ENTREPRENEURSHIP DAN PERAN MODAL SOSIAL (Studi pada Sentra Kerajinan Kerang Mutiara dan Usaha Pengolahan Ikan Asap di Kota Ambon)
RINGKASAN TESIS
Disusun oleh : Melati Sukma Diajukan Memenuhi Tugas Metode Penelitian Ekonomi
MAGISTER ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Mikro Kecil dan Menengah memiliki posisis penting, bukan saja dalam penyerapan tenaga kerja dan kesejahteraaan masyarakat di daerah, dalam banyak hal mereka menjadi perekat dan stabilisator dalam masalah kesenjangan sosial. Rendahnya resistensi oleh krisis ekonomi bagi kelompok industri kecil menengah, termasuk di dalamnya adalah industri berskala mikro, membuat kelompok ini mengalami perkembangan justru di saat industri besar mengalami penurunan. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) patut diakui sebagai kekuatan strategis dalam percepatan pembangunan daerah. Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik jumlah UMKM di Indonesia pada tahun 2009 sebanyak 52,7 juta unit dan terbukti memberikan kontribusi 58,53% terhadap PDB(Pendapatan Domestik Bruto) dan 97,30% terhadap penyerapan tenaga kerja. Fakta tersebut menunjukkan bahwa UMKM memainkan suatu peran yang sangat vital dalam pembangunan perekonomian indonesia.menurut Yustika (2007:18) industri kecil mengalami pertumbuhan yang positif karena pertama, sektor usaha kecil lebih mampu bertahan dalam menghadapi badai krisis ekonomi sehingga tetap bisa tumbuh. Kedua, kemungkinan usaha besar dan menengah tenggelam akibat krisis ekonomi dan bergeser ke usaha kecil. Dari jumlah UMKM di Indonesia, perempuan sebagai pelaku UMKM memiliki jumlah yang cukup signifikan. Walaupun data mengenai keterlibatan perempuan dalam UMKM masih sangat minim namun diyakini berdasarkan fakta bahwa yang ditemukan dilapangan diketahui bahwa mayoritas UMKM ini dijalankan oleh perempuan, khususnya pada usaha home industry. Khusus di kota Ambon walaupun tidak ada data yang spesifik tentang usaha yang dijalankan oleh perempuan namun berdasarkan fakta yang ditemukan di lapangan bahwa mayoritas UMKM yang terdapat di kota ini dikelola dan dijalankan perempuan. Ketidaksediaan data mengenai perempuan pelaku UMKM ini karena pendataan dilakukan tidak dispesifikasikan antara pelaku usaha perempuan dan laki-laki. Ketidaksediaan data yang lebih spesifik ini menyebabkan perempuan pelaku usaha di Kota Ambon kurang mendapat perhatian dari pemerntah dan stakeholder sehingga kurang mampu mengembangkan usahanya dengan baik. Kondisi topografi wilayah maluku secara umum dari Kota Ambon khususnya yang mayoritas terdiri dari laut, daerah pantai dan gunung menyebabkan karakter masyarakat maluku pada umumnya bersifat keras dan tangguh, tidak terkecuali perempuan di daerah ini. mayoritas perempuan di Kota Ambon menjalankan peran ganda dalam rumah tangganya, yaitu sebagai ibu rumah tangga dan bekerja di sektor publik sebagai pencari nafkah bagi keluarganya. Kondisi perekonomian yang serba sulit di Kota Ambon, ditandai dengan tingginya harga barang khususnya harga kebutuhan dan tingginya biaya pendidikan menjadi alasan utama perempuan di Kota Ambon turun tangan bekerja di luar rumah. Kebanyakan ddari mereka adalah pelaku-pelaku usaha informal yang menjalankan usaha-usaha mereka sebagai home industry yang berskala mikro dan kecil dan sebagian berskala menengah. Karakter perempuan Ambon yang tangguh dalam menjalankan usahanya tidak diiringi dengan kemampuan entrepreneur yang berkualitas. Selain itu kurangnya perhatian pemerintah terhadap usaha yang mereka jalankan, menyebabkan usaha tersebut tidak mengalami perubahan yang sigfikan. Dalam pengembangan pasca konflik sosial yang pernah terjadi beberapa waktu silam. Fakta yang terjadi ketika konflik terjadi, sektor inilah yang tetap bertahan dan solid ketika sebagian besar usaha menengah dan besar justru kolaps.Selain dua faktor kendala UMKM perempuan di Kota Ambon yang sudah disebutkan di atas, yaitu rendahnya entrepreneurship yang dimiliki dan minimnya perhatian pemerintah. Namun terdapat faktor lain yang menjadi kelebihan mereka sehingga mampu mempertahankan usahanya yaitu kemampuan mereka dalam mengelola dan memanfaatkan modal sosial yang mereka miliki. Modal sosial dianggap memegang peranan penting terhadap pengembangan UMKM. Hal ini dikarenakan modal sosial memiliki sifat produktif dan kumulatif serta mampu berfungsi sebagai perekat dan penguat elemen-elemen masyarakat. Jika modal sosial dibina semakin kuat dan dibentuk maka akan memperkuat relasi dan jaringan yang konsisten. Melihat besarnya kontribusi usaha mikro kecil dalam pembangunan yang mengacu pertumbuhan ekonomi, pemerintah dan masyarakat hendaknya bekerjasama menunjang serta mempertahankannya. Fukuyama, berpendapat bahwa modal sosial berkorelasi dengan pertumbuhan ekonomi. Modal sosial bisa berwujud sebuah mekanisme yang mampu mengolah potensi menjadi kekuatan riil guna menunjang pembangunan suatu wilayah. Modal sosial juga dapat diartikan sebagai hubungan berbasis rasa saling percaya yang melekat dalam jejaring sosial(Baker et al,2008; Carole, 2007). Penelitian yang dilakukan Simanjuntak (2008), menunjukkan pola simbolis mutualisme antara modal sosial dan UMKM di Pulogadung. Secara statistik, hubungan modal sosial dengan tingkat keuntungan signifikan dan secara kualitatif teridentifikasi. Secara metode kuantitatif ditemukan hubungan antara relasi, pelanggan dan pemasok bahan baku dengan pengusaha yang sebelumnya merupakan jaraingan keluarga atau kerabatnya. Walaupun demikian besar manfaat modal sosial bagi pengembangan suatu perekonomian, khususnya UMKM. Namun akibat konflik sosial yang menghantam Kota Ambon menjadikan modal sosial sempat menjadi rapuh. Hal ini mengakibatkan banyak korban baik materi maupun jiwa. Selain itu hilangnya rasa percaya diri diantara sesama anak maluku. Dengan demikian jaringan yang sudah terjalin menjadi hancur lebur. Hanya kerna berbeda agama dan keyakinan menyebabkan mereka harus mengorbankan kepercayaan kepada teman, relasi,dll.sedangkan dari aspek ekonomi, keadaannya tidaklah berbeda jauh. Penelitian yang dilakukan oleh Grootaert(1999) melakukan penelitian mengenai kaiutan antara modal sosial, kesejahteraan keluarga dan kemiskinan di Indonesia. dalam penelitian ini menyebutkan bahwa modal sosial dapat memfasilitasi meningkatkan akses kredit dan pendapatan atau kesejahteraan bagi penduduk miskin. Salah satu pengaruh yang sangat besar dari terjadinya konflik sosial yang pernah menimpa wilayah Maluku dan Kota Ambon adalah meningkatkan angka kemiskinan yang terjadi di kota ini dan yang paling merasakan