(KEPERAWATAN MATERNITAS)
Di ajukan untuk memenuhi tugas keperawatan maternitas
yang di bimbing oleh :
Tutut Handayani, S.Kep
Di Susun Oleh :
Agung Siswoyo
Desi Ratna Sari
Ika Ratnasari
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BONDOWOSO
2014
Page | ii
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan kehadiran Tuhan Yang Maha
Esa, karena berkat kemurahan Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang
diharapkan. Dalam makalah ini kami membahas TROMBOFLEBITIS.Dalam
penyusunan Makalah ini, penulis memperoleh banyak dukungan dari berbagai
pihak dan bantuan moral serta bimbingan, petunjuk dan saran-saran yang berguna
dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis ingin
menyampaikan rasa terima kasih yang tiada batas kepada yang terhormat :
1. Tutut Handayani, S. Kep, selaku Dosen Pengajar Keperawatan
Meternitas.
2. Leni Agustin, S. Kep Ns, selakuwali kelas 2A yang telah memberi
semangat dan pengarahan dan bimbingan baik secara mental dan
moral.
3. Serta semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan
Makalah ini
Yang mana berkat dukungan beliaulah Makalah ini dapat terselesaikan
meski banyak kesalahan, baik dari cara penulisan maupun format makalah ini.
Oleh karena itu kami mohon kritik dan saran yang dapat membangkitkan
semangat belajar kami. Sehingga kami tidak lagi melakukan kesalahan yang
kedua kalinya.
Bondowoso, Juli 2014
Penulis
Page | iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penulisan ..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 4
2.1 Pengertian Tromboflebitis ........................................................................ 4
2.2 Epidemiologi Tromboflebitis ................................................................... 5
2.3 Klasifikasi Tromboflebitis ....................................................................... 5
2.4 Etiologi Tromboflebitis ............................................................................ 6
2.5 Tanda dan Gejala Tromboflebitis ............................................................ 7
2.6 Patofisiologi Tromboflebitis .................................................................... 9
2.7 Komplikasi dan Prognosis Tromboflebitis .............................................. 11
2.8 Penatalaksanan Tromboflebitis ................................................................ 12
2.9 Pencegahan Tromboflebitis ...................................................................... 14
2.10 Pemeriksaaan Penunjang ........................................................................ 14
2.11 Pathway Tromboflebitis ......................................................................... 16
2.12 Asuhan Keperawatan Tromboflebitis .................................................... 18
BAB III. PENUTUP ..................................................................................... 37
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 37
Page | iv
3.2 Saran ........................................................................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 39
Page | 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tromboflebitis adalah peradangan dan pembekuan dalam pembuluh
darah. Tromboflebitis berarti bahwa gumpalan darah telah terbentuk dalam vena
dekat dengan kulit. Mungkin juga ada infeksi pada pembuluh darah.
Tromboflebitis biasanya terdapat di vena kaki atau lengan. Tromboflebitis paling
sering mempengaruhi vena superfisial di kaki, tetapi dapat juga mempengaruhi
vena superfisial di paha. Sering kali, tromboflebitis terjadi pada orang dengan
varises, namun kebanyakan orang dengan varises tidak mengembangkan
tromboflebitis, (Afrian, 2011).
Tromboflebitis melibatkan reaksi inflamasi akut yang menyebabkan
trombus untuk tetap pada dinding pembuluh darah dan mengurangi kemungkinan
thrombus hilang. Tidak seperti dalam vena, vena superfisial tidak memiliki otot-
otot sekitarnya untuk menekan dan mengusir trombus. Karena ini, tromboflebitis
superfisialis jarang menyebabkan emboli. Tromboflebitis yang berulang kali
terjadi di vena yang normal disebut bermigrasi radang pembuluh darah atau
migrasi tromboflebitis. Ini mungkin menunjukkan kelainan yang mendasari serius,
seperti kanker dari organ internal, (Afrian, 2011).
Tromboflebitis adalah invasi/perluasan mikroorganisme patogen yang
mengikuti aliran darah disepanjang vena dan cabang-cabangnya. Tromboflebitis
didahului dengan trombosis, dapat terjadi pada kehamilan tetapi lebih sering
ditemukan pada masa nifas. Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau
masa dimana organ-organ reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa
ini membutuhkan waktu sekitar 6 minggu. Dari definisi lain menyebutkan, Masa
nifas atau masa puerperium mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-
kira 6 minggu (Wiknjosastro, 2005).
Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat
genitalia dalam masa nifas. Salah satu infeksi pada masa nifas adalah
Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai
pembentukan pembekuan darah. Tromboflebitis cenderung terjadi pada periode
Page | 2
pasca partum pada saat kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat
peningkatan fibrinogen, dilatasi vena ekstremitas bagian bawah disebabkan oleh
tekanan kepala janin kerena kehamilan dan persalinan, dan aktifitas pada periode
tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan membekukan darah pada
ekstremitas bagian bawah (Adele Pillitteri, 2007).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan tromboflebitis?
1.2.2 Bagaimana epidemiologi tromboflebitis?
1.2.3 Bagaimana klasifikasi tromboflebitis?
1.2.4 Apa saja etiologi tromboflebitis?
1.2.5 Bagaimana tanda dan gejala tromboflebitis?
1.2.6 Bagaimana patofisiologi tromboflebitis?
1.2.7 Bagaimana komplikasi dan prognosis tromboflebitis?
1.2.8 Bagaimana Penatalaksanan tromboflebitis?
1.2.9 Bagaimana pencegahan tromboflebitis?
1.2.10 Bagaimana pemeriksaaan penunjang yang dapat dilakukan pada klien
dengan tromboflebitis?
1.2.11 Bagaimana pathway tromboflebitis?
1.2.12 Bagaimana asuhan keperawatan tromboflebitis?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mampu menjelaskan pengertian tromboflebitis;
1.3.2 mampu menjelaskan epidemiologi tromboflebitis;
1.3.3 mampu menjelaskan klasifikasi tromboflebitis;
1.3.4 mampu menjelaskan etiologi tromboflebitis;
1.3.5 mampu menjelaskan tanda dan gejala tromboflebitis;
1.3.6 mampu menjelaskan patofisiologi tromboflebitis;
1.3.7 mampu menjelaskan komplikasi tromboflebitis;
1.3.8 mampu menjelaskan penatalaksanaan tromboflebitis;
1.3.9 mampu menjelaskan pencegahan tromboflebitis;
Page | 3
1.3.10 mampu menjelaskan pemeriksaaan penunjang yang dapat dilakukan
pada klien dengan tromboflebitis;
1.3.11 mampu menjelaskan pathway tromboflebitis;
1.3.12 mampu menjelaskan asuhan keperawatan tromboflebitis.
Page | 4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tromboflebitis
Trombophlebitis adalah Kelainan pada masa nifas yaitu masa setelah
melahirkan dimana terjadi sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh
adanya darah yang membeku (Prawirrohardjo, 2009).
Tromboflebitis adalah invasi/perluasan mikroorganisme patogen yang
mengikuti aliran darah disepanjang vena dan cabang-cabangnya. Tromboflebitis
didahului dengan trombosis, dapat terjadi pada kehamilan tetapi lebih sering
ditemukan pada masa nifas.
Tromboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai
pembentukan pembekuan darah. Tomboflebitis cenderung terjadi pada periode
pasca partum pada saat kemampuan penggumpalan darah meningkat akibat
peningkatan fibrinogen, dilatasi vena ekstremitas bagian bawah yang disebabkan
oleh tekanan kepala janin kerena kehamilan dan persalinan dan aktifitas pada
periode tersebut yang menyebabkan penimbunan, statis dan membekukan darah
pada ekstremitas bagian bawah (Adele Pillitteri, 2007).
Menurut DepKes RI (1990), tromboflebitis adalah suatu peradangan pada
vena. Istilah trombosis vena lebih sering diartikan sebagai suatu keadaan
penggumpalan darah yang terbentuk di dalam pembuluh darah, sedangkan
tromboflebitis diartikan sebagai inflamasi yang menyertai terhadap adanya suatu
penjendalan. Plebotrombosis adalah trombus yang merupakan faktor yang
mempermudah terjadinya inflamasi.
Tromboflebitis adalah peradangan dinding vena dan biasanya disertai
pembentukan bekuan darah (thrombus). Ketika pertama kali terjadi bekuan pada
vena akibat statis atau hiperkoagulabilitas, tanpa disertai peradangan maka proses
ini dinamakan flebotrombosis, (Smeltzer, 2002).
Jadi dapat disimpulkan bahwa tromboflebitis adalah peradangan pada
pembuluh darah vena yang disertai dengan pembentukan bekuan darah
Page | 5
(thrombus) yang dapat terjadi pada wanita hamil namun lebih sering terjadi pada
masa nifas.
2.2 Epidemiologi
Kejadian tromboflebitis selama kehamilan kejadiannya relatif rendah, risiko
terjadinya tromboflebitis vena kaki atau pelvis meningkat setelah kehamilan atau
operasi.
Insiden tromboflebitis superfisial sekitar 1 dalam 600 pasien-pasien
antepartum dan 1 dalam 95 bagi pasien-pasien postpartum. Insiden tromboflebitis
profunda berkisar 1 dalam 1900 pasien antepartum dan 1 dalam 700 pasien
postpartum. Faktor-faktor yang mempermudah trombosis vena (tromboflebitis)
antar lain stasis (perlambatan aliran darah),luka pada dinding pembuluh darah
(iritasi lokal dan infeksi),dan perubahan fisika atau kimia pada konstituen darah.
2.3 Klasifikasi
Menurut Saifuddin (2002) tromboflebitis diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:
2.3.1 Pelvio Tromboflebitis
Pelvio tromboflebitis yang paling sering meradang mengenai vena-vena
didinding uterus dan ligamentum latu yaitu vena ovarika, karena mengalirkan
darah dan luka bekas plasenta didaerah fundus uteri. Penjalaran tromboflebitis
pada vena ovarika kiri ialah kevena renalis dan dari vena ovarika kanan kevena
kava inferior. Biasanya terjadi sekitar hari ke-14 atau ke-15 pasca partum.
Trombosis yang terjadi setelah peradangan bermaksud untuk menghalangi
penjalaran mikroorganisme. Dengan proses ini, infeksi dapat sembuh tetapi jika
daya tahan tubuh kurang, trombus dapat menjadi nanah. Bagian-bagian kecil
trombus terlepas dan terjadilah emboli atau sepsis dan karena embolus ini
mengandung nanah disebut juga pyaemia. Embolus ini biasanya tersangkut pada
paru, ginjal dan katup jantung. Pada paru dapat menimbulkan infark.
Page | 6
2.3.2 Tromboflebitis femoralis
Tromboflebitis femoralis yaitu suatu tromboflebitis yang mengenai vena
safena magna atau vena femoralis. Hal ini disebabkan oleh adanya trombosis atau
embosis yang disebabkan karena adanya perubahan atau kerusakan pada intima
pembuluh darah, perubahan pada susunan darah, laju peredaran darah, atau karena
pengaruh infeksi atau venaseksi. Tromboflebitis femoralis mengenai vena-vena
pada tungkai, misalnya vena vemarolis, vena poplitea dan vena safena. Sering
terjadi sekitar hari ke-10 pasca partum. Hal ini terjadi karena aliran darah lambat
didaerah lipatan paha karena vena tersebut tertekan oleh liginguinale juga karena
dalam masa nifas kadar fibrinogen meninggi
2.4 Etiologi
Menurut Adele Pillitteri (2007), etiologi tromboflebitis adalah:
1. Perluasan infeksi endometrium
Invasi/perluasan mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah
disepanjang vena dan cabang-cabangnya, sehingga dapat menyebabkan
perluasan mikroorganisme ke endometrium dan menyebabkan infeksi pada
endometrium.
2. Mempunyai varises pada vena
Pada vena yang sebelumnya terdapat venaektasia atau varises, maka
terdapatnya turbulensi darah pada kantong-kantong vena di sekitar klep
(katup) vena merangsang terjadinya thrombosis primer tanpa disertai
reaksi radang primer, yang kemudian karena faktor lokal, daerah yang ada
trombusnya tersebut mendapat radang. Menipisnya dinding vena karena
adanya varises sebelumnya, mempercepat proses keradangan. Dalam
keadaan ini, maka dua factor utama : kelainan dinding vena dan
melambatnya aliran darah, menjadi sebab penting dari terjadinya
tromboplebitis.
3. Obesitas
Pada penderita obesitas ini berkaitan dengan aliran darah yang lambat
serta kemungkinan terjadi varises pada penderita obesitas yang menjadi
Page | 7
salah satu penyebab dari tromboflebitis,sehinga pada obesitas pula
kemungkinan terjadi tromboflebitis.
4. Pernah mengalami tromboflebitis
Seseorang dengan riwayat tromboflebitis merupakan faktor yang
mengakibatkan terulangnya kembali kejadian tromboflebitis,karena
perlukaan yang ditimbulkan dari tromboflebitis itu sendiri.
5. Berusia 30 tahun lebih dan pada saat persalinan berada pada posisi
litotomi untuk waktu yang lama. Pada proses persalinan tekanan pada arah
bawah lebih tinggi sehingga mengakibatkan terjadinya tromboflebitis
6. Trauma
Beberapa sebab khusus karena rangsangan langsung pada vena dapat
menimbulkan keadaan ini. Umumnya pemberian infus (di lengan atau di
tungkai) dalam jangka waktu lebih dari 2 hari pada tempat yang sama atau
pemberian obat yang iritan secara intra vena.
7. Adanya malignitas (karsinoma) yang terjadi pada salah satu segmen vena.
Tumor-tumor intra abdominal, umumnya yang memberikan hambatan
aliran vena dari ekstremitas bawah, hingga terjadi rangsangan pada
segmen vena tungkai.
8. Memiliki insidens tinggi untuk mengalami tromboflebitis dalam keluarga.
Kelainan jantung yang secara hemodinamik menyebabkan kelainan pula
pada system aliran vena
2.5 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala secara umum menurut Afrian (2011) yaitu:
Penderita-penderita umumnya mengeluh spontan terjadinya nyeri di
daerah vena (nyeri yang terlokalisasi), yang nyeri tekan, kulit di sekitarnya
kemerahan (timbul dengan cepat diatas vena) dan terasa hangat sampai panas.
