Anda di halaman 1dari 19

1

BAB I
PENDAHULUAN

Perkembangan dunia bisnis saat ini menuntut para pelaku bisnis dalam hal ini yakni
perusahaan harus mampu mengelola seluruh potensi yang ada pada perusahaan secara efektif dan
efisien agar dapat bersaing dalam pasar. Tujuan dari setiap perusahaan adalah untuk menciptakan
produk atau jasa untuk dijual kepada konsumen, dengan sasaran laba yang semaksimal mungkin
guna kelangsungan hidup suatu perusahaan dan akan dapat meningkatkan operasinya, namun
dengan pemakaian biaya seminimal mungkin. Salah satu wujud upaya agar perusahaan bisa
efektif dan efisien adalah dengan menerapkan suatu sistem penggunaan biaya yang handal.
Salah satu informasi biaya yang harus diketahui oleh perusahaan adalah mengenai
pengalokasian biaya secara tepat yang merupakan salah satu cara dalam menentukan harga
pokok produksi. Pada perusahaan yang mengolah suatu bahan baku dalam satu proses produksi
yang sama untuk menghasilkan beberapa jenis produk, dibutuhkan pengalokasian biaya secara
tepat ke tiap produk yang dihasilkan, karena akan sulit untuk menelusuri biaya yang terjadi
selama proses produksi bersama dari suatu proses produksi bersama terdapat suatu unsur biaya
bersama yang sulit diidentifikasikan.
Biaya bersama adalah biaya proses produksi yang menghasilkan berbagai produk secara
bersama, sampai pada titik split-off. Titik split-off merupakan titik dimana produk bersama
menjadi dapat diidentifikasikan secara terpisah. Masalah utama yang dihadapi dalam proses
produksi yang mengandung unsur biaya bersama adalah menghitung alokasi biaya bersama ke
tiap produk yang dihasilkan. Terdapat berbagai macam metode untuk menghitung besarnya
alokasi biaya bersama, salah satu metode yang paling lazim digunakan menurut Mulyadi
(2012:336) adalah metode Nilai jual relatif atau biasa disebut dengan metode harga pasar.
Metode harga pasar didasarkan atas harga jual dari suatu produk yang merupakan perwujudan
dari biaya-biaya yang dikeluarkan dalam mengolah produk tersebut.





2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 GAMBARAN UMUM ALOKASI BIAYA
2.1.1 Sekilas Tentang Alokasi Biaya
Biaya-biaya yang memberikan manfaat bersama, yang terjadi ketika sumber daya yang
sama digunakan dalam keluaran dua atau lebih jasa atau produk, disebut sebagai biaya bersama
(commont cost). Contonya: upah yang dibayarkan pada penjaga keamanan di suatu pabrik
merupakan biaya bersama semua produk berbeda yang diproduksi di pabrik tersebut. Manfaat
keamanan dapat dirasakan oleh semua produk, tetapi pembebanan biaya keamanan kesetiap
produk adalah proses arbitrer.

2.1.2 Jenis Jenis Departemen
Dalam model fungsi diperusahaan, obyek biaya adalah departemen. Terdapat dua
kategori departemen yaitu: Departemen produksi dan departemen pendukung. Departemen
produksi secara langsung bertanggung jawab pada pembuatan produk atau jasa yang dijual pada
pelanggan.
Departemen produksi adalah departemen secara langsung mengerjakan produksi yang
diproduksi. Departemen pendukung menyediakan pelayanan pendukung yang diperlukan oleh
departemen produksi. Departemen ini berhubungan secara tidak langsung dengan suatu jasa atau
produk organisasi tersebut.
Langkah-langkah dalam pengalokasian biaya departemen pendukung ke departemen
produksi dan mengalokasikannya ke biaya produk:
a. Membagi perusahaan ke dalam departemen-departemen.
b. Mengklasifikasikan tiap departemen sebagai departemen pendukung atau departemen
produksi.
c. Menelsuri semua biaya overhead perusahaan di departemen pendukung atau departemen
produksi.
d. Mengalokasikan biaya departemen pendukung ke departemen produksi.
e. Menghitung tarif overhead yang ditentukan terlebih dahulu untuk departemen produksi.
3

f. Mengalokasikan biaya overhead ke tiap unit produk melalui tarif overhead yang
ditentukan terlebih dahulu.

