Anda di halaman 1dari 3

Lomba Essay OHSE 2010

Sepeda Motor di Tengah Dilema Kemacetan Kota Besar



















Disusun oleh
Redika Ardi Kusuma









Sepeda motor merupakan jenis kendaraan primadona sebagian besar penduduk di
kota-kota besar dan seringkali dituding sebagai dalang utama terjadinya kemacetan.
Pada jam-jam sibuk semisal saat masyarakat berangkat dan pulang kerja secara
berduyun-duyun, pemandangan lalulintas dari atas terlihat mirip dengan barisan semut
yang tidak tertata dan saling menyalip menuju satu titik. Banyak dari pengendara sepeda
motor yang secara sengaja melanggar aturan dan rambu-rambu yang ada. Karena ingin
segera sampai ke tujuan, sepeda motor seringkali berbelok tiba-tiba dan menerobos
celah diantara kendaraan lain meskipun sangat sempit. Namun tidak dapat disangkal,
untuk dapat melewati kemacetan panjang yang terjadi hampir setiap hari di kota besar,
sepeda motor adalah pilihan kendaraan paling efektif. Kendaraan jenis ini bahkan relatif
lebih cepat dan handal daripada mobil di kala sama-sama terjebak kemacetan.
Menurut data AISI (Asosiasi Industri Sepeda motor Indonesia) jumlah total
sepeda motor yang ada di Indonesia mencapai 40 juta unit. Menurut catatan terakhir,
jumlah produksi sepeda motor di Indonesia pada 2007 adalah 4.706.812 unit dan pada
2008 naik menjadi 6.275.400 unit. Tahun 2009 terjadi krisis moneter (krismon) yang
menyebabkan produksi sepeda motor menurun, tetapi hanya sekitar 6 % saja, sehingga
angkanya menjadi 5.344.427 unit. Konon angka terakhir ini kemungkinan masih bisa
bergerak naik karena ternyata belum semua produsen motor melaporkan hasil
produksinya ke AISI.
Data yang diperoleh AISI juga menunjukkan bahwa kapasitas produksi sepeda
motor secara nasional mencapai 7,5 juta unit tiap tahunnya. Angka ini dihitung dari
kemampuan produksi para anggota AISI saja dan mungkin akan bertambah signifikan
jika perhitungannya melibatkan merek-merek di luar keanggotaan AISI. Besarnya
produksi sepeda motor ini sangat dipengaruhi oleh minat masyarakat untuk
menggunakan produk tersebut.
Penyebab besarnya minat pemakaian sepeda motor sangatlah mendasar.
Masyarakat menginginkan sarana transportasi yang praktis, nyaman dan efisien. Hampir
semua kriteria tersebut terdapat di sepeda motor dan tidak ada pada kendaraan pribadi
lain apalagi angkutan umum. Penyebab tersebut semakin diperkuat dengan adanya
kemudahan mendapatkan sepeda motor secara kredit beruang muka ringan dan angsuran
terjangkau. Masyarakat yang awalnya memakai angkutan umum dan tidak mengerti
sepeda motor akhirnya berpindah menggunakan sepeda motor karena alasan-alasan
tersebut.
Permasalahan lalulintas yang sering ditudingkan ke sepeda motor akan
bermunculan jika sikap masyarakat untuk berbondong-bondong menggunakan sepeda
motor tidak diimbangi dengan aturan yang ketat. Masyarakat akan berkendara sendiri
tanpa memiliki ijin dan pengetahuan berlalulintas yang memadai sehingga berdampak
pada terjadinya kecelakaan maupun kemacetan.
Aturan memang telah ditetapkan bahwa seseorang yang ingin dan layak
mengendarai sepeda motor harus memiliki SIM C. Secara prosedur, SIM C didapatkan
bila seseorang telah lulus dari serangkaian ujian berkendara sepeda motor, akan tetapi
dalam kenyataanya tidaklah demikian. Beberapa pengendara sepeda motor
mendapatkan SIM C secara ilegal yang istilahnya menggunakan salam tempel meskipun
kemampuan berkendaranya tidak layak secara teknis.
Himbauan pemerintah untuk menggunakan angkutan umum sebagai sarana utama
transportasi tidaklah banyak dihiraukan oleh masyarakat yang telah terlanjur jatuh cinta
pada sepeda motor. Pengguna sepeda motor enggan beralih kembali menggunakan
angkutan umum karena akan jauh lebih mahal secara teknis dan ekonomi, terlebih jika
seseorang tersebut tidak bekerja pada satu tempat saja melainkan berpindah-pindah dari
satu tempat ke tempat lain dalam satu hari, misalnya sales. Sepeda motor dapat
mengantarkan seseorang menuju hampir ke setiap titik tempat di kota besar. Hal
tersebut berbeda dengan angkutan umum yang mempunyai jalur angkut terbatas, jadwal
kedatangan yang tidak pasti, dan jumlah armada yang kurang mencukupi.
Untuk sampai saat ini, solusi berkendara yang paling tepat agar terlepas dari
kemacetan di kota besar adalah menggunakan sepeda motor. Namun, calon pengendara
sepeda motor harus terlebih dahulu diuji kemampuannya melalui pengujian yang lebih
ketat dan transparan. Berbagai macam kebijakan yang ditawarkan akan kurang begitu
bermakna selama tidak ada alternatif kendaraan lain yang dapat memenuhi kebutuhan
pokok masyarakat, yaitu dapat digunakan secara praktis, nyaman dan efisien.

Anda mungkin juga menyukai