Juga dinyatakan adanya oedema atau pembengkakan agak luas, nyeri terjadi bila
menggerakkan lengan, juga pada gerakan-gerakan otot tertentu. Pada perabaan,
selain nyeri tekan, diraba pula pengerasan dari jalur vena tersebut, pada tempat-
tempat dimana terdapat katup vena, kadang-kadang diraba fluktuasi, sebagai tanda
adanya hambatan aliran vena dan menggembungnya vena di daerah katup.
Page | 8
Fluktuasi ini dapat pula terjadi karena pembentukan abses. Febris dapat terjadi
pada penderita-penderita ini, tetapi biasanya pada orang dewasa hanya dirasakan
sebagai malaise.
Secara Khusus:
2.5.1 Pelvio Tromboflebitis
1. Nyeri yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian
samping, timbul pada hari ke-2-3 masa nifas.
2. Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai
berikut:
a. Mengigil berulang kali, menggigil inisial terjadi sangat berat (30-
40 menit) dengan interval hanya beberapa jam saja dan kadang-
kadang 3 hari pada waktu menggigil penderita hampir tidak panas.
b. Suhu badan naik turun secara tajam (36
0
C menjadi 40
0
C) yang
diikuti penurunan suhu dalam 1 jam (biasanya subfebris seperti
pada endometritis.
c. Penyakit dapat langsung selama 1-3 bulan
d. Cenderung terbentuk pus, yang menjalar kemana-mana, terutama
ke paru-paru
3. Gambaran darah
a. Terdapat leukositosis (meskipun setelah endotoksin menyebar ke
sirkulasi, dapat segera terjadi leukopenia)
b. Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat
sebelum mulainya menggigil, kultur darah sangat sukar dibuat
karena bakterinya adalah anaerob.
2.5.2 Tromboflebitis femoralis
1. Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari,
kemudian suhu mendadak naik kira-kira pada hari ke-10-20 yang
disertai dengan menggigil dan nyeri sekali.
2. Pada salah satu kaki yang terkena, memberikan tanda-tanda sebagai
berikut:
a. Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar
bergerak, lebih panas dibandingkan dengan kaki lainnya.
Page | 9
b. Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan
keras pada paha bagian atas
c. Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha
d. Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi
bengkak, tegang, putih, nyeri, dan dingin dan pulsasi menurun.
e. Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau sesudah nyeri dan
pada umumnya terdapat pada paha bagian atas, teatapi lebih
sering dimulai dari jari-jari kaki dan pergelangan kaki kemudian
meluas dari bawah ke atas.
f. Nyeri pada betis, yang terjadi spontan atau dengan memijat betis.
2.6 Patofisiologi
Pada tromboflebitis terjadi pembentukan trombus yang merupakan akibat
dari stasis vena sehingga mmenyebabkan gangguan koagulabilitas darah atau
kerusakan pembuluh maupun endotelial. Stasis vena sering dialami oleh orang-
orang imobil maupun yang istirahat di tempat tidur dengan gerakan otot yang
tidak memadai untuk mendorong aliran darah. Statis vena juga mudah terjadi pada
orang yang berdiri terlalu lama, duduk dengan lutut dan paha ditekuk, berpakaian
ketat, obesitas, tumor maupun wanita hamil. Stasis aliran darah vena terjadi ketika
aliran darah melambat misalnya pada istirahat lama (imobilisasi) seperti yang
telah disebutkan sebelumnya sehingga dapat berpengaruh pada pompa vena
perifer, meningkatkan stagnasi dan penggumpalan darah pada ekstremitas
sehingga ektremitas mengalami edema.Hiperkoagulabilitas darah yang menyertai
trauma, kelahiran dan myocardial infret juga mempermudah terjadinya
pembentukan trombus.
Pembentukan trombus dimulai dengan melekatnya trombosit-trombosit
pada permukaan endotel pembuluh darah. Darah yang mengalir menyebabkan
makin banyak trombosit tertimbun. Oleh karena sifat trombosit ini, trombosis
dapat saling melekat sehingga terbentuk massa yang menonjol ke dalam lumen.
Faktor yang sangat berperan terhadap timbulnya suatu trombosis vena
adalah statis aliran darah dan hiperkoagulasi.
1. Statis Vena
Page | 10
Aliran darah pada vena cendrung lambat, bahkan dapat terjadi statis terutama
pada daerah-daerah yang mengalami immobilisasi dalam waktu yang cukup lama.
Statis vena merupakan predis posisi untuk terjadinya trombosis lokal karena dapat
menimbulkan gangguan mekanisme pembersih terhadap aktifitas faktor
pembekuan darah sehingga memudahkan terbentuknya trombin.
2. Kerusakan pembuluh darah
Kerusakan pembuluh darah dapat berperan pada pembentukan trombosis
vena, melalui :
a. Trauma langsung yang mengakibatkan faktor pembekuan.
b. Aktifitasi sel endotel oleh cytokines yang dilepaskan sebagai akibat
kerusakan jaringan dan proses peradangan.
Permukaan vena yang menghadap ke lumen dilapisi oleh sel endotel.
Endotel yang utuh bersifat non-trombo genetik karena sel endotel menghasilkan
beberapa substansi seperti prostaglandin, proteoglikan, aktifator plasminogen dan
trombo-modulin, yang dapat mencegah terbentuknya trombin. Apabila endotel
mengalami kerusakan, maka jaringan sub endotel akan terpapar. Keadaan ini akan
menyebabkan sistem pembekuan darah di aktifkan dan trombosir akan melekat
pada jaringan sub endotel terutama serat kolagen, membran basalis dan mikro-
fibril. Trombosit yang melekat ini akan melepaskan adenosin difosfat dan
tromboksan yang akan merangsang trombosit lain yang masih beredar untuk
berubah bentuk dan saling melekat. Kerusakan sel endotel sendiri juga akan
mengaktifkan sistem pembekuan darah.
3. Perubahan daya beku darah
Dalam keadaan normal terdapat keseimbangan dalam sistem pembekuan
darah dan sistem fibrinolisis. Kecendrungan terjadinya trombosis, apabila aktifitas
pembekuan darah meningkat atau aktifitas fibrinolisis menurun.
Trombosis vena banyak terjadi pada kasus-kasus dengan aktifitas pembekuan
darah meningkat, seperti pada hiper koagulasi, defisiensi Anti trombin III,
defisiensi protein C, defisiensi protein S dan kelainan plasminogen.
Page | 11
2.7 Komplikasi dan Prognosi
2.7.1 Komplikasi
Menurut fatmawati (2013) komplikasi yang dapat terjadi adalah
sebagai berikut:
a. Tromboflebitis pelvica
Komplikasi potensial dari tromboflebitis pelvica antara lain adalah:
1. Emboli paru septik
Pada tromboflebitis trombus berjalan melalui pembuluh darah ke
paru-paru sampai akhirnya berhenti dan menyumbat pembuluh
darah kecil di paru-paru yang tidak memungkinkan lagi untuk
dilalui. Trombus tersebut akan menghalangi aliran darah ke
bagian paru yang tersumbat, yang akhirnya akan menyebabkan
infark karena bagian tersebut tidak mendapat pasokan oksigen
2. Septikemia
Suatu keadaan ketika terdapat multiplikasi bakteri dalam darah.
