Anda di halaman 1dari 59

i

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM


PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI


PERBAIKAN SISTEM KERJA PADA TUKANG KAYU UNTUK
MENGURANGI RESIKO KERJA
(Studi Kasus diIqbal Barokah, Jalan Pencarsari, Sadonoharjo,Yogyakarta)



Disusun Oleh Kelompok A - 9 :
Hilman Fadhil Makarim (11522102)
Akhmad M Susilo (11522252)
Didik Marsudi (115222)


PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2013



ii

TUGAS AKHIR PRAKTIKUM
PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI


PERBAIKAN SISTEM KERJA PADA TUKANG KAYUUNTUK
MENGURANGI RESIKO KERJA
(Studi Kasus diIqbal Barokah, Jalan Pencarsari, Sadonoharjo, Yogyakarta)



Disusun Oleh Kelompok A - 9 :

Hilman Fadhil Makarim (11522102)
AkhmadM Susilo (11522252)
DidikMarsudi (115222)


Kalab APK & E Asisten Pembimbing


Amarria Dilla Sari S.T Aziz Kuniawan



iii

LEMBAR PENGESAHAN

Tugas Akhir Praktikum
Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi
Yogyakarta, __2013
TELAH DIPERIKSA DAN DISAHKAN OLEH

Asisten Penguji 1 Asisten Penguji 2


( ) ( )

Mengetahui,
ASISTEN TUGAS AKHIR


Aziz Kuniawan

iv

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa berkat rahmat dan
hidayah-Nya praktikan dapat menyelesaikan tugas akhir laporan praktikum
Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi ini tepat pada waktunya.
Disadari jika laporan ini jauh dari kata sempurna, untuk itu praktikan mohon
untuk kritik dan saran yang sekirannya dapat membantu karena diharapkan praktikan
dapat memperbaiki dimasa yang akan datang.
Tidak lupa praktikan mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya, kepada:
1. Kedua orang tua praktikan yang tidak bosan selalu berdoa, memberikan
dukungan serta semangat kepada praktikan.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Hari Purnomo M.T. selaku Dosen Perancangan Sistem
Kerja dan Ergonomi praktikan.
3. Ibu Amarria Dilla Sari S.T. selaku kepala Laboratorium Analisis Perancangan
Kerja dan Ergonomi.
4. Asisten Aziz Kuniawan yang telah memberikan masukan dan bimbingannya
kepada praktikan dalam penyusunan laporan ini.
5. Teman-teman praktikan seperjuangan.
6. Seluruh pihak yang berkaitan dengan Laboratorium Analisa Perancangan
Kerja dan Ergonomi
Di harapkan laporan ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak dan khususnya bagi
praktikan. Dan dapat dipergunakan dengan baik sebagaimana mestinya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 2013

Praktikan
v

DAFTAR ISI
Cover 1........................................................................................................................ i
Cover 2....................................................................................................................... ii
Lembar Pengesahan ...................................................................................................iii
Kata Pengantar .......................................................................................................... iv
Daftar Isi .................................................................................................................... v
Abstrak ..................................................................................................................... vii
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
1.3 Batasan Masalah ............................................................................................... 2
1.4 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 3
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 3
BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................................
2.1 Ergonomi ............................................................................................................
2.2 Postur Kerja ........................................................................................................
2.3 Biomekanika .......................................................................................................
2.4 Antropometri .......................................................................................................
2.5 Usabilitas ............................................................................................................
2.6 Lingkungan Kerja Fisik .......................................................................................
2.7 Jurnal dan Artikel ................................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................
3.1 Obyek Penelitian .................................................................................................
3.2 Metode Pengumpulan Data..................................................................................
3.3 Kerangka Penyelesaian Masalah ..........................................................................
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ..........................................
4.1 Pengumpulan Data ..............................................................................................
4.2 Pengolahan Data .................................................................................................
BAB V PEMBAHASAN ..............................................................................................
5.1 Analisa ................................................................................................................
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................
vi

6.1 Kesimpulan .........................................................................................................
6.2 Saran ...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


vii

ABSTRAK
Postur kerja dan biomekanika memiliki kesamaan yaitu sama sama mempelajari bagaimana
memperbaiki postur pada saat operator mengangkat beban, terdapat dua metode didalam
postur kerja yaitu yang pertama metode Rapid Entire Body Assessment (REBA) merupakan
metode yang dapat digunakan secara cepat untuk menilai postur kerja seorang operator,pada
metode REBA segmen segmen tubuh tersebut dibagi menjadi dua kelompok, yaitu grup A
meliputi punggung (batang tubuh), leher, dan kaki,Sementara grup B meliputi lengan atas,
lengan bawah, dan pergelangan tangan. Metode yang kedua Rapid Upper Limb Assessment
(RULA) merupakan metode yang menginvestigasi dan menilai posisi kerja yang dilakukan
oleh tubuh bagian atas.Biomekanika merupakan salah satu dari empat bidang penelitian
informasi tentang kemampuan manusia beserta keterbatasannya. Menggunakan dua metode
untung menganalisis. Pertama metode Maximum Permissible Limit (MPL) yaitu mengukur
gaya tekan terhadap punggung dengan tidak melewati satuan Newton yang distandarkan oleh
NIOSH yaitu 6500 N dengan cara menghitung gaya setiap segmentasi tubuh yaitu telapak
tangan, lengan bawah, lengan atas dan punggung. Metode yang kedua adalah Recommended
Weight Limit (RWL), metode ini merupakan rekomendasi batas beban yang dapat diangkat
oleh manusia dengan cara menghitung semuafaktor yaitu faktor pengali horizontal, faktor
pengali frekuensi, faktor pengali kopling, faktor pengali vertikal, faktor pengali perpindahan,
faktor pengali asimetrik, setelah ditemukan RWLnya mencari Lifting index. Dalam studi kasus
ini, penelitimelakukan penelitian postur kerja dengan cara mengukur sudut tiap segmentasi
tubuh pada pekerja yang melakukan pekerjaan mengangkat beban dengan beban tidak boleh
>5 kg dengan mendapatkan skor-skor tiap metode RULA dan REBAsekaligus memberikan
rekomendasi kepada operator.Pada penelitian kali ini, pernyataan metode RWL awal dan
akhir yaitu LI1, jadi aktivitas tersebut tidak mengandung resiko cidera tulang belakang. Dan
metode MPL didapatkan gaya tekan pada punggung sebesar 1239,43 N, maka Fc<AL<MPL,
jadi aktivitas tersebut tidak mengandung resiko. Kemudian untuk analisis variabel LKF nya
merupakan hubungan antara temperature dan pencahayaan terhadap output yang dihasilkan.
Dan secara garis besar, kesimpulannya yaitu tentang faktor yang mempengaruhi postur kerja,
biomekanika dan LKF adalah Faktor individual, berupa sistem, usia, jenis kelamin, sikap,
dan fisik serta Faktor situasional, berupa lingkungan fisik dan peralatan.

Kata Kunci :Postur kerja, biomekanika, uji kecukupan, uji keseragaman, persentildesain
produk, temperature, vibrasi, kebisingan
8

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam melakukan aktivitas kerja, manusia biasanya menggunakanfisik dan otaknya
dalam bekerja. Penggunaan tenaga manusia bisa dikatakan lebih tinggi dari pada otak
yang diguanakan. Sehingga dengan kerja fisik manusia menciptakan perubahan
konsumsi energi dalam tubuh. faktor fisik ini adalah faktor yang sangat penting yang
dilakukan dalam pekerjaan ini.Selain itu dalam sebuah pekerjaan agar mempunyai
hasil maksimal tanpa melelahkan pekerjannya dan resiko kerja tentu perlu ada
diperbaikan dalam sistem kerja. Sistem kerja ini dapat diperbaiki dengan empat faktor,
yaitu faktor postur kerja, biomekanika, antropometri dan lingkungan kerja
fisik.Dengan keempat faktor tersebut, resiko kerja dalam penggunaan energi fisik
manusia bisa diperbaiki bahkan dicegah.
Aktivitas kerja yang menggunakan tenaga manusia banyak menyebabkan
bahaya resiko kerja yaitu berupa cidera punggung, karena dengan melakukan
pemindahan barang secara manual yang dilakukan secara berulang-ulang dan terburu-
buru, aktivitas kerja tersebut secara tidak langsung akan membahayakan kesehatan
pekerja.Hasil penelitian Merry Siska (2012) dan Multy Teza (2012) menunjukan
bekerja yang terburu-buru akan menyebabkan mengeluarkan energi yang dikeluarkan
banyak dan akan menyebabkan resiko cidera pada bagian tubuh. Namun tidak hanya
dalam penggunaan saja yang menyebabkan resiko cidera, lingkungan kerja dapat
mempengaruhi resiko cidera yang cukup bahaya juga.Hasil penelitian Pulung S.
(2006) dan Ika Setya P. 2012, M.Sc. (2006) menyatakan Iklim kerja merupakan salah
satu unsur dari pekerjaan yang mempunyai peran pentingdan tidak boleh kita acuhkan.
Namun, untuk meringankan dan mengurangi resiko kerja diperlukan alat bantu, hasil
penelitian M. Yudhi Setiad (2013), Poerwanto (2013) dan Anizar (2013) menyatakan
pekerjaan yang secara manual (tanpa alat bantu) hanya menggunakan tangan operator
secara langsung, dengan berat beban yang cukupbesar, serta dilakukan dalam waktu
yang lama dan berulang merupakan pekerjaan dengan sikap kerja yang tidak alamiah,
sehingga diperlukan suatu rancangan alat bantu pemindahan batako untuk mengurangi
9

musculoskeletal disorders yang diderita oleh operator.Perbedaan penelitian
sebelumnya dengan penelitian yang saat ini akan dilakukan adalah pada penelitian ini
objek yang diteliti adalah seorang tukang kayu pada produksi berbagai macam
furniture serta meneliti lingkungan kerja fisik dalam suatu ruangan dan postur kerja
serta biomekanika pada pekerja tersebut. Sekaligus memberikan rancangan alat bantu
untuk tukang pintu tersebut menggunakan antropometri.

1.2 Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang yang telah ditentukan maka beberapa masalah yang
dapat dirumuskan dan akan ditulis dalam laporan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah postur kerja operator tukang pintu di perusahaan Iqbal Barokah
aman untuk dilakukan? Apabila tidak aman adakah rekomendasi
2. Apakah terdapat resiko kerja cidera bagian tulang belakang pada operator pada
saat mengangkat beban di perusahaan Iqbal Barokah dengan metode
biomekanika?
3. Desain produk apa yang direkomendasikan kepada pekerja tukang pintu di
perusahaan Iqbal Barokah dengan metode antropometri? Dan berapakah
ukuran yang cocok untuk operator tukang pintu tersebut ?
4. Bagaimana pengaruh lingkungan kerja fisik terhadap produktivitas seorang
tukang pintu sebagai pekerja?

