Anda di halaman 1dari 30

4

BAB II
DASAR TEORI

2.1 Air
Air merupakan salah satu sumber energi yang ada di bumi dengan jumlah yang
cukup banyak. Peran air sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia dengan
memperhatikan kuantitas, kualitas dan kontinuitas. Untuk itu diperlukan sistem
distribusi dan pengolahan air yang baik sehingga masyarakat mampu mendapatkan
air bersih dengan kuantitas yang cukup untuk menunjang aktivitas seharihari.
Menurut Permenkes RI No 416/Menkes/PER/IX/1990 pengertian air bersih
adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari hari dan dapat diminum setelah
dimasak. Sedangkan pengertian air minum menurut Permenkes RI No
907/MENKES/SK/VII/2002 adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa
proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan (bakteriologis, kimiawi,
radioaktif, dan fisik) dan dapat langsung diminum. Air baku adalah air yang
digunakan sebagai sumber atau bahan baku dalam penyediaan air bersih yaitu air
hujan, air permukaan (air sungai, air danau/rawa), air tanah (air tanah dangkal, air
tanah dalam, mata air) (Hartomo, et.al, 1994).
Standar kualitas air yang ada di Indonesia saat ini menggunakan Permenkes RI
No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat Syarat dan Pengawasan Kualitas Air
dan PP RI No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air, sedangkan standar kualitas air minum menggunakan Kepmenkes RI
No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air
Minum.


2.2 Jenis - Jenis Sumber Air
Sumber air adalah hal yang sangat penting dalam penyediaan air bersih.
Adapun faktorfaktor yang harus diperhatikan, meliputi kuantitas air yang harus
mencukupi, dan kualitas air yang nantinya akan dikonsumsi oleh penduduk. Selain
5

hal tersebut letak sumber air juga akan mempengaruhi dalam perencanaan jaringan
transmisi, distribusi dan sebagainya.
Sumber sumber air yang ada meliputi :
1. Air hujan
Air hujan mampu dijadikan air baku dalam keperluan rumah tangga
maupun, irigasi pertanian, air hujan berasal dari uap air yang mengalami
kondensasi, dan jatuh ke permukaan bumi berbentuk air. Biasanya air hujan
yang jatuh di atap rumah dialirkan dan ditampung kedalam bak penampungan,
yang nantinya bisa dikonsumsi.
2. Air Permukaan (Surface Water )
Air permukaan dapat diperoleh melalui air yang mengalir seperti sungai,
waduk, danau dll. Air permukaan yang mengalir seperti air sungai memiliki
kualitas fisik yang kurang bagus karena tercampur dengan lumpur, jadi
sebelum didistribusikan air permukaan harus diproses terlebih dahulu untuk
memperbaiki kualitas kimiawi air.
3. Air Tanah ( Ground Water )
Sumber air tanah adalah sumber air yang terjadi akibat peresapan air
kedalam tanah dan bergabung didalam poripori tanah. Air tanah memiliki
kualitas yang cukup baik karena zatzat pencemar air tertahan dilapisan tanah.
Air tanah dapat dibagi dalam beberapa jenis antara lain :
Air Tanah Dangkal
Terjadi karena adanya daya proses peresapan air dari permukaan
tanah. Lumpur akan tertahan, begitupula dengan sebagian bakteri,
sehingga air tanah akan jernih tetapi lebih banyak mengandung zat
kimia ( garam garam yang terlarut ).
Air Tanah Dalam
Berada setelah rapat air yang pertama, cara pengambilan air tanah
dalam ini dengan mengebor tanah (100 m 300 m) dan dengan
bantuan pipa dan pompa maka air tanah dalam dapat dipakai untuk
pendistribusian.


6

Mata Air
Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke
permukaan tanah. Mata air yang berasal dari air tanah dalam hampir
tidak terpengaruh oleh musim.

2.3 Kebutuhan Air Bersih
Kebutuhan air penduduk disetiap daerah berbeda-beda dilihat dari aktivitas
penduduk sehari-hari, fasilitas yang ada, jenis gedung, dll.

Tabel 2.1 Kebutuhan Air Per Orang Per Hari

Jenis Fasilitas Populasi yang
diperhitungkan
Jumlah Kebutuhan
Air RataRata
Jumlah Kebutuhan Air
Maksimum
Perumahan Jumlah penghuni 100 150
Sekolah Jumlah orang di
dalam gedung
35 50
Hotel Jumlah orang di
dalam gedung
70 100
Perkantoran Jumlah pegawai 50 70
Rumah sait Jumlah tempat tidur 250 400

Jenis Gedung Pemakaian Air Rata-
Rata Per Hari
Waktu Pemakaian
Air Rata-Rata
(liter)
Jummlah Kebutuhan Air
Maksimum
(liter)
Kantor
Rumah sakit
100-120
250-1000
8
10
Per karyawan
Per tempat tidur (pasien
luar : 8 ltr, karyawan :
120 ltr, perawat : 160 ltr)
Gedung bioskop
dan sandiwara
Toko, department
store
10

