Anda di halaman 1dari 23

2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistem Respirasi
Fungsi system respirasi adalah sebagai penyuplai oksigen (O2) ke dalam
darah dan mengeluarkan karbon dioksida (CO2) dari darah. System ini bekerja
dengan menggerakkan udara keluar masuk rongga toraks. Secara anatomi sistem
respirasi terbagi menjadi 4 kompenen, yaitu:
5
1. Saluran Nafas sebagai tempat masuknya udara luar ke dalam tubuh manusia.
2. Alveoli: kantung udara tempat terjadinya pertukaran oksigen dan
karbondioksida di dalam paru-paru.
3. Komponen neuromuscular
4. Komponen pembuluh darah arteri, kapiler dan vena-vena.
Komponen saluran nafas terbagi menjadi 2 yaitu saluran nafas bagian atas
(hidung, mulut, faring dan laring) dan saluran nafas bagian bawah (trakea,
bronkus, bronkiolus dan alveoli). Alveoli dilapisi oleh selapis sel tipis dengan
pembuluh darah kapiler di dalamnya adalah kantung udara tempat terjadinya
pertukaran oksigen dan karbondioksida. Komponen neuromuscular terdiri dari
saraf di otak, batang otak serta jaras-jaras saraf menuju otot diafragma, otot
intercostalis, serta otot bahu dan leher.
5
Gangguan pada system respirasi berdampak pada distribusi oksigen
keseluruh tubuh menjadi tidak adekuat. Gangguan pada system pernafasan dapat
berupa henti nafas sentral dan sumbatan jalan napas.
6
a. Henti nafas sentral terjadi karena gangguan aliran darah ke otak. Pusat
pernafasan di otak dipengaruhi oleh kadar oksigen dan karbondioksida
dalam tubuh. Keadaan yang dapat menyebabkan gangguan aliran darah
ke otak diantaranya henti jantung, syok atau stroke dan gannguan otot-
otot rangka pernafasan.
b. Sumbatan jalan nafas yaitu tertutupnya jalan nafas. Biasanya disebabkan
oleh benda asing, jatuhnya lidah dan epiglottis saat penderita tidur atau
tidak sadarkan diri.



3

2.2. Sistem Kardiovaskular
Sistem ini merupakan kerja sama organ jantung dan pembuluh darah. Sistem
kardiovaskular berfungsi sebagai transportasi dan sirkulasi darah. Sistem ini
dipengaruhi oleh sistem saraf dan volume darah.
5
Jantung terbagi menjadi 4 ruang yaitu Atrium kiri dan kanan serta Ventrikel
kiri dan kanan. Aliran Darah mengalir dari arteri pulmonal menuju atrium kiri lalu
ke ventrikel kiri ke aorta lalu arteri kemudian kapiler (Jaringan) kemudian
mengalir ke vena lalu ke vena cava inferior dan superior kembali ke jantung
melalui atrium kanan lalu ke ventrikel kanan dan berputar lagi ke arteri
pulmonal.
5

Gambar: Aliran darah
4

Stimulasi listrik jantung dibangkitkan oleh nodus sinoatrial (SA-node), SA-
node terletak di belakang atrium kanan, SA-node disebut juga pacemaker
(pencetus/pembangkit rangsang). Potensial listrik jantung berasal dari SA-Node
lalu menyebar ke atrium lalu berkumpul ke Nodus Atrio-ventrikel (AV-Node)
4

kemudian mengalir ke ventrikel melalui bundle his dan sistem purkinye ke ujung
jantung dan akhirnya menyebar ke ventrikel kiri dan kanan. Aliran potensial
listrik ini yang kemudian direkam oleh mesin electrocardiogram.
5

Gambar: Konduksi Jantung Dan Gambaran ECGnya
3

Jantung dewasa dalam keadaan istirahat berdenyut 60-100 kali/menit dan
tiap denyutan memompakan sekitar 70 cc darah. Setiap menitnya memompakan
sekitar 5 liter darah permenit.
Irama EKG pada pasien yang mengalami henti jantung adalah:
1,5
Fibrilasi ventrikel (VF) / takikardi ventrikel (VT) tanpa denyut
Aktivitas listrik tanpa nadi / pulseless electric activity (PEA)
5

Asistol
a. Fibrilasi ventrikel
1,5

Dapat terjadi pada ventrikel yang memiliki beberapa daerah miokard
normal yang diselingi oleh daerah miokard yang iskemik, atau infark, cidera
yang dapat menyebabkan pola depolarisasi dan repolarisasi ventrikel yang
tidak sinkron.
Kriteria penentu berdasarkan EKG
Komplek QRS tidak dapat ditentukan; tidak ada gelombang P,QRS
atau T yang dapat dikenali. Gelombang pada garis dasar terjadi
antara 150-500/menit.
Irama tidak dapat ditentukan
Amplitudo tergantung dari jenis VF diukur dari puncak ke palung.
VF halus puncak ke palung 2-<5mm, medium 5-<10mm, kasar 10-
<15mm atau sangat kasar >15mm.