1.3 Batasan Masalah
Dalam laporan penelitian ini, merupakan penelitian yang ada pembatasan masalahnya
serta lingkup data sampel yang akan digunakan, pembatasan masalahnya adalah
sebagai berikut:
1. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini hanya untuk mengidentifikasi
hubungan timbal balik antara lingkungan kerja terhadap produktivitas
pekerjanya dan postur pekerja pada saat mengangkat beban sudah baik apa
tidak.
2. Pengambilan data hanya di dalam Perusahaan Iqbal Barokah
3. Objek merupakan tukang pintu di dalam Perusahaan Iqbal Barokah.
10

4. Penelitian dilakukan secara mandiri serta konsultasi dengan asisten pembimbing
yang terkait dengan penyusunan laporan penelitian ini.

1.4 Tujuan Penelitian
Penulisan laporan penelitian ini dilakukan untuk memenuhi tujuan yang diharapkan
dan dapat bermanfaat bagi kelancaran proses produksi dari sebuah perusahaan. Secara
terperinci tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui keamanan postur kerja operator saat melakukan aktivitas.
2. Untuk mengetahui resiko kerja cidera bagian tulang belakang operator pada saat
melakukan aktivitas.
3. Untuk merancang desain produk yang tepat untuk operator.
4. Mengetahui pengaruh lingkungan kerja fisik terhadap produktivitas tukang pintu
sebagai pekerja.

1.5 Manfaat Penelitian
Banyak manfaat yang diperoleh dari penelitian ini, oleh karena itu praktikan akan
menjelaskan manfaat penelitian ini baik untuk peneliti maupun perusahaan yang
diteliti.
1.5.1 Bagi Peneliti
Manfaat bagi peneliti adalah sebagai berikut :
1. Memperluas dan memperdalam pengetahuan dan wawasan pemikiran
mengenai Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi.
2. Mengetahui resiko-resiko yang terjadi dalam pekerja tersebut.
3. Mampu menganalisis perancangan lingkungan kerja fisik untuk memahami
resiko apa yang terjadi dalam lingkungan pekerja.
4. Mampu mengetahui tindakan-tindakan selanjutnya untuk menghadapi resiko
cidera pada saaat mengangkat beban.
1.5.2 Bagi Perusahan
Manfaat bagi perusahaan adalah sebagai berikut
1. Sebagai bahan pertimbangan apakah perusahaan perlu dilakukannya perubahan
perancangan sistem kerja agar meningkatkan produktivitas pekerja.
11

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pekerja dalam melakukan sebuah aktivitas
dalam ruangan kerja tidak melebihi dari kapasitas dan kemampuannya.
3. Sebagai sumbangan pemikiran bagi pekerja di Perusahaan Iqbal Barokah
dalam mensukseskan pencapaian tujuan usahanya.
12

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Ergonomi
Untuk dapat menghasilkan rancangan sistem kerja yang baik perludikenal sifat-sifat,
keterbatasan, serta kemampuan yang dimiliki manusia. Dalam sistem kerja manusia
berperan sentral yaitu sebagai perencana, perancang, pelaksana, dan mengevaluasi
sistem kerja yang bekerja secara keseluruhan agar diperoleh hasil kerja yang baik atau
memuaskan. Ilmu yang mempelajari manusia beserta perilakunya didalam sistem
kerja disebut ergonomi.
Ergonomi adalah ilmu yang sistematis dalam memanfaatkan informasi
mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia dalam merancang sistem kerja.
Dengan ergonomi diharapkan penggunaaan proyek fisik dan fasilitas dapat lebih
efektif serta dapat memberikan kepuasan kerja. Salah satu definisi ergonomi yang
menitikberatkan pada penyesuaian desain terhadap manusia adalah dikemukakan oleh
(Annis Mc Conville, 1996) dan menerapkan informasi menurut karakter manusia
kapasitas dan keterbatasannya terhadap desain pekerjaan, mesin, dan sistemnya,
ruangan kerja dan lingkungan sehingga manusia dapat hidup dan bekerja secara sehat,
aman, nyaman dan efisien.
Dilihat dari rekayasa, informasi hasil penelitian ergonomi dapat
dikelompokkan kedalam 4 bidang penelitian, yaitu :
1. Penelitian tentang display
2. Penelitian tentang kekuatan fisik manusia
3. Penelitian tentang ukuran atau dimensi tempat kerja
4. Penelitian tentang lingkungan fisik
Istilah ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ERGON (KERJA) dan
NOMOS (HUKUM ALAM) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-
aspek manusia dalam lingkungan yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi,
engineering, manajemen dan desain atau perancangan (Nurmianto, 2008).
Menurut Sutalaksana (1979), egonomi adalah suatu cabang ilmu yang
sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan
13

keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup
dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan
melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman, dan nyaman .
Ergonomi berkenaan berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan,
keselamatan dan kenyamanan manusia ditempat kerja, di rumah, dan di tempat
rekreasi.Ergonomi disebut juga sebagai Human Factors. Ergonomi juga digunakan
oleh beberapa ahli pada bidangnya misalnya: ahli anatomi, arsitektur , perancangan
produk, fisika, fisioterapi, terapi pekerjaan, psikologi, dan teknik industri (definisi ini
berdasar pada International Ergonomics Association). Ergonomi dapat berperan pula
sebagai desain pekerjaan pada suatu organisasi, misalnya: penentuan jumlah jam
istirahat, pemilihan jadwal pergantian waktu kerja, meningkatkan variasi pekerjaan.
Ergonomi dapat pulaberperan sebagai desain perangkat lunak karena dengan semakin
banyaknya pekerjaan yang berkaitan dengan komputer.
2.2 Postur Kerja
Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang secara sistematis memanfaatkan informasi-
informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang
suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan
baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif,
aman, dan nyaman. Untuk mencapai hasil yang optimal, perlu diperhatikan
performansi pekerjanya.Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah postur dan
sikap tubuh pada saat melakukan aktivitas tersebut. Hal tersebut sangat penting untuk
diperhatikan karena hasil produksi sangat dipengaruhi oleh apa yang dilakukan
pekerja. Bila postur kerja yang digunakan pekerja salah atau tidak ergonomis, pekerja
akan cepat lelah sehingga konsentrasi dan tingkat ketelitiannya menurun. Pekerja
menjadi lambat, akibatnya kualitas dan kuantitas hasil produksi menurun yang pada
akhirnya menyebabkan turunnya produktivitas.
Dengan demikian, terlihatlah bahwa postur kerja sangatlah erat kaitannya
dengan keilmuan ergonomi dimana pada keilmuan ergonomi dipelajari bagaimana
untuk meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera
akibat postur kerja yang salah dan penyakit akibat kerja serta menurunkan beban kerja
fisik dan mental, oleh karena itu perlu dipelajari tentang bagaimana suatu postur kerja
14

dikatakan efektif dan efisien, tentu saja untuk mendapatkan postur kerja yang baik kita
harus melakukan penelitian-penelitian serta memiliki pengetahuan dibidang keilmuan
ergonomi itu sendiri dengan tujuan agar kita dapat menganalisis dan mengevaluasi
postur kerja yang salah dan kemudian mampu memberikan postur kerja usulan yang
lebih baik sebab masalah postur kerja sangatlah penting untuk diperhatikan karena
langsung berhubungan ke proses operasi itu sendiri, dengan postur kerja yang salah
serta dilakukan dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan operator akan
mengalami beberapa gangguan-gangguan otot (Musculoskeletal) dan gangguan-
gangguan lainnya sehingga dapat mengakibatkan jalannya proses produksi tidak
optimal.Postur kerja merupakan titik penentu dalam menganalisa keefektivan dari
suatu pekerjaan. Apabila postur kerja yang dilakukan oleh operator sudah baik dan
ergonomis maka dapat dipastikan hasil yang diperoleh oleh operator tersebut akan
baik. Akan tetapi bila postur kerja operator tersebut salah atau tidak ergonomis maka
operator tersebut akan mudah kelelahan dan terjadinya kelainan pada bentuk tulang
operator tersebut. Apabila operator mudah mengalami kelelahan maka hasil pekerjaan
yang dilakukan operator terebut juga akan mengalami penurunan dan tidak sesuai
dengan yang diharapkan.
Musculoskeletal adalah risiko kerja mengenai gangguan otot yng disebabkan
oleh kesalahan postur kerja dalam melakukan suatu aktivitaskerja.
Keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang
dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit.
Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan
dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon.
Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan
keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem muskuloskeletal.
Studi tentang MSDs pada berbagai jenis industri telah banyak dilakukan dan
hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka
(skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan
otot-otot bagian bawah. Diantara keluhan otot skeletal tersebut, yang banyak dialami
oleh pekerja adalah otot bagian pinggang (Low Back Pain = LBP). Laporan dari The
Bureau of Labour Statistics (LBS) Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat yang
dipublikasikan pada tahun 1982 menunjukkan bahwa hampir 20% biaya kompensasi
yang dikeluarkan sehubungan dengan adanya keluhan/sakit pinggang. Besarnya biaya
15

kompensasi yang harus dikeluarkan oleh perusahaan secara pasti belum
diketahui.Namun demikian, hasil estimasi yang dipublikasikan oleh NIOSH
menunjukkan bahwa biaya kompensasi untuk keluhan otot skeletal sudah mencapai 13
milyar US dolar setiap tahun.Biaya tersebut merupakan yang terbesar bila
dibandingkan dengan biaya kompensasi untuk keluhan/sakit akibat kerja lainnya.
Sementara ituNational Safety Council melaporkan bahwa sakit akibat kerja yang
frekuensi kejadiannya paling tinggi adalah sakit punggung, yaitu 22% dari 1.700.000
kasus.
Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang
berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan
yang panjang.Sebaliknya, keluhan otot kemungkinan tidak terjadi apabila kontraksi
otot hanya berkisar antara 15-20% dari kekuatan otot maksimum.Namun apabila
kontraksi otot melebihi 20%, maka peredaran darah ke otot berkurang menurut tingkat
kontraksi yang dipengaruhi oleh besarnya tenaga yang diperlukan.Suplai oksigen ke
otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya
terjadi penimbunan asam laktat yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri otot.