2.1.3 Jenis-Jenis Dasar Alokasi
Departemen produksi membutuhkan jasa pendukung. oleh sebab itu, biaya departemen
pendukung ditimbulkan oleh aktivitas departemen produksi. Faktor-faktor penyebabnya adalah
variabel atau aktivitas dalam departemen produksi, yang menyebabkan munculnya biaya jasa
pendukung. Dalam memilih dasar pengalokasian biaya departemen pendukung, berbagai usaha
harus dilakukan untuk mengidentivikasi faktor penyebab yang sesuai (penggerak biaya).
Menggunakan faktor penyebab akan menghasilkan biaya produk yang lebih akurat. Selanjutnya,
jika faktor penyebab diketahui, para manajer dapat mengontrol konsumsi jasa pendukung dengan
lebih baik.

2.1.4 Tujuan Alokasi
Beberapa tujuan penting berhubungan dengan alokasi biaya departemen pendukung ke
departemen produksi, dan akhirnya ke produk tertentu:
1. Untuk menghasilkan satu kesepakatan harga yang menguntungkan
2. Untuk menghitung profibilitas lini produk
3. Untuk memprediksi pengaruh ekonomi dari perencanaan dan pengendalian
4. Untuk meniai persedian
5. Untuk memotivasi para manajer
Jika biaya tidak dialokasikan dengan akurat, biaya beberapa jasa dapat terlalu tinggi,
hingga mengakibatkan penawaran yang terlalu tinggi dan hilangnya potensi bisnis, sebaliknya,
jika biaya terlalu rendah dan mengakibatkan kerugian pada jasa ini. Hal yang berhubungan dekat
dengan penentuan harga adalah laba. Dengan menilai laba berbagai jasa, seseorang manajer
dapat mengevaluasi bauran jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Tentu saja biaya yang akurat
adalah hal yang penting untuk menentukan laba.
Alokasi dapat digunakan untuk memotivasi para manajer. Jika biaya departemen
pendukung tidak di alokasikan ke departemen produksi, para menejer dapat memperlakukan jasa
ini seakan-akan jasa tersebut gratis. Tentu saja, pada kenyataanya, biaya marginal sebuah jasa
lebih besar dari nol. Dengan mengalokasikan biaya dan meminta para manejer departemen
4

produksi bertanggung jawab atas kinerja ekonomi unit mereka, suatu organisasi dapat
memastikan bahwa para manejer akan menggunakan suatu jasa hingga manfaat marginal suatu
jasa sama dengan biaya marginalnya. Jadi, mengalokasikan biaya jasa membantu tiap
departemen produksi memilih tingkat konsumsi yang benar.

2.2 PENGALOKASIAN BIAYA SATU DEPARTEMEN KE DEPARTEMEN
LAINNYA
Seringkali, biaya departemen pendukung dialokasikan ke departemen lain dengan
menggunakan satu tarif pembebanan. Sebagai contoh, departemen pemrosesan data perusahaan
melayani berbagai departemen lainnya. Biaya pengoperasian departemen pemrosesan data
kemudian dialokasikan ke departemen pengguna. Walaupun ini kelihatannya sederhana dan
langsung, namun bebereapa pertimbangan terlibat adalah memilih tarif tunggal atau tarif
berganda, dan penggunaan biaya departemen pendukung aktual versus yang dianggarkan.
Saat biaya dari departemen pendukung dialokasikan pada departemen lain, tarif
pembebanan harus dikembangkan. Tarif tunggal mengkombinasikan biaya variabel dan tetap
dari departemen pendukung untuk menentukan tarif pembebaban. Tarif ganda memisahkan biaya
tetap dan variabel. Biaya tetap departemen pendukung dialokasikan pada basis kapasitas awal,
dan tarif variabel dikembangkan berdasarkan penggunaan anggaran
1. Tarif Pembebanan Tunggal
Misal bahwa perusahaan mengembangkan departemen foto copy sendiri untuk melayani
tiga departemen produksinya (audit, pajak, dan konsultan menajemen sistem atau MAS).
Biaya departemen foto copy termasuk biaya tetap sebesar $0,023 per lembar foto copy
(kertas dan tinta). Estimasi penggunaan (dalam kertas) oleh ketiga departemen produksi
adalah sebagai berikut ;
Departemen audit 94.500
Departemen pajak 67.500
Departemen MAS 108.000
Total 270.000

Jika tarif pembebanan tunggal di gunakan, biaya tetap sebesar $26.190 akan digabungkan
dengan estimasi biaya variabel sebesar $6.210 (270.000 x $0,023). total biaya sebesar
5

$32.400 dibagi dengan estimasi jumlah lembar yang di foto copy sebanyak 270.000 yang
akan menghasilkan tarif per lembar sebesar $0,12.
Jumlah yang d bebankan ke departemen produksi merupakan suatu fungsi jumlah lembar
yang di foto copy. Anggaplah bahwa penggunaan aktual adalah ssebagai berikut ;
departemen audit sejumlah 92.000 lembar; dan departemen MAS 115.000 lembar. Total
biaya foto copy yang dibebankan pada masing-masing departemen dapat diperlihatkan
sebagai berikut ;




Apakah departemen foto copy membutuhkan $32.640 untuk membutuhkan 272.000
lembar? Tidak, departemen foto copy hanya membutuhkan $32.446 [$26.190 + 9272.000 x
$0,023)].