Gambar: EkG fibrilasi Ventrikel
3
b. PEA
1,5

Tidak ada nadi tetapi impuls konduksi jantung ada dalam pola yang
seharusnya dapat mengahasilkan nadi. PEA disebabkan aktivitas listrik
jantung tidak menghasilkan kontraksi miokardium.
Kriteria penentu berdasarkan EKG
Irama nnenunjukkan aktivitas listrik/depolarisasi ventrikel (bukan
VF/VT tanpa denyut
Umumnya tidak seteratur irama sinus normal
6

Dapat sempit (QRS<0,10) atau lebar (QRS >0,12 detik); cepat
(>100/menit) atau lambat (<60/menit).

Gambar: Irama jantung tanpa nadi PEA
3
c. Asistol
1,5

Lebih tepat disebut asistol ventrikel secara klasik ditampilakan
sebagai suatu garis datar.
Kriteria penentu berdasarkan EKG:
Kecepatan: tidak terlihat adanya aktivitas ventrikel atau 6
kompleks permenit; asistol gelombang P terjadi dengan hanya
terdapat impuls atrium (gelombang P).
Irama: tidak terlihat adanya aktivitas ventrikel atau 6 kompleks
QRS permenit
PR: tidak dapat ditetapkan
Komplek QRS: tidak terlihat defleksi yang konsisten.

Gambar: Gelombang Asistol
3

2.3. Sistem Serebrovaskular
Anatomi Otak dan Fungsinya
Otak manusia dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
6,7

1. Cerebrum (Otak Besar)
2. Cerebellum (Otak Kecil)
7

3. Brainstem (Batang Otak)
4. Limbic System (Sistem Limbik)

Gambar: Otak Manusia
6
1. Cerebrum (Otak Besar)
Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut
dengan nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum merupakan
bagian otak yang membedakan manusia dengan binatang. Cerebrum membuat
manusia memiliki kemampuan berpikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran,
perencanaan, memori dan kemampuan visual. Kecerdasan intelektual atau IQ
Anda juga ditentukan oleh kualitas bagian ini.
6,7
Cerebrum secara terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut Lobus.
Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai
parit disebut sulcus. Keempat Lobus tersebut masing-masing adalah: Lobus
Frontal, Lobus Parietal, Lobus Occipital dan Lobus Temporal.
6,7

2. Cerebellum (Otak Kecil)
Otak Kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat
dengan ujung leher bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis
otak, diantaranya: mengatur sikap atau posisi tubuh, mengkontrol keseimbangan,
koordinasi otot dan gerakan tubuh. Otak Kecil juga menyimpan dan
melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari seperti gerakan
mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu dan
sebagainya.

Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan
pada sikap dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi.
6,7

8

3. Brainstem (Batang Otak)
Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau rongga
kepala bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau sumsum
tulang belakang. Bagian otak ini mengatur fungsi dasar manusia termasuk
pernapasan, denyut jantung, mengatur suhu tubuh, mengatur proses pencernaan,
dan merupakan sumber insting dasar manusia yaitu fight or flight (lawan atau
lari) saat datangnya bahaya.
6,7

Batang otak dijumpai juga pada hewan seperti kadal dan buaya. Oleh karena
itu, batang otak sering juga disebut dengan otak reptil. Otak reptil mengatur
perasaan teritorial sebagai insting primitif. Contohnya anda akan merasa tidak
nyaman atau terancam ketika orang yang tidak Anda kenal terlalu dekat dengan
anda.
6,7

