Anda di halaman 1dari 37

Puja Adi Bimoseno 0671183

Rahmat Nugroho 0971106


Rafki Haris - 09711268
Okta Adinanto Prabowo 09711022

Pembimbing:
dr. H. Iman Fadhli, Sp. B
ANAMNESIS
Identitas
Nama : An. R
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 08 tahun
Alamat : Tambakboyo Mantinga
Agama : Islam
Mondok di Bangsal : Mawar kamar 10
Tanggal Masuk : 2 januari 2014
Rekam Medik : 388383
Keluhan utama :
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada perut.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Sragen dengan keluhan
nyeri perut. Pasien mengeluh nyeri perut pada semua
bagian perut. Nyeri perut dirasakan sudah sejak 3 hari
yang lalu. Semakin lama nyeri perut dirasakan semakin
memberat, dan pada tanggal 31 Desember 2013 pasien
merasakan nyeri yang sangat hebat sehingga pasien
merasa tidak dapat menahan nyeri perut tersebut
kemudian pasien dibawa ke puskesmas kemudian pasien
dirujuk ke RSUD Sragen pada tanggal 2 januari 2014.
Selain nyeri perut pasien juga terkadang merasa mual
dan kesulitan untuk buang angin dan air besar.
Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya pasien tidak pernah dirawat di RS.
Orang tua pasien juga mengaku bahwa An.R
tidak pernah mengeluhkan keluhan serupa.
Riwayat Penyakit Pada Keluarga
Riwayat Penyakit keluarga di sangkal
Anamnesis Sistem

Sistem Cerebrospinal : Kesadaran baik, dan
tidak sakit kepala.
Sistem Cardiovaskuler : Pasien tidak
mengeluh berdebar-debar, nyeri dada (-)
Sistem Respiratorius : Pasien tidak batuk dan tidak
sesak nafas
Sistem Gastrointestinal : mual, muntah, tidak
dapat buang angin dan sulit BAB
Sistem Urogenitale : BAK lancar
Sistem Integumentum : Turgor kulit baik,
tidak ada kelainan.
Sistem Muskuloskeletal : Tonus baik,
pergerakan normal, tidak ada deformitas.


Resume Anamnesis :
Seorang anak umur 8 tahun dibawa orang tua datang
ke IGD dengan keluhan nyeri perut pada semua bagian
perut. Selain itu pasien merasa mual, muntah,sulit buang
angina dan sulit BAB.


PEMERIKSAAN FISIK

Kondisi Umum : tampak kesakitan
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 90 x/mnt
Respirasi : 24 x/mnt
Temperatur : 38.1 0C

Cephal : Tidak ada kelainan, tidak ada
hematom.
Orbita : Conjungtiva anemis, Sclera tidak
ikterik.
Collum : JVP tidak meningkat, tidak terdapat
pembesaran limfonodi
Thorax : Pergerakan dinding dada simetris kiri
dan kanan simetris dan tidak ada ketinggalan
gerak



Cor : I : Tidak tampak pulsasi ictus
cordis.
pa : ictus cordis tidak teraba.
pe : redup
Au : Bunyi jantung 1 dan 2 reguler,
intensitas normal, tidak ada bising jantung.

Pulmo : I : Tidak ada ketinggalan gerak
Pa : tidak terdapat ketinggalan
gerak
Pe : Sonor disemua lapangan paru
Au : Vesikuler dan bronkial, tidak
ada suara tambahan.

Abdomen :
I : dinding perut flat, tidak terdapat sikatrik,
tidak terlihat pulsasi aorta abdominalis
pa : terdapat defans muskuler, distensi,
hepar, lien dan ginjal tidak teraba, tidak teraba
massa, nyeri tekan pada semua kuadran
Pe : hipertimpani
Au : Peristaltik usus negatif.

Urogenitale : BAK lancar.
Ekstremitas : Tidak ada gangguan
gerak, kekuatan otot normal, tidak ada
deformitas.

Status Lokalis
Regio : Abdomen
I : Tidak tampak tanda-tanda radang, tidak
ada sikatrik
A : peristaltik usus negatif
Pa : Terdapat nyeri tekan pada semua
kuadran, terdapat defans muskuler dan tidak
teraba ada massa
Pe : hipertimpani

Rectal Toucher
Tonus Muskulus Spincter Ani : tonus menurun
Ampula Recti : kolaps
Mukosa Rectum : Licin dan tidak teraba massa.
Nyeri tekan : terdapat nyeri tekan ke segala
arah
Sarung tangan : Tidak ada darah, tidak
terdapat feses.


Laboratorium
Darah
Ureum
Albumin
Pemeriksaan Radiologis
Ro thorax
endoskopi

Diagnosis Pra Bedah
Peritonitis suspect appendicitis perforasi

Diagnosis Banding
Appendicitis perforasi
Gastroenteritis


Terapi
Terapi konservatif : Antibiotik
Terapi operatif : laparatomy

Prognosis
Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad
bonam
PERITONITIS

Definisi
Peritonitis adalah keadaan akut abdomen akibat peradangan
sebagian atau seluruh selaput peritoneum parietale ataupun
viserale pada rongga abdomen.
Etiologi
Terjadinya suatu hubungan ke dalam rongga peritoneal dari
organ-organ intra-abdominal, disebabkan oleh trauma,
darah yang menginfeksi peritoneal, benda asing, obstruksi
dari usus yang mengalami strangulasi, pankreatitis, PID dan
bencana vaskular.