2. Tarif Pembebanan Berganda
Walaupun penggunaan tarif tunggal adalah sederhana, namun hal ini mengabaikan
dampak diferensial dari perubahan penggunaan biaya. Biaya variabel departemen pendukung
naik sesuai tingkat kenaikan jasa. Sebagai contoh, biaya kertas dan tinta untuk departemen
foto copy meningkat sesuai peningkatan jumlah lembar yang di foto copy.

Pengembangan Tarif Tetap
Biaya jasa tetap dapat di anggap sebagai biaya kapasitas, mereka di keluarkan guna
menyediakan kapasitas yang diperlukan untuk mengirm unit jasa yang dibutuhkan oleh
departemen produksi. Ketika departemen pendukung dibentuk, kemampuan mengirimnya
dirancang untuk melayani kebutuhan jangka panjang departemen produski. Karena

Jumlah
x
Pembebanan
=
Total

Lembar per Lembar Pembebanan
Audit 92.000

$0,12

$11.040
Pajak 65.000

0,12

7.800
MAS 115.000

0,12

13.800
Total 272.000

$32.640

6

kebutuhan jasa pada awalnya menyebabkan penciptaan kemampuan pelayanan, maka adalah
beralasan untuk mengalokasikan biaya jasa tetap berdasarkan kebutuhan tersebut.
Pengalokasian biaya tetap mengikuti prosedur tiga langkah ;
a) Penetapan biaya tetap yang di anggarkan.
b) Perhitungan rasio proporsi, dengan rumus :
Rasio proporsi = Jumlah masing-masing depatemen : total
c) Pengalokasian, dengan rumus ;
Alokasi = Rasio proporsi x Biaya tetap yang di anggarkan
Yang dapat kita asumsikan sebagai berikut ;

Jumlah Foto Copy
Awal yang
Dianggarkan
Persentase
yang
di Foto copy
x
Biaya
Tetap
=
Bagian
Departemen
atas Biaya Tetap


Audit 94.500 35

$26.190

$9.167

Pajak 67.500 25

26.190

6.548

MAS 108.000
40

26.190

$10.476

Total 270.000 100

$26.191


Pengembangan Tarif Variabel
Tarif variabel tergantung pada biaya yang berubah ketika penggerak biaya berubah. Pada
departemen foto copy, penggerak biaya adalah jumlah lembar yang di foto copy. Jika jumlah
lembar yang di foto copy meningkat, kertas dan tinta yang digunakan akan lebih banyak.
Karena biaya rata-rata adalah $0,023 per lembar, maka tarif fariabel adalah $0,023. Tarif
variabel ini digunakan dalam hubungan dengan departeman audit dibebani 35 persen dari
biaya yang di tambah $0,023 per lembar yang difoto copy. Departeman pajak akan
dialokasikan 25 persen dari biaya tetap ditambah $0,023 perlembar. Sementara itu MAS akan
dialokasikan 40 persen dari biaya tetap ditambah $0,023 per lembar.

Jumlah
Foto copy
Jumlah
Tetap
Jumlah
Variabel
Total
Pembebanan
Audit 92.000 $9.167 $2.116 $11.283
Pajak 65.000 6.548 1.495 8.043
MAS 115.000 10.476 2.645
13.121
7