4. Limbic System (Sistem Limbik)

Sistem limbik terletak di bagian tengah otak,
membungkus batang otak ibarat kerah baju. Limbik
berasal dari bahasa latin yang berarti kerah. Bagian otak
ini sama dimiliki juga oleh hewan mamalia sehingga
sering disebut dengan otak mamalia. Komponen limbik
antara lain hipotalamus, thalamus, amigdala, hipocampus dan korteks limbik.
Sistem limbik berfungsi menghasilkan perasaan, mengatur produksi hormon,
memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar, dorongan seks, pusat rasa senang,
metabolisme dan juga memori jangka panjang.
6,7

Aliran Darah Otak (ADO) normal ke dalam otak kira-kira 50 ml/100 gr
jaringan otak per menit. Bila ADO menurun sampai 20-25 ml/100 gr/menit maka
aktivitas EEG akan hilang dan pada ADO 5 ml/100 gr/menit sel-sel otak
mengalami kematian dan terjadi kerusakan menetap. Pada penderita non-trauma,
fenomena autoregulasi mempertahankan ADO pada tingkat yang konstan apabila
tekanan arteri rata-rata 50-160 mmHg.
4




9

2.4. Interaksi Sistem Respirasi, Jantung Dan Otak
Tujuan utama pertolongan gawat darurat kardiovaskular untuk
mempertahankan serta memelihara, atau mengembalikan pasokan oksigen secara
normal ke organ tubuh yang sangat membutuhkan oksigen seperti sel syaraf,
jantung, paru serta otak. Paru merupakan tempat pertukaran oksigen dan
karbondioksida menyediakan suplai oksigen kepada tubuh yang diangkut oleh
darah dan dipompakan keseluruh tubuh oleh jantung, jika salah satu terganggu
maka suplai oksigen akan terganggu.
1

2.5. Definisi Resusitasi Jantung Paru Otak
Resusitasi adalah tindakan untuk menjaga atau mengembalikan kehidupan
dengan membentuk atau mempertahankan jalan napas atau keduanya, pernafasan,
sirkulasi menggunakan teknik cardiopulmonary resuscitation (CPR) atau teknik
perawatan darurat lainnya.
3

Resusitasi atau reanimasi mengandung arti harfiah menghidupkan kembali,
dimaksudkan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah suatu episode
henti jantung berlanjut menjadi kematian biologis. Resusitasi Jantung Paru (RJP)
atau Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) adalah prosedur kegawatdaruratan
medis yang ditujukan untuk serangan jantung dan pada henti napas. RJP adalah
kombinasi antara bantuan pernapasan dan kompresi jantung yang dilakukan pada
korban serangan jantung.
8,9


2.6. Indikasi
A. Henti Napas
Henti napas primer (respiratory arrest) dapat disebabkan oleh banyak hal,
misalnya serangan stroke, keracunan obat, tenggelam, inhalasi asap/uap/gas,
obstruksi jalan napas oleh benda asing, tesengat listrik, tersambar petir, serangan
infark jantung, radang epiglotis, tercekik (suffocation), trauma dan lain-lainnya.
10
Pada awal henti napas, jantung masih berdenyut, masih teraba nadi,

pemberian O2 ke otak dan organ vital lainnya masih cukup sampai

beberapa
menit. Kalau henti napas mendapat pertolongan segera maka pasien akan
teselamatkan hidupnya dan sebaliknya kalau terlambat akan berakibat henti
jantung.
10

10

B. Henti Jantung
Henti jantung primer (cardiac arrest) ialah ketidak sanggupan curah jantung
untuk memberi kebutuhan oksigen ke otak dan organ vital lainnya secara
mendadak dan dapat balik normal, kalau dilakukan tindakan yang tepat atau akan
menyebabkan kematian atau kerusakan otak. Henti jantung terminal akibat usia
lanjut atau penyakit kronis tentu tidak termasuk henti jantung.
10
Henti jantung disebabkan disebabkan oleh 5 H dan 5 T yaitu: hypoxia,
hipovolemia, hydrogen ion (acidosis), hipo-hiperkalemia, hipotermia; toxins,
tamponade (cardiac), tension pneumothoraks, thrombosis pulmonal dan
thrombosis coronary.
1
C. Tidak sadarkan diri