imbasnya adalah perempuan. Untuk itulah maka sudah menjadi suatu keharusan agar dilakukan dan ditingkatkan program pemberdayaan bagi UMKM khususnya pelaku UMKM perempuan di Kota Ambon. Di Kota Ambon program pemberdayaan untuk mengatasi kemiskinan melalui industri kecil rumah tangga dan indusri menengah mayoritas dijalankan oleh perempuan meningkat setelah melihat fakta bahwa akibat dari konflik terjadi lonjakan tajam kemiskinan di Kota Ambon dari 11,74 % menjadi 39,50% (Lakpesdam NU Maluku, 2008:6). Program pemberdayaan diharapkan lebih diarahkan dalam pemberian paket bantuan modal usaha, dibingkai dengan pembinaan dan pelatihan. Sehingga dengan program tersebut diharapkan dapat meingkatkan produksi, meningkatkan pendapatan dan berakhir pada kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Berdasarkan data statistik pemerintah Kota Ambon, sampai dengan tahun 2008 menunjukkan bahwa 963 perusahaan industri yang tersebuar di berbagai sektor usaha diwilayah Kota Ambon, UMKM sebanyak 876 buah atau 90,97%. Sedangkan 87 buah atau 9,03% lainnya tergolong industri besar.kendatipun demikian, UMKM hanya menyumbang 14% dari PDB dan usaha menengah dan besar menyumbang 86% dari PDB disektor industri. Perbandingan yang cukup besar ini dikarrenakan persoalan klasik yaitu persoalan yang seringkali dihadapi oleh UMKM di Indonesia. diantaranya yaitu permodalan, pemasaran, bahan baku, SDM, kemampuan wirausaha, kualitas dan perijinan. Banyaknya sentra UMKM di Kota Ambon yang di dalamnya terdapat wirausaha perempuan baik sebagai pemilik maupun pekerjanya.pengusaha perempuan ini selain bisa melaksanakan pperan mereka sebagai perempuan dalam rumah tangga mereka juga menjalankan peran lain sebagai pencari nafkah yang tentu saja memberikan kontribusi besar bagi pengembangan ekonomi Kota Ambon terutama pasca konflik tersebut. Kebanyakan dri wirausaha perempuan ini sudah menjalankan usahanya mereka sejak puluhan tahun. Bahkan ada yang merupakan usaha keluarga atau warisan dari orang tua sejak lama. Kebanyakan dari mereka tidak mempunyai pengetahuan, keahlian, atau keterampilan yang bisa digunakan untuk mengembangkan usaha mereka. Sehingga dalam pengoperasian usaha mereka masih menggunakan pola konvensional yang hanya berdasarkan kebiasaan dan tradisi serta pengalaman yang sudah mereka jalankan selama ini. selain itu pengetahuan yang terbatas akan teknologi mutakhir dalm proses produksi hingga kemasan memberikan pengaruh terhadap hasil yang mereka peroleh. Program-progam pemerintah yang sudah dilakukan untuk membantu mengembangkan entrepreneurship perempuan selama ini belumlah memadai. Mayoritas program ditujukan untuk perbaikan fisik semata tapi program yang berorintasi pada pengembangan entrepreneurship belumlah optimal. Program- program pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah, seideal apapun program yang direncakan namun jika tidak disesuaikan dengan kebutuhan wirausaha tersebut maka hasilnya pun sangatlah kecil. Jika benar komitmen dari pemerintah bagi pengembangan entrepreneurship para pelaku usaha UMKM perempuan ditambah dengan kemauan dan kemampuan mengembangkan entrepreneurship dielaborasi dengan pengelolaan modal sosial sebagai penopang modal ekonomi maka kedepan bukanlahsesuatu hal yang mustahil jika para pelaku usaha ini bisa memanfaatkan internet dalam menjalankan usahanya sehingga mampu mencapai pasar internasional. Dengan kerjasama dan didukung oleh semua stakeholder dari UMKM ini diharapkan hal tersebut bisa menjadi kenyataan di Kota Ambon. Berangkat dari semangat itu maka kajian penelitian ini mengambil tema Pemberdayaan Perempuan Pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah Melalui Pengembangan Entrepreneurship dan Peran Modal Sosial (studi pada sentra kerajinan kerang mutiara dan usaha pengolahan ikan asap di Kota Ambon) relevan untuk dibicarakan, khususnya dalam upaya menyiasati pemulihan ekonomi serta meningkatkan kemandirian dan kemampuan perempuan.
1.2 Rumusan masalah Perempuan memiliki berbagai kelebihan serta kelemahan yang dapat menghambat pertisipasinya dalam perekonomian Indonesia.Melalui pengembangan entrepreneurship perempuan diharapkan mampu mengoptimalkan kemampuan yang dimilikinya. Dengan memanfaatkan dan mengembangkan modal sosial maka diharapkan perempuan pelaku usaha itu bisa meberdayakan dirinya sendiri maupun masyarakat dan lingkungannya yang pada akhirnya bermuara pada pencapaian sosial welfare masyarakat. Dengan demikian masalah yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana perempuan memberdayakan dirinya melalui pengembangan entrepreneurship dalam aktivitas UMKM yang dijalani? 2. Bagaimana perempuan pelaku UMKM di kota Ambon mampu memanfaatkan modal sosial yang dimilikinya untuk mengembangkan usahanya? 3. Identifikasi program-program pemberdayaan dalam rangka peningkatan kemampuan entrepreneurship dan manfaatnya terhadap aktivitas ekonomi perempuan pelaku UMKM di Kota Ambon 4. Strategi apa yang harus dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan entrepreneurship demi pengembangan usaha yang dijalankan oleh perempuan pelaku UMKM di kota Ambon?
1.3 Tujuan 1. Mengetahui bagaimana perempuan khususnya pelaku usaha dapat memberdayakan dirinya melalui pengembangan entrepreneurship dalam aktivitas UMKM yang dijalani. 2. Mengetahui bagaimana perempuan pelaku UMKM di kota Ambon mampu memanfaatkan modal sosial yang dimilikinya untuk mengembangkan usahanya. 3. Mengetahui program-program yang dilaksanakan dalam rangka pengembangan entrepreneurship perempuan dan manfaatnya terhadap aktivitas ekonomi perempuan pelaku UMKM di Kota Ambon. 4. Mengetahui strategi apa yang paling tepat dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan entrepreneurship demi pengembangan usaha yang dijalankan oleh perempuan pelaku UMKM di kota Ambon. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Memberikan kontribusi bagi perempuan pelaku UMKM di Kota Ambon mengelola usahanya agar mampu memperhatikan dan meningkatkan kemampuan wirausahanya dalam rangka untuk mempertahankan dan mengembangkan usahanya. 2. Memberikan kontribusi bagi perempuan pelaku UMKM di Kota Ambon untuk senantiasa memanfaatkan modal sosial yang dimiliki sebagai modal utama yang dimiliki selain modal manusia dan finansial untuk tujuan pembangunan ekonomi masyarakat 3. Memberikan kontribusi pemikiran dan juga informasi baik kepada pemerintah daerah maupun seluruh stakeholder yang berkepentingan dengan UMKM tentang pemberdayaan terhadap pelaku UMKM khususnya perempuan dalam rangka pengembangan entrepreneurshipnya dan peran modal sosial.
