Rafki Haris - 09711268 Okta Adinanto Prabowo 09711022
Pembimbing: dr. H. Iman Fadhli, Sp. B ANAMNESIS Identitas Nama : An. R Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 08 tahun Alamat : Tambakboyo Mantinga Agama : Islam Mondok di Bangsal : Mawar kamar 10 Tanggal Masuk : 2 januari 2014 Rekam Medik : 388383 Keluhan utama : Pasien datang dengan keluhan nyeri pada perut. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke IGD RSUD Sragen dengan keluhan nyeri perut. Pasien mengeluh nyeri perut pada semua bagian perut. Nyeri perut dirasakan sudah sejak 3 hari yang lalu. Semakin lama nyeri perut dirasakan semakin memberat, dan pada tanggal 31 Desember 2013 pasien merasakan nyeri yang sangat hebat sehingga pasien merasa tidak dapat menahan nyeri perut tersebut kemudian pasien dibawa ke puskesmas kemudian pasien dirujuk ke RSUD Sragen pada tanggal 2 januari 2014. Selain nyeri perut pasien juga terkadang merasa mual dan kesulitan untuk buang angin dan air besar. Riwayat Penyakit Dahulu Sebelumnya pasien tidak pernah dirawat di RS. Orang tua pasien juga mengaku bahwa An.R tidak pernah mengeluhkan keluhan serupa. Riwayat Penyakit Pada Keluarga Riwayat Penyakit keluarga di sangkal Anamnesis Sistem
Sistem Cerebrospinal : Kesadaran baik, dan tidak sakit kepala. Sistem Cardiovaskuler : Pasien tidak mengeluh berdebar-debar, nyeri dada (-) Sistem Respiratorius : Pasien tidak batuk dan tidak sesak nafas Sistem Gastrointestinal : mual, muntah, tidak dapat buang angin dan sulit BAB Sistem Urogenitale : BAK lancar Sistem Integumentum : Turgor kulit baik, tidak ada kelainan. Sistem Muskuloskeletal : Tonus baik, pergerakan normal, tidak ada deformitas.
Resume Anamnesis : Seorang anak umur 8 tahun dibawa orang tua datang ke IGD dengan keluhan nyeri perut pada semua bagian perut. Selain itu pasien merasa mual, muntah,sulit buang angina dan sulit BAB.
PEMERIKSAAN FISIK
Kondisi Umum : tampak kesakitan Kesadaran : Compos mentis Tekanan Darah : 110/80 mmHg Nadi : 90 x/mnt Respirasi : 24 x/mnt Temperatur : 38.1 0C
Cephal : Tidak ada kelainan, tidak ada hematom. Orbita : Conjungtiva anemis, Sclera tidak ikterik. Collum : JVP tidak meningkat, tidak terdapat pembesaran limfonodi Thorax : Pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan simetris dan tidak ada ketinggalan gerak
Cor : I : Tidak tampak pulsasi ictus cordis. pa : ictus cordis tidak teraba. pe : redup Au : Bunyi jantung 1 dan 2 reguler, intensitas normal, tidak ada bising jantung.
Pulmo : I : Tidak ada ketinggalan gerak Pa : tidak terdapat ketinggalan gerak Pe : Sonor disemua lapangan paru Au : Vesikuler dan bronkial, tidak ada suara tambahan.
Abdomen : I : dinding perut flat, tidak terdapat sikatrik, tidak terlihat pulsasi aorta abdominalis pa : terdapat defans muskuler, distensi, hepar, lien dan ginjal tidak teraba, tidak teraba massa, nyeri tekan pada semua kuadran Pe : hipertimpani Au : Peristaltik usus negatif.
Urogenitale : BAK lancar. Ekstremitas : Tidak ada gangguan gerak, kekuatan otot normal, tidak ada deformitas.
Status Lokalis Regio : Abdomen I : Tidak tampak tanda-tanda radang, tidak ada sikatrik A : peristaltik usus negatif Pa : Terdapat nyeri tekan pada semua kuadran, terdapat defans muskuler dan tidak teraba ada massa Pe : hipertimpani
Rectal Toucher Tonus Muskulus Spincter Ani : tonus menurun Ampula Recti : kolaps Mukosa Rectum : Licin dan tidak teraba massa. Nyeri tekan : terdapat nyeri tekan ke segala arah Sarung tangan : Tidak ada darah, tidak terdapat feses.
Laboratorium Darah Ureum Albumin Pemeriksaan Radiologis Ro thorax endoskopi
Diagnosis Pra Bedah Peritonitis suspect appendicitis perforasi
Prognosis Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad bonam PERITONITIS
Definisi Peritonitis adalah keadaan akut abdomen akibat peradangan sebagian atau seluruh selaput peritoneum parietale ataupun viserale pada rongga abdomen. Etiologi Terjadinya suatu hubungan ke dalam rongga peritoneal dari organ-organ intra-abdominal, disebabkan oleh trauma, darah yang menginfeksi peritoneal, benda asing, obstruksi dari usus yang mengalami strangulasi, pankreatitis, PID dan bencana vaskular.