Total 272.000 $26.191 $6.256 $32.447

2.3 PENGGUNAAN AKTUAL VERSUS YANG DIANGGARKAN
Ketika mengalokasikan biaya departemen pendukung ke departemen produksi, kita
mengalokasikan biaya yang dianggarkan. Terdapat dua alasan dasar pengalokasian biaya
departemen pendukung, yaitu: 1) untuk menghitung biaya produk yang diproduksi, dan 2) untuk
evaluasi kinerja departemen. Biaya Aktual digunakan untuk evaluasi kinerja. Sedangkan Biaya
Dianggarkan digunakan untuk penetapan biaya.
Prinsip umum dari evalusai kerja adalah bahwa manajer tidak boleh di bebani tanggung
jawab atas biaya atau aktivitas yang berada di laur kendalinya. Karena para manajer departemen
produksi memiliki input yang signifikan berkaitan dengan tingkat jasa yang di konsumsi,
mereka harus di bebani tanggung jawab atas bagian biaya jasa mereka. Namun, pernyataan ini,
mempunyai kualifikasi penting; evaluasi departemen tidak boleh dipengaruhi oleh tingkat
efisiensi yang di capai oleh departemen lain.
Ingatlah, bahwa biaya tetap tahunan yang dianggarkan adalah sebesar $26.190 dan biaya
variabel yang dianggarkan adalah $0,023. Ketiga departemen produksi ; audit, pajak, dan MAS.
Mengestimasikan penggunan masing-masing sebesar 94.500 lembar, 57.500 lembar, dan 108.000
lembar. Berdasarkan data tersebut biaya yang dialokasikan kesetiap departemen pada awal tahun.
Bahwa metode tarif tunggal menghasilakn pengalokasian yang sama dengan metode tarif
berganda apabila angka yang dianggarkan digunakan.






Metode Tarif Tunggal

Jumlah
Foto copy
x
Tarif
Total
=
Alokasi
Biaya
Audit 94.500

$0,12

$11.340
Pajak 67.500

0,12

8.100
MAS 108.000

0,12

12.960
Total

$32.400
8



Metode Tarif Berganda

Jumlah
Foto copy
x
Tarif
Variabel
+
Alokasi
Tetap
=
Biaya yang
Dialokasikan
Audit 94.500

$0,023

$9.167

$11.340
Pajak 67.500

0,023

6.548

8.100
MAS 108.000

0,023

10.476

12.960
Total

$32.400

2.4 MEMILIH METODE ALOKASI BIAYA DEPARTEMEN PENDUKUNG
Dalam menentukan metode alokasi biaya departemen pendukung yang digunakan,
perusahaan hatus menetapkan batasan ineraksi departemen pendukung. Selain itu, mereka harus
menimbang biaya dan manfaat yang berhubungan dengan ketiga metode pengalokasian biaya,
yakni ;
1. Metode langsung
Adalah metode paling sederhana dan paling langsung mengalokasikan biaya departemen
pendukung. Biaya jasa variabel dialokasikan langsung ke departemen produksi secara
proporsional terhadap masing-masing departemen pengguna jasa. Biaya tetap juga
dialokasikan langsung kepada departemen produksi, tetapi berdasarkan proporsi pada
kapasitas normal atau praktis departemen produksi.
Data Untuk Mengilustrasikan Metode Alokasi:
Departemen Pendukung Departemen Produksi
Listrik Pemeliharaan Penggerindaan Perakitan
Biaya Langsung $250.000 $160.000 $100.000 $60.000
Aktivitas normal:

Departemen Pendukung

Departemen Produksi

Listrik Pemeliharaan

Penggerindaan Peraktitan
Biaya lngsung $250.000 $160.000

$100.000 $60.000
Aktivitas normal :
Killowat-jam - 200.000

600.000 200.000
Jam
pemeliharaan 1.000
-

4.500 4.500
9

Killowat-jam - 200.000 600.000 200.000
Jam pemeliharaan 1.000 - 4.500 4.500


Contoh Perhitungan Metode Alokasi Langsung:










2. Metode Berurutan
Metode ini mengetahui bahwa interaksi diantara epartemen pendukung telah terjad. Akan
tetapi, metode berurutan tidak secara penuh mengakui interaksi departemen pendukung.
Alokasi biaya dilakukan secara tahap demi setahap mengikuti prosedur penetapan
peringkat yang ditentukan terlebih dahulu. Biasanya urutanya ditentukan dengan
menyusun peringkat departemen pendukung dalam suatu tatanan jumlah jasa yang

Langkah 1 Menghitung Rasio Alokasi

Penggerindaan Peraktitan
Listrik :
600.000
0,75 -
(600.000 + 200.000)

200.000
- 0,25

(600.000 + 200.000)
Pemeliharaan :
4.500
0,50 -
(4.500 + 4.500)

4.500
- 0,50

(4.500 + 4.500)
Langkah 2 Alokasi Biaya Departemen Pendukung Dengan
Menggunakan Rasio Alokasi

Departemen Pendukung

Departemen Produksi

Listrik Pemeliharaan

Penggerindaan Perakitan
Biaya Langsung $250.000 $160.000

$100.000 $60.000
Listrik (250.000) -

187.500 62.500
Pemeliharaan - (160.000)

80.000 80.000

$ 0

$ 0

$367.500 $202.500
10

diberikan, dari yang terbesar ke yang terkecil. Tingkat jasa biasanya di ukur dengan biaya
langsung dari setiap departemen pendukung; departemen dengan biaya tertinggi dinilai
sebagai pemberi dana terbesar.