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pemberdayaan Perempuan 2.1.1. Peran Ganda Perempuan Partisipasi perempuan saat ini bukan sekedar menuntut persamaan hak tetapi menyatakan fungsinya mempunyai arti bagi pembangunan dalam masyarakat Indonesia. Melihat potensi perempuan sebagai sumberdaya manusia maka upaya menyertakan perempuan dalam proses pembangunan bukan hanya merupakan demi alasan perikemanusiaan belaka, tetapi merupakan tindakan efisien karena tanpa mengikut sertakan perempuan dalam proses pembangunan berarti pemborosan dan memberi pengaruh negatif terhadap lajunya pertumbuhan ekonomi (Pudjiwati, 1983). Partisipasi perempuan menyangkut peran tradisi dan transisi. Peran tradisi atau domestik mencakup peran perempuan sebagai istri, ibu dan pengelola rumah tangga. Sementara peran transisi meliputi pengertian perempuan sebagai tenaga kerja, anggota masyarakat dan manusia pembangunan. Peran ganda yang dijalani perempuan membuat pola interaksi dengan keluarga berlangsung timbal balik dan saling membutuhkan baik ketika berada di dalam maupun di luar rumah. Adapun Pola pengelolaan pendapatan dan pemanfaatan pendapatan keluarga didasarkan oleh tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan keluarga.Setiap perempuan sebagai pribadi memerlukan hubungan dengan lingkungannya yang memotivasinya, merangsang perkembangannya atau memberikan sesuatu yang ia butuhkan. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisik, lingkungan psikis, serta lingkungan rohaniah yang dikandung oleh setiap individu. Perempuan, ketika melihat adanya peluang untuk mengembangkan diri, dan mendapat dukungan dari lingkungan, akan berusaha berprestasi atau berusaha untuk maju. Peluang ini akan membuka kesempatan bagi perempuan berpindah strata. Kesempatan ini mendorong perempuan untuk maju bersaing dan bekerja keras untuk beralih ke strata yang lebih tinggi. 2.1.2. Pemberdayaan Perempuan 2.1.2.1. Hakikat Pemberdayaan Pemberdayaan berasal dari penerjemahan bahasa Inggris empowerment yang bermakna pemberian daya yakni membuat sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai kemampuan. Pemberdayaan adalah sebuah proses menjadi, bukan sebuah proses instan. Sebagai proses, pemberdayaan mempunyai tiga tahapan yaitu penyadaran, pengkapasitasan dan pendayaan.
Pemberdayaan masyarakat itu sendiri adalah suatu proses yang mengembangkan dan memperkuat kemampuan masyarakat untuk terus terlibat dalam proses pembangunan yang berlangsung secara dinamis sehingga masyarakat dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi serta dapat mengambil keputusan secara bebas (independent) dan mandiri (Sumaryo, 1991; 6). Senada dengan itu Margono (2000; 32) mengemukakan pemberdayaan masyarakat adalah mengembangkan kondisi dan situasi sedemikian rupa hingga masyarakat memiliki daya dan kesempatan untuk mengembangkan kehidupannya tanpa adanya kesan bahwa perkembangan itu adalah hasil kekuatan eskternal, masyarakat harus dijadikan subyek bukan obyek. 2.1.2.2. Pemberdayaan Perempuan Pelaku UMKM Perempuan pengusaha di banyak negara telah menjadi perhatian besar dalam pembangunan bidang ekonomi. Di dalam forum APEC, pengembangan perempuan pengusaha juga telah menjadi isu yang hampir setiap tahun dibahas. Indonesia sendiri yang menjadi anggota APEC belum banyak menindaklanjuti kesepakatan tersebut. Sampai saat ini, belum ada data yang jelas tentang jumlah perempuan pengusaha yang juga adalah tergolong UMKM. Oleh karena itu, upaya pemberdayaan masih dilakukan secara minimal. Menurut Sumodiningrat dalam Sulistiani (2004:78) disampaikan bahwa pemberdayaan adalah pemberian energi agar yang bersangkutan mampu bergerak secara mandiri. Untuk melakukan pemberdayaan masyarakat secara umum dapat diwujudkan dengan menerapkan prinsip-prinsip dasar pendampingan masyarakat (Karsidi, 1988), sebagai berikut: 1. Belajar dari Masyarakat 2. Pendamping sebagai Fasilitator, Masyarakat sebagai Pelaku 3. Saling Belajar, Saling Berbagi Pengalaman 2.2. Pemberdayaan melalui Entrepreneurship.
2.2.1. Pengertian Entrepreneurship Entrepreneur adalah pelaku bisnis yang menerima gabungan antara resiko dan peluang yang menyangkut dalam menciptakan dan mengoperasikan peluang usaha baru. Entrepreneur adalah orang yang menanggung resiko dari bisnis kepemilikan dengan sasaran utama pertumbuhan dan perkembangan (Ebert, Griffin, 2003).
2.2.2. Sifat-Sifat dan Kepribadian Entrepreneurship Menurut DR. Suryana, proses kretaif dan inovatif hanya mungkin dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kepribadian kreatif dan inovatif, yaitu orang-orang yang meiliki jiwa, sikap dan perilaku kewirausahaan, dengan sifatsifat sebagai berikut: Penuh percaya diri, indikatornya adalah penuh keyakinan, optimis, berkomitmen, disiplin, bertanggung jawab. 2. Memiliki inisiatif, indikatornya adalah penuh energy, cekatan dalam bertindak dan aktif. 3. Memiliki motif berprestasi, indikatornya terdiri atas orientasi pada hasil dan wawasan ke depan. 4. Meiliki jiwa kepemimpinan, indikatornya adalah berani tampil beda, dapat dipercaya dan tangguh dalam bertindak. 4. Berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan.
