Am = Faktor pengali asimetrik
AM = 1 0.0032 x A
Keterangan:
H = jarak beban terhadap titik pusat tubuh
V = jarak beban terhadap lantai
D =jarak perpindahan beban secara vertical
A = sudut simetri putaran yang dibentuk tubuh
Untuk Frekuensi Pengali ditentukan dengan menggunakan tabel FM dibawah ini
dengan mengetahui frekuensi angkatan tiap menitnya dan juga nilai V dalam inchi.
19
Setelah nilai RWL diketahui, selanjutnya perhitungan Lifting Index, untuk
mengetahui index pengangkatan yang tidak mengandung resiko cidera tulang
belakang, dengan persamaan :
LI =
=
Keterangan:
Jika LI 1, maka aktivitas tersebut tidak mengandung resiko cidera tulang
belakang. Jika LI 1, maka aktivitas tersebut mengandung resiko cidera tulang
belakang.
2.4 Antropometri
Istilah anthropometryberasal dari kata anthropos (man) yang berarti manusia dan
metron (measure) yang berarti ukuran (Bridger, 1995). Secara definitif antropometri
dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi
tubuh manusia. Antropometri secara luas digunakan untuk pertimbangan ergonomis
dalam suatu perancangan (desain) produk maupun sistem kerja yang akan
memerlukan interaksi manusia. Aspek-aspek ergonomi dalam suatu proses rancang
bangun fasilitas marupakan faktor yang penting dalam menunjang peningkatan
pelayanan jasa produksi. Setiap desain produk, baik produk yang sederhana maupun
produk yang sangat komplek, harus berpedoman kepada antropometri
pemakainya.Menurut Sanders & Mc Cormick (1987); Pheasant (1988), dan Pulat
(1992), antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh atau karakteristik fisik tubuh
lainnya yang relevan dengan desain tentang sesuatu yang dipakai orang.
Ada 3 filosofi dasar untuk suatu desain yang digunakan oleh ahli-ahli
ergonomi sebagai data antropometri yang diaplikasikan (Sutalaksana, 1979 dan
Sritomo, 1995), yaitu:
a. Perancangan produk bagi individu dengan ukuran yang ekstrim.
Contoh: penetapan ukuran minimal dari lebar dan tinggi dari pintu darurat.
b. Perancangan produk yang bisa dioperasikan di antara rentang ukuran tertentu.
Contoh: perancangan kursi mobil yang letaknya bisa digeser maju atau
mundur, dan sudut sandarannyapun bisa dirubah-rubah.
20
c. Perancangan produk dengan ukuran rata-rata.
Contoh: desain fasilitas umum seperti toilet umum, kursi tunggu, dan lain-
lain.
Untuk mendapatkan suatu perancangan yang optimum dari suatu ruang dan
fasilitas akomodasi, maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah faktor-faktor seperti
panjang dari suatu dimensi tubuh baik dalam posisi statis maupun dinamis. Hal lain
yang perlu diamati adalah seperti Berat dan pusat massa(centre of gravity) dari suatu
segmen/bagian tubuh, bentuk tubuh, jarak untuk pergerakan melingkar (angular
motion) dari tangan dan kaki, dan lain-lain.
Selain itu, harus didapatkan pula data-data yang sesuai dengan tubuh
manusia.Pengukuran tersebut adalah relatif mudah untuk didapat jika diaplikasikan
pada data perseorangan. Akan tetapi semakin banyak jumlah manusia yang diukur
dimensi tubuhnya maka akan semakin kelihatan betapa besar variasinya antara satu
tubuh dengan tubuh lainnya baik secara keseluruhan tubuh maupun persegmen-nya
(Nurmianto, 1996).
Data antropometri yang diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain
dalam hal :
1. Perancangan areal kerja (work station, interior mobil, dll).
2. Perancangan peralatan kerja (perkakas, mesin, dll).
3. Perancangan produk-produk konsumtif (pakaian, kursi, meja, dll).
4. Perancangan lingkungan kerja fisik.
Beberapa pengolahan data yang harus dilakukan pada data antropometri
(Nurmianto1996 & Tayyari) adalah :
1. Kecukupan data
=
/.
2
2
2
k = tingkat kepercayaan
bila tingkat kepercataan 99%, sehingga k = 2,58 3
bila tingkat kepercataan 95%, sehingga k = 1,96 2
bila tingkat kepercataan 68%, sehingga k 1
s = derajat ketelitian
apabila N < N, maka data dinyatakan cukup.
21
2. Uji Normalitas Data
Pengolahan Data Normalitas dan Percentile dengan SPSS:
a. input data nilai dimensi pada data view.
b. Masuk ke tampilan variable view, kemudian kolom name di ganti dengan
nama dimensi.
c. Pengolahan data :
- Klik analyze, pilih descriptive statistics, kemudian explore.
- Masukkan semua variabel sebagai dependent variables.
- Checklist both pada toolbox display.
- Pilih statistic: checklist descriptive, percentiles, kemudian continue.
- Pilih plots: checklist none pada boxplots, stem dan leaf pada descriptive.
- Checklist normality plots with test, kemudian continue.
- Pilih options: checklist exclude cases listwise, kemudian continue.
- Klik continue. Hasil pengolahan data ditampilkan pada output.
3. Keseragaman data
Batas Kontrol Atas/Batas Kontro Bawah (BKA/BKB)
BKA/BKB =X + k
=
2
1
= standar deviasi
4. Percentile
Pada umumnya, percentil yang digunakan adalah:
P5 = X 1,645
P50 = X
P95 = X + 1,645
Dapat pula diberikan toleransi terhadap perbedaan yang mungkin
dijumpai dari data yang tersedia dengan populasi yang dihadapi dalam
merekomendasikan ukuran suatu rancangan (allowance).
22
2.5 Lingkungan Kerja Fisik
Menurut Sedarmayanti (1996), lingkungan kerja fisik adalah semua yang terdapat
disekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi pekerja baik secara langsung
maupun tidak langsung. Lingkungan kerja terbagi atas dua macam yaitu lingkungan
yang langsung berhubungan dengan karyawan dan lingkungan perantara yang dapat
mempengaruhi kondisi manusia seperti temperatur, kebisingan, getaran, pencahayaan,
dan lain-lain.
1. TEMPERATUR
Temperatur pada tubuh manusia selalu tetap.Suhu konstan dengan sedikit
fluktuasi sekitar 37 derajat celcius terdapat pada otak, jantung dan bagian
dalam perut yang disebut dengan suhu tubuh (core temperature).Suhu inti ini
diperlukan agar alat-alat itu dapat berfungsi normal. Sebaliknya, lawan dari
core temperature adalah shell temperature, yang terdapat pada otot, tangan,
kaki dan seluruh bagian kulit yang menunjukkan variasi tertentu.Untuk
temperatur mempunyai satuan
o
C, dan diukur dengan Thermometer.
2. PENCAHAYAAN
Pencahayaan adalah faktor yang penting untuk menciptakan lingkungan kerja
yang baik. Lingkungan kerja yang baik akan dapat memberikan kenyamanan
dan meningkatkan produktivitas pekerja. Efisiensi kerja seorang operator
ditentukan pada ketepatan dan kecermatan saat melihat dalam bekerja,
sehingga dapat meningkatkan efektifitas kerja, serta keamanan kerja yang lebih
besar.Untuk pencahayaan mempunyai satuan Lux, dan diukur dengan
Luxmeter.