3
3

8
Per pengunjung

Per pengunjung
(karyawan : 100 ltr,
karyawan penghuni :
160 ltr)
Rumah makan
Kafetaria
Perumahan
Hotel, losmen
Sekolah dasar,
sekolah lajutan
Laboratorium
Pabrik
15
30
160-250
150-300
40-50

100-200
60-140
7
5
8-10
10
5-6

8
8
Perpengunjung
Perpengunjung
Perpenghuni
Per tamu
Per murid

Per karyawan
Per orang per shift (pria
: 80, wanita : 100)
Stasiun kereta api 3 15 Per penumpang
Sumber : Sularso dan Tahara, 2000, hal 21

7

Tabel 2.2. Kebutuhan Air Berdasarkan Kategori Kota
Sumber : DPU Dirjen Cipta Karya, 2001

2.3.1 Angka Pertumbuhan Penduduk
Angka pertumbuhan penduduk dihitung dalam prosen dengan rumus :

Angka pertumbuhan (%) =

. ( 2.1 )


2.3.2 Proyeksi Jumlah Penduduk
Angka pertumbuhan dalam suatu prosen tersebut digunakan untuk
memproyeksikan jumlah penduduk untuk beberapa tahun mendatang. Pada
kenyataannya tidak selalu tepat tetapi perkiraan ini dapat dijadikan sebagai
perhitungan volume kebutuhan air di masa mendatang.
Ada beberapa metode yang digunakan untuk memproyeksikan jumlah
penduduk :
1. Metode Geometrical Increase :

Pn = P0 ( 1 + r )
n
.. ( 2.2)
Di mana :
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke n
P0 = jumlah pada awal tahun
r = persentase pertumbuhan geometrical penduduk
tiap tahun.
n = periode waktu yang ditinjau
Kategori Ukuran Kota Kebutuhan Air (l/orang/hari)
I Kota Metropolitan 190
II Kota Besar 130
III Kota Sedang 120
IV Kota Kecil 90
V Kota Kecamatan 75
VI Pedesaan 60
8

2. Metode Arithmatical Increase :

Pn = P0 + nr .. ( 2.3 )

r =

... ( 2.4 )
Di mana :
Pn = jumlah penduduk di tahun ke n
P0
= jumlah penduduk pada awal tahun proyeksi
Pt = jumlah penduduk akhir tahun proyeksi
r = angka pertumbuhan penduduk
n = periode waktu yang ditinjau
t = banyaknya yahun sebelum analisi

2.3.3 Fluktuasi Penggunaan Air
Fluktuasi penggunaan air bersih adalah penggunaan air oleh konsumen dari
waktu ke waktu dalam sekala jam, hari, minggu, bulan maupun dari tahun ke tahun
yang hampir secara terus menerus. Adakalanya kebutuhan air lebih kecil, adakalanya
sama dengan kebutuhan air rata-ratanya atau bahkan lebih besar dari rata-ratanya.
Sesuai dengan keperluan perencanaan sistem air bersih, maka terdapat dua
pengertian yang ada kaitannya dengan fluktuasi pelayanan air, yaitu :
1. Faktor hari maksimum/Maximum Day Factor
Faktor perbandingan antara penggunaan air maksimum dengan
penggunaan air rata-rata harian selama setahun, sehingga akan diperoleh :

Q
hari maks
= f
hm
x Q
hari rata-rata
..(2.5)

2. Faktor Jam Puncak/Peak Hour Factor
Faktor perbandingan antara penggunaan air jam terbesar dengan
penggunaan air rata-rata harian selama setahun, sehingga akan diperoleh :

Q
jam puncak
= f
jp
x Q
hari maks
.(2.6)
9

Di mana :
Q
hari maks
= kebutuhan air maksimum pada suatu hari (liter/dt)
Q
jam puncak
= kebutuhan air maksimum pada saat tertentu dalam sehari
(liter/dt)
f
hm
= nilai faktor harian maksimum adalah 1 sampai dengan 1.5
f
jp
= nilai faktor jam puncak adalah 1.5 sampai dengan 2.5

2.4 Konsep Dasar Aliran fluida
2.4.1 Persamaan Kontinyuitas
Persamaan kontinyuitas dihasilkan dari prinsip kekekalan massa. Untuk aliran
steady melalui pipa persamaan kontinyuitas dapat dilihat dari persamaan sebagai
berikut :

.. (2.7)


Persamaan dapat ditulis dalam bentuk debit menjadi :



Dan untuk aliran tak termampatkan (incompressible) :





Dimana :
Q = debit air (m
3
/dt)
A = luas penampang pipa (m
2
)
v = kecepatan aliran air (m/dt)

2.4.2 Persamaan Bernoulli
Persamaan Bernoulli dapat dinyatakan sebagai berikut :



. (2.8)
. (2.9)
. (2.10)
10

Dalam praktek, sebagian energi biasanya berubah kedalam energi panas, baik
karena gesekan maupun pembentukan ulakan dalam aliran terbuka. Energi dari fluida
yang hilang dinyatakan dengan H
L
, dan persamaan Bernoulli dapat dinyatakan
sebagai berikut :