Dalam kewirausahaan, modal tidak hanya identik dengan dengan modal yang berwujud (tangiable) seperti uang dan barang, tetapi juga modal yang tidak berwujud (intangiable) seperti modal intelektual, modal sosial, modal moral, dan modal mental yang dilandasi Agama. Menurut Dr. Suryana, MSi, secara garis besar modal kewirausahaan dapat dibagi ke dalam empat jenis, yaitu: 1) Modal intelektual, dapat diwujudkan dalam bentuk ide-ide sebagai modal utama yang disertai pengetahuan, kemampuan, keterampilan, komitmen, dan tanggung jawab sebagai modal tambahan. Ide merupakan modal utama yang akan membentuk modal lainnya. 2) Modal Sosial dan Modal Moral, dapat diwujudkan dalam bentuk kejujuran dan kepercayaan sehingga dapat terbentuk citra. Seorang wirausaha yang baik biasanya memiliki etika wirausaha seperti, kejujuran, integritas, menepati janji, kesetiaan, kewajaran, suka membantu, menghormati orang lain, warga negara yang baik dan taat hukum, mengejar keunggulan dan bertanggung jawab, 3) Modal mental adalah kesiapan mental berdasarkan landasan agama, diwujudkan dalam bentuk keberanian untuk menghadapi resiko dan tantangan, 4) Modal material adalah modal dalam bentuk uang atau barang. Modal ini terbentuk apabila seseorang memiliki jenis-jenis modal di atas.
2.2.3. Pemberdayaan Entrepreneurship Setiap tahunnya Indonesia melahirkan lebih dari 700.000 sarjana yang menganggur. Belasan juta penduduk Indonesia adalah pengangguran terbuka. Sementara itu jumlah wirausahawan hanya 0.18% dari total penduduk Indonesia, masih jauh tertinggal dibandingkan dengan Cina yang memiliki angka 2% atau bahkan Singapura dengan rasio 6-7% adalah wirausahawan. Banyaknya perusahaan yang tumbuh diawali model UKM (Usaha Kecil Menengah) atau small medium enterprise yang dimotori oleh semangat kewirausahaan (entrepreneur spirit) yang tangguh sebagai penggerak aktivitas perekonomian dapat menciptakan lapangan kerja. Berdasarkan hal di atas dapatlah kita lihat hubungan yang sangat erat antara Entrepreneurship dan UKM/Small Bissiness, karena tanpa adanya Entrepreneurship maka tidak akan ada UKM. Kewirausahaan (Entrepreneurship) berpengaruh terhadap kemajuan ekonomi bangsa. Untuk itu pemerintah mesti mendorong masyarakat industri kecil menengah untuk menjadi wirausahawan yang kreatif dan tangguh Dengan demikian maka diperlukan sebuah terobosan baru dalam upaya merangsang pembangunan ekonomi masyarakat melalui usaha kecil menengah khususnya yang dijalankan oleh kaum perempuan. Dalam hal ini terobosan baru yang diperlukan yaitu pendekatan pembangunan usaha kecil menengah yang memperhatikan unsur-unsur potensial di masyarakat yang dalam hal ini perempuan sebagai sebuah komunitas jender yang besar. Menyadari akan kurangnya kemampuan entrepreneurship yang dimiliki oleh mayoritas pelaku UMKM di Indonesia khususnya perempuan maka sangat mendesak untuk ditingkatkannya program-program pemberdayaan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan entrepreneurship yang wajib dimiliki oleh semua pelaku usaha dalam rangka untuk mengembangkan usahanya. 2.3. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pemberdayaan ekonomi masyarakat menurut Hutomo (2000), adalah penguatan pemilikan faktor-faktor produksi, penguatan penguasaan distribusi dan pemasaran, penguatan masyarakat untuk mendapatkan gaji/upah yang memadai, dan penguatan masyarakat untuk memperoleh informasi, pengetahuan dan ketrampilan, yang harus dilakukan secara multi aspek, baik dari aspek masyarakatnya sendiri, mapun aspek kebijakannya. Menurut Sumodiningrat (1999), ada 4 konsep pemberdayaan ekonomi yang secara ringkas dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Perekonomian rakyat adalah pereknomian yang diselenggarakan oleh rakyat. 2. Pemberdayaan ekonomi rakyat adalah usaha untuk menjadikan ekonomi yang kuat, besar, modern, dan berdaya saing tinggi dalam mekanisme pasar yang benar. 3. Perubahan struktural yang dimaksud adalah perubahan dari ekonomi tradisional ke ekonomi modern, dari ekonomi lemah ke ekonomi kuat, dari ekonomi subsisten ke ekonomi pasar, dari ketergantungan ke kemandirian. 4. Pemberdayaan ekonomi rakyat, tidak cukup hanya dengan peningkatan produktivitas, memberikan kesempatan berusaha yang sama, dan hanya memberikan suntikan modal sebagai stumulan, tetapi harus dijamin adanya kerjasama dan kemitraan yang erat antara yang telah maju dengan yang masih lemah dan belum berkembang. 5. Kebijakannya dalam pemberdayaan ekonomi rakyat adalah: (1) pemberian peluang atau akses yang lebih besar kepada aset produksi (khususnya modal); (2) memperkuat posisi transaksi dan kemitraan usaha ekonomi rakyat, agar pelaku ekonomi rakyat bukan sekadar price taker; (3) pelayanan pendidikan dan kesehatan; (4) penguatan industri kecil; (5) mendorong munculnya wirausaha baru; dan (6) pemerataan spasial. 6. Kegiatan pemberdayaan masyarakat mencakup: (1) peningkatan akses bantuan modal usaha; (2) peningkatan akses pengembangan SDM; dan (3) peningkatan akses ke sarana dan prasarana yang mendukung langsung sosial ekonomi masyarakat lokal
2.4. Pemberdayaan melalui Modal Sosial Modal sosial telah teruji oleh sejarah sebagai mekanisme penting baik dalam upaya mencapai pertumbuhan dan pemerataan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat yang berkerakyatan peranan modal sosial menjadi sangat penting diperhatikan. Modal sosial saat ini dipandang sebagai bumbu vital bagi perkembangan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Francis Fukuyama menunjukkan hasi-hasil studi di berbagai negara bahwa modal sosial yang kuat akan merangsang pertumbuhan berbagai sektor ekonomi karena adanya tingkat rasa percaya yang tinggi dan kerekatan hubungan alam jaringan yang lebih luas tumbuh antar sesama pelaku ekonomi. Modal sosial berpengaruh kuat pada perkembangan sektor-sektor ekonomi lainnya seperti sektor perdagangan, jasa, konstruksi, pariwisata dan beberapa yang lain. Apapun pembangunan ekonomi yang dilakukan, faktor trust, reciprocity, positive externalities, dan nilai-nilai etis merupakan penopang yang akan menentukan perkembangan dan keberlanjutan beragam aktifitas usaha di setiap sektor perekonomian. Sehingga berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa dalam pemberdayaan masyarakat harus memasukkan dimensi modal sosial sebagai salah satu komponennya. Pemberdayan masyarakat akan mengalami kegagalan tanpa menyadari pentingnya melibatkan dimensi kultural dan mendayagunakan peran modal sosial yang tumbuh di tengah masyarakat dalam mempercepat dan mengoptimalkan hasil dari proses pemberdayaan itu sendiri. Modal sosial yang berisikan trust, reciprositas, norma sosial dan nilai-nilai etis merupakan pondasi penopang yang akan menentukan perkembangan dan keberlanjutan beragam aktifitas usaha di berbagai sektor kehidupan Bourdieu (1980) mendefinisikan modal sosial sebagai keselurusan sumber-sumber, aktual atau virtual, yang mengalir dari individu atau kelompok melalui jalur-jalur pemilikan jaringan sementara atau hubungan-hubungan yang kurang terlembaga berupa pertemanan dan pengakuan yang saling menguntungkan. Merujuk pada Ridell (1997), ada tiga parameter modal sosial, yaitu kepercayaan (trust), norma-norma (norm) dan jaringan-jaringan (networks). Terkait penelitian penulis tentang Pemberdayaan UMKM melalui Pengembangan Entrepreneurship Perempuan dan peran Modal Soaial, maka parameter modal soaial yang digunakan di antaranya adalah:
2.4.1. Kepercayaan (Trust) Sebagaimana dijelaskan Fukuyama (1995), kepercayaan adalah harapan yang tumbuh di dalam sebuah masyarakat yang ditunjukkan oleh adanya perilaku jujur, teratur dan kerjasama berdasarkan norma-norma yang dianut bersama. Kepercayaan sosial merupakan penerapan terhadap pemahaman ini. Cox (1995) kemudian mencatat bahwa dalam masyarakat yang memiliki tingkat kepercayaan tinggi, aturan-aturan sosial cenderung bersifat posifat positif; hubungan-hubungan juga bersifat kerjasama
2.4.2. Jaringan (Networks) Infrastruktur dinamis dari modal sosial berwujud jaringan-jaringan kerjasama antar manusian (Putnam 1993). Jaringan tersebut memfasilitasi terjadinya komunikasi dan interaksi, memungkinkan tumbuhnya kepercayaan dan memperkuat kerjasama. Masyarakat yang sehat cenderung memiliki jaringanjaringan sosial yang kokoh. Orang mengetahui dan bertemu dengan orang lain. Mereka kemudian membangun inter-relasi yang kental, baik bersifat formal maupun informal (Onyx, 1996). 2.4.3. Norma Menurut Putnam (1993:36) norma-norma terdiri dari pemahamanpemahaman, nilai-nilai, harapan-harapan dan tujuan-tujuan yang diyakini dan dijalankan bersama oleh sekelompok orang. Norma-norma dapat bersumber dari agama, panduan moral, maupun standar-standar sekuler seperti halnya kode etik professional. Norma-norma dibangun dan berkembang berdasarkan sejarah kerjasama di masa lalu dan diterapkan untuk mendukung iklim kerjasama. Norma-norma dapat merupakan pra-kondisi maupun produk dari kepercayaan sosial, dan akan sangat berperan dalam mengontrol bentuk-bentuk perilaku yang tumbuh dalam masyarakat.
2.4.4. Manfaat Ekonomi Modal Sosial Modal sosial saat ini dipandanga sebagai bumbu vital bagi perkembangan pembangunan ekonomi masyarakat dunia. Francis Fukuyama menunjukan hasilhasil study diberbagai negara bahwa modal sosial yang kuat akan merangsang pertumbuhan berbagai sektor ekonomi karena adanya tingkat kepercayaan yang tinggi dan kerekatan hubungan dan jaringan yang luas tumbuh antara sesama pelaku ekonomi.
PENELITIAN TERDAHULU
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN
3.1. Kerangka Konsep Struktur sosial yang terbentuk di Kota Ambon menjadikan peran perempuan dalam masyarakat mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai ibu rumah tangga di satu sisi dan di sisi lainnya sebagai tulang punggung dalam memenuhi nafkah hidup keluarga. Perempuan kini mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam membangun dan menjadi penggerak untuk kemajuan UMKM di Kota Ambon, karena keuletan, kesabaran serta jiwa pantang menyerahnya perempuan bisa memimpin usaha di sektor ini. Selain dari pada itu UMKM dalam perkembangannya kini telah manjadi sebuah kekuatan strategis dalam pembangunan ekonomi masyarakat
Gambar 3.1. Skema Kerangka Pemikiran dalam Penelitian
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Dalam konteks penelitian ini fenomena khusus yang hendak diteliti adalah fenomena sosial yang berhubungan dengan perilaku dan interaksi sosial serta kemampuan wirausaha yang dimiliki oleh perempuan pelaku usaha mikro kecil dan menengah dengan mengambil study kasus pada pelaku usaha kerajinan kerang mutiara dan usaha pengolahan ikan asap di Kota Ambon. Menurut Bogdan dan Biklen (1992:58) studi kasus merupakan eksaminasi mendetail terhadap suatu latar atau satu subjek tunggal, penyimpangan dokumen atau satu peristiwa khusus. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendiskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. 4.2. Fokus Penelitian Seperti yang telah dideskripsikan dalam perumusan dan tujuan masalah maka untuk lebih rinci penelitian ini difokuskan pada bagaiman Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah Melalui Pengembangan Entrepreneurship Perempuan dan Peran Modal Sosial. 4.3. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat yang dijadikan objek dalam penelitian adalah sentra kerajinan kerang mutiara dan usaha pengolahan ikan asap yang dikelola Perempuan yang terdapat di Kota Ambon Provinsi Maluku. Alasan pemilihan tempat tersebut selain karena secara kedekatan, kota Ambon adalah daerah dimana tempat peneiliti bekerja Selain itu beberapa alasan yang mendasari peneliti mengambil lokasi ini adalah karena: 1. Kota Ambon merupakan daerah yang sangat strategis di Propinsi Maluku karena merupakan ibu kota propinsi dan menjadi pusat kegiatan ekonomi dan perdagangan di wilayah Maluku. 2. Kota Ambon memiliki potensi alam yang sangat besar terutama sumberdaya lautnya, potensi lautnya terutama ikan dan kerang termasuk kerang mutiara memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap perekonomian dan pendapatan daerah ini. 3. Usaha kerajinan kerang mutiara dan pengolahan ikan asap merupakan usaha yang sudah sekian lama dijalankan oleh masyarakat Kota Ambon khususnya perempuan di kota ini, dan keberadaan dua usaha ini sudah menjadi ciri khas (kearifan lokal) dari Kota Ambon, dimana hal ini sudah diketahui oleh mayoritas orang yang datang di Kota Ambon. Kedua jenis barang ini pasti akan dicari sebagai cinderamata/oleh-oleh untuk dibawa pulang. Kebiasaan masyarakat Ambon juga yang setiap hari harus menkonsumsi ikan membuat kebutuhan akan ikan olahan termasuk ikan asap juga sangat tinggi. 4. Pada dasarnya masyarakat kota Ambon sangat kuat hubungan sosialnya seperti modal sosial kepercayaan, jaringan, norma dan resiprositas, namun karena ulah segelintir orang dan kepentingan menyebabkan modal sosial yang dimiliki itu pernah nyaris ambruk, namun seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat maka hubungan itu perlahan mulai pulih. 4.4. Situs Penelitian Adapun situs penelitian dalam penelitian ini meliputi: bengkel tempat pengrajin kerang mutiara, rumah (toko) pedagang kerajinan kerang mutiara, rumah pengolahan ikan asap, tempat ikan asap dijual, Kantor Kementerian Koperasi dan UMKM Kota Ambon, Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Kota Ambon. 4.5. Sumber Data dengan mempertimbangkan akan rumusan masalah, tujuan dan fokus penelitian, maka sumber data dalam penelitian ini adalah informan, peristiwa dan dokumen. 4.5.1. Informan Informan pertama dipilih secara sengaja (purposive). Informan berikutnya berdasarkan snowball sampling, technique (straus dan Corbin, 1997:19) dan informan akhir berdasarkan pada tingkat kejenuhan dari informasi, dimana tidak ada lagi variasi informasi yang diberikan. 1. Pengrajin kerang mutiara sebagai pembuat kerajinan kerang mutiara 2. Pedagang kerajinan kerang mutiara sebagai penjual hasil kerajinan kerang mutiara 3. Pengolah ikan yang mengolah ikan mentah menjadi ikan asap 4. Nelayan yang memasok ikan bagi pengolah ikan asap 5. Pedagang yang menjual ikan asap 6. Masyarakat sebagai konsumen kerajinan kerang mutiara dan konsumen ikan asap 7. Pejabat pemerintah dari Kantor Koperasi dan UMKM Kota Ambon dan stake holder yang melakukan kegiatan pemberdayaan bagi UMKM di Kota Ambon. 4.6. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian kualitattif, peneliti sendiri yang menjadi instrument utama yang terjun ke lapangan dan berusaha sendiri mengumpulkan informasi melalui observasi dan wawancara. Wawancara yang dilakukan bersifat terbuka dan tak terstruktur. Untuk memudahkan pengumpulan data menggunakan alat bantu berupa catatan lapangan, maupun foto dan pedoman wawancara
BAB V PEMBERDAYAAN DIRI MELALUI PENGEMBANGAN KARAKTER, PENGETAHUAN, KEMAMPUAN DAN KEMAUAN ENTREPRENEURSHIP 5.1. Karakteristik Entrepreneurship Perempuan Pelaku UMKM di Kota Ambon 5.1.1. Percaya Diri dan Optimis Perempuan pelaku UMKM yang terdapat di Kota Ambon merupakan perempuan dengan tingkat kepercayaan diri dan optimise yang boleh di katakan cukup besar. Kepercayaan diri dan optimisme ini yang kemudian membuat mereka mampu untuk mempertahankan keberlangsungan usahanya walaupun daerah ini pernah di hantam oleh konflik sosial yang sangat parah yang berlangsung dalam kurun waktu yang cukup lama. Fakta yang tak terbantahkan bahwa ketika konflik sosial yang menghantam Kota Ambon dalam kurun waktu tahun 1998 hingga tahun 2000 dan waktu-waktu selama masa transisi dimana daerah ini berada dalam tahap recovery, pada masa ini kondisi Kota Ambon berada dalam kondisi perekonomian yang sangat terpuruk, usaha-usaha menengah dan besar mayoritas kolaps tapi pada saat itu yang mampu bertahan dan membantu perekonomian di Kota Ambon adalah usaha-usaha mikro dan kecil yang pada umumnya dijalankan oleh perempuan yang dijalankan melalui home-home industry yang dikelola dan dijalankan sendiri oleh perempuan-perempuan di kota ini. 5.1.2. Pekerja Keras Di Kota Ambon sangat banyak kita temui perempuan-perempuan dengan karakter pekerja keras ini karena kita lihat banyak sekali perempuan yang menjalankan peran gandanya tersebut dan tetap menjalankan kedua perannya itu dengan segenap kemampuan yang mereka miliki tanpa meninggalkan atau mengorbankan salah satu dari perannya tersebut. Peran ganda itu tetap mereka jalankan dengan penuh ketulusan dan nyaris tanpa mengeluh dan merasa berat, walaupun sering menemui kendala dan tantangan yang tidak sedikit. 5.1.3. Keberanian Mengambil Resiko dan Membaca Peluang Satu fakta yang peneliti temukan dilapangan adalah bahwa perempuan pelaku UMKM di Kota Ambon ternyata mayoritas belum mampu dalam membaca peluang usaha dan kurang berani mengambil resiko yang berkaitan dengan usahanya. Sifat mudah puas dan takut salah membuat mereka jadi enggan untuk mencoba melakukan selain apa yang selama ini mereka lakukan. Dikarenakan kebanyakan usaha mereka adalah usaha yang diwarisi dari orang tua dan juga usaha yang dijalani asalkan mampu memenuhi kebutuhan hidup membuat mereka cepat merasa puas dengan apa yang sudah mereka hasilkan dari usaha mereka itu tanpa mencoba untuk mencari peluang baru. Ketidakberanian dalam mengambil resiko dan melihat peluang ini hampir dimiliki oleh mayoritas perempuan pelaku UMKM di Kota Ambon dan ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan usaha-usaha yang mereka jalankan. 5.1.4. Motivasi Diri kondisi yang serba sulit tidak menjadi halangan bagi mereka untuk terus mempertahankan usaha mereka, hal itu didorong oleh rasa tanggung jawab mereka untuk tetap menjaga kestabilan ekonomi keluarga dan biaya pendidikan bagi anak-anak mereka. Satu sifat yang memang harus dimiliki oleh seorang usahawan untuk tetap bertahan walaupun dihadang oleh berbagai kendala. Kebesaran jiwa dan rasa tanggung jawab yang besar itu juga mereka tularkan kepada keluarga mereka bahwa apapun kesulitan yang dating harus bisa dihadapi dan jangan sampai membuat putus asa dan kehilangan motivasi hidup. 5.2. Pengetahuan Entrepreneurship 5.2.1. Pengetahuan Mengenai Usaha yang Akan Dimasuki/Dirintis dan Lingkungan Usaha yang Ada. Sebagian besar perempuan pelaku usaha ini, pengetahuan mengenai usaha yang mereka jalankan dan pemahaman mengenai lingkungan dari usaha tersebut bukanlah suatu hal yang penting untuk mereka ketahui. Bagi mereka suatu usaha bisa mereka jalankan walau tanpa pengetahuan yang memadai asalkan ada kesempatan dan kemauan dan mengenai apa yang harus mereka ketahui tentang usaha tersebut bisa mereka pelajari setelah usaha itu berjalan 5.2.2. Pengetahuan Tentang Peran dan Tanggung Jawab Mayoritas usaha perempuan di Kota Ambon adalah usaha keluarga makanya mereka cenderung tidak memiliki pengetahuan tentang peran dan tanggung dalam usaha mereka. usaha yang mayoritas merupakan usaha keluarga membuat pola seperti ini sepintas tidak terlihat kelemahannya tapi kalau diperhatikan secara mendalam barulah bisa dilihat bahwa hal itu justru menyebabkan akibat yang sangat fatal, tidak adanya pembagian peran dan tanggung jawab yang baik menyebabkan pelakunya relative kurang memiliki rasa tanggung jawab yang baik karena mereka menyadari bahwa kalau mereka tidk melaksanakan tugasnya maka pasti akan dikerjakan oleh anggota keluarganya yang lain. 5.2.3. Pengetahuan Tentang Manajemen dan Organisasi Bisnis. rata-rata usaha yang dijalankan oleh perempuan pelaku UMKM di Kota Ambon adalah usaha keluarga yang diwarisi dari orang tua mereka sehingga dalam manajemen dan organisasi dalam pengelolaan usaha juga hampir tidak bisa dipisahkan dengan pengelolaan rumah tangga mereka.
5.3. Kemampuan Entrepreneurship Khusus untuk perempuan pelaku UMKM di Kota Ambon, kemampuan kewirausahaan merupakan sesuatu yang mutlak dimiliki olehnya dimana hal ini mengingat mereka pada umumnya sudah memiliki satu modal utama yaitu kemauan. Kita tahu bahwa perempuan Maluku pada umumnya memiliki semangat yang sangat tinggi untuk bekerja, mereka adalah pekerja keras dan sudah terbiasa menjalankan peran ganda dalam kehidupannya 5.3.1. Kemampuan Imajinasi Satu hal yang kurang dimiliki oleh perempuan pelaku UMKM di Kota Ambon adalah mereka kurang memiliki imajinasi yang besar. Mereka cenderung terlalu merasa puas dengan apa yang mereka capai hari ini sehingga tidak mau untuk berimajinasi memperoleh lebih besar dari yang ada. 5.3.2. Kemampuan Berinovasi dan Berkreasi Satu hal lagi yang mayoritas tidak dimiliki oleh perempuan pelaku UMKM di Kota Ambon adalah kemampuan dalam berinovasi dan berkreasi. Karena mayoritas usaha yang mereka jalankan adalah usaha warisan dari orang tua maka pola-pola yang mereka gunakan untuk mengelola usaha mereka masihlah pola lama yang ditinggalkan oleh orang tua mereka dahulu yang terkadang belum tentu bisa diterima dalam kehidupan masyarakat saat ini. 5.3.3. Kemampuan Berkomunikasi Satu hal yang merupakan nilai lebih yang dimiliki oleh perempuan pelaku usaha khususnya yang berada di Kota Ambon adalah kemampuan mereka dalam berkomunikasi baik dengan pelanggan, tenaga kerja maupun dengan penyedia bahan baku kepada mereka. 5.4. Kemauan kemauan yang besar untuk berusaha ditengah kondisi yang serba sulit merupakan satu modal utama yang harus dimiliki dan itu sudah berhasil mereka pahami apalagi ditengah himpitan kondisi perekonomian dan keamanan yang serba sulit. 5.5. Kesimpulan Pemberdayaan Diri Melalui Pengembangan Karakter, Pengetahuan, Kemampuan dan Kemauan Entrepreneurship No. Jenis Pemberdayaan diri perempuan pelaku UMKM Temuan Interpretasi 1. Pengembangan karakter entrepreneurship a. Percaya diri dan optimis b. Pekerja keras c. Keberanian mengambil resiko dan membaca peluang. d. Motivasi diri - Cukup percaya diri dengan optimisme yang tinggi untuk tetap survive - Cukup kuat. - Masih kurang, dipengaruhi faktor ketidakstabilan kondisi keamanan dan perekonomian Kota Ambon - Kemampuan untuk motivasi diri cukup kuat 2. Pengetahuan Entrepreneurship a. Pengetahuan tentang usaha yang dijalankan dan lingkungan usaha tersebut. b. Pengetahuan tentang peran dan tanggungjawab c. Pengetahuan tentang manajemen dan organisasi nbisnis - Karena mayoritas usaha adalah usaha keluarga, maka pengetahuan tentang hal tersebut tidak dianggap sebagai suatu hal yang penting atau wajib untuk dipenuhi - Cenderung masih menggunakan polapola konvensional - Kegiatan-kegiatan dalam rangka meningkatkan pengetahuan entrepreneurship tersebut masih minim. - Karena mayoritas uasaha adalah usaha keluarga maka pembagian peran dan tanggungjawab dalam pengelolaan usaha nyaris tidak ada - Karena tidak ada pembagian peran tersebut akhirnya anggota keluarga yang lain cenderung kurang mampu bertanggung jawab - Tanggung jawab yang besar relatif hanya pada orang tertentu saja - mereka menggunakan manajemen keluarga dalam mengelola usaha dan tidak mampu membedakan manajemen keluarga dan manajemen usaha mereka. 3. Kemampuan entrepreneurship a. Kemampuan berimajinasi b. Kemampuan berinovasi dan berkreasi c. Kemampuan berkomunikasi - Mayoritas dari mereka cenderung merasa puas dengan yang sudah dimiliki sehingga tidak lagi terimajinasi untuk bisa mendapatkan yang lebih dari yang sudah diraih saat ini - Kelemahan akses permodalan dan penjualan menyebabkan mereka cenderung merasa enggan untuk berpikir/ berimajinasi yang lebih tinggi - Kondisi keamanan yang relatif tidak stabil juga turut berpengaruh - Rasa takut kecewa dan gagal. - Masih sangat terbatas, pola-pola yang dijalankan masih berdasarkan kebiasaan/pengalaman dan tidak mencoba inovasi baru - Masih sangat lemah dari hampir semua aspek antara lain: 1. Proses prodksi 2. Pengemasan 3. Pelabelan 4. Pemasaran - Masih menggunakan pola-pola konvensional - Cukup bagus - Komunikasi yang dijalin cukup positif, terutama denga pihak yang berkaitan dengan lingkungan usaha mereka antara lain: 1. Pengusaha 2. Pedagang 3. Penyedia bahan baku 4. Konsumen 4. Kemauan Kemauan untuk tetap mempertahankan usaha ditengah kondisi keamanan dan perekonomian yang relatif tidak stabil - Kemauan mereka cukup besar. - Walaupun berada di tengah kondisi sulit tapi mereka tetap yakin bahwa kalau ada kemauan pasti ada jalan.