2.7. Fase CPR
Resusitasi jantung paru dibagi menjadi 3 fase diantaranya:
12

A. FASE I :
Tunjangan Hidup Dasar (Basic Life Support) : yaitu prosedur
pertolongandarurat mengatasi obstruksi jalan nafas, henti nafas dan henti
jantung, dan bagaimana melakukan RJP secara benar, terdiri dari :
C (circulation) : Mengadakan sirkulasi buatan dengan kompresi
jantung paru.
A (airway) : Menjaga jalan nafas tetap terbuka.
B (breathing) : Ventilasi paru dan oksigenisasi yang adekuat.
B. FASE II :
Tunjangan hidup lanjutan (Advance Life Support); yaitu tunjangan
hidup dasar ditambah dengan :
D (drugs) : Pemberian obat-obatan termasuk cairan.
E (EKG) : Diagnosis elektrokardiografis secepat mungkin setelah dimulai
PJL, untuk mengetahui apakah ada fibrilasi ventrikel, asistole atau
agonal ventricular complexes.
F (fibrillation treatment) : Tindakan untuk mengatasi fibrilasi ventrikel.
C. FASE III :
Tunjangan hidup terus-menerus (Prolonged Life Support).
11

G (Gauge) : Pengukuran dan pemeriksaan untuk monitoring
penderitasecara terus menerus, dinilai, dicari penyebabnya dan kemudian
mengobatinya.
H (Head) : Tindakan resusitasi untuk menyelamatkan otak dan sistem
saraf dari kerusakan lebih lanjut akibat terjadinya henti jantung, sehingga
dapatdicegah terjadinya kelainan neurologic yang permanen.
H (Hipotermi) : Segera dilakukan bila tidak ada perbaikan fungsi susunan
saraf pusat yaitu pada suhu antara 32- 34C.
H (Humanization) : Harus diingat bahwa korban yang ditolong adalah
manusia yang mempunyai perasaan, karena itu semua tindakan
hendaknya berdasarkan perikemanusiaan.
I (I ntensive care) : Perawatan intensif di ICU, yaitu : tunjangan ventilasi
:trakheostomi, pernafasan dikontrol terus menerus, sonde
lambung, pengukuran pH, pCO2 bila diperlukan, dan tunjangan
sirkulasi,mengendalikan kejang.
12


2.8. Tahap-Tahap Resusitasi Jantung Paru Otak
Survey primer bantuan hidup dasar: Melakukan bantuan kompresi dan
ventilasi atau disebut Primary Basic Life Support (tanpa alat-kecuali
AED(Auotomated Eksternal Defibrilation/obat).
Secondary Advance Cardiac Life Support (dengan alat, obat, elektrik jantung,
laboratorium).

1. Survey Primer Bantuan Hidup Dasar: Melakukan bantuan kompresi dan
ventilasi. Tindakan ini berusaha memberikan bantuan sirkulasi sistemik.
Beserta ventilasi dan oksigenasi tubuh secara efektif dan optimal sampai
didapatkan kembali sirkulasi sistemik secara spontan atau telah tiba bantuan
dengan peralatan yang lebih lengkap untuk melaksanakan tindakan bantuan
hidup jantung lanjutan. Tindakan ini dapat dilaksanakn oleh siapa saja yang
menemukan korban dengan indikasi resusitasi jantung paru dan otak.
1

Urutan sistematis yang digunakan saat ini adalah C-A-B (circulation-
airways-breathing).
5
Sebelum melakukan bantuan hidup dasar, harus
12

dipastikan bahwa langkah yang akan diambil tepat dengan cara memeriksa
pasien terlebih dahulu. Urutan tidakan survey primer adalah sebagai berikut:
Periksa respon penderita untuk memastikan pasien dalam keadaan sadar
atau tidak sadar.
Periksa denyut nadi sebelum melakukan kompresi dada atau sebelum
melakukan penempelan sadapan AED
Pemeriksaan analisa irama jantung sebelum melakukan kejut listrik pada
jantung (DC shock).
Berikut ini algoritme bantuan hidup dasar:
13


Gambar: Algoritma Bantuan Hidup Dasar
3
Circulation
Penilaian pulsasi dilakukan tidak lebih dari 10 detik dan di arteri karotis
karena lebih mudah. Jika dalam 10 detik belum teraba nadi maka kompresi dada
harus segera dilakukan. Penolong tidak perlu memeriksa nadi dan langsung
mengasumsikan pasien menderita henti jantung jika penderita mengalami pingsan
mendadak atau penderita yang tidak berespon dan tidak pernafas atau bernafas
tidak normal.
1
14