Ciri-Ciri Penerangan yang baik yaitu Penerangan akan mempengaruhi seorang
pekerja untuk dapat melihat dengan baik. Untuk dapat melihat dengan baik
maka dibutuhkan suatu penerangan yang baik pula. Ciri-ciri penerangan yang
baik tersebut adalah:
1. Sinar/cahaya yang cukup.
2. Sinar/cahaya yang tidak berkilau atau menyilaukan.
3. Kontras yang tepat.
4. Kualitas pencahayaan yang tepat.
23
5. Pemilihan warna yang tepat.
3. KEBISINGAN
Kebisingan adalah salah satu polusi yang tidak dikehendaki oleh telinga.
Dikatakan tidak dikehendaki, karena dalam jangka panjang bunyi-bunyian
tersebut akan dapat mengganggu ketenangan kerja, merusak pendengaran dan
menimbulkan kesalahan komunikasi.Dalam kaitan ini kebisingan memiliki
efek yang berbeda terhadap kinerja.Definisi ini dapat meliputi variasi yang
luas dari situasi bunyi yang dapt merusak pendengaran. Suara radio tetangga
bisa anda anggap sebagai bising/mengganggu karena musik yang mereka
senangi itu mungkin tidak cocok dengan kesukaan anda. Bising juga berasal
dari dunia sekitar yang bisa benar-benar merusak indra pendengaran.Untuk
Kebisingan mempunyai satuan dB, dan diukur dengan Sound Level
Meter.Tingkat kebisingan atau tingkat tekanan ( Sound Pressure Level = SPL )
4. VIBRASI
Getaran atau vibrasi adalah faktor fisik yang ditimbulkan oleh subjek dengan
getaran getaran osilasi, misalnya mesin, peralatan atau perkakas kerja yang
bergetar dan memajani pekerja melalaui transmisi.Untuk vibrasi mempunyai
satuan Hz, dan diukur dengan Vibrometer. Adapun besar getaran yang
memajan tubuh ditentukan oleh:
1. Sifat getaran, yaitu frekuensi, intensitas/amplitudo, dan durasi dari vibrasi.
2. Mekanika input indenpen, yaitu tahanan yang diberikan oleh struktur
tubuh terhadap getaran.
Efek dari getaran dapat berupa :
2.1 VWF (Vibration White Finger): kekakuan pada jari tangan dimana
kepekaan untuk menyentuh rasa sakit dan temperatur akan berkurang.
Terjadi pada frekuensi 5-100 Hz.
2.2 WBV (Whole Body Vibration): Getaran mekanis dapat dirasakan dan
terjadi pada seluruh tubuh berada pada range frekuensi yang sangat besar
yaitu antara 0.1 10000 Hz. Selain itu terdapat bukti secara epidemiologi
yang kuat bahwa terdapat kenaikan secara pasti terhadap rasa sakit pada
punggung dan bagian perut di antara banyak orang yang mengalami WBV
pada frekuensi tersebut dalam waktu yang lama.
24
2.6 Jurnal Atau Artikel
Postur kerja atau sikap kerja adalahposisi kerja secara alamiah dibentuk oleh tubuh
pekerja akibat berinteraksi denganfasilitas yang digunakan ataupun kebiasaan kerja.
Sikap kerja yang kurang sesuai dapat menyebabkankeluhan fisik berupa nyeri pada
otot (Musculoskletal Disorder). Hal ini disebabkan akibat dari postur kerja yang tidak
alamiah yang disebabkan oleh karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja
yang tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja. Beban fisik akan
semakin berat apabila pada saat postur tubuh pekerja tidak alamiah yaitu gerakan
punggung yang terlalu membungkuk, posisi jongkok, jangkauan tangan yangselalu
disebelah kanan dan lain-lain. Dengan demikian perlu dirancang sebuah posturkerja
dan fasilitas kerja yang ergonomis untuk memberikan kenyamanan kerja untuk
mencegah keluhan penyakit akibat kerja serta dapat meningkatkan produktivitas.
(Merry Siska dan Multy Teza, 2012)
Musculoskeletaldisorders adalah keluhan pada bagian
bagianototrangkayangdirasakanoleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan
sampai sangatsakit.Ototyangmenerimabebanstatis
secaraberulangdalamwaktuyanglamaakan dapatmenyebabkankeluhanberupakerusakan
padasendi,ligamendantendon.Keluhanhingga kerusakan inilah yang biasanya
diistilahkan dengan musculoskeletaldisorsders(MSDs)ataucidera
padasistemmusculoskeletal.Sebaliknyaapabila
pekerjaanberulangtersebutdilakukandengan carayangnyaman,sehatdansesuaidengan
standaryangergonomis,makatidakakan menyebabkangangguanmusculoskeletaldan
semua pekerjaan akan berlangsung dengan efektif danefisien.(M. Yudhi Setiad,
Poerwanto dan Anizar ,2013)
Iklim kerja merupakan salah satu unsur dari pekerjaan yang mempunyai peran
penting dan tidak boleh kita acuhkan. Pekerjaan dengan suhu tinggi memerlukan
penerapan teknologi baik dalam proses produksi maupun proses distribusi nya,
diharapkan penerapan teknologi dapat mengendalikan pemakaian energi dan energi
yang terlepas. Dengan lingkungan kerja yang nyaman maka gairah kerja akan
meningkat begitu juga produktivitas. Panas merupakan sumber penting dalam proses
produksi maka tidak menutup kemungkinan pekerja terpapar langsung, dalam jangka
waktu yang lama pekerja yang terpapar panas dapat mengalami penyakit akibat kerja
25
yaitu menurunnya daya tahan tubuh dan berpengaruh terhadap timbulnya gangguan
kesehatan sehingga berpengaruh te rhadap produktivtas dan efisiensi kerja. (Pulung
S.dan Ika Setya P. 2012)
26
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Obyek Penelitian
1. Postur Kerja
Dalam penelitian ini sebagai obyek penelitiannya adalah pekerja tukang pintu
yang sedang mengangkat beban di Perusahaan Iqbal Barokah
Nama : Agus
Tempat : Iqbal Barokah, Jalan Pencarsari, Sardonoharjo
Jenis Kelamin : Laki - laki
Umur : 22 tahun
Jenis Pekerjaan : TukangPintu
2. Biomekanika
Dalam penelitian ini sebagai obyek penelitiannya adalah pekerja tukang pintu
yang sedang mengangkat beban di Perusahaan Iqbal Barokah
Nama operator : Sholikul
Jenis kelamin : Laki - Laki
Umur operator : 22
Berat badan : 53 kg
Tempat penelitian : Iqbal Barokah
Jenis pekerjaan : Tukang pintu
Berat benda : 5 kg
3. Antropometri
Dalam penelitian ini sebagai obyek penelitiannya adalah salah satu
mahasiswa Teknik Industri Fakultas Teknik Industri
Nama operator : Azmi Maretan
Jenis kelamin : Laki - Laki
Umur operator : 19
Berat badan : 73 kg
27
4. Lingkungan kerja fisik
Dalam penelitian ini sebagai obyek penelitiannya adalah pekerja tukang pintu
yang sedang memperhalus kayu di Perusahaan Iqbal Barokah.
