Anda di halaman 1dari 7

Teori Belajar Sosial Kognitif

Belajar (learning) dapat didefenisikan sebagai pengaruh permanen atas perilaku,


pengetahuan, dan keterampilan berpikir, yang diperoleh melalui pengalaman. Cakupan
belajar itu luas, tidak hanya belajar melibatkan perilaku akademik saja melainkan non-
akademik juga. Albert Bandura menyatakan bahwa belajar itu didasarkan dengan proses
mental yang ia kembangkan dengan teori belajar sosial kognitif.
Teori Pembelajaran Sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang
tradisional (behavioristik). Teori pembelajaran sosial ini dikembangkan oleh Albert Bandura
(1986). Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip prinsip teori teori belajar perilaku,
tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada kesan dan isyarat isyarat perubahan
perilaku, dan pada proses proses mental internal. Jadi dalam teori pembelajaran social
kognitif, kita akan menggunakan penjelasan penjelasan reinforcement eksternal dan
penjelasan penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana belajar dari orang lain.
Dalam pandangan belajar social manusia itu tidak didorong oleh kekuatan kekuatan dari
dalam dan juga tidak dipengaruhi oleh stimulus stimulus lingkungan.
Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran social ( Social Learning
Teory ) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen
kognitif dari fikiran, pemahaman dan evaluasi. Ia seorang psikologi yang terkenal dengan
teori belajar social atau kognitif social serta efikasi diri. Eksperimen yang sangat terkenal
adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak anak meniru seperti perilaku agresif
dari orang dewasa disekitarnya.
Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang dikemukakan oleh Albert
Banduramenyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif serta factor perilaku memainkan peran
penting dalam pembelajaran. Faktor kognitif berupa ekspektasi/ penerimaan siswa untuk
meraih keberhasilan, factor social mencakup pengamatan siswa terhadap perilaku orang
tuanya. Albert Bandura merupakan salah satu perancang teori kognitif social.
Menurut Bandura ketika siswa belajar mereka dapat merepresentasikan atau
mentrasformasi pengalaman mereka secara kognitif. Bandura mengembangkan model
deterministik resipkoral yang terdiri dari tiga faktor utama yaitu perilaku, person/kognitif dan
lingkungan. Faktor ini bisa saling berinteraksi dalam proses pembelajaran. Faktor lingkungan
mempengaruhi perilaku, perilaku mempengaruhi lingkungan, faktor person/kognitif
mempengaruhi perilaku. Faktor person (kognitif) Bandura tak punya kecenderungan kognitif
terutama pembawaan personalitas dan temperamen. Faktor kognitif mencakup ekspektasi,
keyakinan, strategi pemikiran dan kecerdasan.
Teori Pembelajaran Modeling
Teori belajar modeling merupakan teori yang dikemukakan oleh Albert Bandura.
Dimana modeling adalah proses belajar dengan mengamati tingkah laku atau perilaku dari
orang lain disekitar kita. Modeling yang artinya meniru, dengan kata lain juga merupakan
proses pembelajaran dengan melihat dan memperhatikan perilaku orang lain kemudian
mencontohnya. Hasil dari modeling atau peniruan tersebut cenderung menyerupai bahkan
sama perilakunya dengan perilaku orang yang ditiru tersebut. Modeling ini dapat menjadi
bagian yang sangat penting dan powerfull pada proses pembelajaran.
Pada modeling ini, kita tidak sepenuhnya meniru dan mencontoh perilaku dari orang
orang tersebut, namun kita juga memperhatikan hal hal apa saja yang baik semestinya
untuk ditiru atau dicontoh dengan cara melihat bagaimana reinforcement atau punishmentnya
yang akan ditiru. Dengan kata lain, semua pembelajaran tidak ada yang terjadi secara tiba
tiba atau instan. Baik itu pada pendekatan belajar classical conditioning maupun pendekatan
belajar operant conditioning. Namun, pembelajaran melalui modeling waktu yang digunakan
cenderung lebih singkat dari pada pembelajaran dengan classical dan operant conditioning.
Dalam konsep belajar ini, orang tua memainkan peranan penting sebagai seorang model atau
tokoh bagi anak anak untuk menirukan tingkah laku yang akan mereka pelajari.
Menurut Bandura terdapat empat proses yang terlibat di dalam pembelajaran melalui
pendekatan modeling, yaitu perhatian (attention), pengendapan (retention), reproduksi
motorik (reproduction), dan penguatan (motivasi).