Alokasi yang di dapatkan dengan metode berurutan, di dapatkan dengan langkah pertama
adalah menghitung rasio alokasi. Perhatikan bahwa rasio alokasi untuk departemen
pemeliharaan mengabaikan penggunaan oleh departemen listrik karena biayanya tidak
dapat dialokasikan ke departemen pendukung. Langkah kedua adalah mengalokasikan
biaya departemen pendukung dengan menggunakan rasio alokasi yang dihitung pada
langkah pertama. Perhatikan bahwa $50.000 dari biaya departemen listrik dialokasikan ke
departemen pemeliharaan. Hal ini mencerminkan kenyataan bahwa departemen
pemeliharaan menggunakan 20 persen output departemen listrik. Sebagai akibatnya,
biaya oporasi departemen pemeliharaan naik dari $160.00 jadi $210.000.

Langkah 1 Menghitung Rasio Alokasi

Pemeliharaan Penggerindaan Perakitan
Listrik :
200.000
0,20 - -
(200.000 + 600.000 + 200.000)

600.000
- 0,60 -

(200.000 + 600.000 + 200.000)

200.000
- - 0,20

(200.000 + 600.000 + 200.000)
Pemeliharaan :
4.500
- 0,50 -
(4.500 + 4.500)

4.500
- - 0,50

(4.500 + 4.500)
Langkah 2 Alokasi Biaya Departemen Pendukung Dengan Menggunakan Rasio Alokasi

Departemen Pendukung

Departemen Produksi

Listrik Pemeliharaan

Penggerindaan Perakitan
Biaya Langsung $250.000 $160.000

$100.000 $60.000
Listrik (250.000) 50.000

150.000 50.000
11


3. Metode timbal balik
Metode ini mengakui semua interaksi di antara departemen pendukung. Menurut metode
ini salah satu departemen pendukung menggunakan angka departemen lain dalam
menentukan total biaya setiap departemen pendukung dimana total biaya mencerminkan
interaksi antara departemen pendukung. Jadi, total biaya yang baru dari departemen
pendukung dialokasikan ke departemen produksi.

Total biaya departemen pendukung. Total biaya pendukung adalah jumlah dari biaya
langsung ditambah proposisi biaya yang diterima dari departemen pendukung lainnya.
Persamaan biaya untuk setiap departemen pendukung dapat diperlihatkan sebagai berikut
P = Biaya langsung + Bagian dari biaya pemeliharaan
= $250.000 + 0,10M (persamaan biaya listrik) (7.1)
M = Biaya langsung + Biaya dari baya listrik
= $160.000 + 0,20P (persamaan biaya pemeliharaan) (7.2)
Data untuk mengilustrasikan metode timbal balik:

Departemen Pendukung

Departemen Produksi

Listrik Pemeliharaan

Penggerindaan Perakitan
Biaya Langsung:
Tetap $200.000 $100.000

$80.000 $50.000
Varabel 50.000 60.000

20.000 10.000
Total $250.000 $160.000

$100.000 $60.000
Aktivitas Normal
Kilowatt-jam - 200.000

600.000 200.000
Jam pemeliharaan 1.000 -

4.500 4.500


Proporsi Output yang Digunakan oleh Departemen

Listrik Pemeliharaan

Penggerindaan Perakitan
Pemeliharaan - (210.000)

105.000 105.000

$
0
$
0

$355.000 215.000
12

Rasio Alokasi:
Listrik - 0,20

0,60 0,20
Pemeliharaan 0,10 -

0,45 0,45

Persamaan biaya listrk (7.1) dan persamaan biaya pemeliharaan (7.2) dapat diselesaikan
secara simultan untuk menghasilkan total biaya setiap departemen pendukung. Dengan
persamaan ;
M = $160.000 + 0,20 ($250.000 + 0,10M)
M = $160.000 + $50.000 + 0,02 M
0,98M = $210.000
M = $214.286
Dengan mensubsidikan niai untuk M ini kepersamaan 7.1 dihasilkan total biaya untuk
listrik.
P = $250.000 + 0.10 ($214.286)
= $250.000 + $21.429
= $271.429
Alokasi Departemen Produksi. Setelah total biaya setiap departemen pendukung
diketahui, alokasi kedepartemen produksi dapat diketahui. Alokasi ini, berdasarkan
proporsi output yang digunakan oleh setiap departemen produksi. Total biaya yang
dialokasikan kedepartemen produksi (dari listrik dan pemeliharaan) sama dengan
$410.000, yaitu total biaya langsung dari dua depatemen pendukung ($250.000 +
$160.000).