Kompresi dada terdiri dari pemeberian tekanan secara kuat dan berirama
pada setengah bawah dinding sternum. Penekanan ini menciptakan aliran darah
yang akan melalui peningkatan tekanan intratorakal serta penekanan langsung
pada dinding jantung. Yang perlu diperhatikan adalah:
1
Berikan kompresi dada dengan frekuaensi yang cukup (minimal 100x/menit)
Untuk dewasa, kompresi dengan kedalaman 2 inchi (5cm)
Bayi dan anak, kompresi dengan kedalaman minimal sepertiga diameter
dinding anterior posterior dada atau pada bayi 4 cm (1,5 inchi) dan pada anak
sekitar 5 cm (2 inchi).
Berikan kesempatan dada untuk mengembang secara sempurna setelah setiap
kompresi.
Usahakan seminimal mungkin melakukan interupsi terhadap kompresi
Hindari pemberian nafas bantuan yang berlebihan.







Push Hard (4-5 cm)
Push Fast (100x/menit)
Full Recoil
Upstroke: down Stroke 50:50
Minimize Interupsi





Gambar: Cara Kompresi Dada
1
Airway (Pembuka Jalan Nafas)
Tindakan yang dapat
15

dilakukan adalah head tilt chin lift yaitu angkat kepala-angkat bahu. Apabila
penderita dicurigai menderita cidera leher atau trauma cervical teknik ini tidak
bisa digunakan, teknik yang dapat digunakan adalah menarik rahang tanpa
melakukan ekstensi kepala (jaw thrust).
1


Gambar: head tilt cjin lif1t
1
Jaw Thrust
1

Sumbatan jalan nafas karena benda asing dapat bersifat ringan atau berat,
tergantung dari seberapa besar sumbatan yang terjadi. Tanda-tanda sumbatan jalan
nafas yang terganggu adalah pertukaran udara yang buruk serta diikuti dengan
kesulitan bernafas yang meningkat seperti batuk tanpa suara, sianosis, atau tidak
bisa berbicara.
1

Penilaian dan tatalaksana sumbatan jalan nafas karena benda asing adalah
sebagai berikut:
1
SIGNS MILD obstruction SEVERE obstruction
Are you
choking?
YES Unable to speak, may nod
Other signs Can speak, cough,
breathe
Can not breathe/wheezy breathing/silent
attempts to cough/ unconsciousness




16

ADULT FBAO TREATMENT ( Foreign body airway obstruction )










Gambar: Back Blows
1

Gambar: Abdominal Thrust
1
Back blows caranya adalah penolong berdiri disamping kemudian bergeser
di belakang penderita lalu topang dada dengan satu tangan dan sandarkan
17

penderita kedepan, dengan tujuan bila benda asing berhasil terlepas, akan keluar
dari mulut daripada masuk kedalam saluran nafas. Berikan 5 tepukan di antara
dua tulang punggung dengan menggunakan telapak tangan yang lain. Sedangkan
abdominal thrust caranya adalah penolong berdiri dibelakang penderita, kemudian
lingkarkan kedua lengan pada bagian atas abdomen lalu condongkan penderita
kedepan, kepalkan tangan penolong dan letakkan diantara umbilicus dan iga, raih
kepalan tangan tersebut dengan lengan yang lain, dan tarik ke dalam dan atas
secara mendadak sebanyak 5 kali.

Brathing (Penilaian Jalan Nafas dan Pemberian Nafas Bantuan)
Pemberian nafas buatan dilakukan setelah jalan nafas terlihat aman. Tujuan
primer pemberian bantuan nafas adalah untuk mempertahankan oksigenasi yang
adekuat dengan tujuan sekunder untuk membuang CO2. Menurut American Heart
Association, pada bantuan hidup dasar tidak perlu mengobservasi nafas spontan
dengan look, Listen and Feel karena menghabiskan waktu. Yang perlu
diperhatikan adalah:
Berikan nafas bantuan dalam 1 detik
Berikan bantuan nafas sesuai volume tidal yang cukup untuk mengangkat
dinding dada.
Berikan bantuan nafas sesuai dengan kompresi dengan perbandingan 2 kali
bantuan nafas setelah 30 kali kompresi.
Pada kondisi terdapat dua orang penolong atau lebih, jika penolong berhasil
memasukkan alat bantuan nafas lanjutan untuk mempertahankan jalan nafas
seperti pipa endotrakeal, sungkup laring/LMA (laryng mask airway) maka
bantuan nafas diberikan setiap 6-8 detik, ini akan menghasilkan frekuensi
nafas 8-10 kali/menit.
Pasien dengan hambatan jalan nafas atau komplians paru yang buruk,
memerlukan bantuan nafas dengan tekanan yang lebih tinggi untuk sampai
memperlihatkan dinding dada terangkat.
Pemberian bantuan nafas yang berlebihan tidak diperlukan dan dapat
menimbulkan distensi lambung beserta komplikasinya seperti regurgitasi dan
aspirasi.
18