1. Perhatian(attention), yang artinya kita memperhatikan seperti apa perilaku atau
tindakan tindakan yang dilakukan oleh prang yang akan ditiru.
2. Pengendapan(retention), dilakukan setelah mengamati perilaku yang akan ditiru dan
menyimpan setiap informasi yang didapat dalam ingatan, kemudian mengeluarkan
ingatan tersebut saat diperlukan.
3. Reproduksi motori(reproduction), hal ini dapat menegaskan bahwa kemampuan
motorik seseorang juga mempengaruhi untuk dapat memungkinkan seseorang meniru
suatu perilaku yang dilihat baik secara keseluruhan atau hanya sebagian.
4. Penguatan(motivation), penguatan ini sangat penting. Karena dapat menentukan
seberapa mampu kita nantinya melakukan peniruan tersebut, namun penguatannya dari
segi motivasi yang dapat memacu keinginan individu tersebut untuk memenuhi tahapan
belajarnya.
Faktor lain yang harus diperhatikan adalah faktor biologi. Faktor biologi juga sangat
penting dalam penunjangan proses pembelajaran modeling secara penuh. Karena apabila
faktor biologi kita tidak mendukung, maka proses pembelajaran yang akan dilakukan juga
akan mengalami kendala.
Ciri ciri teori Pemodelan Bandura :
1. Unsur pembelajaran utama ialah pemerhatian dan peniruan,
2. Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa, teladan, nilai dan
lain-lain,
3. Pelajar meniru suatu kemampuan dari kecakapan yang
didemonstrasikan guru sebagai model,
4. Pelajar memperoleh kemampuan jika memperoleh kepuasan dan
penguatan yang positif,
5. Proses pembelajaran meliputi perhatian, mengingat, peniruan, dengan
tingkah laku atau timbal balik yang sesuai, diakhiri dengan penguatan yang
positif

Jenis jenis Peniruan (Modeling):
1. Peniruan Langsung
Pembelajaran langsung dikembangkan berdasarkan teori pembelajaran social Albert
Bandura. Ciri khas pembelajaran ini adalah adanya modeling, yaitu suatu fase
dimana seseorang memodelkan atau mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi
bagaimana suatu ketrampilan itu dilakukan. Meniru tingkah laku yang ditunjukkan
oleh model melalui proses perhatian. Contoh: Meniru gaya penyanyi yang disukai.
2. Peniruan Tak Langsung
Peniruan Tak Langsung adalah melalui imaginasi atau perhatian secara tidak
langsung. Contoh: Meniru watak yang dibaca dalam buku, memperhatikan seorang
guru mengajarkan rekannya.
3. Peniruan Gabungan
Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabungkan tingkah laku yang berlainan
yaitu peniruan langsung dan tidak langsung. Contoh: Pelajar meniru gaya gurunya
melukis dan cara mewarnai daripada buku yang dibacanya.
4. Peniruan Sesaat / seketika.
Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu saja. Contoh: Meniru
Gaya Pakaian di TV, tetapi tidak boleh dipakai di sekolah.
5. Peniruan Berkelanjutan
Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam situasi apapun. Contoh: Pelajar
meniru gaya bahasa gurunya.

Eksperimen Albert Bandura
Bandura percaya bahwa proses kognitif juga mempengaruhi Observastional Learning
atau jika kita hanya belajar dengan cara trial-and-error, maka belajar menjadi sesuatu yang
sangat sulit dan memakan waktu lama. Salah satu kontribusi yang sangat penting dari Albert
bandura adalah menekankan bahwa manusia belajar tidak hanya dengan classical dan operant
conditioning, tetapi juga dengan mengamati perilaku orang lain. Yang mana teori tersebut
disebutnya dengan peniruan atau modeling.
Untuk mengatahui seberapa jauh kebenaran teorinya tersebut, Albert Bnadura
melakukan penelitian pada dua orang anak untuk mengetahui keagresifan atau rasa ketakutan
mereka. Dia menempatkan kedua anak tersebut di laboratoriumnya dengan kondisi yang
sama dan perlakuan yang berbeda, kemudian memperbandingkan proses belajarnya dengan
menggunakan tontonan film. Percobaan tersebut sering dikenal sebagai percobaan dengan
boneka bobo doll. Bandura memposisikan anak pertama pada satu ruangan yang telah
tersedia satu buah boneka besar yang telah diikat oleh Bandura.
Begitu juga dengan anak yang kedua ditempatkan pada ruangan dengan kondisi yang
sama. Kemudian anak pertama diberikan tontonan film action(film laga), sedangkan anak
yang kedua tidak diberi tontonan film action tsb. Setelah perlakuan tersebut, kedua anak itu
dibiarkan berada pada ruangannya masing masing dengan boneka yang telah disiapkan
sebelumnya.
Sesaat kemudian, anak yang pertama menirukan segala perilaku atau tindakan yang
ada pada film yang telah ia tonton sebelumnya. Sedangkan anak yang kedua, hanya diam dan
memperhatikan boneka yang ada dihadapannya tanpa melakukan hal hal yang bersifat
action seperti pada anak yang pertama. Boleh dikatakan bahwa anak yang pertama lebih
agresif dibandingkan anak yang kedua. Pola belajar yang dilakukan oleh anak tersebut
disebut dengan modeling (peniruan). Dimana terlihat jelas bahwa anak yang pertama meniru
segala gerakan atau aksi yang dilakukan oleh pemain pemain film action yang ia tonton dan
kemudian ia terapkan kepada boneka bobo doll yang ada dihadapannya. Hal tersebut dapat
dikatakan sebagai cara belajar dengan modeling.
Place Learning