Dimana :
p = tekanan statis (N/m
2
)
v = kecepatan aliran air (m/dt)
Z = ketinggian (m)

2.5 Penentuan Debit yang Tersedia
Debit aliran merupakan laju aliran air ( dalam bentuk volume air ) yang
melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu ( Asdak, 2002 ).
Menurut (Larry, 2004) dijelaskan bahwa :

Q = v A ..( 2.12)
Di mana :
Q = laju aliran air (m
3
/dt)
v = kecepatan aliran air (m/dt)
A = luas penampang aliran (m
2
)
Adapun hubungan laju aliran air dengan menentukan volume dalam liter per
satuan waktu, dengan persamaan :
Q =

(.3)
Di mana :
Q = laju aliran air (ltr/dt)
. (2.11)
11

= volume air ()
= perubahan waktu (d )

2.6 Pompa
Pompa adalah peralatan mekanis untuk mengubah energi mekanik dari mesin
penggerak pompa menjadi energi tekan fluida yang dapat membantu memindahkan
fluida ke tempat yang lebih tinggi. Pompa dapat diklasifikasikan dalam dua macam,
yaitu Pompa Perpindahan Positif (Positive Displacement Pump) dan Pompa Dinamik
(Dynamic Pump). Pada Pompa Perpindahan Positif dapat dibagi menjadi tiga jenis
yaitu Pompa Torak (Reciprocating Pump), Pompa Putar (Rotary Pump), Pompa
Diafragma (Diaphragm Pump) sedangkan pada Pompa Dinamik dapat dibagi
menjadi dua jenis yaitu Pompa Sentrifugal (Centrifugal Pump) dan Pompa Jenis
Khusus (Special pump), salah satu Pompa Jenis Khusus ini adalah Pompa Hydraulic
Ram (Hidram).

2.6.1 Pompa Perpindahan Positif (Positif Displacement Pump)
Pompa perpindahan positif adalah pompa yang dimana energy secara periodic
ditambahkan dengan gaya ke satu arah atau lebih piston atau sudu yang dapat
berpindah pada suatu bidang batas tertutup, yang meningkatkan tekanan sehingga
fluida dipindahkan melalui katup/valve ke saluran discharge/buang.
1. Reciproating Pump
a. Piston/Plunger Pump
b. Diaphragma Pump
2. Rotary Pump
a. Gear Pump
b. Screw Pump
c. Lobe Pump
d. Vane Pump
e. Rotary Piston Pump
f. Flexible Member Pump
g. Roller Pump
12

2.6.2 Pompa Dinamik
Pompa dinamik adalah pompa yang dimana energi secara kontinyu diberikan
untuk meningkatkan kecepatan fluida di dalam rumah pompa yang kemudian sudu-
sudu hantar atau ruang volute kecepatan tersebut berkurang untuk meningkatkan
tekanan ke saluran buang.
1. Centrifugal Pump
a. Radial Pump
b. Axial Pump
c. Mixed Flow Pump
2. Special Effect Pump
a. Jet Pump
b. Hydraulic Ram Pump

2.7 Karakteristik Pompa
Dalam pemilihan pompa parameter kapasitas discharge atau laju aliran (Q) dan
head total pompa (H) harus diketahui disamping karakteristik lainnya seeperti
efisiensi, daya, putaran, dll.

2.7.1 Kapasitas (Q)
Kapasitas pompa adalah jumlah fluida yang dialirkan oleh pompa per satuan
waktu. Kapasitas pompa ditentukan dari jumlah kebutuhan air untuk masyarakat.
Berdasarkan persamaan kontinyuitas, maka kapasitas pompa engine adalah :
Q =

..(.4)
Di mana :
Q = kapasitas pompa (m
3
/jam)



= Kebutuhan air masyarakat (m
3
/hari)
top = waktu operasi pompa (jam/hari)

13

2.7.2 Head
Head merupakan tekanan yang dihasilkan oleh pompa. Head pada umumnya
dinyatakan pada tinggi kolom air dan umumnya dalam satuan meter.








Gambar 2.1 Head Pompa
Persamaan energi per satuan berat fluida untuk sistem pompa Gambar 2.1 adalah :
zs +

+ Hp = zd +

+ HL ..(.5)
Di mana :
zs = head statis elevasi isap/suction pompa (m)
zd
= head statis elevasi buang/ discharge pompa (m)
Ps = head statis tekanan isap/ suction pompa (N/m
2
)
Pd
= head statis tekanan buang/ discharge pompa (N/m
2
)
vs = kecepatan dinamis fluida pada ujung isap/ suction
pompa (m/det)
vd
= kecepatan dinamis fluida pada ujung buang/
discharge pompa (m/det)
Hp = head pompa (m)
HL = head losses total instalasi perpipaan pompa (m)

H
gp

v
d
P
d

H
gd

H
gs

Z
d

Z
s

H
LS

H
Ld

V
S

P
s

Vi
Pi
V
0
P
0

14

Dari persamaan diatas maka head total pompa adalah :
Hp = (zd - zs) + (

) +(

) + HL ..........(2.16)
Unjuk kerja pompa pada umumnya digambarkan pada kurva Q-H, seperti pada
Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Kurva Unjuk Kerja Pompa


2.7.3 Daya
2.7.3.1 Water Horse Power
Daya output pompa (Water Horse Power =WHP) adalah daya efektif yang
merupakan fungsi dari kapasitas dan head pompa, yang dihitung dengan persamaan :
P
p
= . .