2.3 Biomekanika
Biomekanika merupakan salah satu dari empat bidang penelitian informasi hasil
ergonomi. Yaitu penelitian tentang kekuatan fisik manusia yang mencakup kekuatan
atau daya fisik manusia ketika bekerja dan mempelajari bagaimana cara kerja serta
peralatan harus dirancang agar sesuai dengan kemampuan fisik manusia ketika
melakukan aktivitas kerja tersebut. Atau biomekanika adalah disiplin ilmu yang
menggunakan hukum-hukum fisika dan konsep-konsep rekayasa untuk
menggambarkan gerakan pada segmen tubuh manusia dengan menganalisa gaya yang
terjadi pada segmen tubuhdalam melakukan aktivitas sehari-hari (Hari Purnomo).
Pendekatan biomekanika memandang tubuh manusia sebagai suatu sistem
yang terdiri dari elemen-elemen yang saling berkait dan terhubung satu sama lain,
melalui sendi-sendi dan jaringan otot yang ada. Prinsip-prinsip fisika digunakan untuk
menyatakan tegangan mekanik pada tubuh dan gaya otot yang diperlukan untuk
mengimbangi tegangan-tegangan tersebut.

16

Konsep Biomekanika diklasifikasikan menjadi 2, yaitu General Biomechanic
dan Occupational Biomechanic.Untuk General Biomechanic dibagi lagi menjadi 2
bagian yaitu statis dan dinamis. Biomekanika secara statis merupakan studi tentang
besar gaya dan momen pada bagian-bagian tubuh manusia dalam keadaan tidak
melakukan aktivitas atau bergerak pada garis lurus dengan kecepatan seragam
(uniform). Biomekanika secara dinamis merupakan studi tentang gerakan dari tubuh
manusia, dimana terdapat jarak perpindahan dalam gerakan.Beberapa peneliti
berpendapat bahwa pergerakan yang sangat lambat dikategorilan dan dianalisis dalam
biomekanika statis.Sedangkan untuk Occupational Biomechanic merupakan sebagai
bagian dari biomekanik terapan yang mempelajari interaksi fisik antara pekerja
dengan mesin, material dan peralatan dengan tujuan untuk meminimumkan keluhan
pada sistem kerangka otot agar produktifitas kerja dapat meningkat.
Analisis Mekanik dalam biomekanika yaitu MPL dan RWL. MPL (Maximum
Permissible Limit) merupakan batas besarnya gaya tekan (Fc) pada segmen L5/S1 dari
kegiatan pengangkatan dalam satuan Newton yang distandarkan oleh NIOSH
(National Instiute of Occupational Safety and Health) tahun 1981. Besar gaya
tekannya adalah di bawah 6500 N pada L5/S1. Selain itu pada MPLjuga terdapat gaya
angkatan normal (the Action Limit / AL). Batasan gaya angkatan normal (the Action
Limit) sebesar 3500 pada L5/S1. Sehingga, apabila Fc < AL (aman), AL < Fc < MPL
(perlu hati-hati) dan apabila Fc > MPL (berbahaya).Perlu diperhatikan bahwa nilai
dari analisa biomekanika adalah rentang postur atau posisi aktifitas kerja, ukuran
beban, dan ukuran manusia yang dievaluasi. Sedangkan kriteria keselamatan adalah
berdasar pada beban tekan (compression load) pada intebral disk antara Lumbar
nomor lima dan sacrum nomor satu (L5/S1).
Pengukuran MPL
Rumus MPL :
WH = 0,6 % Wbadan
WLA = 1,7 % Wbadan
WUA = 2,8 % Wbadan
WT = 50 % Wbadan
WTOT = Wo + 2WH + 2WLA + 2WUA + WT
2 = 0.43
3 = 0.436
17

4 = 0.67
D = 0.11
AA = 465 cm
2


WTOT = Wo + 2WH +2WLA +2WUA +WT
a. Telapak Tangan
Fyw= Wo/2 + WH
MW= (W0/2 + WH)*SL1* Cos1
b. Segmen Lengan Bawah
Fye= Fyw + WLA
Me= MW + (WLA * 2*SL2* Cos2)+(Fyw*SL2* Cos2)
c. Segmen Lengan Atas
Fys = Fye + WUA
Ms = Me + (WUA *3 *SL3 * Cos3)+(Fye *SL3 * Cos3)
d. Segmen Punggung
Fyt = 2Fys + WT
Mt= 2Ms + (WT *4*SL4 * Cos4)+(Fys *SL4 * Cos4)
Gaya perut (PA) dan Tekanan Perut (FA):
PA =
10
4
430.36H + T
75
5/1
1.8

FA = PA * AA
Gayaotot pada Spinal Erector :
FM* E=5/1- FA * D
Gaya Tekan/kompresi pada L5/S1:
Fc = Wtot*Cos 4 FA + FM

Sedangkan RWL (Recommended Weight Limit) merupakan rekomendasi batas
beban yang dapat diangkat oleh manusia tanpa menimbulkan cidera meskipun
pekerjaan tersebut dilakukan secara repetitive dan dalam jangka waktu yang cukup
lama.RWL ini ditetapkan oleh NIOSH pada tahun 1991 di Amerika Serikat. Tetapi
persamaan NIOSH berlaku pada keadaan :

18

a. Beban yang diberikan adalah beban statis, tidak ada penambahan
ataupunpengurangan beban di tengah tengah pekerjaan.
b. Beban diangkat dengan kedua tangan.
c. Pengangkatan atau penurunan benda dilakukan dalam waktu maksimal 8 jam.
d. Pengangkatan atau penurunan benda tidak boleh dilakukan saat duduk atau
berlutut.
e. Tempat kerja tidak sempit
Persamaan untuk menentukan beban yang direkomendasikan untuk diangkat
seorang pekerja dalam kondisi tertentu menurut NIOSH adalah sbb:

RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM

Keterangan:
LC = konstanta pembebanan = 23 kg
HM = faktor pengali horizontal = 25 / H
FM = faktor pengali frekuensi (Frequency Multiplier) *lihat tabel
CM = faktor pengali kopling (handle) * lihat tabel
VM = Faktor pengali vertikal
VM = 1 0.03 | V-75 |
VM (Indonesia) = 1 0.00326 | V-69 |
DM = Faktor pengali perpindahan
DM = 0.82 +
45


Am = Faktor pengali asimetrik
AM = 1 0.0032 x A

Keterangan:
H = jarak beban terhadap titik pusat tubuh
V = jarak beban terhadap lantai
D =jarak perpindahan beban secara vertical
A = sudut simetri putaran yang dibentuk tubuh
Untuk Frekuensi Pengali ditentukan dengan menggunakan tabel FM dibawah ini
dengan mengetahui frekuensi angkatan tiap menitnya dan juga nilai V dalam inchi.

19

Setelah nilai RWL diketahui, selanjutnya perhitungan Lifting Index, untuk
mengetahui index pengangkatan yang tidak mengandung resiko cidera tulang
belakang, dengan persamaan :
LI =


=



Keterangan:
Jika LI 1, maka aktivitas tersebut tidak mengandung resiko cidera tulang
belakang. Jika LI 1, maka aktivitas tersebut mengandung resiko cidera tulang
belakang.

2.4 Antropometri
Istilah anthropometryberasal dari kata anthropos (man) yang berarti manusia dan
metron (measure) yang berarti ukuran (Bridger, 1995). Secara definitif antropometri
dapat dinyatakan sebagai suatu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi
tubuh manusia. Antropometri secara luas digunakan untuk pertimbangan ergonomis
dalam suatu perancangan (desain) produk maupun sistem kerja yang akan
memerlukan interaksi manusia. Aspek-aspek ergonomi dalam suatu proses rancang
bangun fasilitas marupakan faktor yang penting dalam menunjang peningkatan
pelayanan jasa produksi. Setiap desain produk, baik produk yang sederhana maupun
produk yang sangat komplek, harus berpedoman kepada antropometri
pemakainya.Menurut Sanders & Mc Cormick (1987); Pheasant (1988), dan Pulat
(1992), antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh atau karakteristik fisik tubuh
lainnya yang relevan dengan desain tentang sesuatu yang dipakai orang.
Ada 3 filosofi dasar untuk suatu desain yang digunakan oleh ahli-ahli
ergonomi sebagai data antropometri yang diaplikasikan (Sutalaksana, 1979 dan
Sritomo, 1995), yaitu:
a. Perancangan produk bagi individu dengan ukuran yang ekstrim.
Contoh: penetapan ukuran minimal dari lebar dan tinggi dari pintu darurat.
b. Perancangan produk yang bisa dioperasikan di antara rentang ukuran tertentu.
Contoh: perancangan kursi mobil yang letaknya bisa digeser maju atau
mundur, dan sudut sandarannyapun bisa dirubah-rubah.
20

c. Perancangan produk dengan ukuran rata-rata.
Contoh: desain fasilitas umum seperti toilet umum, kursi tunggu, dan lain-
lain.
Untuk mendapatkan suatu perancangan yang optimum dari suatu ruang dan
fasilitas akomodasi, maka hal-hal yang harus diperhatikan adalah faktor-faktor seperti
panjang dari suatu dimensi tubuh baik dalam posisi statis maupun dinamis. Hal lain
yang perlu diamati adalah seperti Berat dan pusat massa(centre of gravity) dari suatu
segmen/bagian tubuh, bentuk tubuh, jarak untuk pergerakan melingkar (angular
motion) dari tangan dan kaki, dan lain-lain.
Selain itu, harus didapatkan pula data-data yang sesuai dengan tubuh
manusia.Pengukuran tersebut adalah relatif mudah untuk didapat jika diaplikasikan
pada data perseorangan. Akan tetapi semakin banyak jumlah manusia yang diukur
dimensi tubuhnya maka akan semakin kelihatan betapa besar variasinya antara satu
tubuh dengan tubuh lainnya baik secara keseluruhan tubuh maupun persegmen-nya
(Nurmianto, 1996).
Data antropometri yang diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain
dalam hal :
1. Perancangan areal kerja (work station, interior mobil, dll).
2. Perancangan peralatan kerja (perkakas, mesin, dll).
3. Perancangan produk-produk konsumtif (pakaian, kursi, meja, dll).
4. Perancangan lingkungan kerja fisik.
Beberapa pengolahan data yang harus dilakukan pada data antropometri
(Nurmianto1996 & Tayyari) adalah :
1. Kecukupan data

=
/.
2

2

2

k = tingkat kepercayaan
bila tingkat kepercataan 99%, sehingga k = 2,58 3
bila tingkat kepercataan 95%, sehingga k = 1,96 2
bila tingkat kepercataan 68%, sehingga k 1
s = derajat ketelitian
apabila N < N, maka data dinyatakan cukup.