Dalam percobaannya yang pertama untuk menguji proses belajar dari sudut pandang
kognitif, Tolman mendesain sebuah labirin yang ditinggikan. Tikus-tikus yang
menjadi hewanpercobaan berlari dari titik A di seberang meja bundar terbuka melalui titik C
D(yang memiliki dinding gang) dan akhirnya ke titik G, dimana kotak makanan disediakan.
Sementara itu H adalah cahaya yang bersinar langsung pada jalan turun dari titik G ke
F.Setelah empat malam(tiga percobaan per malam), di mana tikus belajar untuk berjalan
secara langsung dan tanpa ragu-ragu dari A ke G, alat percobaan diubah menjadi ledakan
matahari. Jalan awal dan meja tetap sama namun serangkaian jalur memancar ditambahkan.
Tikus tikus itu kembali berlari dari titik A, lalu melintasi meja bundar ke gang dan
menemukan diri mereka diblokir. Mereka kemudian kembali ke meja dan mulai menjelajahi
hampir semua jalan memancar sebelum akhirnya menemukan jalan yang tersingkat untuk
mencapai kotak makanan tersebut.
Dari percobaan tersebut, Tolman menyimpulkan bahwa tikus-tikus itu telah belajar
peta kognitif dari titik A (tempat dimana tikus mulai berlari) sampai ke titik G (kotak
makanan). Peta kognitif ialah kesadaran mental yang didapatkan dari struktur ruang fisik
atau unsur-unsur yang terkait.
Dalam merumuskan peta kognitif, Tolman menguji apa yang disebut sebagai belajar
respons (response learning) dan belajar tempat (place learning). Response learning terjadi
ketika tikus tahu bahwa dengan menempuh jalan tertentu dalam labirin akan mengantarnya
pada makanan. Sedangkan place learning terjadi setiap kali tikus belajar untuk
mengasosiasikan adanya makanan di suatu tempat tertentu. Tolman kemudian menemukan
bahwa semua tikus dalam labirin baru bisa menempuh jalur yang benar setelah 8 kali trial dan
tidak ada yang bisa belajar dengan cepat dalam response-learning, bahkan beberapa tikus
tidak belajar sama sekali setelah 72 trial.

Latent Learning
Latent learning atau belajar laten adalah teori belajar yang tidak diwujudkan
dalamperformance atau dengan kata lain belajar laten merupakan belajar yang tidak
mendapat penguatan yang tidak secara langsung ditampilkan ke dalam perilaku. Belajar
laten merupakan teknik belajar yang terbengkalai dalam waktu yang amat panjang sebelum
hal tersebut dinyatakan dalam perilaku.
Eksperimen teori belajar laten yang paling terkenal dilakukan oleh Tolman dan
Honzik (1930) dengan melibatkan tiga kelompok tikus yang mencoba belajar untuk
memecahkan suatu kebingungan (jaringan jalan yang simpang siur). Kelompok pertama,
tidak pernah diperkuat untuk melintasi jalan yang simpang siur. Kelompok kedua, selalu
diperkuat, sedangkan kelompok ketiga tidak diperkuat sampai percobaan hari kesebelas.
Nah, berdasarkan teori belajar laten, kelompok ketiga akan belajar di jalan simpang
siur sama halnya dengan kelompok yang diperkuat secara teratur dan ketika penguatan
diperkenalkan pada hari kesebelas, kelompok ini akan melakukan hal yang sama seperti
kelompok yang secara terus menerus diperkuat.

Insight Learning and Learning Sets
Wolfgang Kohler melakukan eksperimen pada Simpanse untuk mendukung teorinya
tentang Insight Learning and Learning Sets di Pulau Canary pada tahun 1913-1920. Berikut
adalah eksperimen yang dilakukan oleh Wolfgang Kohler:

Eksperimen I
Wolfgang Kohler membuat sebuah sangkar yang didalamnya telah disediakan sebuah
tongkat. Simpanse kemudian dimasukkan dalam sangkar tersebut, dan di atas sangkar diberi
buah pisang. Melihat buah pisang yang tergelantung tersebut, Simpanse berusaha untuk
mengambilnya namun selalu mengalami kegagalan. Dengan demikian Simpanse mendapat
masalah dalam dirinya, yaitu bagaimana caranya untuk mendapatkan buah pisang agar dapat
dimakan. Karena didekatnya ada sebuah tongkat maka timbullah pengertian bahwa untuk
meraih sebuah pisang harus menggunakan tongkat tersebut.
Eksperimen II
Pada eksperimen yang kedua, masalah yang dihadapi oleh Simpanse masih sama yaitu
bagaimana cara mengambil buah pisang. Namun di dalam sangkar tersebut diberi dua
tongkat. Simpanse mengambil pisang dengan satu tongkat, namun selalu mengalami
kegagalan karena buah pisang diletakkan semakin jauh di atas sangkar. Tiba-tiba
muncul insight (pemahaman) dalam diri Simpanse untuk menyambung kedua tongkat
tersebut. Dengan kedua tongkat yang disambung itu, Simpanse menggunakannya untuk
mengambil buah pisang yang berada di luar sangkar. Ternyata usaha yang dilakukan oleh
Simpanse ini berhasil.
Eksperimen III
Dalam eksperimen yang ketiga, Wolfgang Kohler masih menggunakan sangkar,
Simpanse, dan buah pisang. Namun dalam eksperimen ini di dalam sangkar diberi sebuah
kotak yang kuat untuk bisa dinaiki oleh Simpanse. Pada awalnya Simpanse berusaha meraih
pisang yang digantung di atas sangkar, tetapi ia selalu gagal. Kemudian Simpanse melihat
sebuah kotak yang ada di dalam sangkar tersebut, maka timbullah insight dalam diri
Simpanse yakni mengambil kotak tersebut untuk ditaruh tepat dibawah pisang. Selanjutnya,
Simpanse menaiki kotak dan akhirnya ia dapat meraih pisang tersebut.
Eksperimen IV
Eksperimen yang keempat masih sama dengan eksperimen yang ketiga, yaitu buah
pisang yang diletakkan di atas sangkar dengan cara agak ditinggikan, sementara di dalam
sangkar diberi dua buah kotak. Semula Simpanse hanya menggunakan kotak satu untuk
meraih pisang, tetapi gagal. Simpanse melihat ada satu kotak lagi di dalam sangkar dan ia
menghubungkan kotak tersebut dengan pisang dan kotak yang satunya lagi. Dengan
pemahaman tersebut, Simpanse menyusun kotak-kotak itu dan ia berdiri di atas susunan
kotak-kotak dan akhirnya dapat meraih pisang di atas sangkar dengan tangannya.
Dari eksperimen-eksperimen tersebut, Kohler menjelaskan bahwa Simpanse dalam
percobaan harus dapat membentuk persepsi tentang situasi total dan saling menghubungkan
antara semua hal yang relevan dengan problem yang dihadapinya sebelum muncul insight.
Percobaan tersebut menjelaskan bagaimana Simpanse dapat memecahkan masalahnya
denganinsight yang dimilikinya dimana insight tersebut digunakan untuk memecahkan
permasalahan lainnya.
I nsight learning adalah sebuah bentuk pemecahan masalah pada saat organisme
memiliki pemahaman mendalam/ insight (ide) secara tiba-tiba terhadap suatu masalah untuk
memahami dan memecahkan masalah tersebut.

Faktor Biologis
Belajar adalah proses yang secara harfiah membentuk kehidupan kita. Kita harus ingat
bahwa kemampuan kita untuk belajar dari pengalaman tidak terbatas, dipengaruhi dalam
berbagai cara oleh faktor biologi
Penelitian Susan Mineka dari universitas Northwestern dan rekan-rekannya
menunjukkan kesiapan biologis untuk belajar rasa takut dalam beberapa hal lebih mudah
daripada belajar rasa takut dari proses modeling. Dari sebuah penelitian, cook dan mineka
(1990) menunjukkan monyet di sebuah laboratorium yang belum pernah melihat rekaman
video ular, lalu monyet tersebut berperilaku ketakutan di hadapan ular buatan dan tidak
berperilaku ketakutan di depan bunga buatan. Seperti yang telah diharapkan, monyet di
laboratorium menunjukkan peningkatan besar rasa ketakutan mereka terhadap ular buatan.
Kelompok monyet yang lain ditunjukkan rekaman video yang diedit yang menampilkan
monyet liar penuh ketakutan pada bunga-bunga dan bukan ular. Paparan video ini tidak
membuat takut pada ular maupun pada bunga.


REFERENCE:


King, Laura A., 2010. Psikologi Umum. Penerbit Salemba Humanika. Jakarta.
Plotnik, Rod., 2005. Introduction To Psychology. Thomson Learning.
America. Feldman,
Robert S., 2012. Pengantar Psikologi. Penerbit Salemba Humanika. Jakarta.
Lahey, Benjamin B., 2007. Psychology An introduction. McGraw-Hill. Amerika
http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-belajar-sosial-albert-bandura-
346947.html

Anda mungkin juga menyukai