Nama operator : Sholikul
Jenis kelamin : Laki - Laki
Umur operator : 22
Berat badan : 53 kg
Tempat penelitian : Iqbal Barokah
Jenis pekerjaan : Tukang pintu
Berat benda : 5 kg
3.2 Metode Pengumpulan Data
3.2.1 Primer
Primer merupakan data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan. Untuk
memperoleh data primer menggunakan metode:
1. Observasi
Yaitu usaha yang dilakukan untuk memperoleh data dengan cara mengadakan
pengamatan dan pencatatan selama peneliti melakukan penelitian di lapangan
dan pengamatan langsung saat seorang tukang pintu sedang mengangkat beban
di Perusahaan Iqbal Barokah.
2. Interview
Yaitu usaha yang dilakukan untuk memperoleh data dengan jalan mengadakan
tanya jawab langsung dengan seorang tukang pintu di Perusahaan Iqbal
Barokah.
3.2.2 Sekunder
Data yang bersumber dari kepustakaan seperti literature, modul praktikum, bahan
kuliah, serta buku-buku lain yang berhubungan dengan penelitian ini.
28
3.3 Kerangka Penyelesaian Masalah
Mulai
Identifikasi
Pengumpulan
LKF
Foto
Screenshoot
Menentukan Variabel
LKF yang digunakan
Mengolah
data
Menentukan Waktu
Per Pengamatan
Pengambilan Data
Variabel LKF
Perhitungan
Hasil Output
Analisis Per
Variabel
Kesimpulan dan saran
Selesai
Data REBA
dan RULA
Postur Kerja
Mengolah
data
Data MPL
dan RWL
Biomekanika
Pembahasan
Hasil Data
Mengumpulkan
dan Memproses
Data
Mengolah
data
Merancang
desain produk
Antropometri
Data
Cukup
Video
Foto
Screenshoot
Video
Analisis Uji
Keseragaman Data
Tidak
Ya
Data
Seragam
Analisis Uji
Kecukupan
Data
Ya
Tidak
Gambar 3.1 Flowchart Penelitian
29
Penjelasan Flowchart:
1. Memulai dengan mengidentifikasi penelitian ini dilakukan pada pengamatan
pekerjaan mengangkat beban di Iqbal Barokah.Pengumpulan data hasil penelitian
di lapangan baik data yang dibutuhkan untuk metode postur kerja dan metode
biomekanika serta data hasil penelitian lingkungan kerja yang dilakukan oleh
pekerja di lokasi.
2. Postur kerja dengan mengukur ukuran-ukuran dan sudut-sudut disaat operator
sedang melakukan pekerjaannya. Setelah semua data dan ukuran didapat, maka
data kemudian di olah.Pengolahan data dibagi menjadi dua perhitungan yaitu data
RULA dan data REBA.Setelah semua data di olah dan dihitung kemudian kedua
hasil data tersebut digabungkan.
3. Pada pengukuran biomekanika tidak jauh bereda dengan postur kerja pada
urutannya, yang membedakan hanya pada pengolahan data dibagi menjadi dua
perhitungan yaitu data MPL dan data RWL.Kemudian setelah semua hasil
didapat, kedua hasil data tersebut digabungkan.
4. Lalu pada pengukuran antropometri adalah meneliti peralatan atau mesin atau
bahan apa yang harus diperbaiki untuk meningkatkan produktivitas kerjanya
melalui pengukuran, dilanjutkan dengan uji kecukupan data, uji normalitas data,
uji keseragaman data dan percentil, setelah itu didesain peralatan atau mesin atau
bahan yang harus diperbaiki.
5. Pada usabilitas adalah untuk meneliti keefektifitas, efeisiensi, dan kepuasan
konsumen pada produk yang telah diberikan, oleh karena itu di penelitian ini
diteliti dalam kesesuaian, pertimbangan sumber daya pengguna, konsistensi,
feedback dan pencegahan kesalahan agar produk tersebut lebih efektif dan efisien.
6. Sedangkan pada pengukuran lingkungan kerja fisik, awalnya ditentukan terlebih
dahulu variabel yang akan digunakan pada penguukuran ini. Setelah variabel
ditentukan, kemudian tentukan lagi waktu per pengamatan. Setelah semua
variabel dan waktu ditentukan, dilakukan proses pengamatan pengambilan data
pada obyek. Data yang diperoleh selanjutnya dilakukan proses penghitungan hasil
output pengamatan.
7. Setelah kelima proses telah dilakukan, makan data tersebut dikumpulkan
dilakukan.
30
8. Dan langkah yang terakhir adalah menarik kesimpulan dari hasil pengamatan dan
perhitungan kemudian memeberikan saran-saran guna perbaikan pada system
kerja jika diperlukan.
31
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Pengumpulan Data
4.1.1 Postur Kerja
a. Deskrripsi Operator
Nama : Agus
Tempat : Iqbal Barokah, Jalan Pencarsari, Sardonoharjo
Jenis Kelamin : Laki - laki
Umur : 22 tahun
Jenis Pekerjaan : TukangPintu
b. Screen Capture Operator yang sedang mengangkat Output
32
Gambar 4.1 Screen capture operator
c. Identifikasi Sudut
1) Identifikasi dengan sudut RULA
Kelompok A
Pergerakkan lengan atas 40 flexsion
Pergerakkan lengan bawah 78 flexsion
Pergerakkan pergelangan tangan 30 extension
Kelompok B
Pergerakkan leher 29 flexsion
Pergerakkan punggung 52 flexsion
Posisi kaki tertopang merata dengan sudut 175 extension
Beban > 5Kg , pegangan bisa diterima tapi tidak ideal (Fair)
33
2) Identifikasi gambar dengan sudut REBA
Kelompok A
Pergerakkan leher 29 flexsion
Pergerakkan punggung 52 flexsion
