, plastik, kertas, logam, tekstil, dan
barang elektronik. Meskipun mirip, proses pembuatan kompos yang umumnya menggunakan
sampah biomassa yang bisa didegradasi oleh alam, tidak dikategorikan sebagai proses daur
ulang. Daur ulang lebih difokuskan kepada sampah yang tidak bisa didegradasi oleh alam
secara alami demi pengurangan kerusakan lahan. Secara garis besar, daur ulang adalah proses
pengumpulan sampah, penyortiran, pembersihan, dan pemprosesan material baru untuk
proses produksi.
Pada pemahaman yang terbatas, proses daur ulang harus menghasilkan barang yang mirip
dengan barang aslinya dengan material yang sama, contohnya kertas bekas harus menjadi
kertas dengan kualitas yang sama, atau busa polistirena bekas harus menjadi polistirena
dengan kualitas yang sama. Seringkali, hal ini sulit dilakukan karena lebih mahal
dibandingkan dengan proses pembuatan dengan bahan yang baru. Jadi, daur ulang adalah
proses penggunaan kembali material menjadi produk yang berbeda. Bentuk lain dari daur
ulang adalah ekstraksi material berharga dari sampah, seperti emas dari prosesor komputer,
timah hitam dari baterai, atau ekstraksi material yang berbahaya bagi lingkungan, seperti
merkuri.
Daur ulang adalah sesuatu yang luar biasa yang bisa didapatkan dari sampah. Proses daur
ulang aluminium dapat menghemat 95% energi dan mengurangi polusi udara sebanyak 95%
jika dibandingkan dengan ekstraksi aluminium dari tambang hingga prosesnya di pabrik.
Penghematan yang cukup besar pada energi juga didapat dengan mendaur ulang kertas,
logam, kaca, dan plastik.
(wikipedia)
2. Daur Ulang Kaca
Kaca adalah amorf (non kristalin) material padat yang bening dan transparan (tembus
pandang), biasanya rapuh. Jenis yang paling banyak digunakan selama berabad abad adalah
jendela dan gelas minum. Kaca dibuat dari campuran 75% silikon dioksida (SiO
2
) plus Na
2
O,
CaO, dan beberapa zat tambahan. Suhu lelehnya adalah 2.000 derajat Celsius.

Sifat-sifat kaca adalah sebagai berikut :
1. Berwujud padat;
2. Kuat;
3. Tembus pandang;
4. Tahan panas;
5. Mudah dibentuk dan dipanaskan;
6. Tidak menyerap air;
7. Isolator panas dan listrik.
Masyarakat mengkonsumsi berbagai produk dengan kemasan botol kaca,antara lain
minuman, kecap, saos, selai, parfum, bumbu masak, sirup, madu, obat, jamu, makanan bayi,
dan lain-lain, sehingga berpotensi menimbulkan sampah botol kaca yang cukup banyak.
Kegiatan daur ulang sampah kaca perlu dilakukan karena jenis sampah ini tidak
terbakar, membusuk, maupun terurai. Cullet (pecahan kaca) mencakup bagian yang
cukup besar dalam limbah domestik (Minko et al., 1999).
Kegiatan daur ulang kaca menghemat biaya dari pengunaan bahan baku. Terdapat dua
alasan dasar untuk melakukan daur ulang kaca, yaitu untuk mengurangi volume limbah
padat dan untuk mengurangi konsumsi bahan baku baru (Cook, 1978).
Pada umumnya sampah botol kaca kemasan produk dapat dikategorikan sebagai
berikut:
Botol bir : merupakan botol besar wadah bir, arak, anggur. Botol jenis ini
dijual satuan.
Botol sirup dan kecap : merupakan botol bekas sirup, kecap, saos, dan
beberapa jenis botol minuman beralkohol yang berasal dari luar negeri. Botol
jenis ini dijual satuan.
Botol kecil : merupakan botol wadah minuman beralkohol seperti Orson,
Intisari, vodka, dll. Ukurannya lebih kecil dari botol bir. Botol ini dijual
satuan.
Beling : merupakan botol-botol kecil, botol-botol pecah, dan botol-botol yang
tidak dijual satuan, melainkan per kilogram.

Dari pelaku daur ulang botol kaca kemasan produk, didapatkan rata-rata
jumlah botol kaca kemasan produk yang diperoleh setiap minggunya. Data untuk
botol bir, botol sirup dan kecap, serta botol kecil didapatkan dalam satuan botol,
sedangkan untuk beling didapatkan dalam satuan kilogram. Jumlah untuk setiap
kategori botol untuk setiap pelaku daur ulang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata Jumlah Botol Kaca Kemasan Produk Per Minggu yang
Dikumpulkan oleh Pelaku Daur Ulang di Kota Bandung
(sampel survey Bandung)

Pelaku daur
ulang
botol kaca kemasan produk per minggu (dari survey*)
botol bir, arak,
anggur (botol)
botol sirup,
kecap (botol)
botol kecil
(botol)
botol beling
(kg)
pemulung 18 11 13 58
tukang loak 45 24 19 47
lapak 129 85 129 153
bandar 165 110 103 151
*Survey mewakili 164 pelaku daur ulang di Kota Bandung
Banyaknya sampah botol menjadikan polusi, sehingga perlu dilakukan adanya daur ulang
kaca.
3. Manfaat Daur Ulang Kaca
Mengurangi penggunaan bahan baku yang baru
Mengurangi penggunaan energi
Mengurangi polusi
Kerusakan lahan
Emisi gas rumah kaca

4. Proses Pengolahan Daur Ulang Kaca
Daur ulang kaca pada dasarnya menggunakan prinsip dasar proses daur ulang dimana proses
dimulai dari pengumpulan bahan, penyortiran, dan pengolahan menjadi bahan baku dan
produk baru.
Namun demikian, ada beberapa variasi dari proses daur ulang. Hal ini tergantung pada bahan
yang didaur ulang. Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan setelah sampah kaca
dikumpulkan.
1. Penyortiran
Sampah kaca terlebih dahulu dikelompokkan berdasarkan warnanya. Hal ini karena bahan
kimia yang berbeda harus ditambahkan ke sampah kaca yang berbeda warnanya untuk
menghasilkan kaca daur ulang dengan warna yang diinginkan.
2. Pengolahan: Memproduksi Cullet
Setelah tahap penyortiran, tahap selanjutnya dalam proses daur ulang kaca adalah
penghancuran kaca limbah menjadi potongan-potongan kecil. potongan-potongan kaca Ini
kemudian ditumbuk halus menghasilkan bubuk kaca yang disebut sebagai cullet.
3. Pengolahan: Menghilangkan Kontaminan
Tahap berikutnya dalam proses daur ulang kaca adalah memisahkan kontaminan dari cullet.
Cullet tersebut dilewatkan melalui medan magnet, di mana kontaminan logam seperti tutup
botol dikeluarkan dari kaca. Kontaminan lainnya seperti kertas dan plastik dari label botol
diambil secara manual atau melalui proses otomatis.
Kontaminan keramik dan pyrex (kaca tahan panas) dihilangkan dari cullet melalui proses
yang dikenal sebagai fine-sizing. Cullet yang telah ditumbuk halus dilewatkan melalui
beberapa ayakan, memisahkannya dari residu keramik. Jika ada kontaminan keramik yang
lolos melewati ayakan bersama dengan cullet, kualitas dari kaca hasil dari daur ulang akan
terpengaruh. Kontaminan keramik di kaca dapat menyebabkan cacat struktural.
4. Pengolahan: Membuat Kaca Daur Ulang
Cullet tersebut kemudian dilelehkan. Kemudian cullet tersebut dapat digunakan dalam
pembuatan produk daur ulang seperti wadah kaca baru, botol dll.
5. Pengolahan: Decolorizing dan Pencelupan (Dyeing)
Untuk memproduksi kaca daur ulang yang diinginkan, kaca tersebut harus menjalani proses
decolorizing, lalu diikuti dengan pencelupan.
Langkah pertama dalam proses decolorizing meliputi oksidasi cullet dalam keadaan meleleh.
Untuk kaca hijau, proses oksidasi mengubah warna kaca hijau tua/gelap menjadi hijau
kekuningan. Mangan oksida kemudian dicampur dengan cullet untuk menjadikannya keabu-
abuan. Warna abu-abu biasanya digunakan sebagai warna dasar yang penambahan pewarna
atau agen lainnya yang ditambahkan untuk membuat kaca berbagai warna.
Sedangkan untuk kaca berwarna cokelat atau kuning (amber), zat yang ditambahkan adalah
seng oksida tetapi bukan untuk mengoksidasi cullet kaca cokelat menjadi cullet biru atau
hijau, hal ini tergantung pada jumlah seng oksida ditambahkan dan tingkat intesitas warna
coklat atau kuning kaca yang didaur ulang.
Untuk kaca daur ulang bening, penambahan zat kimia yang dilakukan adalah pedengan
menambahkan erbium oksida dan mangan oksida ke cullet untuk membantu menjernihkan
semua warna dari cullet.
Selain zat-zat tersebut, beberapa pewarna yang paling umum digunakan untuk pewarnaan
kaca daur ulang termasuk boraks, kalium permanganat, seng oksida, erbium oksida, kobalt
karbonat, neodymium oksida, dan titanium dioksida.
6. Pengolahan: Membuat produk kaca daur ulang
Pada tahap terakhir dari proses daur ulang kaca, kaca daur ulang baik berwarna ataupun
bening, kemudian dibentuk menjadi berbagai produk dan dijual di pasar.
Hal yang menarik tentang proses daur ulang kaca adalah bahwa kaca dapat didaur ulang
sebanyak yang diperlukan, tanpa penurunan kualitas
(Hanif,2013)
http://hanifweb.wordpress.com/2013/04/11/daur-ulang-kaca/

Anda mungkin juga menyukai