21

2. Uji Normalitas Data
Pengolahan Data Normalitas dan Percentile dengan SPSS:
a. input data nilai dimensi pada data view.
b. Masuk ke tampilan variable view, kemudian kolom name di ganti dengan
nama dimensi.
c. Pengolahan data :
- Klik analyze, pilih descriptive statistics, kemudian explore.
- Masukkan semua variabel sebagai dependent variables.
- Checklist both pada toolbox display.
- Pilih statistic: checklist descriptive, percentiles, kemudian continue.
- Pilih plots: checklist none pada boxplots, stem dan leaf pada descriptive.
- Checklist normality plots with test, kemudian continue.
- Pilih options: checklist exclude cases listwise, kemudian continue.
- Klik continue. Hasil pengolahan data ditampilkan pada output.

3. Keseragaman data
Batas Kontrol Atas/Batas Kontro Bawah (BKA/BKB)
BKA/BKB =X + k
=


2
1

= standar deviasi

4. Percentile
Pada umumnya, percentil yang digunakan adalah:
P5 = X 1,645
P50 = X
P95 = X + 1,645
Dapat pula diberikan toleransi terhadap perbedaan yang mungkin
dijumpai dari data yang tersedia dengan populasi yang dihadapi dalam
merekomendasikan ukuran suatu rancangan (allowance).


22

2.5 Lingkungan Kerja Fisik

Menurut Sedarmayanti (1996), lingkungan kerja fisik adalah semua yang terdapat
disekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi pekerja baik secara langsung
maupun tidak langsung. Lingkungan kerja terbagi atas dua macam yaitu lingkungan
yang langsung berhubungan dengan karyawan dan lingkungan perantara yang dapat
mempengaruhi kondisi manusia seperti temperatur, kebisingan, getaran, pencahayaan,
dan lain-lain.

1. TEMPERATUR
Temperatur pada tubuh manusia selalu tetap.Suhu konstan dengan sedikit
fluktuasi sekitar 37 derajat celcius terdapat pada otak, jantung dan bagian
dalam perut yang disebut dengan suhu tubuh (core temperature).Suhu inti ini
diperlukan agar alat-alat itu dapat berfungsi normal. Sebaliknya, lawan dari
core temperature adalah shell temperature, yang terdapat pada otot, tangan,
kaki dan seluruh bagian kulit yang menunjukkan variasi tertentu.Untuk
temperatur mempunyai satuan
o
C, dan diukur dengan Thermometer.
2. PENCAHAYAAN
Pencahayaan adalah faktor yang penting untuk menciptakan lingkungan kerja
yang baik. Lingkungan kerja yang baik akan dapat memberikan kenyamanan
dan meningkatkan produktivitas pekerja. Efisiensi kerja seorang operator
ditentukan pada ketepatan dan kecermatan saat melihat dalam bekerja,
sehingga dapat meningkatkan efektifitas kerja, serta keamanan kerja yang lebih
besar.Untuk pencahayaan mempunyai satuan Lux, dan diukur dengan
Luxmeter.
Ciri-Ciri Penerangan yang baik yaitu Penerangan akan mempengaruhi seorang
pekerja untuk dapat melihat dengan baik. Untuk dapat melihat dengan baik
maka dibutuhkan suatu penerangan yang baik pula. Ciri-ciri penerangan yang
baik tersebut adalah:
1. Sinar/cahaya yang cukup.
2. Sinar/cahaya yang tidak berkilau atau menyilaukan.
3. Kontras yang tepat.
4. Kualitas pencahayaan yang tepat.
23

5. Pemilihan warna yang tepat.
3. KEBISINGAN
Kebisingan adalah salah satu polusi yang tidak dikehendaki oleh telinga.
Dikatakan tidak dikehendaki, karena dalam jangka panjang bunyi-bunyian
tersebut akan dapat mengganggu ketenangan kerja, merusak pendengaran dan
menimbulkan kesalahan komunikasi.Dalam kaitan ini kebisingan memiliki
efek yang berbeda terhadap kinerja.Definisi ini dapat meliputi variasi yang
luas dari situasi bunyi yang dapt merusak pendengaran. Suara radio tetangga
bisa anda anggap sebagai bising/mengganggu karena musik yang mereka
senangi itu mungkin tidak cocok dengan kesukaan anda. Bising juga berasal
dari dunia sekitar yang bisa benar-benar merusak indra pendengaran.Untuk
Kebisingan mempunyai satuan dB, dan diukur dengan Sound Level
Meter.Tingkat kebisingan atau tingkat tekanan ( Sound Pressure Level = SPL )
4. VIBRASI
Getaran atau vibrasi adalah faktor fisik yang ditimbulkan oleh subjek dengan
getaran getaran osilasi, misalnya mesin, peralatan atau perkakas kerja yang
bergetar dan memajani pekerja melalaui transmisi.Untuk vibrasi mempunyai
satuan Hz, dan diukur dengan Vibrometer. Adapun besar getaran yang
memajan tubuh ditentukan oleh:
1. Sifat getaran, yaitu frekuensi, intensitas/amplitudo, dan durasi dari vibrasi.
2. Mekanika input indenpen, yaitu tahanan yang diberikan oleh struktur
tubuh terhadap getaran.
Efek dari getaran dapat berupa :
2.1 VWF (Vibration White Finger): kekakuan pada jari tangan dimana
kepekaan untuk menyentuh rasa sakit dan temperatur akan berkurang.
Terjadi pada frekuensi 5-100 Hz.
2.2 WBV (Whole Body Vibration): Getaran mekanis dapat dirasakan dan
terjadi pada seluruh tubuh berada pada range frekuensi yang sangat besar
yaitu antara 0.1 10000 Hz. Selain itu terdapat bukti secara epidemiologi
yang kuat bahwa terdapat kenaikan secara pasti terhadap rasa sakit pada
punggung dan bagian perut di antara banyak orang yang mengalami WBV
pada frekuensi tersebut dalam waktu yang lama.

24

2.6 Jurnal Atau Artikel
Postur kerja atau sikap kerja adalahposisi kerja secara alamiah dibentuk oleh tubuh
pekerja akibat berinteraksi denganfasilitas yang digunakan ataupun kebiasaan kerja.
Sikap kerja yang kurang sesuai dapat menyebabkankeluhan fisik berupa nyeri pada
otot (Musculoskletal Disorder). Hal ini disebabkan akibat dari postur kerja yang tidak
alamiah yang disebabkan oleh karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja
yang tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja. Beban fisik akan
semakin berat apabila pada saat postur tubuh pekerja tidak alamiah yaitu gerakan
punggung yang terlalu membungkuk, posisi jongkok, jangkauan tangan yangselalu
disebelah kanan dan lain-lain. Dengan demikian perlu dirancang sebuah posturkerja
dan fasilitas kerja yang ergonomis untuk memberikan kenyamanan kerja untuk
mencegah keluhan penyakit akibat kerja serta dapat meningkatkan produktivitas.
(Merry Siska dan Multy Teza, 2012)
Musculoskeletaldisorders adalah keluhan pada bagian
bagianototrangkayangdirasakanoleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan
sampai sangatsakit.Ototyangmenerimabebanstatis
secaraberulangdalamwaktuyanglamaakan dapatmenyebabkankeluhanberupakerusakan
padasendi,ligamendantendon.Keluhanhingga kerusakan inilah yang biasanya
diistilahkan dengan musculoskeletaldisorsders(MSDs)ataucidera
padasistemmusculoskeletal.Sebaliknyaapabila
pekerjaanberulangtersebutdilakukandengan carayangnyaman,sehatdansesuaidengan
standaryangergonomis,makatidakakan menyebabkangangguanmusculoskeletaldan
semua pekerjaan akan berlangsung dengan efektif danefisien.(M. Yudhi Setiad,
Poerwanto dan Anizar ,2013)
Iklim kerja merupakan salah satu unsur dari pekerjaan yang mempunyai peran
penting dan tidak boleh kita acuhkan. Pekerjaan dengan suhu tinggi memerlukan
penerapan teknologi baik dalam proses produksi maupun proses distribusi nya,
diharapkan penerapan teknologi dapat mengendalikan pemakaian energi dan energi
yang terlepas. Dengan lingkungan kerja yang nyaman maka gairah kerja akan
meningkat begitu juga produktivitas. Panas merupakan sumber penting dalam proses
produksi maka tidak menutup kemungkinan pekerja terpapar langsung, dalam jangka
waktu yang lama pekerja yang terpapar panas dapat mengalami penyakit akibat kerja
25

yaitu menurunnya daya tahan tubuh dan berpengaruh terhadap timbulnya gangguan
kesehatan sehingga berpengaruh te rhadap produktivtas dan efisiensi kerja. (Pulung
S.dan Ika Setya P. 2012)
26

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Obyek Penelitian
1. Postur Kerja
Dalam penelitian ini sebagai obyek penelitiannya adalah pekerja tukang pintu
yang sedang mengangkat beban di Perusahaan Iqbal Barokah
Nama : Agus
Tempat : Iqbal Barokah, Jalan Pencarsari, Sardonoharjo
Jenis Kelamin : Laki - laki
Umur : 22 tahun
Jenis Pekerjaan : TukangPintu
2. Biomekanika
Dalam penelitian ini sebagai obyek penelitiannya adalah pekerja tukang pintu
yang sedang mengangkat beban di Perusahaan Iqbal Barokah
Nama operator : Sholikul
Jenis kelamin : Laki - Laki
Umur operator : 22
Berat badan : 53 kg
Tempat penelitian : Iqbal Barokah
Jenis pekerjaan : Tukang pintu
Berat benda : 5 kg
3. Antropometri
Dalam penelitian ini sebagai obyek penelitiannya adalah salah satu
mahasiswa Teknik Industri Fakultas Teknik Industri
Nama operator : Azmi Maretan
Jenis kelamin : Laki - Laki
Umur operator : 19
Berat badan : 73 kg
27



4. Lingkungan kerja fisik
Dalam penelitian ini sebagai obyek penelitiannya adalah pekerja tukang pintu
yang sedang memperhalus kayu di Perusahaan Iqbal Barokah.
Nama operator : Sholikul
Jenis kelamin : Laki - Laki
Umur operator : 22
Berat badan : 53 kg
Tempat penelitian : Iqbal Barokah
Jenis pekerjaan : Tukang pintu
Berat benda : 5 kg

