Anda di halaman 1dari 2

PENCEGAHAN PERILAKU BUNUH DIRI

Oleh:
Ryan Handoko
04091003033


Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya
2013
A. Perilaku Bunuh Diri:
1. Isyarat bunuh diri : aksi bunuh diri yang tidak berakibat fatal
2. Usaha bunuh diri : aksi bunuh diri yang bisa berakibat fatal tetapi
tidak berhasil dilakukan
3. Bunuh diri : suatu tindakan yang menyebabkan hilangnya nyawa
pelaku
B. Beberapa faktor yang mempengaruhi bunuh diri adalah:
1. Kurang tahan terhadap frustrasi
2. Cepat marah (hostilitas tinggi)
3. Sering mengalami konflik interpersonal dengan anggota keluarga
atau teman
4. Mengalami masalah kesehatan jiwa (depresi, skizofrenia,
gangguan afektif)
5. Penyalahgunaan alkohol atau NAPZA lainnya
6. Menderita penyakit kronis atau sakit terminal (misalnya kanker,
HIV/AIDS, dan penyakit kronis lainnya)

C. Beberapa cara untuk mencegah perilaku bunuh diri.

a. Ceritakan masalah anda kepada sahabat, anggota keluarga atau orang
yang anda anggap dapat menolong anda seperti psikiater atau psikolog
klinis
b. Jauhkan diri anda dari hal atau benda yang dapat digunakan untuk bunuh
diri
c. Jauhkan benda atau senjata yang dapat membahayakan anda.
d. Jauhi penggunaan alkohol atau NAPZA lainnya.
e. Tetapkan tujuan hidup anda secara realistik dan kerjakan secara
bertahap.
f. Tuliskan rencana kerja anda setiap hari dan bekerjalah sesuai dengan
rencana tersebut
g. Tetapkan prioritas yang perlu didahulukan.
h. Sediakan waktu untuk beribadah dan menikmati hobi anda, misalnya
mendengarkan atau bermain musik, latihan relaksasi atau meditasi,
membaca majalah kesayangan anda, permainan, mengerjakan pekerjaan
tangan, menonton televisi, berkebun, memelihara binatang,
i. Perhatikan kesehatan anda: makan dengan gizi berimbang, istirahat dan
tidur yang cukup, serta olah raga secara teratur.
j. Bersosialisasi dan berbincang-bincang dengan orang sekitar anda.
D. Upaya Pencegahan Perilaku Bunuh Diri
1. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh individu
Bila menemukan orang dengan ciri risiko tinggi bunuh diri:
a. Coba menjalin kontak dan mengenali pelaku tindakan bunuh diri
beserta latar belakangnya.
b. Dengarkan dengan penuh perhatian dan biarkan pelaku tindakan
bunuh diri berbicara mengenai perasaannya.
c. Coba mengenali masalah dan memahami perasaannya.
d. Hargai pemikirannya dan jangan menyalahkan keputusan mereka
untuk bunuh diri.
e. Telusuri situasi yang dialami sekarang dan pengalaman serta
keyakinannya pada masa lalu.
f. Telusuri pilihan alternatif yang positif yang mungkin dan dapat
dilakukan sesuai dengan diri, nilai dan hal yang disenangi oleh orang
tersebut.
g. Identifikasi cara terbaik yang dapat dilakukan untuk menolong
mereka dalam situasi krisis.
h. Beri mereka harapan dan optimisme.
i. Bantu mereka mengurangi beban pikirannya.
j. Libatkan mereka dalam kegiatan sosial dan rekreasi seperti
bertemu orang, berbicara kepada teman, mendengarkan radio,
menonton televisi, menghadiri pertemuan sosial dan lain-lain.
k. Rujuk mereka kepada konselor atau tenaga kesehatan jiwa
(psikiater, psikolog)Ikuti saran dari dokter atau konselor,
khususnya kepatuhan terhadap terapi.
l. Dampingi dan bantu mereka dengan segala cara yang mungkin
dilakukan.
m. Teruskan berinteraksi, mendengarkan dan menawarkan dukungan.
2. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh keluarga
a. Mengidentifikasi tanda-tanda dari stres dan kecenderungan bunuh
diri.
b. Keluarga harus mengenali kecenderungan tersebut.
c. Membina hubungan yang erat dengan pelaku, penuh perhatian,
mendengarkan, menghargai perasaan serta memahami emosinya.
d. Tunjukkan bahwa keluarga ingin menolongnya.
e. Lebih baik membangun potensi kekuatan pelaku dari pada terpaku
pada kelemahannya.
f. Jangan tinggalkan seorang diri anggota keluarga yang mempunyai
keinginan bunuh diri.
g. Menjauhkan pelaku dari benda yang membahayakan dirinya seperti:
obat-obatan, racun, benda tajam, tali dan lain-lain.
h. Secara bertahap bangkitkan kembali keinginan untuk hidup (untuk
beberapa situasi dapat terjadi dengan cepat).
i. Ajari dan praktekkan metode penyelesaian masalah dan timbulkan
rasa optimis.
j. Mencoba untuk meminimalkan konflik di rumah dan mengembangkan
latihan pemecahan masalah bersama dengan anggota keluarga yang
lain.
k. Mendorong anggota keluarga tersebut untuk mencari pertolongan
profesional, rumah sakit atau LSM yang tepat.
l. Membantu anggota keluarga tersebut untuk mengatasi krisis dengan
berbagai cara yang realistik dan cocok dengan yang bersangkutan.
m. Tetap mengobservasi dan mewaspadai tindakan, reaksi dan
perilakunya
n. Perhatian khusus diberikan pada usia lanjut, penyakit terminal,
gangguan jiwa (depresi, alkoholisme, tindak kekerasan dan lain-lain)
dan penderita cacat.
o. Identifikasi lembaga atau tokoh dalam masyarakat untuk membantu
kasus spesifik (misalnya sekolah, lembaga tenaga kerja, lembaga
sosial, institusi kesehatan, tokoh agama dan sesepuh atau tokoh
masyarakat).
3. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh masyarakat dan
jaringan yang lebih luas
a. Berikan dukungan dari kelompok lokal
b. mengidentifikasi sumberdaya yang ada.
c. Mengangkat isu lokal, masalah dan penyebab bunuh diri
kepada pengambil keputusan (misalnya memperbaiki kualitas
hidup masyarakat ekonomi lemah, mengurangi tindak
kekerasan dan kriminalitas, menghilangkan stigma,
d. menghilangkan sikap diskriminasi, mempengaruhi media massa
lokal dan memperbaiki informasi data tentang bunuh diri).