Peritonitis bakterial primer
Merupakan peritonitis akibat kontaminasi
bakterial secara hematogen pada cavum
peritoneum dan tidak ditemukan fokus infeksi
dalam abdomen.
Penyebabnya bersifat monomikrobial, biasanya
E. Coli, Sreptococus atau Pneumococus.
RF: malnutrisi, keganasan intraabdomen,
imunosupresi dan splenektomi
Peritonitis bakterial akut sekunder (supurativa)
Peritonitis yang mengikuti suatu infeksi akut
atau perforasi tractusi gastrointestinal atau
tractus urinarius.
Invasi bakteri peritoneum mengeluarkan
eksudat fibrinosa kantong nanah terbentuk
diantara perlekatan fibrinosa perlekatan
hilang bila infeksi hilang, tapi dapat menetap
sbg pita fibrosa yg dpt mjd obstruksi usus

Bila bahan yg menginfeksi tersebar luas pada
permukaan peritoneum terjadi peritonitis
general

Respon Primer
Respon trauma dan penyembuhan peritoneum
Iritasi peritoneal lokal
Kehilangan sel mesotelial regional
Penyembuhannya dengan cara metastasis/migrasi
mesotelial yang berdekatan, penyembuhan simultan
terjadi dalam 3-5 hari, penyembuhan yang terjadi
cepat dan tanpa adhesi.
Terjadi perlekatan
Terjadi jendalan fibrin setelah trauma
3-8 hari setelah trauma aktivitas fibrinolitik
hipoksia adhesi invasi fibroblas
angiogenesis sintesis kolagen.
Adhesi fibrous terbentuk sempurna dalam 10 hari
dan maksimal dalam 2 hingga 3 minggu setelah
trauma
Pertahanan hospes terhadap infeksi abdomen
Mekanisme pertahanan intra peritoneal:
Pembersihan bakteri secara mekaniklymphatics
Pembunuhan bakteri oleh fagosit
Hipovolemia awal
Inflamasi vasodilatasi eksudasi usus
menjadi atoni dan dilatasi terjadi akumulasi
cairan akibatnya cairan intra vaskuler hilang 6-10
lietr/24 jam syok hipovolemik
Kenaikan tekanan intra abdominal
Terjadi oleh karena adanya cairan di dalam
peritoneal, di rongga peritoneum, di dalam usus,
distensi usus. Yang akhirnya menimbulkan
pengaruh negatif terhadap fungsi paru, jantung,
ginjal, perfusi hati, intestinal dan splanikus.




Respon Sekunder
Respon jantung
Asidosis menyebabkan kontraktilitas jantung
menurun dan menyebabkan cardiac output semakin
menurun
Respon respirasi
Distensi abdomen, ileus paralitik, dan nyeri,
menyebabkan gerakan nafas terganggu, hipoksia,
penurunan ventilasi. Yang akhirnya dapat
menyebabkan ARDS
Respon ginjal
Hipovolemia dan penurunan cardiac output
menyebabkan penurunan aliran darah menuju
ginjal. Akibatnya terjadi kenaikan sekresi ADH dan
aldosteron yang menyebabkan reabsorbsi Na dan air
serta K meningkat, akibatnya asidosis memburuk
dan dapat menyebabkan gagal gunjal akut.

Respon endokrin
Stimulasi kelenjar medula adrenal menyebabkan
sekresi epinefrin dan norepinefrin. Hal ini
mengakibatkan terjadinya vasokonstriksi, takikardi
dan berkeringat. Sekresi aldostreon dan ADH yang
meningkat menyebabkan retensi Na dan air
sehingga terjadi hiponatremia



Utama :
Sakit perut
Muntah
Abdomen tegang, kaku, nyeri
Demam, leukositosis
Gejala dan tanda yg sering muncul
Nyeri perut seperti ditusuk
Perut yang tegang (distended)
Demam (>38
0
C)
Produksi urin berkurang
Mual dan muntah
Haus
Cairan di dalam rongga abdomen
Tidak bisa buang air besar atau kentut
Tanda-tanda syok

Anamnesis
Sifat, letak dan perpindahan nyeri merupakan
gejala yang penting. Demikian juga muntah,
kelainan defekasi dan sembelit. Adanya syok,
nyeri tekan, defans muskular, dan perut
kembung harus diperhatikan sebagai gejala
dan tanda penting. Sifat nyeri, cara timbulnya
dan perjalanan selanjutnya

Pemeriksaan fisik
Kondisi umum, wajah, denyut nadi,
pernapasan, suhu badan, dan sikap baring
pasien.
Gejala dan tanda dehidrasi, perdarahan, syok,
dan infeksi atau sepsis juga perlu diperhatikan.
Pemeriksaan abdomen:
Inspeksi perut tegang/distend, bekas sikatrik
Auskultasi bising usus menurun
Per/pal nyeri tekan seluruh lapang perut
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah, urin, dan feses.
Roentgen dan endoskopi
Pencitraan diagnostik yang perlu dilakukan
biasanya foto abdomen 3 posisi (supine, upright and
lateral decubitus position) untuk memastikan
adanya tanda peritonitis, udara bebas, obstruksi,
atau paralisis usus
Mengistirahatkan saluran cerna dengan
memuasakan pasien,
Pemberian antibiotik yang sesuai,
Dekompresi saluran cerna dengan penghisapan
nasogastrik atau intestinal,
Penggantian cairan dan elektrolit yang hilang yang
dilakukan secara intravena,
Pembuangan fokus septik (apendiks) atau
penyebab radang lainnya, bila mungkin dengan
mengalirkan nanah keluar dan tindakan-tindakan
menghilangkan nyeri.
Laparatomy

Anda mungkin juga menyukai