Departemen Pendukung

Departemen Produksi

Listrik Pemeliharaan

Penggerindaan Perakitan
Biaya Langsung $250.000 $160.000

$100.000 $60.000
Listrik (271.429) 54.286

162.857 54.286
Pemeliharaan 21.429 (21.429)

96.429 96.429
Total $ 0
$
0

$359.286 $210.715


13

2.5 TARIF OVERHEAD DEPARTEMEN DAN PERHITUNGAN BIAYA PRODUK
Tarif biaya overhead dihitung dengan menembahkan biaya pendukung yang dialokasikan
ke biaya overhead yang secara langsung dapat ditelusuri pada departemen produksi dan
membaginya dengan beberapa ukuran aktivitas, seperti jam tenaga kerja langsung atau jam
mesin. Misalnya dari contoh alokasi berurutan total biaya overhead departemen pengesahan
adalah $355.000, dan asumsikan bahwa jam mesin adalah dasar untuk pembebanan overhead ke
produk dengan aktivitas normal sebesar 71.000 jam mesin, maka tarif biaya overhead
departemen pengesahan adalah:
Tarif overhead pengesahaan =
$355.000
71.000 jam Mesin

= $ 5 per jam mesin

Dengan cara yang sama, total biaya overhead departemen perakitan sebesar $ 215.000,
dan diasumsikan tingkat aktivitas normal sebesar 107.500 jam tenaga kerja, maka tarif biaya
overhead di departement perakitan adalah:
Tarif overhead perakitan
=
$215.000

107.500 jam tenaga kerja

= $ 2 per jam tenaga kerja
Dengan menggunakan tarif tarif ini, biaya produk per unit dapat ditentukan. Sebagai
gambaran, anggaplah bahwa suatu produk membutuhkan dua jam mesin pengasahan dan satu
jam perakitan untuk satu unit yang diproduksi. Biaya overhead yang dibebankan ke satu unit
produk ini menjadi $12 [ (2 X $ 5) + (1X $ 2)]. Jika produk yang sama menggunakan bahan baku
senilai $ 15 dan tenaga kerja sebesar $ 6 (ditotal dari Pengesahan dan Perakitan), maka biaya
total per unit adalah $ 33 ($ 12 + $ 15 + $ 6).

2.6 ALOKASI JOINT COSTS
Permasalahan pokok yang timbul di dalam produk gabungan: Bagaimana cara
mengalokasikan biaya yang terjadi dalam rangka menghasilkan produk. Biaya yang dikeluarkan
dalam rangka menghasilkan produk bersama disebut dengan JOINT COST.

14

2.6.1 Pengertian Produk Bersama
Halim (2012:232) menyatakan bahwa Produk Bersama (Joint Products) yaitu beberapa
produk yang dihasilkan dari suatu rangkaian atau seri proses produksi secara serempak dengan
menggunakan bahan baku, tenaga kerja dan overhead pabrik yang sama, yang tidak dapat
dilacak atau dibedakan/dipisahkan pada setiap produk dan mempunyai nilai jual atau kuantitas
produk relatif sama.
Sementara itu, Mulyadi (2012:334) mengemukakan bahwa Produk bersama adalah dua
produk atau lebih yang diproduksi secara serentak dengan serangkaian proses atau dengan proses
gabungan. Nilai jual masing-masing produk bersama ini relatif sama, sehingga tidak ada diantara
produk-produk yang dihasilkan tersebut dianggap sebagai produk utama atau produk sampingan.

2.6.2 Karakteristik Produk Bersama
Halim (2012:232) menjelaskan bahwa Produk bersama mempunyai beberapa
karakteristik, antara lain sebagai berikut:
a. Produk bersama mempunyai hubungan fisik yang erat satu sama lain dalam proses
produksinya. Jika ada tambahan kuantitas untuk menambah unit produk yang lain, maka
kuantitas produk yang lain akan bertambah secara proporsional.
b. Tidak ada satu produk pun dari produk bersama yang secara signifikan nilainya lebih
tinggi dari produk yang lain.
c. Dalam proses produk bersama dikenal istilah titik pisah yakni saat terpisahnya (split-
off) masing-masing jenis produk yang dihasilkan dari bahan baku, tenaga kerja dan
overhead yang telah dinikmati produk secara bersama-sama.
d. Setelah terpisah (split-off) produk berdiri sendiri-sendiri yang mungkin langsung dijual
atau mungkin pula diproses lebih lanjut untuk mendapatkan produk yang lebih
menguntungkan.