Istilah lain untuk septikemia adalah biood poisoning atau
keracunan darah atau bakterimia dengan sepsis. Septikemia
merupakan suatu kondisi infeksi serius yang mengancam jiwa dan
cepat memburuk
b. Tromboflebitis femoralis
Komplikasi potensial dari tromboflebitis femoralis yang paling
serius adalah emboli paru yaitu suatu keadaan dimana terjadinya
obstruksi sebagian atau total pada sirkulasi arteri pulmonalis atau
cabang-cabangnya akibat tersangkutnya emboli trombus atau emboli
yang lain. Trombus tersebut bisa berasaldari vena di bagian tubuh
yang lain, seperti misalnya tungkai, lengan, pinggul, atau jantung.
Trombus tersebut berjalan melalui pembuluh darah ke paru-paru
sampai akhirnya berhenti dan menyumbat pembuluh darah kecil di
paru-paru yang tidak memungkinkan lagi untuk dilalui. Trombus
tersebut akan menghalangi aliran darah ke bagian paru yang
tersumbat, yang akhirnya akan menyebabkan infark karena bagian
tersebut tidak mendapat pasokan oksigen
Page | 12
2.7.2 Prognosis
Yang dapat diketahui dalam membuat prognosis pada klien dengan
tromboflebitis ialah dengan menghitung denyut nadi, jika denyut nadi
dibawah 100 maka prognosisnya dapat dikatakan baik namun sebaliknya
jika denyut nadi diatas 130 dan disertai suhu tinggi maka prognosisnya
dapat dikatakan kurang baik. Demam yang kontinyu dapat lebih
memperburuk prognosis daripada demam yang remittens. Demam
menggigil yang berulang-ulang, insomnia dan ikterus, yang merupakan
tanda-tanda kurang baik. Kadar Hb yang rendah dan jumlah leukosit yang
rendah atau sangat tinggi juga dapat memperburuk prognosis.
2.8 Penatalaksanaan
2.8.1 Pelvio tromboflebitis
1. Lakukan pencegahan terhadap endometritis dan tromboflebitis dengan
menggunakan teknik aseptik yang baik
2. Rawat inap : penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakit
dan mencegah terjadinya emboli pulmonum
3. Terapi medik: pemberian antibiotika, heparin terdapat tanda-tanda
atau dugaan adanya emboli pulmonum
4. Terapi operatif : pengikatan vena kava inferior dan vena ovarika jika
emboli septik terus berlangsung sampai mencapai paru-paru;
meskipun sedang dilakukan hipernisasi, siapkan untuk menjalani
pembedahan (syaifudin,2002).
2.8.2 Tromboflebitis femoralis
1. Terapi medik dengan pemberian analgesik dan antibiotik.
2. Anjurkan ambulasi dini untuk meningkatkan sirkulasi pada
ekstremitas bawah dan menurunkan kemungkinan pembentukan
pembekuan darah.
3. Pastikan klien untuk tidak berada pada posisi litotomi dan
menggantung kaki lebih dari 1 jam, dan pastikan untuk memberikan
alas pada penyokong kaki guna mencegah adanya tekanan yang kuat
pada betis.
Page | 13
4. Sediakan stocking pendukung kepada klien pasca patrum yang
memiliki varises vena untuk meningkatkan sirkulasi vena dan
membantu mencegah kondisi stasis.
5. Instruksikan kepada klien untuk memakai stocking pendukung
sebelum bangun pagi dan melepaskannya 2x sehari untuk mengkaji
keadaan kulit dibawahnya.
6. Anjurkan tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang terkena.
7. Dapatkan nilai pembekuan darah perhari sebelum obat anti koagulan
diberikan.
8. Berikan anti koagulan, analgesik, dan anti biotik sesuai dengan resep.
9. Berikan alat pamanas seperti lampu. Atau kompres hangat basah
sesuai instruksi, pastikan bahwa berat dari kompres panas tersebut
tidak menekan kaki klien sehingga aliran darah tidak terhambat.
10. Sediakan bed cradle untuk mencegah selimut menekan kaki yang
terkena.
11. Ukur diameter kaki pada bagian paha dan betis dan kemudian
bandingkan pengukuran tersebut dalam beberapa hari kemudian untuk
melihat adanya peningkatan atau penurunan ukuran.
12. Kaji adanya kemungkinan tanda pendarahan lain, misalnya:
pendarahan pada gusi, bercak ekimosis, pada kulit atau darah yang
keluar dari jahitan episiotomi.
13. Yakinkan klien bahwa heparin yang diterimanya dapat dilanjutkan
pada masa menyusui karena obat ini tidak akan berada didalam air
susu.
14. Siapkan pemberian protamin sulfat sebagai antagonis heparin.
15. Jelaskan pada klien mengenai pemberian heparin yang harus
dilakukan melalui terapi subkutan. Jelaskan kepada klien bahwa untuk
kehamilan selanjutnya ia harus memberitahukan tenaga kesehatan
yang dia hadapi untuk memastikan bahwa pencegahan tromboflebitis
yang tepat telah dilakukan (Adele Pillitteri, 2007)
Page | 14
2.9 Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut:
4. Jika dalam kehamilan mengalami anemia perlu segera diobati karena
anemia memudahkan terjadinya infeksi. Biasanya pengobatan anemia
kehamilan ialah dengan pemberian zat besi (Fe). Keadaan gizi penderita
juga sangat menentukan seperti diet harus memenuhi kebutuhan
kehamilan dan nifas, harus seimbang dan mengandung cukup vitamin.
5. Selama persalinan, pada saat seorang bidan menolong persalinan, ada 4
usaha penting harus dilaksanakan yaitu:
a. Membatasi masuknya kuman-kuman kedalam jalan lahir
b. Membatasi perlukaan
c. Membatasi perdarahan
d. Membatasi lamanya persalinan
6. Untuk menghindari masuknya kuman, tehnik aseptic harus dipegang
teguh lakukan Proses dekontaminasi alat, proses desinfektan harus sesuai
standar dan wajib dilaksanakan. Pemeriksaan dalam dilakukan jika ada
indikasi.
7. Membatasi perlukaan dan membatasi pendarahan. Pembatasan
perdarahan sangat penting, jika terjadi perdarahan yang banyak, darah
hilang ini hendaknya segera diganti (segera melakukan transfusi).
8. Dalam nifas jalan lahir setelah persalinan mudah dimasuki kuman-kuman
karena adanya perlukaan, tetapi jalan lahir terlindungi terhadap kuman-
kuman karena vulva tertutup. Untuk mencegah infeksi janganlah
membuka vulva atau memasukan jari ke dalam vulva misalnya waktu
membersihkan perineum.
2.10 Pemeriksaan penunjang
2.10.1 Ultrasonograf Doppler
Tehnik dopler memungkinkan penilaian kualitatif terhadap kemampuan
katub pada vena profunda,vena penghubung dan vena yang mengalami
pervorasi. Ultrasonografi Doopler dilakukan dengan cara meletakkan
probe Doppler di atas vena yang tersumbat. Bacaan aliran doopler tampak
Page | 15
lebih kecil di banding tungkai sebelahnya atau tidak sama sekali. Metode
ini relative murah, mudah dilakukan, praktis, cepat dan non infasif.