3.2 Metode Pengumpulan Data
3.2.1 Primer
Primer merupakan data yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan. Untuk
memperoleh data primer menggunakan metode:
1. Observasi
Yaitu usaha yang dilakukan untuk memperoleh data dengan cara mengadakan
pengamatan dan pencatatan selama peneliti melakukan penelitian di lapangan
dan pengamatan langsung saat seorang tukang pintu sedang mengangkat beban
di Perusahaan Iqbal Barokah.
2. Interview
Yaitu usaha yang dilakukan untuk memperoleh data dengan jalan mengadakan
tanya jawab langsung dengan seorang tukang pintu di Perusahaan Iqbal
Barokah.
3.2.2 Sekunder
Data yang bersumber dari kepustakaan seperti literature, modul praktikum, bahan
kuliah, serta buku-buku lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

28

3.3 Kerangka Penyelesaian Masalah
Mulai
Identifikasi
Pengumpulan
LKF
Foto
Screenshoot
Menentukan Variabel
LKF yang digunakan
Mengolah
data
Menentukan Waktu
Per Pengamatan
Pengambilan Data
Variabel LKF
Perhitungan
Hasil Output
Analisis Per
Variabel
Kesimpulan dan saran
Selesai
Data REBA
dan RULA
Postur Kerja
Mengolah
data
Data MPL
dan RWL
Biomekanika
Pembahasan
Hasil Data
Mengumpulkan
dan Memproses
Data
Mengolah
data
Merancang
desain produk
Antropometri
Data
Cukup
Video
Foto
Screenshoot
Video
Analisis Uji
Keseragaman Data
Tidak
Ya
Data
Seragam
Analisis Uji
Kecukupan
Data
Ya
Tidak

Gambar 3.1 Flowchart Penelitian

29

Penjelasan Flowchart:

1. Memulai dengan mengidentifikasi penelitian ini dilakukan pada pengamatan
pekerjaan mengangkat beban di Iqbal Barokah.Pengumpulan data hasil penelitian
di lapangan baik data yang dibutuhkan untuk metode postur kerja dan metode
biomekanika serta data hasil penelitian lingkungan kerja yang dilakukan oleh
pekerja di lokasi.
2. Postur kerja dengan mengukur ukuran-ukuran dan sudut-sudut disaat operator
sedang melakukan pekerjaannya. Setelah semua data dan ukuran didapat, maka
data kemudian di olah.Pengolahan data dibagi menjadi dua perhitungan yaitu data
RULA dan data REBA.Setelah semua data di olah dan dihitung kemudian kedua
hasil data tersebut digabungkan.
3. Pada pengukuran biomekanika tidak jauh bereda dengan postur kerja pada
urutannya, yang membedakan hanya pada pengolahan data dibagi menjadi dua
perhitungan yaitu data MPL dan data RWL.Kemudian setelah semua hasil
didapat, kedua hasil data tersebut digabungkan.
4. Lalu pada pengukuran antropometri adalah meneliti peralatan atau mesin atau
bahan apa yang harus diperbaiki untuk meningkatkan produktivitas kerjanya
melalui pengukuran, dilanjutkan dengan uji kecukupan data, uji normalitas data,
uji keseragaman data dan percentil, setelah itu didesain peralatan atau mesin atau
bahan yang harus diperbaiki.
5. Pada usabilitas adalah untuk meneliti keefektifitas, efeisiensi, dan kepuasan
konsumen pada produk yang telah diberikan, oleh karena itu di penelitian ini
diteliti dalam kesesuaian, pertimbangan sumber daya pengguna, konsistensi,
feedback dan pencegahan kesalahan agar produk tersebut lebih efektif dan efisien.
6. Sedangkan pada pengukuran lingkungan kerja fisik, awalnya ditentukan terlebih
dahulu variabel yang akan digunakan pada penguukuran ini. Setelah variabel
ditentukan, kemudian tentukan lagi waktu per pengamatan. Setelah semua
variabel dan waktu ditentukan, dilakukan proses pengamatan pengambilan data
pada obyek. Data yang diperoleh selanjutnya dilakukan proses penghitungan hasil
output pengamatan.
7. Setelah kelima proses telah dilakukan, makan data tersebut dikumpulkan
dilakukan.
30

8. Dan langkah yang terakhir adalah menarik kesimpulan dari hasil pengamatan dan
perhitungan kemudian memeberikan saran-saran guna perbaikan pada system
kerja jika diperlukan.

31

BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data
4.1.1 Postur Kerja
a. Deskrripsi Operator
Nama : Agus
Tempat : Iqbal Barokah, Jalan Pencarsari, Sardonoharjo
Jenis Kelamin : Laki - laki
Umur : 22 tahun
Jenis Pekerjaan : TukangPintu
b. Screen Capture Operator yang sedang mengangkat Output

32


Gambar 4.1 Screen capture operator

c. Identifikasi Sudut
1) Identifikasi dengan sudut RULA
Kelompok A
Pergerakkan lengan atas 40 flexsion
Pergerakkan lengan bawah 78 flexsion
Pergerakkan pergelangan tangan 30 extension
Kelompok B
Pergerakkan leher 29 flexsion
Pergerakkan punggung 52 flexsion
Posisi kaki tertopang merata dengan sudut 175 extension
Beban > 5Kg , pegangan bisa diterima tapi tidak ideal (Fair)

33

2) Identifikasi gambar dengan sudut REBA
Kelompok A
Pergerakkan leher 29 flexsion
Pergerakkan punggung 52 flexsion
Posisi kaki tertopang merata dengan sudut 175 extension
Kelompok B
Pergerakkan lengan atas 40 flexsion
Pergerakkan lengan bawah 78 flexsion
Pergerakkan pergelangan tangan 30 extension
Beban > 5Kg , pegangan bisa diterima tapi tidak ideal (Fair)

4.1.2 Biomekanika
a. Deskripsi Operator
Nama operator : Sholikul
Jenis kelamin : Laki - Laki
Umur operator : 22
Berat badan : 53 kg
Tempat penelitian : Iqbal Barokah
Jenis pekerjaan : Tukang pintu
Berat benda : 5 kg
b. Screen Capture Operator
34


Gambar 4.2 Pengukurang Biomekanika
c. Identifikasi Output
Tabel 4.1 Tabel Recommended Weight Limit
Berat
badan
Posisi Tangan
Jarak
Vertik
al
(cm)
Sudut
asimetris
Duras
i
Kerja
(jam)
Frekuensi
pengangka
tan
(angka/me
nit)
Koplin
g
Benda Awal Akhir

Awal Akhir
Awa
l
Akhi
r
L H H

V V D A A F C
53 kg 55 cm 39 cm
103 cm =
261.62 inchi
30 cm =
76.2 inchi
73 cm 0
o
110
o

1
menit
2 kali/
menit
Fair


35

Tabel 4.2 Tabel Maximum Permissible Limit
No Segmentasi Tubuh Panjang (m) Sudut asimetris
1 Telapak tangan SL
1
= 0.08 m 51,12
o

2 Lengan bawah SL
2
= 0.25 m 50,95
o

3 Lengan atas SL
3
= 0.33 m 133,53
o
4 Punggung SL
4
= 0.26 m 22,05
o
5 Inklinasi perut
H
= 38,22
o
6 Inklinasi Paha
T
= 90,04
o


4.1.3 Antropometri
a. Deskripsi Operator
Nama operator : Azmi Maretan
Jenis kelamin : Laki - Laki
Umur operator : 19
Berat badan : 73 kg
b. Data Antropometri
Tabel 4.3 Data Operator
No Umur Suku Bangsa
Jt Tbd Rt Tpo Lp Ppo
1
20 jawa 81,4 58 166,5 45 33,2 49,4
2
20 Batak 78,5 59 167 42,6 30,8 47
3
21 Jawa 80 66 178 43 38,5 51
4
20 Jawa 86,5 65 170,5 41 31,5 48,7
5
21 Jawa 82 59,5 165 45 38,5 49
6
20 Jawa 86 56,2 177 45,5 34,4 42,7
7
20 Jawa 87,5 60,5 177 43,5 38 47
8
20 Jawa 80 61,5 178 43 34 49,5
9
21 Jawa 75 58,7 165 40 36 42
10
21 Jawa 74 61,5 167 41 31,4 44,7
36

No Umur Suku Bangsa
Jt Tbd Rt Tpo Lp Ppo
11
20 Jawa 80,5 62,5 165 43,4 35,6 47,1
12
20 Jawa 85 63,9 170 43,7 30,7 47,6
13
21 Sunda 91,5 60 175 41 42,1 44,5
14
19 Jawa 85,5 67,5 180,5 42 32,8 47,2
15
21 Jawa 79 56 158,5 41 29,8 48,1
16
20 Jawa 87 60 182 41,4 45,2 45,2
17
20 Jawa 79,5 59 168,9 45,3 34 45
18
21 Jawa 84,5 57,5 173 42,5 28,7 48,7
19
20 Jawa 81 66 174,5 41 41 43,7
20
21 Jawa 80,5 62 186 47 38 52
21
20 Jawa 77 61 168 41 38 48,5
22
20 Jawa 85 58 165 42,3 35,2 46
23
20 Jawa 80,5 62,5 165 43,4 35,6 47,1
24
21 Sunda 91,5 60 175 41 42,1 44,5
25
19 Jawa 85,5 67,5 180,5 42 32,8 47,2
26
21 Jawa 79 56 158,5 41 29,8 48,1
27
20 Jawa 87 60 182 41,4 45,2 45,2
28
20 Jawa 79,5 59 168,9 45,3 34 45
29
21 Jawa 84,5 57,5 173 42,5 28,7 48,7
30
22 Kalimantan 80 68,6 180 45,8 43,6 52,3

4.1.4 Lingkungan Kerja Fisik
Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Variabel
No. Waktu
Hasil Pengukuran
Temperatur
Kebisingan Getaran
m/s
2
Hasil
Rangkaian Max Min
37

1 08.30 31.7
o
C 110 83 8.0 9
2 08.45 31.7
o
C 111.8 83.5 8.2 8
3 09.00 31.7
o
C 109.7 81 7.8 11
4 09.15 31.7
o
C 111 82 8.0 10
5 09.30 32
o
C 112 83.7 8.5 8

4.2 Pengolahan Data
4.2.1 Postur Kerja
a. Metode RULA
Kelompok A
Pergerakkan lengan atas 40 flexsion = 2
Pergerakkan lengan bawah 78 flexsion = 2
Pergerakkan pergelangan tangan 30 extension = 3
Putaran pergelangan tangan rentang menengah putaran = 1

Kelompok B
Pergerakkan leher 29 flexsion = 3
Pergerakkan punggung 52 flexsion = 3
Posisi kaki tertopang merata dengan sudut 175 extension = 1

Beban > 5Kg , pegangan bisa diterima tapi tidak ideal (Fair)

38

A

+ + =



B
+ + =



Gambar 4.3 Analisis Assesment RULA
b. Metode REBA
Kelompok A
Pergerakkan leher 29 flexsion = 3
Pergerakkan punggung 52 flexsion = 2
Posisi kaki tertopang merata dengan sudut 175 extension = 1

Kelompok B
Pergerakkan lengan atas 40 flexsion = 2
Pergerakkan lengan bawah 78 flexsion = 1
Pergerakkan pergelangan tangan 30 extension = 2

Beban > 5Kg = 1
pegangan bisa diterima tapi tidak ideal (Fair) = 1

LA: 2
PT: 3
PP: 1
3

0 0 3
L: 3
P: 3 0 4
4
K: 1
0
4
LB: 2
SKOR
A
OTOT

TENA
GA

SKOR
C

GRAND SKOR

SKOR
D

TENA
GA

OTOT

SKOR
B

39



+ +






+





Gambar 4.4 Assesment REBA
4.2.2 Biomekanika
a. Pengukuran RWL
Perhitungan RWL :
RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
Menghitung RWL Awal :
LC = 23
HM = 25/H = 25/55 = 0,456
VM = 1 0,00326 |V 69| = 1 0,00326 |103 69| = 0,889
DM = 0,82 + 4,5/D = 0.82 + 4.5/73 = 0.882
AM = 1 (0,0032 x A) = 1 (0,0032 x 0) = 1
FM = 2 lift/1 mnt= 2, dengan Vawal = 262.62 inchi jadi 0,91
CM = 1 karena Fair (meja) dan V lebih dari 30 inchi

RWL = 23 x 0,456 x 0, 889 x 0,882 x 1 x 0,91 x 1
= 7, 085
LI = Load Weight/RWL = 5 / 7,085 = 0,706

Menghitung RWL Akhir :
LC = 23
GROUP A
3
2
1
2
1
2
1
2
1
2
GROUP B
SCORE A
3 3
6 SCORE C
0
ACTIVITY
SCORE
REBA
SCORE
6
40

HM = 25/H = 25/39 = 0,641
VM = 1 0,00326 |V 69| = 1 0,00326 |30 69| = 0,873
DM = 0,82 + 4,5/D = 0.82 + 4.5/73 = 0.882
AM = 1 (0,0032 x A) = 1 (0,0032 x 110) = 0,648
FM = 2 lift/1 mnt= 2, dengan Vawal = 76,2 inchi jadi 0,91
CM = 1 karena Fair dan V lebih dari 30 inchi

RWL = 23 x 0, 641 x 0,873 x 0,882 x 0,648 x 0,91 x 1
= 5,672
LI = Load Weight/RWL = 5 / 5,672 = 0,881
b. Pengukuran MPL
Wo = 5 kg * 10 = 50 N
Wbdn = 53 kg * 10 = 530 N
WH = 0,6 % Wbadan = 0,6% * 530 = 3,18 N
WLA = 1,7 % Wbadan = 1,7% * 530 = 9,01 N
WUA = 2,8 % Wbadan = 2,8% * 530 = 14,84 N
WT = 50 % Wbadan = 50% * 530 = 265 N
Sehingga,
WTOT = Wo + 2WH + 2WLA + 2WUA + WT = 369,06 N
2 = 0.43
3 = 0.436
4 = 0.67
D = 0.11
AA = 465 cm
2

a. Telapak Tangan
Fyw = Wo/2 + WH = 28,18 N
MW = (Wo/2 + WH) * SL1 * Cos 1 = 19,99 = 1,42 Nm
b. Segmen Lengan Bawah
Fye = Fyw + WLA = 37,19 N
Me = MW + (WLA * 2 * SL2 * Cos 2) + (Fyw * SL2 * Cos 2) =
6,47 Nm
c. Segmen Lengan Atas
Fys = Fye + WUA = 52,03 N
Ms = Me + (WUA * 3 * SL3 * Cos 3) + (Fye * SL3 * Cos 3)= -
3.45 Nm
d. Segmen Punggung
Fyt = 2Fys + WT = 369,06 N
Mt = 2Ms + (WT * 4 * SL4 * Cos 4) + (2Fys * SL4 * Cos 4)
= - 6,9 + 42,79 + 25,08 = 60,97 Nm

Kemudian Gaya perut (PA) dan Tekanan Perut (FA)
PA =
10
-4
43-0,36
H
+
T

75
ML5/S1
1,8

=
10
-4
43-0,3638,22 + 90,04
75
60,97
1,8
= - 6,91 x 10
-3
N/cm
2

FA = PA * AA = - 6,91 x10
-3
* 465 = -3,215 N
Gaya otot pada spinal erector :
FM * E = M(L5/S1) FA * D
41

FM = 1236,47 N
Gaya Tekan/kompresi pada L5/S1:
Fc = Wtot * Cos 4 FA + FM = 1239,43 N < 3500 N< 6500 N
4.2.3 Antropometri
A. Pengolahan Data Manual
1. Jt
a. Uji Kecukupan Data
X = 2474,4 ; ( X)
2
= 6122655,4 ; ( X
2
) = 204634,46; k = 2 ;
karena kepercayaan 95% ; s = 0,05 ; karena kepercayaan 95%
N = 30

=
/.
2

2

=
2/0,0530. 204634,46 6122655,4
2474,4

2

N = 4,28
b. Uji Keseragaman Data
Standar deviasi
N =30 ; X rata-rata = 82,48
=


2
1

= 4,34
Keseragaman data
a) Batas Kelas Atas (BKA) = X rata-rata k. = 82,48 +
3*4,34 = 95,49
b) Batas Kelas Bawah (BKB) = X rata-rata k.s = 82,48
3*4,34 = 69,46
c. Persentil
P5 = X rata-rata - 1.645*
P5 = 87,8867- 1.645*4,34 =75,34
Menggunakan persentil 5 agar orang terkecil dalam populasi tetap
dapat menggunakan kursi tukang kayu tersebut.

42

2. Tbd
a. Uji Kecukupan Data
X = 1830,4 ; ( X)
2
= 3350364 ; ( X
2
) = 112040,8; k = 2 ; karena
kepercayaan 95% ; s = 0,05 ; karena kepercayaan 95%
N = 30

=
/.
2

2

=
2/0,0530.112040,8 3350364
1830,4

2

N = 5,19
b. Uji Keseragaman Data
Standar deviasi
N =30 ; X rata-rata = 61,013
=


2
1


= 3,53
Keseragaman data
a) Batas Kelas Atas (BKA) = X rata-rata + k. = 61,013 +
3*3,53 = 71,61
b) Batas Kelas Bawah (BKB) = X rata-rata k.s = 61,013 -
3*3,53 = 50,41

c. Persentil
P
50
= X rata-rata
P
50
= 61,013
Menggunakan persentil 50 agar rata-rata orang dalam populasi tetap
dapat menggunakan kursi tukang kayu tersebut.
3. Rt
a. Uji Kecukupan Data
X = 5160,3 ; ( X)
2
= 26628696 ; ( X
2
) = 889107,17; k = 2 ;
karena kepercayaan 95% ; s = 0,05 ; karena kepercayaan 95%
43

N = 30

=
/.
2

2

=
2/0,0530.889107,17 26628696
5160,3

2

N = 2,68
b. Uji Keseragaman Data
Standar deviasi
N =30 ; X rata-rata = 172,01
=


2
1


= 7,15
Keseragaman data
a) Batas Kelas Atas (BKA) = X rata-rata k. = 172,01 +
3*7,15 = 193,47
b) Batas Kelas Bawah (BKB) = X rata-rata k.s = 172,01
3*7,15 = 150,55

c. Persentil
P
50
= X rata-rata
P
50
= 172,01
Menggunakan persentil 50 agar rata-rata orang dalam populasi tetap
dapat menggunakan kursi tukang kayu tersebut.
4. Tpo
a. Uji Kecukupan Data
X = 1283,6 ; ( X)
2
= 1647629 ; ( X
2
) = 55018,6; k = 2 ; karena
kepercayaan 95% ; s = 0,05 ; karena kepercayaan 95%
N = 30

=
/.
2

2

2

44

=
2/0,0530.55018,6 1647629
1283,6

2

N = 2,844
b. Uji Keseragaman Data
Standar deviasi
N =30 ; X rata-rata = 42,787
=


2
1


= 1,84
Keseragaman data
a) Batas Kelas Atas (BKA) = X rata-rata k. = 42,787 +
3*1,84 = 48,29
b) Batas Kelas Bawah (BKB) = X rata-rata k.s = 42,787
3*1,84 = 37,28

c. Persentil
P
5
= X rata-rata - 1.645*
P
5
= 42,787- 1.645*1,84 = 39,76
Menggunakan persentil 5 agar orang terkecil dalam populasi tetap
dapat menggunakan kursi tukang kayu tersebut.
5. Lp
a. Uji Kecukupan Data
X =1079,2 ; ( X)
2
= 1143189 ; ( X
2
) = 38777,2; k = 2 ; karena
kepercayaan 95% ; s = 0,05 ; karena kepercayaan 95%
N = 30

=
/.
2

2

=
2/0,0530.38777,2 1143189
1079,2

2

N = 28,17
45

b. Uji Keseragaman Data
Standar deviasi
N =30 ; X rata-rata = 35,64
=


2
1


= 4,81
Keseragaman data
a) Batas Kelas Atas (BKA) = X rata-rata k. = 35,64 +
3*4,81 = 50,07
b) Batas Kelas Bawah (BKB) = X rata-rata k.s = 35,64
3*4,81 = 21,21

c. Persentil
P
95
= X rata-rata + 1.645*
P
95
= 35,64+ 1.645*4,81 = 43,55
Menggunakan persentil 95 agar orang terbesar dalam populasi tetap
dapat menggunakan kursi tukang kayutersebut.
6. Ppo
a. Uji Kecukupan Data
X = 1412,7 ; ( X)
2
= 1995721 ; ( X
2
) = 66710,4; k = 2 ; karena
kepercayaan 95% ; s = 0,05 ; karena kepercayaan 95%
N = 30

=
/.
2

2

=
2/0,0530.66710,4 1995721
1412,7

2

N = 4,48
b. Uji Keseragaman Data
Standar deviasi
N =30 ; X rata-rata = 47,09
46

=


2
1


= 2,54
Keseragaman data
a) Batas Kelas Atas (BKA) = X rata-rata k. = 47,09 +
3*2,54 = 54,69
b) Batas Kelas Bawah (BKB) = X rata-rata k.s = 47,09
3*2,54 = 39,49

c. Persentil
P
95
= X rata-rata - 1.645*
P
95
= 47,09- 1.645*2,54 = 42,92
Menggunakan persentil 5 agar orang terkecil dalam populasi tetap
dapat menggunakan kursi tukang kayu tersebut.
B. Pengolahan Data SPSS
Untuk menguji normalitas data yang diperoleh maka digunakan software
SPSS dengan urutan langkah yang digunakan untuk mencari pengolahan data
normalitas dan persentile adalah sebagai berikut :
a. Uji Normalitas Data
1. Input data nilai dimensi pada data view.
2. Masuk ke tampilan variable view, kemudian kolom name di ganti
dengan nama dimensi
3. Klik analyze, pilih descriptive statistics, kemudian explore.
4. Masukkan semua variabel sebagai dependent variables.
5. Checklist both pada toolbox display.
6. Pilih statistic: checklist descriptive, percentiles, kemudian continue.
7. Pilih plots: checklist none pada boxplots, stem dan leaf pada
descriptive.
8. Checklist normality plots with test, kemudian continue.
9. Pilih options: checklist exclude cases listwise, kemudian continue.
10. Klik continue. Hasil pengolahan data ditampilkan pada output.
47

b. Precentil
Didapatkan hasil dari langkah yang sama dengan uji normalitas.