2.7 PENTINGNYA ALOKASI BIAYA BERSAMA (JOINT COST)
1) Biaya bersama dapat digunakan untuk menentukan nilai persediaan dan perhitungan
harga pokok produk untuk pelaporan eksternal menurut standar akuntansi keuangan.
2) Biaya bersama bermanfaat dalam penentuan nilai persediaan untuk keperluan asuransi.
15

2.7.1 Pengertian Biaya Bersama
Mulyadi (2012:334) menjelaskan bahwa Biaya produk bersama (joint product cost)
adalah biaya yang dikeluarkan sejak saat mula-mula bahan baku diolah sampai dengan saat
berbagai macam produk dapat dipisahkan identitasnya. Biaya bersama yang terdiri dari biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik terjadi sejak input dimasukkan
kedalam proses produksi sampai titik pemisahan.

2.7.2 Tujuan Alokasi Biaya Bersama
Bustami dan Nurlela (2006:149) menyatakan tujuan dari pengalokasian biaya bersama
adalah untuk berbagai alasan berikut ini :
a. Untuk menghitung harga pokok dan menentukan nilai persediaan untuk tujuan pelaporan
internal.
b. Menghitung harga pokok dan menentukan persediaan untuk tujuan pelaporan eksternal.
c. Menilai persediaan untuk tujuan asuransi.
d. Menentukan nilai persediaan jika terjadi kerusakan terhadap nilai barang yang rusak.
e. Biaya bahan yang hancur.
f. Menentukan biaya departemen atau devisi untuk tujuan pelaporan kinerja eksekutif.
g. Pengaturan tarif karena adanya sebagian produk atau jasa yang diproduksi dikenakan
peraturan harga.

2.7.3 Metode Alokasi Biaya Bersama
Mulyadi (2012:336) mengemukakan bahwa biaya bersama dapat dialokasikan ke tiap-
tiap produk dengan menggunakan beberapa metode, antara lain:
1. Metode Nilai Jual Relatif
Metode ini banyak digunakan untuk mengalokasikan biaya bersama kepada produk
bersama. Dasar pemikiran metode ini adalah bahwa harga jual suatu produk merupakan
perwujudan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam mengolah produk tersebut.
2. Metode Satuan Fisik
Metode satuan fisik mencoba menentukan harga pokok produk bersama sesuai dengan
manfaat yang ditentukan oleh masing-masing produk akhir. Dalam metode ini biaya
bersama dialokasikan kepada produk bersama atas dasar koefisien fisik yaitu kuantitas
16

bahan baku yang terdapat dalam masing-masing produk. Koefisien ini dinyatakan dalam
satuan berat, volume atau ukuran yang lain.
3. Metode rata-rata biaya per satuan
Metode ini hanya dapt digunakan bila produk bersama yang dihasilkan diukur dalam
satuan yang sama. Pada umumnya metode ini digunakan oleh perusahaan yang
menghasilkan beberapa macam produk bersama dari suatu proses tetapi mutunya
berlainan. Dalam metode ini harga pokok masing-masing produk dihitung sesuai dengan
proporsi kuantitas yang diproduksi.
4. Metode rata-rata tertimbang
Jika dalam metode rata-rata biaya per satuan dasar yang dipakai dalam mengalokasikan
biaya bersama adalah kuantitas produksi, maka dalam metode rata-rata tertimbang
kuantitas produksi dikalikan terlebih dahulu dengan angka penimbang dan hasil kalinya
baru dipakai sebagai dasar alokasi. Penentuan angka penimbang untuk tiap-tiap produk
didasarkan pada jumlah bahan yang dipakai, sulitnya pembuatan produk, waktu yang
dikonsumsi, dan pembedaan jenis tenaga kerja yang dipakai untuk tiap jenis produk yang
dihasilkan.

2.7.4 Masalah Yang Dihadapi Dalam Alokasi Joint Cost
Masalah pokok yang dihadapi dalam mengalokasikan biaya produk bersama adalah
karena sifatnya yang indivisible artinya biaya produk bersama tidak dapat diidentifikasikan
secara spesifik dengan setiap jenis produk yang dihasilkan secara simultan melalui proses
produksinya. Oleh karena itu metode alokasi yang tepat harus dipakai sebagai dasar dalam
mengalokasikan biaya bersama (joint cost) kepada masing-masing produk.
Terdapat tiga alternatif pendekatan yang dipakai sebagai dasar untuk mengalokasikan
biaya bersama kepada setiap jenis produk yang dihasilkan yaitu:
A. Pendekatan harga jual/harga pasar
B. Pendekatan Satuan atau Unit Produksi
C. Pendekatan Harga Pokok per Unit.