Gambar: Pemberian Nafas Bantuan Secara Mouth To Mouth
1

Defribrilasi
Tindakan defibrilasi sesegera mungkin memegang peranan kritis untuk
keberhasilan pertolongan penderita henti jantung mendadak berdasarkan alasan
sebagai berikut:
1
1. Irama dasar jantung yang paling sering didapat pada kasus henti jantung
mendadak yang disaksikan di luar rumah sakit adalah fibrilasi ventrikel.
2. Terapi untuk fibrilasi ventrikel adalah defibrilasi
3. Kemungkinan keberhasilan tindakan defibrilasi berkurang seiring
dengan bertambahnya waktu.
4. Perubahan irama dari fibrilasi ventrikel menjadi asistole seiring dengan
berjalannya waktu.
Langkah-Langkah Dalam Defibrilasi
1,3
1. Siapkan peralatan
2. Nyalakan power defibrillator, pilih level energi 360 J (monofasik) dan
120 J-200 J (bifasik).
3. Berikan Gelly pada Pads electrode
4. Letakan pads electrode apex paddle diletakkan di prekordium kiri dan
sternum paddle diletakkan di right infrascapular.
5. Lihat monitor dan Pastikan klinis penderita dan gambaran EKG Ventrikel
Fibrilasi/Ventrikel takikardi tanpa nadi
6. Tekan tombol CHARGE dan beritahukan pada tim.
7. Pastikan tidak ada orang lain maupun kita sendiri bersentuhan dengan
korban dengan mengucapkan Im clear, youre clear, everybody clear.
8. Tekan tombol SHOCK, dan berikan tekanan 25 pound.
19

9. Lanjutkan RJP 5 siklus dengan perbandingan 30 kompresi dan 2 ventilasi
(atau 2 menit),
10. Setelah 5 siklus atau 2 menit stop RJP dan lihat irama lagi.

5.
6.
7.
8.
9.




2. Secondary Advance Cardiac Life Support
Beberapa perubahan menurut AHA 2010 adalah sebagai berikut:
o Pemberian obat-obatan melaui endotrakeal tube tidak dianjurkan lagi.
Jika obat-obatan tidak bisa diberikan secara intravena maka obat
dimasukkan intraosseus.
o Ketika mengobati VF/VT pada henti jantung, adrenalin 1 mg diberikan
segera setelah kompresi dada dan diulangi setelah 3 kali mendapat
kejutan listri dan diulang setiap 3-5 menit.9
o Amiodarone 300 mg diberikan setelah 3 kali mendapat kejutan listrik.
o Atropine tidak dianjurkan lagi untuk terapi pada asistole atau tanpa nadi.
20

Algoritma Secondary Advance Cardiac Life Support
3








21

Tabel 2.1. Ringkasan komponen BLS (basic life support) bagi dewasa, anak-
anak dan bayi
1