.(2.17a)
P
e
= .

.(2.17b)
WHP =

.(2.17c)
Di mana :
P
p
= daya air pompa (watt)
WHP = daya air pompa/Water Horse Power (HP)
P
e
= daya output/efektif pompa (watt)
= berat jenis air (N/m
3
)
15

Q = kapasitas pompa (m
3
/det)
H
p
= head total pompa (m)

= efisiensi total pompa



2.7.3.2 Shaft Power




Gambar 2.3 Daya Pompa

Daya poros adalah daya yang masuk pada poros pompa yang diberikan oleh
mesin penggerak mula (prime - mover), seperti terlihat pada gambar 2.2 .
SHP = P
sh
= H
p
Q /

..(2.18)
P
mot
= P
em
/

...(2.19)
P
lis
= P
m
/

(2.20)
Di mana :
P
mot
= daya motor/ prime mover (watt)
P
lis
= daya listrik untuk motor (watt)

= efisiensi total pompa

= efisiensi transmisi

= efisiensi motor


SHP
E
L
= (P
m
)
P
Motor
16

2.7.4 Efisiensi
2.7.4.1 Efisiensi Hidrolis
Efisiensi hidrolis adalah efisiensi yang disebabkan oleh adanya kerugian head
akibat gesekan antara partikel fluida dengan dinding rumah pompa.

(2.21)
2.7.4.2 Efisiensi volumetris
Efisiensi volumetris adalah efisiensi yang disebabkan oleh adanya kebocoran
sejumlah (Q
L
) fluida dari dalam rumah pompa keluar, misalnya lewat seal-seal
pompa.

..(2.22)
2.7.4.3 Efisiensi Mekanis
Efisiensi mekanis adalah efisien akibat kerugian gesekan antara bantalan dan
poros pompa.

.(2.23)

2.8 Pompa Hidram
Pompa Hidram adalah pompa yang bekerja secara otomatis tanpa
menggunakan energi listrik yaitu dengan memanfaatkan energi dari aliran air untuk
mengangkat air dari sumber ke tempat penampungan air (Jenings, 1996). Energi
aliran air yang dimaksud adalah energi potensial dari ketinggian tertentu yang
dikonversikan menjadi energi kinetik yang berupa kecepatan air kemudian dikuatkan
dengan terjadinya efek palu air atau water hammer.
Keuntungan pompa hidram adalah tidak memerlukan aliran listrik, bahan
bakar, serta motor penggerak untuk pengoprasiannya. Disamping itu perawatannya
tidak memerlukan keterampilan khusus dan mudah dalam pembuatannya.
17

2.8.1 Komponen Utama Pompa Hidram



Gambar 2.4 Komponen Utama Pompa Hidram
(sumber : Tessema, 2000, hal 3)


Komponen utama pompa hidram adalah sebagai berikut :
1. Badan pompa (hydram body)
2. Katup limbah (impulse valve)
3. Katup udara (snifer valve)
4. Katup tekan (delivery valve)
5. Tabung udara (air chamber)
6. Pentil udara (relief valve)











18

2.8.2 Prinsip Kerja Pompa Hidram

Gambar 2.5 Skema Instalasi Pompa Hidram Secara Umum

Air mengalir ari sumber (a) melalui pipa penggerak (c) ke badan pompa (g)
dan keluar melalui katup limbah (f) yang terbuka. Aliran air terus menerus akan
bertambah hingga maksimum dan tekanan dalam pipa penggerak juga bertambah
sehingga mampu mengangkat katup limbah (f) dan katup limbah akan tertutup.
Katup limbah yang menutup secara tiba-tiba tersebut akan menyebabkan aliran air
pada pipa penggerak akan terhenti, hal ini akan menimbulkan efek palu air sehingga
air masuk ke tabung udara (j) melalui katup tekan (i). Air yang masuk ke tabung
udara akan menekan udara yang ada didalam tabung sehingga tekanan udara dalam
tabung akan naik. Tekanan dalam tabung udara ini akan menutup katup tekan dan
menekan air ke bak penampungan (n) melalui pipa penghantar (m). Palu air dari
badan pompa sebagian dikurangi dengan mengalirkan air ke tabung air dan sebagian
lagi kembali ke pipa penggerak sehingga menyebabkan katup limbah terbuka (karena
beratnya sendiri). Katup limbah yang terbuka menyebabkan air dari sumber air
mengalir kembali melalui pipa penggerak keluar melalui katup limbah yang terbuka
dan siklus terulang kembali.




