Sepeda Motor di Tengah Dilema Kemacetan Kota Besar
Disusun oleh Redika Ardi Kusuma
Sepeda motor merupakan jenis kendaraan primadona sebagian besar penduduk di kota-kota besar dan seringkali dituding sebagai dalang utama terjadinya kemacetan. Pada jam-jam sibuk semisal saat masyarakat berangkat dan pulang kerja secara berduyun-duyun, pemandangan lalulintas dari atas terlihat mirip dengan barisan semut yang tidak tertata dan saling menyalip menuju satu titik. Banyak dari pengendara sepeda motor yang secara sengaja melanggar aturan dan rambu-rambu yang ada. Karena ingin segera sampai ke tujuan, sepeda motor seringkali berbelok tiba-tiba dan menerobos celah diantara kendaraan lain meskipun sangat sempit. Namun tidak dapat disangkal, untuk dapat melewati kemacetan panjang yang terjadi hampir setiap hari di kota besar, sepeda motor adalah pilihan kendaraan paling efektif. Kendaraan jenis ini bahkan relatif lebih cepat dan handal daripada mobil di kala sama-sama terjebak kemacetan. Menurut data AISI (Asosiasi Industri Sepeda motor Indonesia) jumlah total sepeda motor yang ada di Indonesia mencapai 40 juta unit. Menurut catatan terakhir, jumlah produksi sepeda motor di Indonesia pada 2007 adalah 4.706.812 unit dan pada 2008 naik menjadi 6.275.400 unit. Tahun 2009 terjadi krisis moneter (krismon) yang menyebabkan produksi sepeda motor menurun, tetapi hanya sekitar 6 % saja, sehingga angkanya menjadi 5.344.427 unit. Konon angka terakhir ini kemungkinan masih bisa bergerak naik karena ternyata belum semua produsen motor melaporkan hasil produksinya ke AISI. Data yang diperoleh AISI juga menunjukkan bahwa kapasitas produksi sepeda motor secara nasional mencapai 7,5 juta unit tiap tahunnya. Angka ini dihitung dari kemampuan produksi para anggota AISI saja dan mungkin akan bertambah signifikan jika perhitungannya melibatkan merek-merek di luar keanggotaan AISI. Besarnya produksi sepeda motor ini sangat dipengaruhi oleh minat masyarakat untuk menggunakan produk tersebut. Penyebab besarnya minat pemakaian sepeda motor sangatlah mendasar. Masyarakat menginginkan sarana transportasi yang praktis, nyaman dan efisien. Hampir semua kriteria tersebut terdapat di sepeda motor dan tidak ada pada kendaraan pribadi lain apalagi angkutan umum. Penyebab tersebut semakin diperkuat dengan adanya kemudahan mendapatkan sepeda motor secara kredit beruang muka ringan dan angsuran terjangkau. Masyarakat yang awalnya memakai angkutan umum dan tidak mengerti sepeda motor akhirnya berpindah menggunakan sepeda motor karena alasan-alasan tersebut. Permasalahan lalulintas yang sering ditudingkan ke sepeda motor akan bermunculan jika sikap masyarakat untuk berbondong-bondong menggunakan sepeda motor tidak diimbangi dengan aturan yang ketat. Masyarakat akan berkendara sendiri tanpa memiliki ijin dan pengetahuan berlalulintas yang memadai sehingga berdampak pada terjadinya kecelakaan maupun kemacetan. Aturan memang telah ditetapkan bahwa seseorang yang ingin dan layak mengendarai sepeda motor harus memiliki SIM C. Secara prosedur, SIM C didapatkan bila seseorang telah lulus dari serangkaian ujian berkendara sepeda motor, akan tetapi dalam kenyataanya tidaklah demikian. Beberapa pengendara sepeda motor mendapatkan SIM C secara ilegal yang istilahnya menggunakan salam tempel meskipun kemampuan berkendaranya tidak layak secara teknis. Himbauan pemerintah untuk menggunakan angkutan umum sebagai sarana utama transportasi tidaklah banyak dihiraukan oleh masyarakat yang telah terlanjur jatuh cinta pada sepeda motor. Pengguna sepeda motor enggan beralih kembali menggunakan angkutan umum karena akan jauh lebih mahal secara teknis dan ekonomi, terlebih jika seseorang tersebut tidak bekerja pada satu tempat saja melainkan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain dalam satu hari, misalnya sales. Sepeda motor dapat mengantarkan seseorang menuju hampir ke setiap titik tempat di kota besar. Hal tersebut berbeda dengan angkutan umum yang mempunyai jalur angkut terbatas, jadwal kedatangan yang tidak pasti, dan jumlah armada yang kurang mencukupi. Untuk sampai saat ini, solusi berkendara yang paling tepat agar terlepas dari kemacetan di kota besar adalah menggunakan sepeda motor. Namun, calon pengendara sepeda motor harus terlebih dahulu diuji kemampuannya melalui pengujian yang lebih ketat dan transparan. Berbagai macam kebijakan yang ditawarkan akan kurang begitu bermakna selama tidak ada alternatif kendaraan lain yang dapat memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, yaitu dapat digunakan secara praktis, nyaman dan efisien.