4.2.4 Lingkungan Kerja Fisik
1. Temperature
Dilihat dari suhu ruangan yang diukur dengan termometer saat
operatormemperhalus kayu, terdapat suhu yang sama namun menghasilkan
output yang berbeda-beda seperti pada suhu 31.7
o
C menghasilkan output 9,
yang kedua pada suhu 31.7
o
C menghasilkan output8, yang ketiga pada suhu
31.7
o
C menghasilkan output 11, yang keempat pada suhu 31.7
o
C
menghasilkan output 10, dan yang terakhir pada suhu 32
o
C menghasilkan
output 8.
2. Kebisingan
Dilihat dari kebisingan yang diukur dengan sound level meter saat operator
memperhalus kayu dengan waktu 15 menit, dengan tingkat kebisingan
minimal 83 dB dan kebisingan maksimal 110 dB operator hanya
menghasilkan output sebanyak9, dengan tingkat kebisingan minimal 83.5
dB dan kebisingan maksimal 111.8 dB operator hanya menghasilkan output
sebanyak 8, dengan tingkat kebisingan minimal 81 dB dan kebisingan
maksimal 109.7 dB operator hanya menghasilkan output sebanyak11,
dengan tingkat kebisingan minimal 82 dB dan kebisingan maksimal 111 dB
operator hanya menghasilkan output sebanyak 10. dengan tingkat
kebisingan minimal 83.7 dB dan kebisingan maksimal 112 dB operator
hanya menghasilkan output sebanyak 8. Jadi produktivitas output yang
tertinggi adalah dengan tingkat kebisingan minimal 82 dB dan kebisingan
maksimal 111 dB.
3. Vibrasi
Dilihat dari data vibrasi yang diatas, pada getaran 8,0 m/s
2
menghasilkan
output sebanyak 9, yang kedua pada getaran 8.2m/s
2
menghasilkan output
sebanyak 8, yang ketiga pada getaran 7.8 m/s
2
menghasilkan output
sebanyak 11, yang keempat pada getaran 8.0 m/s
2
menghasilkan output
sebanyak 10, dan yang terakhir pada getaran 8.5 m/s
2
menghasilkan output
sebanyak 8.
48


49

BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Analisa Postur Kerja
1. Analisa grand skor metoda RULA dan rekomendasi
Dari data assesment RULA diatas, didapatkan grand skor sebesar 4. Skor
tersebut tergolong dalam level action level 2 yang menunjukkan bahwa
pemeriksaan lanjutan dan juga diperlukan perubahan-perubahan.
2. Analisa grand skor metoda REBA dan rekomendasi
Dari data assesment REBA diatas, didapatkan grand skor sebesar 6. Skor
tersebut tergolong dalam level resiko yang sedang yang menunjukkan bahwa
perlu diadakan tindakan perbaikan.
5.2 Analisa Biomekanika
A. Analisa Recommended Weight Limit dan Lifting Index
a. Recommended Weight Limit Awal dan Lifting Index Awal
Setelah melakukan perhitungan RWL awal ditemukan hasilnya adalah
7,085 dengan faktor pengendali horizontal sebesar 0,456, faktor pengali
frekuensi sebesar 0,91 karena dalam pengangkatan sebanyak 2 kali dalam
1 menit dan jarak antara titik pusat beban dengan lantai sebesar262,62
inchi, faktor pengali kopling sebesar 1 karena beban tidak mempunyai
pegangan namun bisa diangkat dengan baik dan jarak antara titik pusat
beban dengan lantai sebesar 262,62 inchi, faktor pengali vertikal sebesar
0,889, faktor pengali perpindahan sebesar 0,882, faktor pengali asimetrik
sebesar 1 dengan sudut 0
o
dan setelah ditemukan RWL maka dicarilah
Lifting Index dengan hasil 0,706, sehingga Lifting Index 1.

b. Recommended Weight Limit Akhir dan Lifting Index Akhir
Setelah melakukan perhitungan RWL akhir ditemukan hasilnya adalah
6,49 dengan faktor pengendali horizontal sebesar 5,6772, faktor pengali
50

frekuensi sebesar 0,91 karena dalam pengangkatan sebanyak 2 kali dalam
1 menit dan jarak antara titik pusat beban dengan lantai sebesar 76,2 inchi,
faktor pengali kopling sebesar 1 karena beban tidak mempunyai pegangan
namun bisa diangkat dengan baik dan jarak antara titik pusat beban
dengan lantai sebesar 76,2 inchi, faktor pengali vertikal sebesar 0,873,
faktor pengali perpindahan sebesar 0,882, faktor pengali asimetrik sebesar
0,648 dengan sudut 110
o
, dan setelah ditemukan RWL maka dicarilah
Lifting Index dengan hasil 0,881, sehingga Lifting Index 1.
B. Analisa Maximum Permissible Limit
Setelah melakukan perhitungan MPL ditemukan gayatekan/kompresi pada
punggung sebesar 406,600 N dengan Gaya keseluruhan yang terjadi (W
TOT
)
sebesar 369,06 N, momen pada telapak tangan sebesar 1,42 Nm, momen pada
lengan bawah sebesar 6,47 Nm, momen pada lengan atas sebesar -3,45 Nm,
momen pada punggung sebesar 60,97, gaya perut sebesar - 6,91 x 10
-3
N/cm
2
,
tekanan perut sebesar 3,215 N , dan gaya otot pada spinal erector sebesar
1236,47 N, sehingga 1239,43 N< 3500 N< 6500 N.

5.3 Analisa Antropometri
A. Analisa Data Manual
1. Analisis Kecukupan Data
a) Jangkauan Tangan (Jt)
N< N yaitu 4,28 < 30 maka data dinyatakan cukup.
b) Tinggi bahu duduk (TBD)
N < N yaitu 5,186 < 30 maka data dinyatakan cukup.
c) Rentangan Tangan (Rt)
N < N yaitu 2,68 < 30 maka data dinyatakan cukup.
d) Tinggi Popliteal (TPO)
N < N yaitu 2,8444 < 30 maka data dinyatakan cukup.
e) Lebar Pinggul (LP)
N < N yaitu 28,1701 < 30 maka data dinyatakan cukup.
f) Pantat Popliteal (Ppo)
N < N yaitu 4,48 < 30 maka data dinyatakan cukup.
51

2. Analisis Keseragaman Data
a) Jangkauan Tangan (Jt)
Semua data ada pada batas control maka data dinyatakan seragam.
b) Tinggi bahu duduk (TBD)
Semua data ada pada batas control maka data dinyatakan seragam.
c) Rentangan Tangan (Rt)
Semua data ada pada batas control maka data dinyatakan seragam.
d) Tinggi Popliteal (TPO)
Semua data ada pada batas control maka data dinyatakan seragam.
e) Lebar Pinggul (LP)
Semua data ada pada batas control maka data dinyatakan seragam.
f) Pantat Popliteal (Ppo)
Semua data ada pada batas control maka data dinyatakan seragam.
3. Analisis Percentil Data
a) Jangkauan Tangan
Persentil yang digunakan P
5
karena digunakan untuk mengukur
jarak tangan ke objeknya agar mencakup orang terkecil dalam
populasi tersebut.
b) Tinggi bahu duduk
Persentil yang digunakan P
50
karena digunakan untuk sandararan
kursi agar mencakup rata-rata semua orang.
c) Rentangan Tangan
Persentil yang digunakan adalah P
50
karena untuk mengukur lebar
tangan tersebut agar mencakup rata-rata semua orang.
d) Tinggi Popliteal
Persentil yang digunakan P
5
karena digunakan untuk mengukur
jarak vertikal dari lantai sampai bagian bawah agar mencakup
orang terkecil dalam populasi tersebut.
e) Lebar pinggul
Persentil yang digunakan P
95
karena digunakan untuk lebar tempat
duduk agar mencakup semua orang.


52

f) Pantat Popliteal
Persentil yang digunakan adalah P
5
, karena digunakan untuk
mengetahu jarak horizontal pantat agar mencakup orang terkecil
dalam populasi tersebut.
B. Analisa Data SPSS
H
0
= data normal
H
1
= data tidak normal
1. Pada hasil SPSS, didapat nilai sig Jt adalah 0.123, karena nilai sig 0.123>
0.05 maka H
0
ditolak jadi data yang didapat tidak normal.
2. Pada hasil SPSS, didapat nilai sig tbd adalah 0.101 karena nilai sig 0.101
> 0.05 maka H
0
ditolak jadi data yang didapat tidak normal.
3. Pada hasil SPSS, didapat nilai sig rtadalah 0,200, karena nilai sig 0,200 >
0.05 maka H
0
ditolak jadi data yang didapat tidak normal.
4. Pada hasil SPSS, didapat nilai sig tpoadalah 0,128, karena nilai sig 0,128
> 0.05 maka H
0
ditolak jadi data yang didapat tidak normal.
5. Pada hasil SPSS, didapat nilai sig lp adalah 0,200, karena nilai sig
0,200> 0.05 maka H
0
ditolak jadi data yang didapat tidak normal.
6. Pada hasil SPSS, didapat nilai sig ppo adalah 0.200 karena nilai sig
0.200> 0.05 maka H
0
ditolak jadi data yang didapat tidak normal.
C. Analisa Deskripsi Produk
a. Produk yang dikembangkan
Dalam praktikum kali ini akan didesain sebuah kursi dimana digunakan
perhitungan anthropometri untuk pertimbangan ergonomisnya. Dimensi
dimensi yang digunakan adalah tinggi duduk tegak,tinggi bahu
duduk,tinggi mata duduk, tinggi popliteal, lebar pinggul,panjang lengan
bawah,tinggi siku berdiri.Metode yang digunakan adalah dengan melalui
uji kecukupan data, uji keseragaman data dan uji persentile. Dimensi
yang dipakai adalah untuk memberikan rasa nyaman kepada pekerja
dalam pekerjaannya.
b. Dimensi Tubuh
Dimensi yang dipakai adalah untuk memberikan rasa nyaman kepada
pekerja dalam pekerjaannya.