Posisi kaki tertopang merata dengan sudut 175 extension
Kelompok B
Pergerakkan lengan atas 40 flexsion
Pergerakkan lengan bawah 78 flexsion
Pergerakkan pergelangan tangan 30 extension
Beban > 5Kg , pegangan bisa diterima tapi tidak ideal (Fair)
4.1.2 Biomekanika
a. Deskripsi Operator
Nama operator : Sholikul
Jenis kelamin : Laki - Laki
Umur operator : 22
Berat badan : 53 kg
Tempat penelitian : Iqbal Barokah
Jenis pekerjaan : Tukang pintu
Berat benda : 5 kg
b. Screen Capture Operator
34
Gambar 4.2 Pengukurang Biomekanika
c. Identifikasi Output
Tabel 4.1 Tabel Recommended Weight Limit
Berat
badan
Posisi Tangan
Jarak
Vertik
al
(cm)
Sudut
asimetris
Duras
i
Kerja
(jam)
Frekuensi
pengangka
tan
(angka/me
nit)
Koplin
g
Benda Awal Akhir
Awal Akhir
Awa
l
Akhi
r
L H H
V V D A A F C
53 kg 55 cm 39 cm
103 cm =
261.62 inchi
30 cm =
76.2 inchi
73 cm 0
o
110
o
1
menit
2 kali/
menit
Fair
35
Tabel 4.2 Tabel Maximum Permissible Limit
No Segmentasi Tubuh Panjang (m) Sudut asimetris
1 Telapak tangan SL
1
= 0.08 m 51,12
o
2 Lengan bawah SL
2
= 0.25 m 50,95
o
3 Lengan atas SL
3
= 0.33 m 133,53
o
4 Punggung SL
4
= 0.26 m 22,05
o
5 Inklinasi perut
H
= 38,22
o
6 Inklinasi Paha
T
= 90,04
o
4.1.3 Antropometri
a. Deskripsi Operator
Nama operator : Azmi Maretan
Jenis kelamin : Laki - Laki
Umur operator : 19
Berat badan : 73 kg
b. Data Antropometri
Tabel 4.3 Data Operator
No Umur Suku Bangsa
Jt Tbd Rt Tpo Lp Ppo
1
20 jawa 81,4 58 166,5 45 33,2 49,4
2
20 Batak 78,5 59 167 42,6 30,8 47
3
21 Jawa 80 66 178 43 38,5 51
4
20 Jawa 86,5 65 170,5 41 31,5 48,7
5
21 Jawa 82 59,5 165 45 38,5 49
6
20 Jawa 86 56,2 177 45,5 34,4 42,7
7
20 Jawa 87,5 60,5 177 43,5 38 47
8
20 Jawa 80 61,5 178 43 34 49,5
9
21 Jawa 75 58,7 165 40 36 42
10
21 Jawa 74 61,5 167 41 31,4 44,7
36
No Umur Suku Bangsa
Jt Tbd Rt Tpo Lp Ppo
11
20 Jawa 80,5 62,5 165 43,4 35,6 47,1
12
20 Jawa 85 63,9 170 43,7 30,7 47,6
13
21 Sunda 91,5 60 175 41 42,1 44,5
14
19 Jawa 85,5 67,5 180,5 42 32,8 47,2
15
21 Jawa 79 56 158,5 41 29,8 48,1
16
20 Jawa 87 60 182 41,4 45,2 45,2
17
20 Jawa 79,5 59 168,9 45,3 34 45
18
21 Jawa 84,5 57,5 173 42,5 28,7 48,7
19
20 Jawa 81 66 174,5 41 41 43,7
20
21 Jawa 80,5 62 186 47 38 52
21
20 Jawa 77 61 168 41 38 48,5
22
20 Jawa 85 58 165 42,3 35,2 46
23
20 Jawa 80,5 62,5 165 43,4 35,6 47,1
24
21 Sunda 91,5 60 175 41 42,1 44,5
25
19 Jawa 85,5 67,5 180,5 42 32,8 47,2
26
21 Jawa 79 56 158,5 41 29,8 48,1
27
20 Jawa 87 60 182 41,4 45,2 45,2
28
20 Jawa 79,5 59 168,9 45,3 34 45
29
21 Jawa 84,5 57,5 173 42,5 28,7 48,7
30
22 Kalimantan 80 68,6 180 45,8 43,6 52,3
4.1.4 Lingkungan Kerja Fisik
Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Variabel
No. Waktu
Hasil Pengukuran
Temperatur
Kebisingan Getaran
m/s
2
Hasil
Rangkaian Max Min
37
1 08.30 31.7
o
C 110 83 8.0 9
2 08.45 31.7
o
C 111.8 83.5 8.2 8
3 09.00 31.7
o
C 109.7 81 7.8 11
4 09.15 31.7
o
C 111 82 8.0 10
5 09.30 32
o
C 112 83.7 8.5 8
4.2 Pengolahan Data
4.2.1 Postur Kerja
a. Metode RULA
Kelompok A
Pergerakkan lengan atas 40 flexsion = 2
Pergerakkan lengan bawah 78 flexsion = 2
Pergerakkan pergelangan tangan 30 extension = 3
Putaran pergelangan tangan rentang menengah putaran = 1
Kelompok B
Pergerakkan leher 29 flexsion = 3
Pergerakkan punggung 52 flexsion = 3
Posisi kaki tertopang merata dengan sudut 175 extension = 1
Beban > 5Kg , pegangan bisa diterima tapi tidak ideal (Fair)
38
A
+ + =
B
+ + =
Gambar 4.3 Analisis Assesment RULA
b. Metode REBA
Kelompok A
Pergerakkan leher 29 flexsion = 3
Pergerakkan punggung 52 flexsion = 2
Posisi kaki tertopang merata dengan sudut 175 extension = 1
Kelompok B
Pergerakkan lengan atas 40 flexsion = 2
Pergerakkan lengan bawah 78 flexsion = 1
Pergerakkan pergelangan tangan 30 extension = 2
Beban > 5Kg = 1
pegangan bisa diterima tapi tidak ideal (Fair) = 1
LA: 2
PT: 3
PP: 1
3
0 0 3
L: 3
P: 3 0 4
4
K: 1
0
4
LB: 2
SKOR
A
OTOT
TENA
GA
SKOR
C
GRAND SKOR
SKOR
D
TENA
GA
OTOT
SKOR
B
39
+ +
+
Gambar 4.4 Assesment REBA
4.2.2 Biomekanika
a. Pengukuran RWL
Perhitungan RWL :
RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
Menghitung RWL Awal :
LC = 23
HM = 25/H = 25/55 = 0,456
VM = 1 0,00326 |V 69| = 1 0,00326 |103 69| = 0,889
DM = 0,82 + 4,5/D = 0.82 + 4.5/73 = 0.882
AM = 1 (0,0032 x A) = 1 (0,0032 x 0) = 1
FM = 2 lift/1 mnt= 2, dengan Vawal = 262.62 inchi jadi 0,91
CM = 1 karena Fair (meja) dan V lebih dari 30 inchi
RWL = 23 x 0,456 x 0, 889 x 0,882 x 1 x 0,91 x 1
= 7, 085
LI = Load Weight/RWL = 5 / 7,085 = 0,706
Menghitung RWL Akhir :
LC = 23
GROUP A
3
2
1
2
1
2
1
2
1
2
GROUP B
SCORE A
3 3
6 SCORE C
0
ACTIVITY
SCORE
REBA
SCORE
6
40
HM = 25/H = 25/39 = 0,641
VM = 1 0,00326 |V 69| = 1 0,00326 |30 69| = 0,873
DM = 0,82 + 4,5/D = 0.82 + 4.5/73 = 0.882
AM = 1 (0,0032 x A) = 1 (0,0032 x 110) = 0,648