f
k
19

2.8.3 Kapasitas Pompa Hidram
Waktu yang diperlukan selama akselerasi dari aliran tidak konstan (Young,
1997), yaitu :



Dimana :
T
a
= Waktu akselerasi (dt)
v
c
= Kecepatan air di pipa penggerak untuk
menutup katup limbah (m/dt)
L = Panjang pipa penggerak (m)
H
s
= Ketinggian sumber air (m)
K
1
= Fungsi dari rasio kecepatan
Volume air keluar dari katup limbah, yaitu :



Dimana :
V
a
= Volume air keluar katup limbah (m
3
)
A
s
= Luas penampang pipa penggerak (m
3
)
K
2
= Fungsi dari rasio kecepatan
Rasio kecepatan,

yaitu :

*
()
()
+


Dan,


Waktu pemompaan (Young, 1997), yaitu :


Dimana :
T
p
= Waktu pemompaan (dt)
. (2.24)
. (2.25)
. (2.26)
. (2.27)
. (2.28)
20

N = Jumlah denyutan tiap detik
c = Kecepatan gelombang tekanan (m/s)
Volume pemompaan tiap siklus, yaitu :



Dimana :
V
q
= Volume pemompaan tiap siklus (m
3
)
V
d
= Volume pipa penggerak (m
3
)
H
d
= Tinggi pemompaan (m)
Total waktu siklus dengan asumsi waktu recoil nol, yaitu :



Dimana :
T
o
= Total waktu satu siklus (dt)
Kapasitas air keluar katup limbah (Young, 1997), yaitu :


Dimana :
Q
w
= Kapasitas air yang keluar dari katup
limbah (dt)
Kapasitas air hasil pemompaan, yaitu :



Dimana :
Q
d
= Kapasitas air hasil pemompaan (m
3
/dt)
Sehingga kapasitas air yang keluar dari sumber air yaitu :



Dimana :
Q
tot
= Kapasitas total air dari sumber (m
3
/dt)
. (2.29)
. (2.30)
. (2.31)
. (2.32)
. (2.33)
21

2.8.4 Efisiensi Pompa Hidram
Daya yang dibutuhkan untuk menaikan air adalah berbanding lurus dengan laju
alir volumetris (kapasitas) air yang dipompa dikalikan dengan ketinggian
pemompanya. Demikian juga daya yang tersedia pada aliran air yang disuplai untuk
mengoprasikan pompa hidram berbanding lurus dengan besarnya laju volumetris air
yang disuplai dikalikan dengan suplainya. Pompa hidram bekerja dengan
memanfaatkan daya yang tersedia tersebut untuk membawa aliran ke tempat yang
lebih tinggi. Sehingga efisiensi total pompa hidram dinyatakan sebagai persamaan D-
Aubuission, adalah sebagai berikut :



Dimana :
Q
d
= Kapasitas air hasil pemompaan (m
3
/dt)
Q
w
= Kapasitas air yang keluar dari katup
limbah (m
3
/dt)
H
d
= Tinggi pemompaan (m)
H
s
= Ketinggian sumber air (m)

Setelah pompa hidram dapat bekerja menyuplai air pada ketinggian tertentu,
unjuk kerja yang penting dicapai adalah efisiensi volumetris. Efisiensi volumetris
merupakan indikataor nyata menunjukan seberapa besar pemanfaatan daya yang
tersedia untuk memperoleh air dalam volume yang sebesar-besarnya.

)


2.9 Sistem Perpipaan
Sistem perpipaan sangat penting bagi sistem air bersih dimana sistem
perpipaan merupakan media untuk mengalirkan air. Pada sistem air bersih sistem
perpipaan meliputi pipa transmisi, pipa distribusi, perlengkapan pipa (valves, fittings,
flanges, dll).


. (2.34)
. (2.35)
22

2.9.1 Sistem Transmisi Air Bersih
Sistem transmisi air adalah sistem yang berfungsi mengalirkan air dari sumber
air menuju titik awal distribusi/reservoir. Perencanaan pipa transmisi diusahakan
lurus/tanpa belokan tajam, karena akan menambah head loss.

2.9.2 Sistem Distribusi Air bersih
Sistem distribusi air adalah sistem yang langsung berhubungan dengan
konsumen, yang mempunyai fungsi pokok mendistribusikan air yang telah
memenuhi syarat ke seluruh daerah pelayanan. Sistem ini meliputi unsur perpipaan
dan perlengkapan, tekanan yang tersedia, sistem pemompaan (bila diperlukan), dan
reservoir distribusi ( Damanhuri, 1989).

2.9.3 Jenis-Jenis Pipa
Secara umum jenis-jenis pipa yang digunakan pada sistem transmisi dan
distribusi adalah :
1. Cast iron
2. Baja (steel)
3. Beton (concrete),
4. Asbestos cement
5. Plastic
a. low density polythene pipe (LDP)
b. high density polythene pipe (HDP)
6. Polyvinyl Chloride Pipe (PVC /Unplasticed)

2.9.4 Head Losses
Head kerugian yang terjadi pada instalasi pompa terdiri atas head kerugian
gesek di dalam pipa dan head kerugian di dalam acsesories perpipaan seperti
belokan-belokan, reducer/diffuser, katup-katup dan sebagainya.
1. Kerugian karena gesekan dalam pipa (mayor losses)
Kerugian ini dihitung pada jalur perpipaan lurus dengan panjang tertentu.
Semakin panjang jalur perpipaannya, maka makin besar pula kerugian yang
23

terjadi. Misalnya pada jalur perpipaan dari rumah pompa hingga tangki
penampungan yang berjarak puluhan kilometer (Menon, 2005). Rumus umum
untuk menentukan kerugian energi pada pipa lurus adalah denngan
menggunakan persamaan Darcy-Weisbach sebagai berikut :



Dimana :
h
f
= Kerugian gesek dalam pipa (m)
f = Koefisien kerugian gesek
L = Panjang pipa (m)
g = Percepatan grafitasi (m/dt
2
)
v = Kecepatan rata-rata aliran dalam pipa (m/dt
2
)

Untuk aliran laminar dan turbulen, dapat digunakan bilangan Reynold (R
e
)
sebagai acuan untuk menentukan sifat alirannya.


Dimana :
R
e
= Bilangan Reynold
v = Kecepatan rata-rata aliran dalam pipa (m/dt)
D = Diameter dalam pipa (m)
= Viskositas kinematik zat cair (m
2
/dt)
pada R
e
< 2300, aliran bersifat laminar
pada R
e
> 4000, aliran bersifat turbulen
Dalam aliran laminar, koefisien gesek untuk pipa (f ) dari persamaan dapat
dinyatakan dengan :



Dalam aliran turbulen, koefisien gesek untuk pipa dapat digunakan diagram
moody.


. (2.37)
. (2.38)
. (2.36)
24

2. Kerugian dalam jalur pipa (minor losses)
Minor losses adalah kerugian energi yang terjadi pada komponen-
komponen pipa yang mana besar kerugiannya umumnya relatif kecil bila
dibandingkan dengan kerugian energi pada pipa lurus. Namun pada suatu
sistem perpipaan yang kompleks seperti pada kilang minyak, minor losses yang
terjadi besarnya mungkin sama besar dengan kerugian energi pada pipa lurus
sehingga harus diperhitungkan dalam perencanaan sistem perpipaan.
Umumnya minor losses dihitung berdasarkan panjang equivalen dari
komponen-komponen perpipaan ataupun menggunakan koefisien hambatan
atau faktor K yang dikallikan dengan energi kecepatan V
2
/2g.


Dimana :
k = Koefisien kerugian gesek
g = Percepatan gravitasi (m/dt
2
)
v = Kecepatan rata-rata aliran dalam pipa (m/dt)

Adapun komponen-kmponen perpipaan yang termasuk dalam kategori minor
losses adalah sebagai berikut :

2.9.5 Katup dan Sambungan (Valves and Fittings)
Sistem perpipaan air mencakup beberapa perlengkapan sebagai bagian dari
sitem perpipaan. Katup, sambungan, dan perlengkapan-perlengkapan lain dgunakan
di dalam sistem perpipaan untuk mencapai beberapa criteria dari operasi perpipaan.
Katup bisa digunakan untuk menghubungkan antara jalur perpipaan dan fasilitas
penampungan begitu pula antara sistem pemompaan dengan tangki penampungan.
Menurut (Soegiharto) pengertian katup sendiri adalah komponen yang dapat
digunakan untuk membuka, menutup, mengurangi, mengontrol, menstabilkan fluida
terhadap suhu, tekanan dan melindungi peralatan proses dari kerusakan. Ada banyak
jenis katup, dimana setiap katup mempunyai fungsi khusus masing-masing, yang
dapat dilihat pada tabel berikut.

(2.39)
25

Tabel 2.3 Jenis Katup Beserta Fungsinya
No. Jenis Katup Fungsi Katup
1. Katup Gerbang (Gate Valve) Membuka atau menutup aliran, dapat terbuka
sebagian atau seluuruhnya. Namun sebaiknya
tidak untuk mengatur aliran.
2. Katup Globe (Globe Valve) Membuka atau menutup aliran sepenuhnya.
3. Katup Sudut (Angle Valve) Mengatur aliran
4. Katup Bola (Ball Valve) Membuka atau menutup aliran sepenuhnya.
5. Katup Sumbat (Plug Valve) Membuka atau menutup aliran sepenuhnya.
6. Katup Jarum (Needle Valve) Mengatur aliran.
7. Katup Diafragma (Diaphargm
Valve)
Mengatur, membuka maupun menutup aliran.
Menghasilkan aliran tanpa riak.
8. Katup Cek (Check Valve) Mencegah aliran balik.
9. Katup Pengatur (Control Valve),
terdapat dua jenis yaitu Swing
Check Valve dan Horizontal Lift
Check Valve
Mengatur tekanan, dimana tekanan dikurangi
dan untuk menjaga terus tekanan tertentu pada
bagian yang lebih kecil.
10. Katup kupu-kupu (Buterfly Valve) Mengatur aliran.
11. Katup Pelepas Udara (Air Relief
Valve)
Untuk melepaskan udara yang terperangkap di
dalam aliran dan mencegah terbentuknya
kantung udara.
12. Katup Pelepas Tekanan (Pressure
Relief Valve)
Untuk melindungi fasilitas dan sistem
perpipaan dari kelebihan tekanan akibat
gangguan yang terjadi pada sistem.
Sumber : (Raswari, 1986 dan T. Christopher Deckinson, 1999)

Sedangkan untuk sambungan umumnya adalah menggunakan siku (elbow) dan
T (tee). Tee di bagi menjadi dua yaitu tee plane dan tee-Y, seperti pada gambar 2.3.
Untuk tabel panjang ekuivalen katup dan sambungan, akan dilampirkan disini.





26

Tabel 2.4 Panjang Equivalen Dari Katup Dan Sambungan
Deskripsi L/D
Katup Gerbang 8
Katup Globe 340
Katup Sudut 55
Katup Bola 3
Katup sumbat 18
Katup Cek Berayun 90
Katup Cek Angkat 100
Siku Standar
30
45 16
dengan radius panjang 16
T standar
Melalui jalur utama 20
Melalui cabang 60
Sumber : (Menon, E.S, 2005)





Tee T Tee Y
Gambar 2.6 Jenis Jenis Tee
Sumber : (www.azpartsmaster.com dan www.alibaba.com)

2.9.6 Pembesaran dan Pengecilan Pipa
Pembesaran dan pengcilan pipa ikut menyumbang losses dalam bentuk minor
losses. Dimana pembesaran ataupun pengecilan pipa dapat dibedakan menjadi dua
yaitu pembesaran dan pengecilan secara tiba-tiba ataupun pembesaran dan pengcilan
secara gradual (membentuk sudut).
27






Sudden pipe enlargement




Sudden pipe reduction

Gambar 2.7 Pembesaran Dan Pengecilan Pipa Secara Tiba-Tiba
Sumber : (Menon, E.S, 2005)

Tabel 2.5 Koefisien Pembesaran Pipa Secara Tiba-Tiba
A
1
/A
2
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80 0.90 1.00
Cc 0.585 0.624 0.632 0.643 0.695 0.681 0.712 0.755 0.813 0.892 1.000
Sumber : (Menon, E.S, 2005)

Tabel 2.6 Koefisien Pengecilan Pipa Secara Tiba-Tiba
A
1
/A
2
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80 0.90 1.00
Cc 0.50 0.48 0.45 0.41 0.36 0.29 0.21 0.13 0.07 0.01 0
Sumber : (Sularso dan Haruo Tahara, 1983)

Pada pembesaran dan pengecilan pipa secara tiba-tiba dapat dilihat pada gambar 2.7.
Sehingga head loss dapat dicari dengan :
(

.(2.40)

D
2

D
1

D
2

D
1

28

Pada pembesaran dan pengecilan pipa secara gradual dapat dilihat pada gambar 2.8.
Sehingga head loss dapat dicari dengan :

...(2.41)


Gambar 2.8 Pembesaran Atau Pengecilan Pipa Secara Gradual
Sumber : (Menon, E.S, 2005)

Gambar 2.9 Diagram Koefisien Pembesaran Pipa Secara Gradual
Sumber : (Menon, E.S, 2005)

2.9.7 Reservoir
Reservoir adalah bangunan yang berfungsi untuk mengatasi beban puncak,
menampung air yang telah diolah dan memberi tekanan. Jenis reservoir meliputi :

1. Ground Reservoir
Bangunan prnampung air bersih yang terletak di bawah permukaan tanah.
2. Elevated Reservoir
Adalah bangunan penampung air bersih yang terletak di atas tanah dengan
ketinggian tertentu sehingga tekanan air pada titik terjauh masih tercapai.
29

2.9.7.1 Volume Tanki Reservoir
Volume tanki reservoir yang akan dibuat pada sistem air bersih yaitu :

V
tanki
= 30% x Kebutuhan air penduduk .(2.42)

2.10 Software Epanet 2.0 dalam Sistem Air Bersih
Epanet adalah program komputer yang menggambarkan simulasi hidrolis dan
kecenderungan kualitas air yang yang mengalir di dalam jaringan pipa (User Manual
Epanet 2.0, 2000). Jaringan itu sendiri terdiri dari pipa, node (titik koneksi pipa),
pompa, katup, dan tanki air atau reservoir. Epanet menjajaki aliran air di setiap pipa,
kondisi tekanan air di setiap titik dan kondisi konsentrasi bahan kimia yang mengalir
didalam pipa selama dalam periode pengaliran dan juga mampu mensimulasi umur
air (water age).

2.10.1 Data input dan Output pada Epanet 2.0
1. Komponen Komponen Fisik
Node pada Epanet adalah :
a. Sambungan (junction)
Sambungan (junction) adalah titik pada jaringan dimana link-link bertemu
dan dimana air memasuki atau meninggalkan jaringan. Input dasar yang
dibutuhkan bagi sambungan (junction) adalah:
Elevasi (m)
Kebutuhan air (liter/dt)
Kualitas air
Output :
Head hidrolis (m)
Tekanan (Pressure)
Kualitas air

30

b. Reservoir
Reservoir pada Epanet adalah sumber air yang berasal dari luar,
biasanya berupa sungai, waduk, danau, air bawah tanah dan sumber air
yang berkaitan.
Input :
Elevasi (m)
Output :
Kebutuhan air (Demand) (liter/dt)
Head (m)
Tekanan (Pressure)

c. Tanki Reservoir
Tanki merupakan tempat penyimpanan air, dimana volume dalam air
dapat berubah ubah sepanjang waktu simulasi.
Input :
Elevasi dasar tangki (m)
Diameter tangki (m)
Tinggi air minimal, maksimal, dan saat awal (m)
Kualitas air
Output :
Total head (m)
Kualitas air
d. Pipa
Epanet mengasumsikan bahwa pipa selalu penuh setiap saat.
Input :
Diameter pipa (mm)
Panjang pipa (m)
Koefisien kekasaran pipa
Kondisi pipa ( open, close, atau terpasang check valve )
Output :
Laju aliran (Flow) (liter/dt)
31

Kecepatan (Velocity) (m/dt)
Kehilangan tekanan (Head loss) (m)
Friction factor
Kehilangan tekanan (head loss) akibat gesekan air dengan dinding pipa
pada Epanet 2.0 dapat dihitung menggunakan persamaan Hazen-
Williams, Darcy-Weisbach atau Chezzy-Manning.

a. Persamaan Chezzy-Manning
Persamaan Chezzy-Manning banyak digunakan pada aliran saluran
terbuka.


533
2 2
66 , 4
D
LQ n
HL

Dimana :
HL = head loss dalam (m)
Q = debit aliran dalam (liter/dt)
L = panjang pipa dalam (m)
D = diameter pipa dalam (mm)
n = koefisien kekasaran Manning

b. Persamaan Darcy-Weisbach
Persamaan Darcy-Weisbach banyak digunakan secara teoritis. Dapat
diaplikasikan untuk semua jenis cairan. Menurut (Menon, E.S, 2005), nilai
H
f
adalah:
g d
Lv
f H
f
2
2

Dimana :
Hf = head loss (m)
g = percepatan gravitasi (m/s
2
)
L = panjang pipa (m)
d = diameter pipa (mm)
v = kecepatan aliran (m/s)
f = faktor gesekan


. (2.43)
. (2.44)
32

c. Persamaan Hazen-Williams
Persamaan Hazen-Williams biasanya dipakai untuk menghitung
kerugian head pada pipa yang relativ panjang, tidak dapat digunakan untuk
caiaran selain air dan hanya untuk aliran turbulen.


871 , 4 852 , 1
852 , 1
727 , 4
D C
LQ
HL

Dimana :
HL = headloss dalam (m)
Q = debit aliran dalam (liter/dt)
L = panjang pipa dalam (m)
D = diameter pipa dalam (mm)
C = koefisien kekasaran (faktor Hazen-Williams)

Tabel 2.7 Koefisien Kekasaran Pada Pipa
Material Hazen-Williams
C
(unitless)
Darcy-Weisbach

(Feet x 10
3
)
Chezzy-Manning
(unitless)
Cast iron 130 - 140 0.85 0.012 0.015
Concrete or
concrete lined
120 -140 1.0 10 0.012 0.017
Galvanized iron 120 0.5 0.015 0.017
Plastic 140 - 150 0.005 0.011 0.015
Steel 140 - 150 0.15 0.015 0.017
Vatrivied clay 110 0.013 0.015

e. Pompa
Data pompa yang dimasukkan adalah kurva pompa, yaitu :
Input :
Laju aliran (flow) (liter/dt)
Head pompa (m)



. (2.45)
33

f. Valve
Valve berfungsi utuk mengatur tekanan atau laju aliran pada titik khusus
pada sistem air.
Input :
Diameter valve (mm)
Tipe valve dan setting sesuai jenis katupnya
Kondisi valve ( open, close, none )
Output :
Laju aliran (flow) (liter/dt)
Kecepatan (velocity) (m/dt)
Kehilangan tekanan (Headloss) (m)

2. Komponen Komponen non-fisik
a. Pola Waktu (Time Pattern)
Pola waktu (Time Pattern) berupa kumpulan faktor pengali yang
dapat diaplikasikan sebagai kuantitas yang bervariasi terhadap
waktu.
b. Kurva (Curve)
Kurva adalah objek yang mengandung rangkaian data yang
menjelaskan hubungan antara dua besaran. Kurva pada Epanet 2.0
terdiri dari :
pump curve
head curve
volume curve
efisiensi curve

c. Kontrol (Controls)
Controls adalah pernyatan yang menjelaskan bagaimana sistem
dioperasikan sepanjang waktu. Secara khusus terdiri dari status dari
link yang terpilihsebagai fungsi dari waktu, level air pada tanki, dan
tekanan pada titik terpilihdalam sistem air.

Anda mungkin juga menyukai