Anda di halaman 1dari 21

NI WAYAN KARLINI

2011.III.2.0034
Pendekatan pembelajaran berkenaan dengan
bagaimana menyajikan bahan keilmuan
kepada peserta didik secara efektif dan efisien.
Istilah yang digunakan oleh para ahli
menyebutkan bahwa pendekatan pembelajaran
berbeda-beda dengan substansi yang hampir
sama antara pendekatan, strategi, dan metode
pembelajaran. Pendekatan juga diartikan
sebagai sebuah model pembelajaran. Begitu
juga dengan pengertian strategi pembelajaran,
akan selalu terkait erat dengan metode
pembelajaran itu sendiri.

1. Kondisi pembelajaran
Faktor yang mempengaruhi efek metode
dalam meningkatkan hasil pembelajaran
2. Metode pembelajaran
Cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil
pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi
yang berbeda
3. Hasil pembelajaran
Semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator
tentang nilai dari penggunaan metode
pembelajaran di bawah kondisi yang berbeda

Kondisi pembelajaran yaitu variabel yang
mempengaruhi penggunaan variabel metode.
Oleh karena perhatian kita adalah untuk
mempreskripsikan metode pembelajaran,
maka variabel kondisi haruslah yang
berinteraksi dengan metode dan sekaligus
berada diluar kontrol pembelajaran. Variable
kondisi pembelajaran yaitu
1. Tujuan dan karakteristik bidang studi;
2. Kendala dan karakteristik bidang studi; dan
3. Karakteristik si belajar.
Variabel metode pembelajaran diklasifikasi
menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Strategi pengorganisasian
(organizational strategy);
2. Strategi penyampaian (delivery
strategy); dan
3. Strategi pengelolaan (management
strategy).

Seperti halnya variabel kondisi dan metode
pembelajaran, variabel hasil pembelajaran
juga dapat diklasifikasi dengan cara yang
sama. Pada tingkat yang amat umum
sekali, hasil pembelajaran dapat
diklasifikasi menjadi tiga, yaitu:
1. Keefektifan (effectiveness);
2. Efeisiensi (efficiency); dan
3. Daya tarik (appeal).

Pendekatan ini bersifat demokratis yang ditandai oleh keputusan-keputusan
yang dikembangkan dari pengalaman kelompok dalam konteks masalah
sebagai titik sentral kegiatan belajar. Pendekatan investigasi kelompok
dilaksanakan dengan prosedur:
Peserta didik dihadapkan pada situasi yang bermasalah
Peserta didik mengeksplorasi untuk merespon situasi bermasalah yang
sedang dihadapi
Peserta didik merumuskan tugas-tugas belajar dan
mengorganisasikannya untuk membangun suatu proses penelitian
Peserta didik melakukan kegiatan belajar individual maupun kelompok
Peserta didik menganalisis kemajuan dan proses yang dilakukan dalam
penelitian secara kelompok
Peserta didik melakukan pengulangan kegiatan
Pendekatan analisis sosial adalah suatu penyajian
pembelajaran secara induktif yang berorientasi pada
cara kerja keilmuan dengan pola, masalah, hipotesis,
pengumpulan dan pengolahan data, penarikan
kesimpulan sebagai penguji hipotesis
Memberi contoh masalah/kasus yang bertentangan
dengan topik
Merumuskan masalah/kasus yang akan dikaji dalam
bentuk pertanyaan
Merumuskan jawaban sementara (hipotesis) sesuai
dengan masalah/kasus yang bertentangan dengan topik
Mengumpulkan data
Menganalisis data
Menarik kesimpulan sebagai hasil pengujian hipotesis


Memberi contoh masalah/kasus yang
bertentangan dengan topik
Mengkaji nilai yang terkait dengan esensi
contoh kasus
Menguji komitmen peserta didik terhadap
suatu nilai tertentu
Memberikan penguatan terhadap
komitmen peserta didik

Langkah-langkah penggunaan pendekatan pencapaian konsep adalah sebagai
berikut:
Tahap pertama: presentasi data dan identifikasi konsep
Guru mempresentasikan/menyajikan contoh-contoh yang diberi label
Peserta didik membandingkan atribut positif dan negatif dari contoh-contoh
Peserta didik menyusun dan mengetes hipotesis
Peserta didik membuat definisi dari atribut-atribut yang esensial
Tahap kedua: testing pencapaian konsep
Peserta didik menjawab ya atau tidak pada contoh-contoh yang tidak diberi
label
Guru menetapkan hipotesis, menamai/memberi label konsep dan
mendefinisikan kembali berdasarkan atribut-atribut esensial
Peserta didik menyusun contoh-contoh
Tahap ketiga: analisis strategi berpikir
Peserta didik mengungkapkan/mendeskripsikan pemikirannya
Peserta didik mendiskusikan peranan hipotesis dan atribut-atribut
Peserta didik mendiskusikan tipe dan jumlah hipotesis


Metode Socrates bisa disebut sebgai metode
elenchus, artinya penyelidikan atau uji silang.
Melalui penyelidikan seseorang secara jujur
memeriksa kesadaran yang dimilikinya dan
melihat konskeunsi yang dihasilkan dari
kesadaran itu. Jika ternyata konsekuensinya
mengarah pada ketidakbahagiaan, keyakinan itu
harus dirumuskan kembali.
Dialog Socrates meminta kita untuk secara rela
memeriksa seluruh kebenaran yang selama ini
kita yakini, juga segala hal-hal yang selama ini
dianggap remeh.

Dialog Socrates menegaskan bahwa kearifan tidak bisa dilakukan
sendirian. Dibutuhkan kawan dialog (bukan lawan) untuk setiap
pencarian kebahagiaan. Kawan dialog ini secara kritis terus
memberikan pandangan lain dari dalam dirinya. Pandangan lain itu
bisa berbentuk hipotesis, keyakinan, dugaan atau teori-teori yang
ditawarkan kawan dialog; kesemuanya menjadi cermin bagi seluruh
keyakinan kita. Seluruh ketidaksetujuan dan penentangan
merupakan cermin yang sangat dibutuhkan agar kita bisa berkaca
dan menemukan cacat dari kesadaran yang selama ini dianggap telah
sempurna.
Untuk bisa mencapai dialog model Socrates dibutuhkan kejujuran
dari semua peserta dialog. Melalui kejujuran orang akan sering
memeriksa keyakinannya sendiri, karena kejujuran akan mengatakan
bahwa saya tahu bahwa saya tak tahu atau saya sadar bahwa
keyakinanku bisa salah kaprah. Kejujuran pula yang membuat kita
bisa berdialog dengan rendah hati; kita bisa menerima dengan tulus
apa pun yang dikemukakan orang lain walaupun berbeda atau
bertentangan dengan kepercayaan kita sendiri.

Metode sosiodrama dan bermain peranan
merupakan dua buah metode mengajar yang
mengandung pengertian yang dapat
dikatakan bersama dan karenanya dalam
pelaksanaan sering disilih gantikan. Istilah
sosiodrama berasal dari kata sosio = sosial
dan drama. Kata drama adalah suatu
kejadian atau peristiwa dalarn kehidupan
manusia yang mengandung konflik kejiwaan,
pergolakan, clash atau benturan antara dua
orang atau lebih.
Bila metode inl dikendalikan dengan cekatan oleh guru,
banyak manfaat yang dapat dipetik, sebagai metode cara
ini : (1) Dapat mempertinggi perhatian siswa melalui
adegan-adegan, sehingga dapat mempertajam imajinasi,
hal mana tidak selalu terjadi dalam metode ceramah atau
diskusi. (2) Siswa tidak saja mengerti persoalan sosial
psikologis, tetapi mereka juga ikut merasakan perasaan
dan pikiran orang lain bila berhubungan dengan sesama
manusia, seperti halnya penonton film atau sandiwara,
yang ikut hanyut dalam suasana film seperti, ikut
menangis pada adegan sedih, rasa marah, emosi, gembira
dan lain sebagainya. (3) Siswa dapat menempatkan diri
pada tempat orang lain dan memperdalam pengertian
mereka tentang orang lain.

Model Pembelajaran Jigsaw adalah tipe
pembelajaran kooperatif yang dikembangkan
oleh Elliot Aronsons. Model pembelajaran ini
didesain untuk meningkatkan rasa tanggung
jawab siswa terhadap pembelajarannya
sendiri dan juga pembelajaran orang lain.
Siswa tidak hanya mempelajari materi yang
diberikan, tetapi mereka juga harus siap
memberikan dan mengajarkan materi
tersebut kepada kelompoknya.
Langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
Kelompok cooperative (awal)
Siswa dibagi ke dalam kelompok kecil yang beranggotakan 3-5 orang
Bagikan wacana atau tugas yang sesuai dengan materi yang diajarkan
Masing-masing siswa dalam kelompok mendapatkan wacana/tugas yang berbeda-beda
dan memhami informasi yang ada di dalamnya
Kelompok ahli
Kumpulkan masing-masing siswa yang memiliki wacana/tugas yang sama dalam satu
kelompok sehingga jumlah kelompok ahli sesuai dengan wacana/tugas yang telah
dipersiapkan
Dalam kelompok ahli ini tugaskan agar siswa belajar bersama untuk menjadi asli sesuai
dengan wacana/tugas yang menjadi tanggung jawabnya
Tugaskan bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami dan dapat
menyampaikan informasi tentang hasil dari wacana/tugas yang telah dipahami kepada
kelompok cooperative
Kelompok cooperative (awal)
Apabila tugas sudah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli, masing-masing siswa
kembali kelompok cooperative (awal)
Beri kesempatan secara bergiliran masing-masing siswa untuk menyampaikan hasil dari
tugas di kelompok ahli
Apabila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya, secara keseluruhan masing-masing
kelompok melaporkan hasilnya dan guru memberi klarifikasi

Dikembangkan oleh Spancer Kagan (1992),
teknik ini memberikan kesempatan
kepada siswa untuk saling membagikan
ide-ide dan mempertimbangkan jawaban
yang paling tepat. Selain itu, teknik ini
juga mendorong siswa untuk
meningkatkan semangat kerjasama
mereka. Teknik ini juga digunakan dalam
semua mata pelajaran dan untuk semua
tingkatan usia anak didik.

Langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:
Siswa dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap siswa
dalam setiap kelompok mendapat nomor urut;
Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok
mengerjakannya;
Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling
benar dan memastikan setiap anggota kelompok
mengetahui jawaban ini;
Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor
panggil, melaporkan hasil kerjasama mereka;
Tanggapan dari kelompok lain; dan
Teknik Kepala Bernomor ini juga dapat dilanjutkan untuk
mengubah komposisi kelompok yang biasanya dan
bergabung dengan siswa-siswa lain yang bernomor sama
dari kelompok lain.


Teknik belajar mengajar Berpikir-Berpasangan-Berempat
dikembangkan oleh Frank Lyman dan Spencer Kagan sebagai
struktur kegiatan pembelajaran Cooperative Learning. Teknik ini
memberi kesempatan siswa untuk bekerja sendiri serta
kekerjasama dengan orang lain, keunggulan adalah optimalisasi
partisipasi siswa.
Langkah-langkah Pembelajaran Think Pair Share:
Guru membagi siswa dalam kelompok berempat, dan
memberikan tugas kepada semua kelompok;
Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas yang diberikan
sendiri;
Siswa berpasangan dengan salah satu temannya dalam kelompok
dan mendiskusikan hasil yang dikerjakan; dan
Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat
untuk mendiskusikan kembali hasil pekerjaannya.

Model pembelajaran berbasis masalah menurut
Arnes penggunaannya di dalam pengembangan
tingkat berpikir yang lebih tinggi dalam situasi
yang berorientasi pada masalah, termasuk
pembelajaran bagaimana belajar. Model
pembelajaran ini juga mengacu kepada
pembelajaran-pembelajaran lain seperti
pengajaran berdasar proyek (project base
instruction), pembelajaran berdasarkan
pengalaman (experience base instruction),
pembelajaran autentik (authentic instruction),
dan pembelajaran bermakna
Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis
Masalah
Menurut Arends*, pengelolaan pembelajaran
berbasis masalah terdapat 5 langkah utama.
Berikut kelima langkah yang dimaksud:
Mengorientasikan pebelajar pada masalah
Mengorganisasikan pebelajar untuk belajar
Memandu menyelidiki secara mandiri atau
kelompok
Mengembangkan dan menyajikan hasil kerja
Menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan
masalah

Anda mungkin juga menyukai