FM = 2 lift/1 mnt= 2, dengan Vawal = 76,2 inchi jadi 0,91
CM = 1 karena Fair dan V lebih dari 30 inchi
RWL = 23 x 0, 641 x 0,873 x 0,882 x 0,648 x 0,91 x 1
= 5,672
LI = Load Weight/RWL = 5 / 5,672 = 0,881
b. Pengukuran MPL
Wo = 5 kg * 10 = 50 N
Wbdn = 53 kg * 10 = 530 N
WH = 0,6 % Wbadan = 0,6% * 530 = 3,18 N
WLA = 1,7 % Wbadan = 1,7% * 530 = 9,01 N
WUA = 2,8 % Wbadan = 2,8% * 530 = 14,84 N
WT = 50 % Wbadan = 50% * 530 = 265 N
Sehingga,
WTOT = Wo + 2WH + 2WLA + 2WUA + WT = 369,06 N
2 = 0.43
3 = 0.436
4 = 0.67
D = 0.11
AA = 465 cm
2
a. Telapak Tangan
Fyw = Wo/2 + WH = 28,18 N
MW = (Wo/2 + WH) * SL1 * Cos 1 = 19,99 = 1,42 Nm
b. Segmen Lengan Bawah
Fye = Fyw + WLA = 37,19 N
Me = MW + (WLA * 2 * SL2 * Cos 2) + (Fyw * SL2 * Cos 2) =
6,47 Nm
c. Segmen Lengan Atas
Fys = Fye + WUA = 52,03 N
Ms = Me + (WUA * 3 * SL3 * Cos 3) + (Fye * SL3 * Cos 3)= -
3.45 Nm
d. Segmen Punggung
Fyt = 2Fys + WT = 369,06 N
Mt = 2Ms + (WT * 4 * SL4 * Cos 4) + (2Fys * SL4 * Cos 4)
= - 6,9 + 42,79 + 25,08 = 60,97 Nm
Kemudian Gaya perut (PA) dan Tekanan Perut (FA)
PA =
10
-4
43-0,36
H
+
T
75
ML5/S1
1,8
=
10
-4
43-0,3638,22 + 90,04
75
60,97
1,8
= - 6,91 x 10
-3
N/cm
2
FA = PA * AA = - 6,91 x10
-3
* 465 = -3,215 N
Gaya otot pada spinal erector :
FM * E = M(L5/S1) FA * D
41
FM = 1236,47 N
Gaya Tekan/kompresi pada L5/S1:
Fc = Wtot * Cos 4 FA + FM = 1239,43 N < 3500 N< 6500 N
4.2.3 Antropometri
A. Pengolahan Data Manual
1. Jt
a. Uji Kecukupan Data
X = 2474,4 ; ( X)
2
= 6122655,4 ; ( X
2
) = 204634,46; k = 2 ;
karena kepercayaan 95% ; s = 0,05 ; karena kepercayaan 95%
N = 30
=
/.
2
2
=
2/0,0530. 204634,46 6122655,4
2474,4
2
N = 4,28
b. Uji Keseragaman Data
Standar deviasi
N =30 ; X rata-rata = 82,48
=
2
1
= 4,34
Keseragaman data
a) Batas Kelas Atas (BKA) = X rata-rata k. = 82,48 +
3*4,34 = 95,49
b) Batas Kelas Bawah (BKB) = X rata-rata k.s = 82,48
3*4,34 = 69,46
c. Persentil
P5 = X rata-rata - 1.645*
P5 = 87,8867- 1.645*4,34 =75,34
Menggunakan persentil 5 agar orang terkecil dalam populasi tetap
dapat menggunakan kursi tukang kayu tersebut.
42
2. Tbd
a. Uji Kecukupan Data
X = 1830,4 ; ( X)
2
= 3350364 ; ( X
2
) = 112040,8; k = 2 ; karena
kepercayaan 95% ; s = 0,05 ; karena kepercayaan 95%
N = 30
=
/.
2
2
=
2/0,0530.112040,8 3350364
1830,4
2
N = 5,19
b. Uji Keseragaman Data
Standar deviasi
N =30 ; X rata-rata = 61,013
=
2
1
= 3,53
Keseragaman data
a) Batas Kelas Atas (BKA) = X rata-rata + k. = 61,013 +
3*3,53 = 71,61
b) Batas Kelas Bawah (BKB) = X rata-rata k.s = 61,013 -
3*3,53 = 50,41
c. Persentil
P
50
= X rata-rata
P
50
= 61,013
Menggunakan persentil 50 agar rata-rata orang dalam populasi tetap
dapat menggunakan kursi tukang kayu tersebut.
3. Rt
a. Uji Kecukupan Data
X = 5160,3 ; ( X)
2
= 26628696 ; ( X
2
) = 889107,17; k = 2 ;
karena kepercayaan 95% ; s = 0,05 ; karena kepercayaan 95%
43
N = 30
=
/.
2
2
=
2/0,0530.889107,17 26628696
5160,3
2
N = 2,68
b. Uji Keseragaman Data
Standar deviasi
N =30 ; X rata-rata = 172,01
=
2
1
= 7,15
Keseragaman data
a) Batas Kelas Atas (BKA) = X rata-rata k. = 172,01 +
3*7,15 = 193,47
b) Batas Kelas Bawah (BKB) = X rata-rata k.s = 172,01
3*7,15 = 150,55
c. Persentil
P
50
= X rata-rata
P
50
= 172,01
Menggunakan persentil 50 agar rata-rata orang dalam populasi tetap
dapat menggunakan kursi tukang kayu tersebut.
4. Tpo
a. Uji Kecukupan Data
X = 1283,6 ; ( X)
2
= 1647629 ; ( X
2
) = 55018,6; k = 2 ; karena
kepercayaan 95% ; s = 0,05 ; karena kepercayaan 95%
N = 30
=
/.
2
2
2
44
=
2/0,0530.55018,6 1647629
1283,6
2
N = 2,844
b. Uji Keseragaman Data
Standar deviasi
N =30 ; X rata-rata = 42,787
=
2
1
= 1,84
Keseragaman data
a) Batas Kelas Atas (BKA) = X rata-rata k. = 42,787 +
3*1,84 = 48,29
b) Batas Kelas Bawah (BKB) = X rata-rata k.s = 42,787
3*1,84 = 37,28
c. Persentil
P
5
= X rata-rata - 1.645*
P
5
= 42,787- 1.645*1,84 = 39,76
Menggunakan persentil 5 agar orang terkecil dalam populasi tetap
dapat menggunakan kursi tukang kayu tersebut.
5. Lp
a. Uji Kecukupan Data
X =1079,2 ; ( X)
2
= 1143189 ; ( X
2
) = 38777,2; k = 2 ; karena
kepercayaan 95% ; s = 0,05 ; karena kepercayaan 95%
N = 30
=
/.
2
2
=
2/0,0530.38777,2 1143189
1079,2
2
N = 28,17
45
b. Uji Keseragaman Data
Standar deviasi
N =30 ; X rata-rata = 35,64
=
2
1
= 4,81
Keseragaman data
a) Batas Kelas Atas (BKA) = X rata-rata k. = 35,64 +
3*4,81 = 50,07
b) Batas Kelas Bawah (BKB) = X rata-rata k.s = 35,64
3*4,81 = 21,21
c. Persentil
P
95
= X rata-rata + 1.645*
P
95
= 35,64+ 1.645*4,81 = 43,55
Menggunakan persentil 95 agar orang terbesar dalam populasi tetap
dapat menggunakan kursi tukang kayutersebut.
6. Ppo
a. Uji Kecukupan Data
X = 1412,7 ; ( X)
2
= 1995721 ; ( X
2
) = 66710,4; k = 2 ; karena
kepercayaan 95% ; s = 0,05 ; karena kepercayaan 95%
N = 30
=
/.