Pemeriksaan ultrasonograf doppler dilakukan untuk menunjukkan
peningkatan lingkar ekstremitas.
2.10.2 Pemeriksaan hematokrit
Untuk mengidentifikasi Hemokonsentrasi, terjadinya peningkatan
hematokrit. Jika terjadi peningkatan hematokrit maka akan berpotensial
terjadinya pembentukan trombus
2.10.3 Pemeriksaan Koagulasi
Untuk menunjukkan hiperkoagulabilitas. Pemeriksaan koagulasi ini
menilai aktifitas faktor pembekuan seperti uji masa protrombin, uji
activated partial thromboplastin time (APTT), thrombin time dan kadar
fibrinogen.
2.10.4 Biakan darah
Pemeriksaan baik aerob maupun anaerob dapat membantu. Organisme
yang penting untuk di antisipasi meliputi Streptokokus aerob dan anaerob.
Staphilokokus aureus ,Eschercia coli dan Bakteriodes. Pemeriksaan ini
dilakukan untuk mengetahui atau mendeteksi kuman didalam darah
2.10.5 Pemindai ultrasuond dupleks
Dengan tehnik ini obstruksi vena dan refleks katub dapat dideteksi dan
dilokalisasi dan dapat dilihat diagram vena-vena penghubung yang tidak
kompeten
2.10.6 Venografi
Bahan kontras disuntikkan kedalam sistem vena untuk memberikan
gambaran pada vena-vena di ekstrimitas bawah dan pelvis. Pemeriksaan
venografi berguna untuk mendiagnosis trombosis vena renalis.
Page | 16
2.11 PATHWAY TROMBLOFLEBITIS
Stasis darah
dalam vena
Merangsang
trombosis
primer
Trombus
meradang
Peradangan
pada vena
Mikroorganisme
meningkat
didalam darah
Peradangan
pada vena
Peradangan
pada vena
Peningkatan
resiko
trombosis
Peningkatan
osmolaritas
darah
Peradangan
pada vena
TROMBOFLEBITIS
Banyak pus
dan trombus
dalam darah
Banyak Vena yang
terhambat trombus
Mengenai vena
ditungkai
Trauma pada
tungkai
Perluasan
infeksi
Itrauterus
Varises Vena
Gangguan
kardiovaskuler
Page | 17
TROMBOFLEBITIS
Terjadi stasis darah
Penyempitan pembuluh darah vena
Ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer
Aliran darah vena
terganggu
edema
Penggumpalan darah pada
ekstremitas
nyeri
Hipertermi
Kurang informasi
mengenai penyakit
Kurang
pengetahuan
Respon
peradangan
Adanya mediator peradangan
bradikinin, prostaglandin dll
Peningkatan
suhu tubuh
Perubahan persepsi
terhadap penyakit
Ansietas
Page | 18
2.12 ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Identitas klien diperlukan guna melengkapi data terkait, sehingga dapat
mempermudah penanganan dan siapa yang bertanggung jawab atas perawatan
klien atau pasien. Identitas klien meliputi:
a. Nama : Nama dikaji hanya untuk mengetahui identitas klien saja,
tidak ada permasalahan yang mungkin ditimbulkan
b. Umur : Tromoflebitis sering terjadi pada klien yang berusia diatas
30 tahun
c. Jenis kelamin : Sering terjadi pada wanita post partum atau masa nifas,
namun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada
wanita hamil
d. Agama : Agama atau keyakinan seseorang tidak mempengaruhi,
dalam terjadinya tromboflebitis
e. Pendidikan : Tingkat pendidikan biasanya berhubungan dengan tingkat
pengetahuan klien, tingkat pengetahuan akan
mempengaruhi terjadinya tromboflebitis dimana klien
yang sudah mengetahui tromboflebitis akan lebih merawat
diri sehingga dapat meminilkan atau mencegah untuk
terjadinya tromboflebitis
f. Pekerjaan : Tromboflebitis terjadi pada klien dengan pekerjaan yang
lebih banyak duduk lama
g. Status perkawinan : Status perkawinan seseorang tidak akan mempengaruhi
terjadinya tromboflebitis
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang paling umum dirasakan klien yaitu nyeri yang pada
daerah pembuluh darah vena, nyeri terjadi pada kaki dan kaki mengalami
edema.
Page | 19
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan terdahulu
Riwayat penyakit terdahulu yang dikaji mengenai penyakit klien terdahulu
apakah sebelumnya pernah melahirkan atau tidak, jika pernah melahirkan
apakah pasca melahirkan mengalami tromboflebitis atau tidak, dikaji pula
apakah klien pernah mengalami penyakit jantung atau tidak yang beresiko
tinggi terjadinya tromboflebitis, pernah mengalami trauma atau tidak,
mepunyai varises vena atau tidak, dan menderita tumor atau tidak.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan sekarang ialah status kesehatan pasien pada saat ini
misalnya ditanyakan kepada klien kapan pertama kali pasien mengeluh
nyeri yang dialami
c. Riwayat kesehatan keluarga
Dikaji apakah keluarga ada yang mengalami penyakit yang memiliki resiko
tinggi terjadinya tromboflebitis misalnya seperti kelainan jantung
d. Riwayat psikososial
Perawat perlu mengkaji adanya kecemasan, persepsi klien,dan hubungan
interaksi klien, terutama untuk pemberian tindakan pengobatan.
4. Pola-pola fungsi kesehatan menurut Gordon
a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Dikaji adanya perubahan pemeliharaan kesehatan akibat penyakit yang
dialaminya saat ini.
b. Pola nutrisi dan metabolik
Pada pasien dengan tromboflebitis umumnya tidak ada gangguan pada pola
nutrisi dan metabolik namun dikarenakan adanya nyeri maka pasien tidak
mau makan ketika nyeri timbul dan jika nyeri sudah menghilang pola makan
klien kembali kepada semula
c. Pola eliminasi
Pola eleminasi tidak mengalami gangguan
d. Pola aktivitas dan latihan
Page | 20
Pasien akan berkurang dalam beraktivitas, karena pasien akan lebih
berfokus pada rasa nyeri yang dialami, pasien juga akan merasa lemah
karena selain nyeri tanda dan gejala yang timbul pada tromboflebitis juga
malaise
e. Pola tidur dan istirahat
Tidur dan istirahat pasien akan terganggu ketika pasien mengalami nyeri
f. Pola kognitif perseptual
Umumnya tidak ada gangguan pada sistem pancaindra.
g. Pola persepsi dan konsep diri
Klien yang diberikan pengobatan penyakit ini akan merasa cemas akibat
kurang informasi mengenai proses pengobatan yang berlanjut. Selain itu,
gangguan intergritas ego dapat mengakibatkan perubahan perilaku dan
status mental klien akibat ketidaksiapan menjalani pengobatan.
h. Pola hubungan dan peran
Akibat adanya hospitalisasi dapat muncul perubahan dalam hubungan dan
peran klien, baik dalam keluarga, lingkungan kerja, dan hubungan
bermasyarakat klien.
i. Pola reproduksi seksual
Pola ini akan terganggu pada pasien, hal ini bisa disebabkan karena nyeri
yang dialami pasien atau kelemahan yang dialami pasien.
j. Pola pertahanan diri dan toleransi stres
Stres akan meningkat pada pasien ketika pasien memiliki koping yang
kurang bagus dan lingkungan yang tidak mendukung kondisi yang dialami
pasien. Kurang pengetahuan mengenai perawatan dapat meningkatkan stres
klien. Adanya keterbatasan aktivitas, pola seksual dan perubahan peran juga
akan mempengaruhi konsep diri klien.
k. Pola keyakinan nilai
Pasien yang nilai agamanya kurang tertanam kuat maka biasanya akan
cenderung menyalahkan Tuhannya karena telah mengalami penyakit yang
dialami dan akan mempengaruhi kegiatan ibadahnya. Selain itu, beberapa
keyakinan yang menjadi pantangan pengobatan perlu dikaji.