E. Fakta dan Mitos tentang Perilaku Bunuh Diri
Mitos Fakta
1. Orang yang bicara mengenai
bunuh diri, tidak akan
melakukannya
2. Orang dengan kecenderungan
bunuh diri berkeinginan mutlak
untuk mati
3. Perbaikan setelah suatu krisis
berarti risiko bunuh diri telah
berakhir

4. Tidak semua bunuh diri dapat
dicegah
5. Sekali seseorang cenderung
bunuh diri, ia selalu cenderung
bunuh diri
6. Hanya orang miskin yang bunuh
diri

7. Bunuh diri selalu terjadi pada
pasien gangguan jiwa


8. Menanyakan tentang pikiran
bunuh diri dapat memicu orang
untuk bunuh diri

1. Kebanyakan orang yang bunuh diri telah
memberikan peringatan yang pasti untuk
melakukannya
2. Mayoritas dari mereka ambivalen
(bimbang antara bunuh diri tapi takut
mati)
3. Banyak bunuh diri terjadi dalam periode
perbaikan saat pasien telah mempunyai
energi dan kembali ke pikiran putus asa
untuk melakukan tindakan destruktif.
4. Sebagian besar bunuh diri dapat
dicegah.
5. Pikiran bunuh diri tidak permanen dan
untuk beberapa orang tidak akan
melakukannya kembali
6. Bunuh diri dapat terjadi pada semua
orang tergantung pada keadaan sosial,
lingkungan, ekonomi dan psikologis
7. Pasien gangguan jiwa mempunyai risiko
lebih tinggi untuk bunuh diri, tapi bunuh
diri dapat juga terjadi pada orang yang
sehat fisik dan jiwanya
8. Bertanya tentang bunuh diri tak akan
memicu bunuh diri
Sumber:
Santock, J. W. (2003). Adolescence; Perkembangan Remaja (Trans. Adelar, S). Jakarta: Erlangga
Eka, V. (2010). Bunuh Diri dan Upaya Pencegahan. http://novariyantiyusuf.net/konsultasi-online/item/116-
bunuh-diri-dan-upaya-pencegahan.html

Anda mungkin juga menyukai