2
2
=
2/0,0530.66710,4 1995721
1412,7
2
N = 4,48
b. Uji Keseragaman Data
Standar deviasi
N =30 ; X rata-rata = 47,09
46
=
2
1
= 2,54
Keseragaman data
a) Batas Kelas Atas (BKA) = X rata-rata k. = 47,09 +
3*2,54 = 54,69
b) Batas Kelas Bawah (BKB) = X rata-rata k.s = 47,09
3*2,54 = 39,49
c. Persentil
P
95
= X rata-rata - 1.645*
P
95
= 47,09- 1.645*2,54 = 42,92
Menggunakan persentil 5 agar orang terkecil dalam populasi tetap
dapat menggunakan kursi tukang kayu tersebut.
B. Pengolahan Data SPSS
Untuk menguji normalitas data yang diperoleh maka digunakan software
SPSS dengan urutan langkah yang digunakan untuk mencari pengolahan data
normalitas dan persentile adalah sebagai berikut :
a. Uji Normalitas Data
1. Input data nilai dimensi pada data view.
2. Masuk ke tampilan variable view, kemudian kolom name di ganti
dengan nama dimensi
3. Klik analyze, pilih descriptive statistics, kemudian explore.
4. Masukkan semua variabel sebagai dependent variables.
5. Checklist both pada toolbox display.
6. Pilih statistic: checklist descriptive, percentiles, kemudian continue.
7. Pilih plots: checklist none pada boxplots, stem dan leaf pada
descriptive.
8. Checklist normality plots with test, kemudian continue.
9. Pilih options: checklist exclude cases listwise, kemudian continue.
10. Klik continue. Hasil pengolahan data ditampilkan pada output.
47
b. Precentil
Didapatkan hasil dari langkah yang sama dengan uji normalitas.
4.2.4 Lingkungan Kerja Fisik
1. Temperature
Dilihat dari suhu ruangan yang diukur dengan termometer saat
operatormemperhalus kayu, terdapat suhu yang sama namun menghasilkan
output yang berbeda-beda seperti pada suhu 31.7
o
C menghasilkan output 9,
yang kedua pada suhu 31.7
o
C menghasilkan output8, yang ketiga pada suhu
31.7
o
C menghasilkan output 11, yang keempat pada suhu 31.7
o
C
menghasilkan output 10, dan yang terakhir pada suhu 32
o
C menghasilkan
output 8.
2. Kebisingan
Dilihat dari kebisingan yang diukur dengan sound level meter saat operator
memperhalus kayu dengan waktu 15 menit, dengan tingkat kebisingan
minimal 83 dB dan kebisingan maksimal 110 dB operator hanya
menghasilkan output sebanyak9, dengan tingkat kebisingan minimal 83.5
dB dan kebisingan maksimal 111.8 dB operator hanya menghasilkan output
sebanyak 8, dengan tingkat kebisingan minimal 81 dB dan kebisingan
maksimal 109.7 dB operator hanya menghasilkan output sebanyak11,
dengan tingkat kebisingan minimal 82 dB dan kebisingan maksimal 111 dB
operator hanya menghasilkan output sebanyak 10. dengan tingkat
kebisingan minimal 83.7 dB dan kebisingan maksimal 112 dB operator
hanya menghasilkan output sebanyak 8. Jadi produktivitas output yang
tertinggi adalah dengan tingkat kebisingan minimal 82 dB dan kebisingan
maksimal 111 dB.
3. Vibrasi
Dilihat dari data vibrasi yang diatas, pada getaran 8,0 m/s
2
menghasilkan
output sebanyak 9, yang kedua pada getaran 8.2m/s
2
menghasilkan output
sebanyak 8, yang ketiga pada getaran 7.8 m/s
2
menghasilkan output
sebanyak 11, yang keempat pada getaran 8.0 m/s
2
menghasilkan output
sebanyak 10, dan yang terakhir pada getaran 8.5 m/s
2
menghasilkan output
sebanyak 8.
48
49
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Analisa Postur Kerja
1. Analisa grand skor metoda RULA dan rekomendasi
Dari data assesment RULA diatas, didapatkan grand skor sebesar 4. Skor
tersebut tergolong dalam level action level 2 yang menunjukkan bahwa
pemeriksaan lanjutan dan juga diperlukan perubahan-perubahan.
2. Analisa grand skor metoda REBA dan rekomendasi
Dari data assesment REBA diatas, didapatkan grand skor sebesar 6. Skor
tersebut tergolong dalam level resiko yang sedang yang menunjukkan bahwa
perlu diadakan tindakan perbaikan.
5.2 Analisa Biomekanika
A. Analisa Recommended Weight Limit dan Lifting Index
a. Recommended Weight Limit Awal dan Lifting Index Awal
Setelah melakukan perhitungan RWL awal ditemukan hasilnya adalah
7,085 dengan faktor pengendali horizontal sebesar 0,456, faktor pengali
frekuensi sebesar 0,91 karena dalam pengangkatan sebanyak 2 kali dalam
1 menit dan jarak antara titik pusat beban dengan lantai sebesar262,62
inchi, faktor pengali kopling sebesar 1 karena beban tidak mempunyai
pegangan namun bisa diangkat dengan baik dan jarak antara titik pusat
beban dengan lantai sebesar 262,62 inchi, faktor pengali vertikal sebesar
0,889, faktor pengali perpindahan sebesar 0,882, faktor pengali asimetrik
sebesar 1 dengan sudut 0
o
dan setelah ditemukan RWL maka dicarilah
Lifting Index dengan hasil 0,706, sehingga Lifting Index 1.
b. Recommended Weight Limit Akhir dan Lifting Index Akhir
Setelah melakukan perhitungan RWL akhir ditemukan hasilnya adalah
6,49 dengan faktor pengendali horizontal sebesar 5,6772, faktor pengali
50
frekuensi sebesar 0,91 karena dalam pengangkatan sebanyak 2 kali dalam
1 menit dan jarak antara titik pusat beban dengan lantai sebesar 76,2 inchi,
faktor pengali kopling sebesar 1 karena beban tidak mempunyai pegangan
namun bisa diangkat dengan baik dan jarak antara titik pusat beban
dengan lantai sebesar 76,2 inchi, faktor pengali vertikal sebesar 0,873,
faktor pengali perpindahan sebesar 0,882, faktor pengali asimetrik sebesar
0,648 dengan sudut 110
o
, dan setelah ditemukan RWL maka dicarilah
Lifting Index dengan hasil 0,881, sehingga Lifting Index 1.
B. Analisa Maximum Permissible Limit
Setelah melakukan perhitungan MPL ditemukan gayatekan/kompresi pada
punggung sebesar 406,600 N dengan Gaya keseluruhan yang terjadi (W
TOT
)
sebesar 369,06 N, momen pada telapak tangan sebesar 1,42 Nm, momen pada
lengan bawah sebesar 6,47 Nm, momen pada lengan atas sebesar -3,45 Nm,
momen pada punggung sebesar 60,97, gaya perut sebesar - 6,91 x 10
-3
N/cm
2
,
tekanan perut sebesar 3,215 N , dan gaya otot pada spinal erector sebesar
1236,47 N, sehingga 1239,43 N< 3500 N< 6500 N.