Page | 21
5. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : biasanya ibu tampak letih
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital :
TD : 110/70 nnHg
Nadi : biasanya nadi meningkat dikarenakan adanya nyeri yang dialami
klien
Suhu : biasanya klien mengalami demam, suhu antara 36-40
0
derajat C
Pernafasan : biasanya RR meningkat dikarenakan adanya nyeri
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : umumnya tidak ada gangguan pada kepala (normal), mulai
dari rambut, wajah mata, telinga, hidung, mulut dan daerah sekitar
kepala tidak terganggu
b. Leher : umumnya tidak ada gangguan pada leher seperti tidak ada
benjolan, warna kulit sama dengan sekitarnya, tidak ada nyeri tekan
(normal)
c. Dada : umumnya tidak ada gangguan pada pemeriksaan fisik dada,
pada hasil pemeriksaan fisik pergerakan dada simetris kanan-kiri pada
saat inspirasi dan ekspirasi juga seirama, tidak terdengar ronchi, tidak
terdengar bunyi wheezing, suara nafas baik, jantung tidak ada mur-
mur.
d. Payudara : umumnya tidak ada gangguan pada payudara, pada
pemeriksaan fisik payudara terlihat bersih, konsistensi lunak, simetris
kanan-kiri, putting susu menonjol, terdapat hiperpigmentasi pada
areola mamae, tidak ada nyeri, abses, dan pembengkakan, kolostrum
sudah keluar lancar.
e. Abdomen : TFU (tinggi fundus arteri) 2 jari dibawah pusat, terdapat
striae albikans, terdapat linea nigra, konsistensi keras, kontraksi uterus
baik.
Page | 22
f. Genitalia : Tidak terdapat luka pada perineum, tidak ada varises pada
vagina, pengeluaran darah pervaginam normal, tidak ada oedema,
kotor oleh lendir dan bekas darah serta air ketuban.
g. Ekstrimitas atas : umumnya tidak ada gangguan pada ekstremitas ata
(normal)
h. Ekstrimitas bawah : pada ektremitas bawah (kaki) klien tromboflebitis
pada inspeksi terdapat warna kemerahan, edema. Pada palpasi terdapat
nyeri tekan, ektremitas teraba hangat
6. Pemeriksaan penunjang
a. Ultrasonograf Doppler
Tehnik dopler memungkinkan penilaian kualitatif terhadap kemampuan
katub pada vena profunda,vena penghubung dan vena yang mengalami
pervorasi. Ultrasonografi Doopler dilakukan dengan cara meletakkan
probe Doppler di atas vena yang tersumbat. Bacaan aliran doopler
tampak lebih kecil di banding tungkai sebelahnya atau tidak sama sekali.
Metode ini relative murah, mudah dilakukan, praktis, cepat dan non
infasif. Pemeriksaan ultrasonograf doppler dilakukan untuk menunjukkan
peningkatan lingkar ekstremitas.
b. Pemeriksaan hematokrit
Untuk mengidentifikasi Hemokonsentrasi, terjadinya peningkatan
hematokrit. Jika terjadi peningkatan hematokrit maka akan berpotensial
terjadinya pembentukan trombus
c. Pemeriksaan Koagulasi
Untuk menunjukkan hiperkoagulabilitas. Pemeriksaan koagulasi ini
menilai aktifitas faktor pembekuan seperti uji masa protrombin, uji
activated partial thromboplastin time (APTT), thrombin time dan kadar
fibrinogen.
d. Biakan darah
Pemeriksaan baik aerob maupun anaerob dapat membantu. Organisme
yang penting untuk di antisipasi meliputi Streptokokus aerob dan
anaerob. Staphilokokus aureus ,Eschercia coli dan Bakteriodes.
Page | 23
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui atau mendeteksi kuman
didalam darah
e. Pemindai ultrasuond dupleks
Dengan tehnik ini obstruksi vena dan refleks katub dapat dideteksi dan
dilokalisasi dan dapat dilihat diagram vena-vena penghubung yang tidak
kompeten
f. Venografi
Bahan kontras disuntikkan kedalam sistem vena untuk memberikan
gambaran pada vena-vena di ekstrimitas bawah dan pelvis. Pemeriksaan
venografi berguna untuk mendiagnosis trombosis vena renalis.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan
aliran darah vena (stasis vena)
2. Nyeri berhubungan dnegan proses inflamasi
3. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan persepsi terhadap penyakit
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
Page | 24
C. Intervensi Keperawatan
Dx keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
periver berhubungan
dnegan gangguan
aliran darah vena
(stasis vena)
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan
selama 3x24 jam diharapkan
klien menunjukkan
perbaikan perfusi jaringan
Kriteria hasil:
1. Menunjukkan
perbaikan perfusi
jaringan yang
dibuktikan oleh adanya
nadi perifer, warna
kulit dan suhu normal,
tidak edema
2. Menunjukkan
peningkatan toleransi
aktivitas
1. Lihat ekstremitas untuk warna
kulit, adanya edema. Catat
kesimetrisan betis, ukur dan catat
lingkar betis
2. Kaji ekstremitas untuk
penonjolan vena yang jelas.
Palpasi perlahan untuk tegangan
jaringan lokal, regangan kulit,
ikatan atau penonjolan vena
3. Tingkatkan tirah baring selama
fase akut
4. Anjurkan klien untuk
1. Mengetahui adanya
gangguan atau kelianan pada
ektremitas
2. Distensi vena dapat terjadi
karena aliran balik melalui
vena percabangan
3. Pembatasan aktivitas
menurunkan kebutuhan
oksigen dan nutrisi pada
ekstremitas yang sakit dan
meminimalkan kemungkinan
penyebaran trombus atau
pembentukan emboli
4. Menurunkan pembengkakan
Page | 25
meninggikan kaki bila ditempat
tidur atau duduk sesuai indikasi.