17

A. Pendekatan Harga Jual
Pendekatan ini merupakan pendekatan yang paling populer. Asumsi dari pendekatan ini
bahwa ada korelasi positif antara harga jual setiap produk dengan harga pokoknya. Metode ini
dikenal juga sebagai nilai bersih yang dapat direalisasi. Nilai bersih yang dapat direalisasi ini
merupakan estimasi nilai jual setiap produk pada titik pisah (split off). Menurut pendekatan ini
pengalokasian biaya bersama dapat menimbulkan situasi:
1. Harga jual sudah diketahui saat spilt off.
Menurut pendekatan ini biaya bersama dialokasikan ke tiap-tiap produk dengan cara
membagi total nilai harga jual setiap produk dengan total nilai harga jual produk yang
diproduksi, kemudian hasilnya dikalikan dengan total biaya bersama.
2. Harga Jual tidak diketahui pada saat split off
Harga jual produk bersama pada saat split off sangat mungkin tidak diketahui terutama
sekali bila produk tersebut masih memerlukan proses lebih lanjut. Dalam keadaan ini
harga jual produk pada saat menjadi produk selesai (setelah diproses lebih lanjut) tetap
harus diketahui. Harga jual produk bersama dalam hal ini disebut harga jual
hipotetis.Harga jual hipotetis adalah harga jual produk selesai setelah diproses lebih
lanjut dikurangi biaya yang dikeluarkan untuk memproses lebih lanjut produk bersama
yang telah terpisah (split off).

B. Pendekatan Satuan Atau Unit Fisik
Menurut pendekatan ini dasar alokasi dari biaya bersama adalah jumlah kuantitas yang
diproduksi untuk masing-masing produk. Persyaratan dalam pendekatan ini satuan unit kuantitas
harus sama seperti unit, ton, kilogram, meter, dsb.
Metode ini digunakan bila harga produk keluaran sangat cepat berubah atau banyak
pemrosesan yang terjadi antara titik pisah dan titik terawal suatu produk dapat dijual atau bila
harga produk tidak tersedia di pasar. Cara perhitungan alokasi biaya bersama yaitu dengan
membagi jumlah kuantitas masing-masing produk dengan jumlah total kuantitas produk dan
hasilnya dikalikan dengan total biaya bersama.
18

Bila produk yang dihasilkan tidak diproses lebih lanjut, maka perhitungan harga pokok
per unit akan diperoleh hasil yang sama.

C. Pendekatan Harga Pokok Per Unit
Ada dua cara untuk menghitung harga pokok per unit yaitu:
1. Rata-rata Sederhana
Harga pokok per unit dihitung dengan membagi total biaya bersama dengan total
kuantitas yang diproduksi. Alokasi biaya bersama diperoleh dari harga pokok per unit
dikalikan jumlah kuantitas masing-masing produk.
2. Rata-rata Tertimbang
Metode rata-rata tertimbang dipakai untuk produksi bersama yang memiliki nilai yang
berbeda dari masing-masing jenis produksinya. Dasar perhitungan dalam metode ini
adalah jumlah kuantitas dari masing-masing produk dikalikan dengan faktor
penimbangnya.















19

BAB III
KESIMPULAN

Alokasi biaya merupakan salah satu isu penting dalam akuntansi manajemen.
Bagaimana biaya-biaya yang terjadi di dialokasikan ke objek biaya, seperti produk, kelompok
pelanggan, aktivitas, dan divisi.
Perusahaan biasanya membedakan antara departemen operasi atau produksi (operating
departement) dan departemen jasa (supporting departemen). Departemen operasi merupakan
departemen yang secara langsung memberikan nilai tambah kepada produk atau jasa. Sementara
departemen jasa merupakan departemen yang memberikan jasa yang membantu departemen
internal lainnya, baik departemen operasi maupun departemen jasa yang lain.
Dalam alokasi biaya akan mengalokasikan biaya-biaya yang terjadi di departemen jasa
(supporting department) ke departemen produksi dan akhirnya dialokasikan ke produk atau jasa
yang dihasilkan. Proses alokasi biaya ini memerlukan pemilihan dasar alokasi biaya (cost driver)
yang tepat.
Departemen produksi menciptakan produk atau jasa yang diproduksi dan dijual oleh
perusahaan dalam bisnis. Departemen pendukung melayani departemen produksi tetapi tidak
dengan sendirinya menciptakan produk yang dapat dijual, karena departemen pendukung ada
untuk mendukung berbagai departemen produksi, biaya departemen pendukung merupakan biaya
umum bagi semua departemen produksi dan harus dialokasikan pada departemen produksi untuk
memenuhi sejumlah tujuan penting.

Anda mungkin juga menyukai