BAB VI PEMANFAATAN MODAL SOSIAL UNTUK PENGEMBANGAN USAHA PEREMPUAN PELAKU UMKM DI KOTA AMBON
Keberadaan modal sosial dalam kehidupan masyarakat Kota Ambon merupakan sesuatu yang tidak dapat dilepaskan begitu saja mengingat masyarakat di Kota Ambon selalu menggunakan modal sosial ini dalam setiap aktivitas usahanya. 6.1. Kepercayaan (Trust) Terjadi Antara Perempuan Pelaku UMKM dengan Penyedia Bahan Baku, Pedagang dan Konsumen Bentuk Hubungan Antara Implikasi Ekonomi Bayar mundur Pengusaha dengan penyedia bahan baku Dapat membantu masalah permodalan finansial yang dihadapi baik oleh perusahaan maupun penyedia bahan baku sehingga keduanya tetap menjalankan usahanya. Pengusaha tetap berproduksi begitu juga penyedia bahan baku tetap mencari bahan baku (ikan dan kerang) sebagai sumber pencaharianya. Dengan sistem ini pengusaha dapat terbantu soal kesediaan bahan baku begitu juga penyedia bahan baku tidak perlu khawatir soal daya tahannya terutama untuk bahan baku ikan karena produk ini mempunyai daya tahan yang pendek. Pengusaha dengan pedagang Dengan sistem ini pengusaha bisa mengatasi keterbatasan modal finansial dengan mengambil dulu uang dari pedagang dan akan dibayar setelah produknya sudah lagu, bisa dijual kepada pedagang tersebut atau bisa juga ke pedagang lain sehingga bisa tetap menyalankan aktivitas ekonominya Pedagang yang belum mampu membayar tunai bisa mengambil dulu secara kredit dan akan dibayarkan disaat memiliki dana, sehingga membantu lancarnya kegiatan proses produksi dimana produksinya selalu keluar tidak menetap di tempat dan bagi pedagang, bisa terus menjalankan dagangannya tersebut Kepastian ketersedian bahan baku yang berkualitas. Pengusaha dengan penyedia bahan baku Kepercayaan yang sudah kuat menyebabkan penyedia bahan baku selalu berusaha memastikan ketersediaan bahan baku yang berkualitas, sehingga pengusaha tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk mencari bahan baku. Siap tadah Pengusaha dengan pedagang Pengusaha selalu produktif karena tidak merasa khawatir akan terjualnya hasil produksinya karena pedagang selalu siap menadah hasil produksinya. Implikasinya pengusaha tidak perlu mengeluarkan biaya untuk menjual ke tempat lain. Jaminan kualitas Pedagang dengan konsumen Konsumen percaya akan kualitas produk yang dibelinya sehingga tidak ragu-ragu untuk tetap menjadi pelanggan. implikasinya pedagang bisa menjual hasi produksi lebih banyak dan terjadi peningkatan pada pendapatannya. Sumber: Data olahan lapangan Thn. 2011
6.2. Jaringan (Network) Terbangun antara Sesama Perempuan Pelaku UMKM, Penyedia Bahan Baku dan Konsumen Tabel 6.2 Bentuk Jaringan (network) pada Usaha Perempuan Pelaku UMKM di Kota Ambon Bentuk Hubungan Antara Implikasi Ekonomi Pemanfaatan jaringan untuk kepentingan bersama Sesama perempuan pelaku UMKM Satu jaringan yang dimiliki oleh salah satu pengusaha perempuan bisa dimanfaatkan bersama oleh komunitas usaha karena kedekatan hubungan. Implikasi ekonominya; terjadi efisiensi biaya yang harus dikeluarkan dalam rangka mendapatkan informasi/jaringan yang berkaitan dengan usahanya. Pemanfaatan jaringan menjamin ketersediaan bahan baku Pengusaha dengan penyedia bahan baku Kesulitan untuk mendapatkan bahan baku tidak lagi dialami oleh pengusaha karena setiap membutuhkan, tinggal menghubungi jaringan penyedia bahan baku dan penyedia bahan baku bisa memanfaatkan jaringan yang dimilikinya untuk menyediakan bahan baku ketika dia tidak sanggup menyediakannya. Implikasinya; pengusaha tetap berproduksi tanpa khawatir atas ketersediaan bahan baku dan terjadi efisiensi biaya dimana pengusaha tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk mencari bahan baku. Jaringan konsumen untuk memperluas pasar Pedagang dengan konsumen Hubungan baik dengan konsumen melahirkan keinginan dari konsumen untuk mempromosikan kepada pihak lain, sehingga pedagang dapat menjual produknya melalui jaringan yang dimiliki oleh konsumen. Implikasinya; pedagang dapat meningkatkan penjualan dan terjadi efisiensi terhadap biaya promosi. Sumber: Data olahan lapangan Thn. 2011 6.3. Resiprositas (Pertukaran Kebaikan) Terjadi antara Sesama Perempuan Pelaku Usaha, Pemasok Bahan Baku dan dengan Konsumen Tabel 6.3 Bentuk Resiprositas pada Usaha Perempuan Pelaku UMKM di Kota Ambon Bentuk Hubungan Antara Implikasi Ekonomi Baku pinjam (saling pinjam) Sesama perempuan pelaku UMKM Hubungan yang baik bisa melahirkan keinginan untuk saling meminjam/memberikan pinjaman atas sesuatu yang dibutuhkan. Dengan hubungan seperti itu, masing-masing bisa tetap menjalankan usaha mereka. Implikasinya; dapat menjadi alternatif/solusi bagi masalah keterbatasan modal sehingga dapat tetap melakukan aktivitas ekonominya. Utang dan bonus Pengusaha dengan penyedia bahan baku Keterbatasan modal finansial bisa diminimalisir dengan pola utang. Sebagai imbalannya keduanya sering memberikan bonus sebagai ungkapan rasa terima kasih. Discount dan bonus Pedagang dengan konsumen Dalam rangka menjaga hubungan baik kepada pelanggan/konsumen dan juga sebagai cara untuk mempertahankan pelanggan, pedagang sering memberikan discount dan juga bonus kepada konsumen terutama kalau ada pesanan dalam jumlah banyak dan juga kepada pelanggan tetap. Hal ini berimplikasi kepada keputusan konsumen untuk tetap membeli produk pedagang tersebut. Sumber: Data olahan lapangan Thn 2011 6.4. Norma/Nilai dalam Masyarakat Berpengaruh Terhadap Perkembangan Usaha Tabel 6.4 Bentuk Norma pada Usaha Perempuan Pelaku UMKM di Kota Ambon Bentuk Hubungan Antara Implikasi Ekonomi Satu jaga laeng (saling menjaga) Sesama perempuan pelaku UMKM Hubungan yang baik melahirkan kesepakatan informal untuk saling menjaga usaha dikomunitas mereka. Hal ini bisa terwujud karena lingkungan usaha yang sehat bebas dari persaingan yang saling menjatuhkan. Manfaatnya; dapat mengurangi biaya tambahan yang harus dikeluarkan oleh pengusaha untuk meminimalisir resiko yang ditimbulkan dan juga memberikan kenyamanan dan rasa aman dalam berusaha. Budaya masohi (gotong royong) Sesama pelaku UMKM Suatu masalah yang dihadapi oleh salah seorang pengusaha, bisa secara gotong royong diselesaikan oleh komunitas usaha tersebut. Hal ini bisa terwujud karena adanya hubungan baik. Manfaat; efisiensi biaya karena secara gotong royong dipikul oleh sesama pelaku usaha Budaya pela dan gandong Sesama pelaku UMKM Ketaatan/kepatuhan akan sakralnya nilai-nilai adat ini menyebabkan kepatuhan terhadap aturan dan sanksinya. Hal ini mengikat orang yang berpela/gandong untuk harus saling membantu, memberikan kebaikan jika tidak mau terkena kualat. Manfaat; pengusaha yang memiliki hubungan pela misalnya dengan penyedia bahan baku atau pedagang dengan konsumennya
BAB VII IDENTIFIKASI PROGRAM-PROGRAM PEMBERDAYAAN DALAM RANGKA PENINGKATAN KEMAMPUAN ENTREPRENEURSHIP DAN MANFAATNYA TERHADAP AKTIVITAS EKONOMI PEREMPUAN PELAKU UMKM DI KOTA AMBON