Secara periodik tinggikan kaki
dan telak kaki lebih tinggi dari
pada jantung
5. Anjurkan klien untuk melakukan
latihan aktif atau pasif sementara
ditempat tidur misal seperti fleksi
ekstensi
6. Peringatkan klien untuk
menghindari menyilang kaki atau
hiperfleksi lutut (posisi duduk
dengan kaki menggantung atau
berbaring dengan posisi
menyilang)
jaringan dan pengosongan
cepat vena superfisial dan
tibial, mencegah distensi
berlebiha yang dapat
meningkatkan aliran balik
vena
5. Tindakan ini dilakukan untuk
meningkatkan aliran balik
vena dari ekstremitas yang
lebih rendah dan menurunkan
stasis vena, juga
memperbaiki tonus otot
umum atau regangan
6. Pembatasan fisik terhadap
sirkulasi mengganggu aliran
darah dan meningkatkan
stasis vena dan pelvis,
popliteal, dan pembuluh kaki,
jadi meningkatkan
Page | 26
7. Anjurkan klien untuk
menghindari pijatan atau
mengurut ekstremitas yang sakit
8. Anjurkan untuk melakukan
kompres hangat pada ekstremitas
yang sakit bila dianjurkan
9. Kolaborasi dengan tim medis
untuk pemberian antikoagulan
contohnya heparin
pembengkakan dan
ketidaknyamanan
7. Aktivitas ini berpotensial
memecahkan atau
menyebarkan trombus,
meningkatkan embolisasi dan
meningkatkan resiko
komplikasi
8. Dapat diberikan untuk
meningkatkan vasodilatasi
dan aliran balik vena dan
perbaikan edema lokal
9. Membantu mengatasi maslah
dengan medikasi
Nyeri akut
berhubungan dengan
proses inflamasi
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan
selama 3x24 jam diharapkan
nyeri yang dialami klien
1. Kaji tingkat nyeri yang dialami
klien
1. Derajat nyeri secara langsung
dapat berhubungan dengan
luasnya kekurangan sirkulasi,
proses inflamasi, derajat
Page | 27
berkurang
Kriteria hasil:
1. Klien mengatakan
sudah tidan nyeri
2. Klien menunjukkan
tindakan rileks mampu
istirahat dan dapat
beraktivitas seperti
yang diinginkan
2. Atur posisi yang nyaman bagi
klien
3. Pertahankan tirah baring selama
fase akut
4. Anjurkan kompres hangat pada
daerah yang nyeri
5. Berikan health education tentang
penyebab nyeri yang dialami
pasien
hipoksia, dan edema luas
sehubungan dengan
terbentuknya trombus
2. Posisi yang nyaman akan
membantu memberikan
kesempatan pada otot untuk
relaksasi seoptimal mungkin
3. Menurunkan
ketidaknyamanan
sehubungan dengan kontraksi
otot dan gerakan
4. Mengurangi nyeri yang
dilami klien
5. Pemahaman pasien tentang
penyebab nyeri yang terjadi
akan mengurangi ketegangan
pasien dan memudahkan
pasien untuk diajak
bekerjasama dalam
Page | 28
6. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgesik.
melakukan tindakan.
6. Obat-obat analgesik dapat
membantu mengurangi nyeri
pasien
Hipertermi
berhubungan dengan
proses inflamasi
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan
selama 3x24 jam diharapkan
suhu tubuh klien normal
Kriteria hasil:
Suhu tubuh klien normal
37
0
C
1. Pantau suhu tubuh klien (derajat
dan pola) perhatikah menggigil
atau diaforesis
2. Ukur TTV secara rutin
3. Pantau suhu lingkungan,
batasi/tambahkan linen tempat
tidur sesuai indikasi
4. Berikan kompres hangat
5. Kolaborasi dengan tim medis
untuk pemberian obat penurun
1. Peningkatan suhu
menunjukkan proses penyakit
infeksius akut.
2. Mengetahui adanya
perubahan suhu
3. Suhu ruangan atau jumlah
selimut harus diubah untuk
mempertahankan suhu
mendekati normal
4. Kompres hangat dapat
membantu mengurangi
demam
5. Membantu mengatasi maslah
dengan medikasi
Page | 29
demam
Ansietas berhubungan
dengan perubahan
persepsi terhadap
penyakit
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 1x24 jam,
ansietas pasien berkurang.
Kriteria hasil:
1. Tingkat kecemasan
pasien pada rentang 1-5
dengan komposisi skala
1-10.
2. Pasien mampu
mengungkapkan secara
verbal ansietasnya
berkurang.
1. Kaji tingkat kecemasan
2. Kaji faktor pencetus kecemasan
3. Temani pasien untuk memberikan
keamanan dan mengurangi takut
4. Berikan informasi aktual
mengenai diagnosis, tindakan
prognosis penyakit
5. Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan kecemasan
6. Libatkan keluarga untuk
mendampingi klien
7. Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
1. Untuk mengetahui tingkat
kecemasan pasien
2. Mengetahui faktor pencetus
kecemasan pasien
3. Untuk mengurangi
kecemasan pasien
4. Memberi wawasan kepada
pasien sehingga bisa
mengurnagi kecemasannya.
5. Agar pasien mampu
mengenal situasi yang bisa
menimbulkan kecemasan.
6. Peran keluarga mendukung
dalam penatalaksanaan
mengurangi kecemasan
pasien.
7. Membiasakan pasien untuk
terbuka dan
Page | 30
ketakutan, persepsi
8. Instruksikan pada pasien untuk
menggunakan tehnik relaksasi
mengungkapakan secara
verbal ketika cemas.
8. Untuk mengurangi
kecemasan pasien.
Kurang pengetahuan
berhubungan dengan
kurangnya informasi
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan
selama 3x24 jam diharapkan
klien dapat mengetahui
mengenai penyakit yang
diderita
Kriteria hasil:
1. Menyatakan
pemahaman
mengenai proses
penyakit yang
dialami
2. Dapat mengidentifikasi
tanda dan gejala yang
memerlukan perawatan
1. Kaji ulang patofisiologi kondisi
dan tanda/gejala kemungkinan
komplikasi
2. Jelaskan tujuan pembatasan
aktivitas dan kebutuhan
keseimbangan aktivitas/tidur
3. Adakan latihan/program latihan
1. Memberikan dasar
pengetahuan dimana pasien
dapat membuat pilihan
berdasarkan informasi dan
memahami/ mengidentifikasi
kebutuhan perawatan
kesehatan.
2. Istirahat menurunkan
kebutuhan oksigen dan
nutrisi jaringan yang rusak.
Keseimbangan istirahat
mencegah kelelahan dan
gangguan lanjut perfusi
seluler.
3. Membantu dalam
Page | 31
yang tepat
Selesaikan masalah faktor
pencetus yang mungkin ada,
mengembangkan sirkulasi
kolateral, meningkatkan
aliran balik vena, dan
mencegah kambuh.
Melibatkan pasien secara
aktif dalam identifikasi dan
melakukan perubahan pola
hidup/perilaku untuk
meningkatkan kesehatan dan
mencegah kambuhnya
kondisi/terjadinya
komplikasi.
Sumber: Doenges, 2000
Page | 32
D. Implementasi dan eveluasi
Dx keperawatan Implementasi Evaluasi
Ketidakefektifan
perfusi jaringan
periver berhubungan
dnegan gangguan
aliran darah vena
(stasis vena)
1. Telah melihat
ekstremitas untuk warna
kulit, adanya edema.
Catat kesimetrisan betis,
ukur dan catat lingkar
betis
2. Telah mengkaji
ekstremitas untuk
penonjolan vena yang
jelas. Palpasi perlahan
untuk tegangan jaringan
lokal, regangan kulit,
ikatan atau penonjolan
vena
3. Telah menganjurkan
klien untuk
meningkatkan tirah
baring selama fase akut
4. Telah menganjurkan
klien untuk meninggikan
kaki bila ditempat tidur
atau duduk sesuai
indikasi. Secara periodik
tinggikan kaki dan telak
kaki lebih tinggi dari
pada jantung
5. Telah menganjurkan
S: klien mengatakan
bahwa bengkak
pada kakinya sudah
sembuh
O: kaki klien sudah
tidak bengkak lagi
dan klien dapat
beraktivitas lagi
A: masalah teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
Page | 33
klien untuk melakukan
latihan aktif atau pasif
sementara ditempat tidur
misal seperti fleksi
ekstensi
6. Telah memperingatkan
klien untuk menghindari
menyilang kaki atau
hiperfleksi lutut (posisi
duduk dengan kaki
menggantung atau
berbaring dengan posisi
menyilang)
7. Telah menganjurkan
klien untuk menghindari
pijatan atau mengurut
ekstremitas yang sakit
8. Telah menganjurkan
untuk melakukan
kompres hangat pada
ekstremitas yang sakit
bila dianjurkan
9. Telah melakukan
Kolaborasi dengan tim
medis untuk pemberian
antikoagulan contohnya
hepari
Nyeri berhubungan
dengan proses
inflamasi
1. Telah mengkaji tingkat
nyeri yang dialmi klien
2. Telah mengatur posisi
yang nyaman bagi klien
S: klien mengatakan
bahwa nyeri pada
kakinya sudah
sembuh
Page | 34
3. Telah menganjurkan
klien untuk
mempertahankan tirah
baring selama fase akut
4. Telah menganjurkan
kompres hangat pada
daerah yang nyeri
5. Telah memberikan
health education tentang
penyebab nyeri yang
dialami pasien
6. Telah melakukan
kolaborasi dengan
dokter untuk pemberian
analgesik.
O: klien terlihat tampak
rileks dan tidak
meringis menahan
nyeri
A: masalah teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
Hipertermi
berhubungan dengan
proses inflamasi
1. Telah memaantau suhu
tubuh klien (derajat dan
pola) perhatikah
menggigil atau
diaforesis
2. Telah mengukur TTV
secara rutin
3. Telah memaantau suhu
lingkungan,
batasi/tambahkan linen
tempat tidur sesuai
indikasi
4. Telah memberikan
kompres hangat
5. Telah melakukan
kolaborasi dengan tim
S: klien mengatakan
bahwa sudah tidak
demam lagi
O: suhu tubuh klien
norma 37
0
C
A: masalah teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
Page | 35
medis untuk pemberian
obat penurun demam
Ansietas berhubungan
dengan perubahan
persepsi terhadap
penyakit
1. Telah mengkaji tingkat
kecemasan
2. Telah mengkaji faktor
pencetus kecemasan
3. Telah menemani pasien
untuk memberikan
keamanan dan
mengurangi takut
4. Telah menberikan
informasi aktual
mengenai diagnosis,
tindakan prognosis
penyakit
5. Telah membantu pasien
mengenal situasi yang
menimbulkan
kecemasan
6. Telah melibatkan
keluarga untuk
mendampingi klien
7. Telah meminta pasien
untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
8. Telah menginstruksikan
pada pasien untuk
menggunakan tehnik
relaksasi
S: klien mengatakan
bahwa sudah tidak
cemas lagi
O: pasien tampak rileks
dan tidak terlihat
cemas
A: masalah teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
Page | 36
Kurang pengetahuan
berhubungan dengan
kurangnya informasi
1. Telah mengkaji ulang
patofisiologi kondisi dan
tanda/gejala
kemungkinan
komplikasi
2. Telah menjelaskan
tujuan pembatasan
aktivitas dan kebutuhan
keseimbangan
aktivitas/tidur
3. Telah mengadakan
latihan/program latihan
yang tepat
Telah menyelesaikan
masalah faktor pencetus
yang mungkin ada,
S: klien mengatakan
bahwa sudah
mengerti mengenai
penyakit yang
diderita
O: klien tampak tidak
cemas lagi
A: masalah teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
Page | 37
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tromboflebitis adalah peradangan pada pembuluh darah vena yang
disertai dengan pembentukan bekuan darah (thrombus) yang dapat terjadi pada
wanita hamil namun lebih sering terjadi pada masa nifas. Tromboflebitis
diklasifikasikan menjadi 2 yaitu tromboflebitis femoralis dan pelvio
tromboflebitis. Tromboflebitis disebabkan oleh Perluasan infeksi endometrium,
mempunyai varises pada vena, obesitas, Pernah mengalami tramboflebitis, berusia
30 tahun lebih dan pada saat persalinan berada pada posisi stir up untuk waktu
yang lama, trauma, adanya malignitas (karsinoma) yang terjadi pada salah satu
segmen vena, dan memiliki insidens tinggi untuk mengalami tromboflebitis dalam
keluarga.
Tanda dan gejala yang dapat muncul yaitu biasanya Penderita-penderita
umumnya mengeluh spontan terjadinya nyeri di daerah vena (nyeri yang
terlokalisasi), yang nyeri tekan, kulit di sekitarnya kemerahan, edema atau
pembengkakan agak luas, nyeri bila terjadi atau menggerakkan lengan, juga pada
gerakan-gerakan otot tertentu. Pada perabaan, selain nyeri tekan, diraba pula
pengerasan dari jalur vena tersebut, pada tempat-tempat dimana terdapat katup
vena, kadang-kadang diraba fluktuasi, sebagai tanda adanya hambatan aliran vena
dan menggembungnya vena di daerah katup. Fluktuasi ini dapat pula terjadi
karena pembentukan abses. Febris dapat terjadi pada penderita-penderita ini,
tetapi biasanya pada orang dewasa hanya dirasakan sebagai malaise.
Page | 38
3.2 Saran
3.2.1 Untuk pembaca
agar memahami apa yang dimaksud tromboflebitis dan dapat melakukan
sehingga pembaca dapat menerapkan prinsip preventif sebelum kuratif.
3.2.2 Tenaga kesehatan
agar lebih memperhatikan pasien post partum sehingga terhindar dari
komplikasi post partum seperti tromboflebitis
3.2.3 Mahasiswa keperawatan
Mengetahui dan mempelajari konsep tromboflebitis sehingga dapat
menjelaskan dan mengerti mengenai konsep dasar mengenai
tromboflebitis
Page | 39
DAFTAR PUSTAKA
Afrian, mesra. 2011. Askep tromboflebitis. http://mesraafrian./2011/09/askep-
tromboflebitis.html {1 Juli 2014}
Fatmawati, Ayu. 2013. Makalah Flebitis.
http://ayufatmawatianterior./2013/05/makalah-tromboflebitis.html {1 Juli
2014}
Prawirrohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan bina pustaka.
FKUI.
Pillitteri, Adele. 2007. Perawatan Kesehatan Ibu Dan Anak. Jakarta: EGC
Saifuddin, Abdul Bari dkk. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddart. Jakarta: EGC.
Wikhajosastro, Hanifa .2005. IlmuKebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo.
------. 1990. Buku Pegangan Guru Pendidikan Diploma III Keperawatan. DepKes
RI