Peritonitis bakterial primer Merupakan peritonitis akibat kontaminasi bakterial secara hematogen pada cavum peritoneum dan tidak ditemukan fokus infeksi dalam abdomen. Penyebabnya bersifat monomikrobial, biasanya E. Coli, Sreptococus atau Pneumococus. RF: malnutrisi, keganasan intraabdomen, imunosupresi dan splenektomi Peritonitis bakterial akut sekunder (supurativa) Peritonitis yang mengikuti suatu infeksi akut atau perforasi tractusi gastrointestinal atau tractus urinarius. Invasi bakteri peritoneum mengeluarkan eksudat fibrinosa kantong nanah terbentuk diantara perlekatan fibrinosa perlekatan hilang bila infeksi hilang, tapi dapat menetap sbg pita fibrosa yg dpt mjd obstruksi usus
Bila bahan yg menginfeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum terjadi peritonitis general
Respon Primer Respon trauma dan penyembuhan peritoneum Iritasi peritoneal lokal Kehilangan sel mesotelial regional Penyembuhannya dengan cara metastasis/migrasi mesotelial yang berdekatan, penyembuhan simultan terjadi dalam 3-5 hari, penyembuhan yang terjadi cepat dan tanpa adhesi. Terjadi perlekatan Terjadi jendalan fibrin setelah trauma 3-8 hari setelah trauma aktivitas fibrinolitik hipoksia adhesi invasi fibroblas angiogenesis sintesis kolagen. Adhesi fibrous terbentuk sempurna dalam 10 hari dan maksimal dalam 2 hingga 3 minggu setelah trauma Pertahanan hospes terhadap infeksi abdomen Mekanisme pertahanan intra peritoneal: Pembersihan bakteri secara mekaniklymphatics Pembunuhan bakteri oleh fagosit Hipovolemia awal Inflamasi vasodilatasi eksudasi usus menjadi atoni dan dilatasi terjadi akumulasi cairan akibatnya cairan intra vaskuler hilang 6-10 lietr/24 jam syok hipovolemik Kenaikan tekanan intra abdominal Terjadi oleh karena adanya cairan di dalam peritoneal, di rongga peritoneum, di dalam usus, distensi usus. Yang akhirnya menimbulkan pengaruh negatif terhadap fungsi paru, jantung, ginjal, perfusi hati, intestinal dan splanikus.
Respon Sekunder Respon jantung Asidosis menyebabkan kontraktilitas jantung menurun dan menyebabkan cardiac output semakin menurun Respon respirasi Distensi abdomen, ileus paralitik, dan nyeri, menyebabkan gerakan nafas terganggu, hipoksia, penurunan ventilasi. Yang akhirnya dapat menyebabkan ARDS Respon ginjal Hipovolemia dan penurunan cardiac output menyebabkan penurunan aliran darah menuju ginjal. Akibatnya terjadi kenaikan sekresi ADH dan aldosteron yang menyebabkan reabsorbsi Na dan air serta K meningkat, akibatnya asidosis memburuk dan dapat menyebabkan gagal gunjal akut.
Respon endokrin Stimulasi kelenjar medula adrenal menyebabkan sekresi epinefrin dan norepinefrin. Hal ini mengakibatkan terjadinya vasokonstriksi, takikardi dan berkeringat. Sekresi aldostreon dan ADH yang meningkat menyebabkan retensi Na dan air sehingga terjadi hiponatremia
Utama : Sakit perut Muntah Abdomen tegang, kaku, nyeri Demam, leukositosis Gejala dan tanda yg sering muncul Nyeri perut seperti ditusuk Perut yang tegang (distended) Demam (>38 0 C) Produksi urin berkurang Mual dan muntah Haus Cairan di dalam rongga abdomen Tidak bisa buang air besar atau kentut Tanda-tanda syok
Anamnesis Sifat, letak dan perpindahan nyeri merupakan gejala yang penting. Demikian juga muntah, kelainan defekasi dan sembelit. Adanya syok, nyeri tekan, defans muskular, dan perut kembung harus diperhatikan sebagai gejala dan tanda penting. Sifat nyeri, cara timbulnya dan perjalanan selanjutnya
Pemeriksaan fisik Kondisi umum, wajah, denyut nadi, pernapasan, suhu badan, dan sikap baring pasien. Gejala dan tanda dehidrasi, perdarahan, syok, dan infeksi atau sepsis juga perlu diperhatikan. Pemeriksaan abdomen: Inspeksi perut tegang/distend, bekas sikatrik Auskultasi bising usus menurun Per/pal nyeri tekan seluruh lapang perut Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan darah, urin, dan feses. Roentgen dan endoskopi Pencitraan diagnostik yang perlu dilakukan biasanya foto abdomen 3 posisi (supine, upright and lateral decubitus position) untuk memastikan adanya tanda peritonitis, udara bebas, obstruksi, atau paralisis usus Mengistirahatkan saluran cerna dengan memuasakan pasien, Pemberian antibiotik yang sesuai, Dekompresi saluran cerna dengan penghisapan nasogastrik atau intestinal, Penggantian cairan dan elektrolit yang hilang yang dilakukan secara intravena, Pembuangan fokus septik (apendiks) atau penyebab radang lainnya, bila mungkin dengan mengalirkan nanah keluar dan tindakan-tindakan menghilangkan nyeri. Laparatomy