53

a) Jangkauan Tangan
Dimensi Jangkauan Tangan digunakan untuk mengukur jarak tangan dari
kursi ke objeknya.
b) Tinggi bahu duduk
Dimensi Tinggi Bahu Duduk digunakan untuk mengukur sandararan
untuk kursi tersebut.
c) Rentangan Tangan
Dimensi Rentangan Tangan untuk mengukur jarak tangan pada saat
merentang untuk mengetahui lebar meja untuk objek tersebut.
d) Tinggi Popliteal
Dimensi Tinggi Popliteal digunakan untuk mengukur jarak dari lantai
sampai bagian bawah agar mengetahui ketinggian kursi yang cukup
untuk pekerja
e) Lebar pinggul
Dimensi Lebar digunakan untuk mengetaui lebar tempat duduktersebut.
f) Pantat Popliteal
Dimensi Pantat Popliteal digunakan untuk mengetahui jarak horizontal
pantat agar tersebut.
D. Gambar Desain Produk

Gambar 5.1 Desain Produk


54

5.4 Analisa Lingkungan Kerja Fisik
A. Temperature (suhu)
Dilihat dari suhu ruangan yang diukur dengan termometer saat operator
memperhalus kayu, terdapat suhu yang sama namun menghasilkan output
yang berbeda-beda seperti pada suhu 31.7
o
C menghasilkan output 9, yang
kedua pada suhu 31.7
o
C menghasilkan output 8, yang ketiga pada suhu 31.7
o
C
menghasilkan output 11, yang keempat pada suhu 31.7
o
C menghasilkan
output 10, dan yang terakhir pada suhu 32
o
C menghasilkan output 8. Dilihat
dari perbedaan dari semua suhu dengan outputnya yang berbeda menjelaskan
bahwa suhu tidak berpengaruh terhadap

B. Kebisingan
Dilihat dari kebisingan yang diukur dengan sound level meter saat operator
memperhalus kayu dengan waktu 15 menit, dengan tingkat kebisingan
minimal 83 dB dan kebisingan maksimal 110 dB operator hanya
menghasilkan output sebanyak 9, dengan tingkat kebisingan minimal 83.5 dB
dan kebisingan maksimal 111.8 dB operator hanya menghasilkan output
sebanyak 8, dengan tingkat kebisingan minimal 81 dB dan kebisingan
maksimal 109.7 dB operator hanya menghasilkan output sebanyak 11, dengan
tingkat kebisingan minimal 82 dB dan kebisingan maksimal 111 dB operator
hanya menghasilkan output sebanyak 10. dengan tingkat kebisingan minimal
83.7 dB dan kebisingan maksimal 112 dB operator hanya menghasilkan
output sebanyak 8. Jadi produktivitas output yang tertinggi adalah dengan
tingkat kebisingan minimal 82 dB dan kebisingan maksimal 111 dB. Dilihat
dari kebisingan minimal dan maksimal diatas, kebisingan berpengaruh
terhadap output yang dihasilkan, karena semakin keras kebisingan dari alat
penghalus kayu, semaking berkurang output yang dihasilkan.
C. Vibrasi
Dilihat dari data vibrasi yang diatas, pada getaran 8,0 m/s
2
menghasilkan
output sebanyak 9, yang kedua pada getaran 8.2m/s
2
menghasilkan output
sebanyak 8, yang ketiga pada getaran 7.8 m/s
2
menghasilkan output sebanyak
11, yang keempat pada getaran 8.0 m/s
2
menghasilkan output sebanyak 10,
55

dan yang terakhir pada getaran 8.5 m/s
2
menghasilkan output sebanyak 8.
Pada pekerjaan ini operator mendapatkan efek getaran dari mesin penghalus
terhadap tangan dari operator. Namun efek getaran tidak berpengaruh terlalu
besar terhadap output yang dihasilkan.

56

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Dengan melakukan perhitungan RULA, dihasilkan grand skor sebesar 4 dan
grand skor REBA sebesar 6 yang dapat simpulkan bahwa postur kerja operator
saat mengangkat beban beresiko tinggi dan direkomendasikan agar segera
melakukan tindakan perbaikan serta perubahan.sedang, selain itu juga dibutuhkan
pemeriksaan lanjutan terhadap benda kerja ataupun operator. Apabila terdapat
kesalahan, maka perbaikan perlu dilakukan, seperti merubah sikap operator
maupun membuat lingkungan lebih nyaman agar lebih mudah menjangkau benda.

2. Untuk menentukan resiko cidera bagian tulang belakang dengan metode
biomekanika terdapat 3 langkah yaitu sebagai berikut:
a. Recommended Weight Limit Awal dan Lifting index awal
Dengan ditemukannya Lifting Index awal sebesar 0,706, maka L1 1 = 0,706
1, jadi aktivitas tersebut tidak mengandung resiko cidera tulang belakang
bagi pekerja dan sebaiknya metode kerja di pertahankan dan data tersebut
dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dalam perekrutan pekerja baru.

b. Recommended Weight Limit Akhir dan Lifting index akhir
Dengan ditemukannya Lifting Index akhir sebesar 0,881 , maka L1 1 = 0,881
1, jadi aktivitas tersebut tidak mengandung resiko cidera tulang belakang
bagi pekerja dan sebaiknya metode kerja di pertahankan dan data tersebut
dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dalam perekrutan pekerja baru.
c. Maximum Permissible Limit
Dengan ditemukannya gaya tekan/kompresi pada punggung sebesar 1239,43
N, maka Fc < AL < MPL = 1239,43 N< 3500 N< 6500 N , jadi aktivitas
tersebut tidak mengandung resiko cidera bagian punggung bagi pekerja dan
57

sebaiknya metode kerja dipertahankan dan data tersebut dapat digunakan
sebagai bahan perbandingan dalam perekrutan pekerja baru.

3. Setelah melakukan perhitungan, maka desain untuk persentile yang dipakai adalah
tempat kursi dan mejadengan ukuran sebagai berikut :
a. Jangkauan Tangan dari Kursi KemejaP
5
= 75,343 cm
b. Tinggi bahu dudukkursi P
50
= 61,01 cm
c. Rentangan Tangan P
50
untuk lebar meja=172,01 cm
d. Tinggi popliteal kursi P
5
= 39,77 cm
e. Lebar pinggul kursiP
95
= 43,5522 cm
f. Panjang Popliteal Kursi P
95
= 42,92 cm

4. Dilihat dari data lingkungan kerja fisik yang diatas, tingkat temperatur tersebut
sama semua untuk semua operator sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat
temperatur tersebut sangat optimal dan tidak mengganggu produktivitas kerja
operator. Kemudian yang kedua yaitu vibrasi, vibrasi tersebut hanya
mempengaruhi kondisi persepsi visual dan perfomasi psikomotor, namun tidak
terlalu mempengaruhi kondisi para operator, sehingga operator tersebut
menghasilkan output yang optimal karena tingkat vibrasi tersebut tidak terlalu
tinggi dan dapat menghasilkan produktivitas yang optimal. Dan yang ketiga yaitu
kebisingan, efek kebisingan disini sangat mempengaruhi pada produktivitas
operator antara lain gangguan yang lebih besar karena gangguan komunikasi,
perhatian yang terganggu hingga kurang focus dan konsentrasi saat penghalusan
kayu. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam lingkungan kerja operator yang sangat
mempengaruhi produktivitas adalah faktor kebisingan.
6.2 Saran
Menurut perhitungan RULA menghasilkan grand skor sebesar 4 dan
perhitungan REBA menghasilkan grand skor sebesar 6.Dapat disimpulkan bahwa
postur kerja operator saat mengangkat beban beresiko tinggi dan direkomendasikan
agar segera melakukan tindakan perbaikan serta perubahan.sedang, selain itu juga
dibutuhkan pemeriksaan lanjutan terhadap benda kerja ataupun operator. Apabila
58

terdapat kesalahan, maka perbaikan perlu dilakukan, seperti merubah sikap operator
maupun membuat lingkungan lebih nyaman agar lebih mudah menjangkau benda.
Untuk mengurangi resiko kerja dengan menggunakan perhitungan
antropometri, maka diperoleh ukuran yang tepat untuk dimensi-dimensi tubuh yang
dapat digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan ukuran dari alat bantu yang
akan dibuat yaitu kursi dan meja.
Dengan mengetahui faktor lingkungan kerja fisik apa saja yang
mempengaruhi produktivitas kerja, diketahui adalah faktor kebisingan yang
menyebabkan hasil output kurang, oleh karena itu diperlukan semacam penutup
telinga untuk bisa meningkatkan produktivitas kerja sekaligus mengurangi resiko
cidera kerja.



DAFTAR PUSTAKA
Siska, Merry., Teza, Multy., (2012), Jurnal Analisa Posisi Kerja Pada Proses
Pencetakan Batu Bata Menggunakan Metode NIOSH.

Setiadi, Yudhi, Muhammad., Poerwanto., Anizar.,(2013), Jurnal Usulan Alat Bantu
Pemindahan Batako Untuk Mengurangi Risiko Musculoskletal Disorders Di
PT. XYZ.

S,Pulung., P,S, Ika. (2006), Jurnal Perbedaan Efek Fisiologis Pada Pekerja.

Modul Praktikum Postur Kerja Labotarium APK & E Jurusan Teknik Industri
Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia.

Modul PraktikumBiomekanika Labotarium APK & E Jurusan Teknik Industri
Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia.

Modul PraktikumAntropometri Labotarium APK & E Jurusan Teknik Industri
Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia

Modul Praktikum Lingkungan Kerja Fisik Labotarium APK & E Jurusan Teknik
Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia

Anda mungkin juga menyukai