Komponen Dewasa Anak-Anak Bayi
Pengenalan Tidak responsif,
tidak bernafas
atau tersedak
(gasping)
Tidak responsif,
tidak bernafas
atau tersedak
(gasping)
Tidak responsif,
tidak bernafas
atau tersedak
(gasping)
Nadi tidak teraba
dalam 10 detik
Nadi tidak teraba
dalam 10 detik
Nadi tidak teraba
dalam 10 detik
Urutan RJP CAB CAB CAB
Kecepatan
kompresi
100/menit 100/menit 100/menit
Kedalaman
kompresi
2 inchi (5cm) 1/3 AP, sekitar 2
inchi (5cm)
1/3 AP, sekitar
1,5 inchi (4 cm)
Interupsi
kompresi
Minimalisir
interupsi hingga
< 10 detik
Minimalisir
interupsi hingga
< 10 detik
Minimalisir
interupsi hingga
< 10 detik
Jalan nafas Head tilt-chin
lift-jaw thrust
Head tilt-chin lift-
jaw thrust
Head tilt-chin lift-
jaw thrust
Rasion
kompresi:ventilasi
30:2 (1 atau 2
penyelamat)
30:2 (satu), 15:2
(2 penyelamat)
30:2 (satu), 15:2
(dua penyelamat)
Jika penyelamat
tidak terlatih
Kompresi saja Kompresi saja Kompresi saja
Ventilasi jika
mungkin
1 nafas setiap 6-8
detik, tanpa
menyesuaikan
dengan kompresi,
1 detik setiap
nafas, hingga
dada
mengembang
1 nafas setiap 6-8
detik, tanpa
menyesuaikan
dengan kompresi,
1 detik setiap
nafas, hingga
dada
mengembang
1 nafas setiap 6-8
detik, tanpa
menyesuaikan
dengan kompresi,
1 detik setiap
nafas, hingga
dada
mengembang
Defibrilasi Gunakan AED
sesegera
mungkin,
minimalisir
interupsi
kompresi,
lanjutkan
kompresi setelah
setiap kejutan
Gunakan AED
sesegera
mungkin,
minimalisir
interupsi
kompresi,
lanjutkan
kompresi setelah
setiap kejutan
Gunakan AED
sesegera
mungkin,
minimalisir
interupsi
kompresi,
lanjutkan
kompresi setelah
setiap kejutan


22

2.9.Perawatan Setelah Resusitasi
11

Membuat Hipotermia: suhu 32C sampai 34C selama 12 atau 24 jam
memberiakan perbaikan fungsi neurologis pada pasien VF dengan henti
jantung.
Sedasi setelah henti jantung dapat diberikan karena pada umumnya pasien
merasa tidak nyaman, nyeri dan cemas.
Vasopressor
Epinephrine 0.10.5 mcg/kg/min (In 70-kg adult, 735
mcg/min)Digunakan utuk mengatasi bradikardia dan hipotensi berat
(tekanan sistolik <70mmHg). Juga digunakan pada reaksi anafilasis
dengan ketidak stabilan hemodinamik atau respiratory distress.
Norepinephrine 0.10.5 mcg/kg/min (In 70-kg adult, 735 mcg/min)
Digunakan utuk mengatasi hipotensi berat (tekanan sistolik <70mmHg)
dan resisten perifer rendah. Kontra indikasi realif pada pasien dengan
hipovolemi. Obat ini dapat meningkatkan kebutuhan oksigen
miokardium, sehingga harus hati-hati pada pasien dengan ischemic heart
disease, biasanya obat ini akan menyebabkan vasokontriksi renal dan
mesenteric; pada sepsis, norepinephrine memperbaiaki aliran darah ginjal
dan memperbaiaki produksi urine.
Phenylephrine 0.52.0 mcg/kg/min (In 70-kg adult, 35140 mcg/min).
Digunakan utuk mengatasi hipotensi berat (tekanan sistolik <70mmHg)
dan resisten perifer rendah.
Dopamine 510 mcg/kg/min. digunakan untuk mengobati hipotensi,
terutama yang berhubungan denga bradicardia.
Dobutamine 510 mcg/kg/min. The (+) isomer is a potent beta
adrenergic agonist, whereas the () isomer is a potent alpha-1-agonist.
The vasodilating beta2-adrenergic effects of the (+) isomer
counterbalance the vasoconstricting alpha-adrenergic effects, often
leading to little change or a reduction in systemic vascular resistance.
Milrinone Load 50 mcg/kg over 10 minutes then infuse at 0.375
mcg/kg/min. Used to treat low cardiac output. May cause less
tachycardia than dobutamine.
23


Algoritma Perawatan Post Cardiac Arrest
1

2.10. Menghentikan Resusitasi Jantung Paru Otak
1

Penolong sudah melakukan bantuan hidup dasar dan lanjut secara optimal,
antara lain: RJPO, defibrilasi pada pasien VF/VT tanpa nadi, pemberian
vasopressin atau epinefrin intravena, membuka jalan nafas, ventilasi dan
oksigenasi menggunakan bantuan jalan nafas tingkat lanjut serta sudah
melakukan semua pengobatan irama sesuai dengan pedoman yang ada.
24

Penolong sudah mempertimbangkan apakah penderita terpapar bahan
beracun atau mengalami overdosis obat yang akan menghambat susunan
system saraf pusat.
Kejadian henti jantung tidak disaksikan oleh penolong.
Penolong sudah merekam melalui monitor adanya asistol yang menetap
selama 10 menit atau lebih.

Anda mungkin juga menyukai