5.3 Analisa Antropometri
A. Analisa Data Manual
1. Analisis Kecukupan Data
a) Jangkauan Tangan (Jt)
N< N yaitu 4,28 < 30 maka data dinyatakan cukup.
b) Tinggi bahu duduk (TBD)
N < N yaitu 5,186 < 30 maka data dinyatakan cukup.
c) Rentangan Tangan (Rt)
N < N yaitu 2,68 < 30 maka data dinyatakan cukup.
d) Tinggi Popliteal (TPO)
N < N yaitu 2,8444 < 30 maka data dinyatakan cukup.
e) Lebar Pinggul (LP)
N < N yaitu 28,1701 < 30 maka data dinyatakan cukup.
f) Pantat Popliteal (Ppo)
N < N yaitu 4,48 < 30 maka data dinyatakan cukup.
51
2. Analisis Keseragaman Data
a) Jangkauan Tangan (Jt)
Semua data ada pada batas control maka data dinyatakan seragam.
b) Tinggi bahu duduk (TBD)
Semua data ada pada batas control maka data dinyatakan seragam.
c) Rentangan Tangan (Rt)
Semua data ada pada batas control maka data dinyatakan seragam.
d) Tinggi Popliteal (TPO)
Semua data ada pada batas control maka data dinyatakan seragam.
e) Lebar Pinggul (LP)
Semua data ada pada batas control maka data dinyatakan seragam.
f) Pantat Popliteal (Ppo)
Semua data ada pada batas control maka data dinyatakan seragam.
3. Analisis Percentil Data
a) Jangkauan Tangan
Persentil yang digunakan P
5
karena digunakan untuk mengukur
jarak tangan ke objeknya agar mencakup orang terkecil dalam
populasi tersebut.
b) Tinggi bahu duduk
Persentil yang digunakan P
50
karena digunakan untuk sandararan
kursi agar mencakup rata-rata semua orang.
c) Rentangan Tangan
Persentil yang digunakan adalah P
50
karena untuk mengukur lebar
tangan tersebut agar mencakup rata-rata semua orang.
d) Tinggi Popliteal
Persentil yang digunakan P
5
karena digunakan untuk mengukur
jarak vertikal dari lantai sampai bagian bawah agar mencakup
orang terkecil dalam populasi tersebut.
e) Lebar pinggul
Persentil yang digunakan P
95
karena digunakan untuk lebar tempat
duduk agar mencakup semua orang.
52
f) Pantat Popliteal
Persentil yang digunakan adalah P
5
, karena digunakan untuk
mengetahu jarak horizontal pantat agar mencakup orang terkecil
dalam populasi tersebut.
B. Analisa Data SPSS
H
0
= data normal
H
1
= data tidak normal
1. Pada hasil SPSS, didapat nilai sig Jt adalah 0.123, karena nilai sig 0.123>
0.05 maka H
0
ditolak jadi data yang didapat tidak normal.
2. Pada hasil SPSS, didapat nilai sig tbd adalah 0.101 karena nilai sig 0.101
> 0.05 maka H
0
ditolak jadi data yang didapat tidak normal.
3. Pada hasil SPSS, didapat nilai sig rtadalah 0,200, karena nilai sig 0,200 >
0.05 maka H
0
ditolak jadi data yang didapat tidak normal.
4. Pada hasil SPSS, didapat nilai sig tpoadalah 0,128, karena nilai sig 0,128
> 0.05 maka H
0
ditolak jadi data yang didapat tidak normal.
5. Pada hasil SPSS, didapat nilai sig lp adalah 0,200, karena nilai sig
0,200> 0.05 maka H
0
ditolak jadi data yang didapat tidak normal.
6. Pada hasil SPSS, didapat nilai sig ppo adalah 0.200 karena nilai sig
0.200> 0.05 maka H
0
ditolak jadi data yang didapat tidak normal.
C. Analisa Deskripsi Produk
a. Produk yang dikembangkan
Dalam praktikum kali ini akan didesain sebuah kursi dimana digunakan
perhitungan anthropometri untuk pertimbangan ergonomisnya. Dimensi
dimensi yang digunakan adalah tinggi duduk tegak,tinggi bahu
duduk,tinggi mata duduk, tinggi popliteal, lebar pinggul,panjang lengan
bawah,tinggi siku berdiri.Metode yang digunakan adalah dengan melalui
uji kecukupan data, uji keseragaman data dan uji persentile. Dimensi
yang dipakai adalah untuk memberikan rasa nyaman kepada pekerja
dalam pekerjaannya.
b. Dimensi Tubuh
Dimensi yang dipakai adalah untuk memberikan rasa nyaman kepada
pekerja dalam pekerjaannya.
53
a) Jangkauan Tangan
Dimensi Jangkauan Tangan digunakan untuk mengukur jarak tangan dari
kursi ke objeknya.
b) Tinggi bahu duduk
Dimensi Tinggi Bahu Duduk digunakan untuk mengukur sandararan
untuk kursi tersebut.
c) Rentangan Tangan
Dimensi Rentangan Tangan untuk mengukur jarak tangan pada saat
merentang untuk mengetahui lebar meja untuk objek tersebut.
d) Tinggi Popliteal
Dimensi Tinggi Popliteal digunakan untuk mengukur jarak dari lantai
sampai bagian bawah agar mengetahui ketinggian kursi yang cukup
untuk pekerja
e) Lebar pinggul
Dimensi Lebar digunakan untuk mengetaui lebar tempat duduktersebut.
f) Pantat Popliteal
Dimensi Pantat Popliteal digunakan untuk mengetahui jarak horizontal
pantat agar tersebut.
D. Gambar Desain Produk
Gambar 5.1 Desain Produk
54
5.4 Analisa Lingkungan Kerja Fisik
A. Temperature (suhu)
Dilihat dari suhu ruangan yang diukur dengan termometer saat operator
memperhalus kayu, terdapat suhu yang sama namun menghasilkan output
yang berbeda-beda seperti pada suhu 31.7
o
C menghasilkan output 9, yang
kedua pada suhu 31.7
o
C menghasilkan output 8, yang ketiga pada suhu 31.7
o
C
menghasilkan output 11, yang keempat pada suhu 31.7
o
C menghasilkan
output 10, dan yang terakhir pada suhu 32
o
C menghasilkan output 8. Dilihat
dari perbedaan dari semua suhu dengan outputnya yang berbeda menjelaskan
bahwa suhu tidak berpengaruh terhadap
B. Kebisingan
Dilihat dari kebisingan yang diukur dengan sound level meter saat operator
memperhalus kayu dengan waktu 15 menit, dengan tingkat kebisingan
minimal 83 dB dan kebisingan maksimal 110 dB operator hanya
menghasilkan output sebanyak 9, dengan tingkat kebisingan minimal 83.5 dB
dan kebisingan maksimal 111.8 dB operator hanya menghasilkan output
sebanyak 8, dengan tingkat kebisingan minimal 81 dB dan kebisingan
maksimal 109.7 dB operator hanya menghasilkan output sebanyak 11, dengan
tingkat kebisingan minimal 82 dB dan kebisingan maksimal 111 dB operator
hanya menghasilkan output sebanyak 10. dengan tingkat kebisingan minimal
83.7 dB dan kebisingan maksimal 112 dB operator hanya menghasilkan
output sebanyak 8. Jadi produktivitas output yang tertinggi adalah dengan
tingkat kebisingan minimal 82 dB dan kebisingan maksimal 111 dB. Dilihat
dari kebisingan minimal dan maksimal diatas, kebisingan berpengaruh
terhadap output yang dihasilkan, karena semakin keras kebisingan dari alat
penghalus kayu, semaking berkurang output yang dihasilkan.
C. Vibrasi
Dilihat dari data vibrasi yang diatas, pada getaran 8,0 m/s
2
menghasilkan
output sebanyak 9, yang kedua pada getaran 8.2m/s
2
menghasilkan output
sebanyak 8, yang ketiga pada getaran 7.8 m/s
2
menghasilkan output sebanyak
11, yang keempat pada getaran 8.0 m/s
2
menghasilkan output sebanyak 10,
55
dan yang terakhir pada getaran 8.5 m/s
2
menghasilkan output sebanyak 8.
Pada pekerjaan ini operator mendapatkan efek getaran dari mesin penghalus
terhadap tangan dari operator. Namun efek getaran tidak berpengaruh terlalu
besar terhadap output yang dihasilkan.
56
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Dengan melakukan perhitungan RULA, dihasilkan grand skor sebesar 4 dan
grand skor REBA sebesar 6 yang dapat simpulkan bahwa postur kerja operator
saat mengangkat beban beresiko tinggi dan direkomendasikan agar segera
melakukan tindakan perbaikan serta perubahan.sedang, selain itu juga dibutuhkan
pemeriksaan lanjutan terhadap benda kerja ataupun operator. Apabila terdapat
kesalahan, maka perbaikan perlu dilakukan, seperti merubah sikap operator
maupun membuat lingkungan lebih nyaman agar lebih mudah menjangkau benda.
2. Untuk menentukan resiko cidera bagian tulang belakang dengan metode
biomekanika terdapat 3 langkah yaitu sebagai berikut:
a. Recommended Weight Limit Awal dan Lifting index awal
Dengan ditemukannya Lifting Index awal sebesar 0,706, maka L1 1 = 0,706
1, jadi aktivitas tersebut tidak mengandung resiko cidera tulang belakang
bagi pekerja dan sebaiknya metode kerja di pertahankan dan data tersebut
dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dalam perekrutan pekerja baru.
b. Recommended Weight Limit Akhir dan Lifting index akhir
Dengan ditemukannya Lifting Index akhir sebesar 0,881 , maka L1 1 = 0,881
1, jadi aktivitas tersebut tidak mengandung resiko cidera tulang belakang
bagi pekerja dan sebaiknya metode kerja di pertahankan dan data tersebut
dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dalam perekrutan pekerja baru.
c. Maximum Permissible Limit
Dengan ditemukannya gaya tekan/kompresi pada punggung sebesar 1239,43
N, maka Fc < AL < MPL = 1239,43 N< 3500 N< 6500 N , jadi aktivitas
tersebut tidak mengandung resiko cidera bagian punggung bagi pekerja dan
57
sebaiknya metode kerja dipertahankan dan data tersebut dapat digunakan
sebagai bahan perbandingan dalam perekrutan pekerja baru.
3. Setelah melakukan perhitungan, maka desain untuk persentile yang dipakai adalah
tempat kursi dan mejadengan ukuran sebagai berikut :
a. Jangkauan Tangan dari Kursi KemejaP
5
= 75,343 cm
b. Tinggi bahu dudukkursi P
50
= 61,01 cm
c. Rentangan Tangan P
50
untuk lebar meja=172,01 cm
d. Tinggi popliteal kursi P
5
= 39,77 cm
e. Lebar pinggul kursiP
95
= 43,5522 cm
f. Panjang Popliteal Kursi P
95
= 42,92 cm
4. Dilihat dari data lingkungan kerja fisik yang diatas, tingkat temperatur tersebut
sama semua untuk semua operator sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat
temperatur tersebut sangat optimal dan tidak mengganggu produktivitas kerja
operator. Kemudian yang kedua yaitu vibrasi, vibrasi tersebut hanya
mempengaruhi kondisi persepsi visual dan perfomasi psikomotor, namun tidak
terlalu mempengaruhi kondisi para operator, sehingga operator tersebut
menghasilkan output yang optimal karena tingkat vibrasi tersebut tidak terlalu
tinggi dan dapat menghasilkan produktivitas yang optimal. Dan yang ketiga yaitu
kebisingan, efek kebisingan disini sangat mempengaruhi pada produktivitas
operator antara lain gangguan yang lebih besar karena gangguan komunikasi,
perhatian yang terganggu hingga kurang focus dan konsentrasi saat penghalusan
kayu. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam lingkungan kerja operator yang sangat
mempengaruhi produktivitas adalah faktor kebisingan.
6.2 Saran
Menurut perhitungan RULA menghasilkan grand skor sebesar 4 dan
perhitungan REBA menghasilkan grand skor sebesar 6.Dapat disimpulkan bahwa
postur kerja operator saat mengangkat beban beresiko tinggi dan direkomendasikan
agar segera melakukan tindakan perbaikan serta perubahan.sedang, selain itu juga
dibutuhkan pemeriksaan lanjutan terhadap benda kerja ataupun operator. Apabila
58
terdapat kesalahan, maka perbaikan perlu dilakukan, seperti merubah sikap operator
maupun membuat lingkungan lebih nyaman agar lebih mudah menjangkau benda.
Untuk mengurangi resiko kerja dengan menggunakan perhitungan
antropometri, maka diperoleh ukuran yang tepat untuk dimensi-dimensi tubuh yang
dapat digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan ukuran dari alat bantu yang
akan dibuat yaitu kursi dan meja.
Dengan mengetahui faktor lingkungan kerja fisik apa saja yang
mempengaruhi produktivitas kerja, diketahui adalah faktor kebisingan yang
menyebabkan hasil output kurang, oleh karena itu diperlukan semacam penutup
telinga untuk bisa meningkatkan produktivitas kerja sekaligus mengurangi resiko
cidera kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Siska, Merry., Teza, Multy., (2012), Jurnal Analisa Posisi Kerja Pada Proses
Pencetakan Batu Bata Menggunakan Metode NIOSH.
Setiadi, Yudhi, Muhammad., Poerwanto., Anizar.,(2013), Jurnal Usulan Alat Bantu
Pemindahan Batako Untuk Mengurangi Risiko Musculoskletal Disorders Di
PT. XYZ.
S,Pulung., P,S, Ika. (2006), Jurnal Perbedaan Efek Fisiologis Pada Pekerja.
Modul Praktikum Postur Kerja Labotarium APK & E Jurusan Teknik Industri
Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia.
Modul PraktikumBiomekanika Labotarium APK & E Jurusan Teknik Industri
Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia.
Modul PraktikumAntropometri Labotarium APK & E Jurusan Teknik Industri
Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia
Modul Praktikum Lingkungan Kerja Fisik Labotarium APK & E Jurusan Teknik
Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia