Anda di halaman 1dari 12

MODUL FI SI KA EKSPERI MENTAL

BAGIAN OPTIK















LABORATORIUM OPTIK DAN APLIKASI LASER
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2009
1
O.1. PIRANTI CINCIN NEWTON
I. Pendahuluan
Gejala interferensi bergantung pada superposisi dua atau lebih gelombang-
gelombang individual. Efek penguatan atau pelemahan gelombang cahaya karena
superposisi gelombang-gelombang cahaya tersebut disebut interferensi. Efek
penguatan gelombang cahaya karena superposisi disebut interferensi konstruktif.
Sedangkan efek pelemahan gelombang cahaya karena superposisi disebut
interferensi destruktif. Pola berganti-ganti yang tampil dalam ruang bagi
interferensi konstruktif dan destruktif disebut rumbai (fringes). Rumbai yang
terbentuk pada peristiwa interferensi dapat terjadi melalui dua cara yaitu
pembagian amplitudo dan pembagian muka gelombang. Salah satu contoh
peristiwa interferensi dengan pembagian muka gelombang adalah interferensi
celah ganda Young. Sedangkan salah satu contoh peristiwa interferensi dengan
pembagian amplitudo adalah interferensi yang terjadi pada lapisan udara yang
terdapat pada susunan lensa dan gelas. Gejala interferensi pada lapisan udara yang
terdapat pada susunan lensa dan gelas dimanfaatkan sebagai prinsip dasar
bekerjanya piranti Cincin Newton. Piranti Cincin Newton dalam penggunaannya
dipakai untuk pengukuran panjang gelombang suatu sumber cahaya
monokhromatis.
II. Eksperimen Pengukuran Panjang Gelombang Sumber Cahaya
Menggunakan Piranti Cincin Newton

II.1. Tujuan Percobaan
a. Memperagakan interferensi cahaya yang diperoleh dengan cara pembagian
amplitudo
b. Menentukan panjang gelombang sumber cahaya

II.2. Peralatan yang Diperlukan
a. Sumber cahaya monokhromatis (Na, He, Ne dan Cd)
b. Lensa cembung datar dan plat gelas
c. Mikroskop geser
d. Spherometer
Laboratorium Optik dan Aplikasi Laser
Departemen Fisika FST Unair

2
II.3. Teori
Ditinjau peristiwa interferensi yang terjadi pada lapisan udara yang terdapat
pada susunan lensa dan gelas seperti Gambar-1.

G
L


Gambar-1. Susunan lensa cembung datar dan pelat gelas
Tempat kedudukan titik yang mempunyai tebal lapisan udara yang sama dari
pusat persinggungan antara lensa dan gelas berupa lingkaran-lingkaran yang
sepusat. J ika seberkas sinar jatuh tegak lurus pada permukaan datar lensa L,
sebagian dipantulkan dan sebagian lagi diteruskan mengenai permukaan lengkung
lensa L. Sinar yang diteruskan tersebut sebagian dipantulkan dan sebagian lagi
dibiaskan menembus lapisan tipis udara dan jatuh pada permukaan gelas G.
Berkas ini akan dipantulkan kembali menembus lensa dengan suatu perbedaan
fase. Bagian sinar yang dipantulkan oleh permukaan lengkung lensa beserta sinar
yang dipantulkan oleh gelas G setelah melalui lapisan tipis udara akan
berinterferensi. Pola interferensinya berbentuk lingkaran-lingkaran gelap dan
terang, pola tersebut dikenal dengan interferensi cincin Newton. J ari-jari lingkaran
cinsin Newton dapat diukur dengan mikroskop geser yang ada di piranti cincin
Newton. J ika yang diukur adalah jari-jari lingkaran gelap, maka panjang
gelombang suatu sumber cahaya dapat dihitung berdasarkan persamaan berikut.

mR
r
2
m
= (1)
dengan ketentuan r
m
adalah jari-jari lingkaran gelap pola interferensi cincin
Newton orde ke m (m =1,2,3,.), sedangkan R adalah jari-jari lensa L. Oleh
karena r
m
yang teramati bukan yang sebenarnya, maka perlu dikoreksi dengan
memperhitungkan indeks bias lensa.

II.4. Prosedur Percobaan
1. Tempatkan lampu Na sehingga cahaya yang datang horizontal
Laboratorium Optik dan Aplikasi Laser
Departemen Fisika FST Unair

3
2. Pasanglah lensa cembung-datar di atas plat gelas pada tempatnya
3. Aturlah pembelah berkas sehingga yang cahay datang terpantul tegak lurus
mengenai lensa (langkah 1, 2 dan 3 seperti gambar 2)
4. Aturlah mikroskop, mula-mula turunkan dekat dengan lensa cembung-datar,
kemudian naikkan pelan-pelan sampai terlihat pola-pola interferensi dengan
jelas
5. Ukurlah r
m
dari lingkaran-lingkaran gelap dengan orde m =1, 2, 3, . 20
Kemudian catatlah nilai r
m
untuk m-1 dan 11; 2 dan 12; 3 dan 13 dan
seterusnya. Dalam pengukuran tersebut sebaiknya dimulai dari orde 20, 19, 18
dan seterusnya sehingga mikrometer bergerak satu arah
6. Ukurlah jari-jari kelengkungan lensa (R) dengan menggunakan spherometer
7. Tentukan panjang gelombang sumber cahaya Natrium dengan menggunakan
persamaan (1)
8. Ulangi langkah 1 sampai 7 untuk sumber cahaya yang lain (He, Cd dan Ne)

Teleskop












L
G
mikrometer
Pembelah
Sumber
Berkas cahaya
cahaya
Susunan
Lensa gelas

Gambar 2. Perangkat percobaan cincin Newton
III. Pustaka
J enkins and White, 1984, Fundamental of Optics , J ohn Wiley and Sons,
New York.
Laboratorium Optik dan Aplikasi Laser
Departemen Fisika FST Unair

4
O.2. ZAT OPTIS AKTIF
I. Pendahuluan
Bila cahaya terpolarisasi linier dijatuhkan pada bahan optis-aktif, maka
cahaya yang keluar bahan akan tetap terpolarisasi linier dengan arah getar terputar
terhadap arah getar semula. Beberapa bahan tertentu menghasilkan perputaran
bidang getar (arah getar komponen medan listrik gelombang elektromagnetik)
searah jarum jam dan disebut sebagai dextrorotary. Dilain pihak ada bahan-bahan
yang menghasilkan perputaran komponen medan listrik berlawanan arah jarum
jam. Perputaran berlawanan arah jarum jam ini disebut levorotary.
Bahan optis-aktif dapat berupa bahan padat atau cair. Contoh bahan optis-
aktif padat adalah kwarsa dan gula, sedangkan contoh bahan optis-aktif cair
adalah terpentin dan larutan gula.

II. Eksperimen Pengukuran Kadar Larutan Gula
II.1. Tujuan Percobaan
a. Memahami peristiwa polarisasi cahaya
b. Menentukan kadar larutan gula tebu dengan polarimeter
II.2. Alat-alat yang Diperlukan
a. Polarimeter
b. Tabung tempat larutan gula
c. Termometer

II.3. Teori
Pada tahun 1811, Biot menemukan adanya perputaran bidang polarisasi
cahaya oleh cairan terpentin. Terpentin memiliki sifat seperti kristal kwarsa, yaitu
menghasilkan perputaran bidang polarisasi. Besarnya perputaran bidang polarisasi
oleh cairan itu sebanding dengan panjang cairan yang dilewati cahaya.Perputaran
bidang getaran ini disebabkan oleh susunan molekul zat dalam cairan itu. Zat yang
memiliki sifat demikian itu adalah zat molekul organik kompleks. Selanjutnya zat
yang memutar bidang polarisasi ini disebut sebagai zat optis-aktif. Daya putar
jenis zat optis-aktif didefinisikan sebagai : rotasi yang dihasilkan oleh kolom
Laboratorium Optik dan Aplikasi Laser
Departemen Fisika FST Unair

5
Laboratorium Optik dan Aplikasi Laser
Departemen Fisika FST Unair

larutan zat optis-aktif sepanjang 10 cm dan mengandung 1 gram zat optis-aktif per
cm
3
. Definisi tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut.
Lc
T
u
o
10
= (1)
dengan u, L dan c masing-masing adalah sudut putar, panjang kolom larutan (cm)
dan konsentrasi larutan.
Untuk gula tebu pada t = 20 C dan untuk cahaya kuning (Natrium)
memiliki nilai o
20
=66,54 derajat, sedangkan untuk suhu t sembarang, sudut putar
jenis dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut.
( ) { 20 000184 0 1
20
} = T ,
T
o o . (2)













II.4. Prosedur Percobaan
a. Bersihkan tabung tempat larutan gula dengan aquades
b. Setelah polarimeter dihidupkan, sambil menunggu lampu menyala terang
isilah tabung dengan aquades. Usahakan jangan sampai ada gelembung udara
di dalamnya
c. Periksalah bahwa lampu penunjuk nol pada saat polarimeter menyala. Bila
tidak menyala tekan tombol geser (shift key) sampai penunjuk nol menyala
Tempat sampel
Lampu
Tombol rotasi
Teropong
display
Gambar 1. Polarimeter
6
d. Lihatlah melalui teropong, jika pada saat itu medan penglihatan tampak gelap-
terang, putarlah tobol rotasi (Gambar 1) sehingga menjadi sama terang.
e. Gantilah aquades dengan larutan gula yang hendak ditentukan konsentrasinya,
kemudian lihatlah melalui okuler teropong. Pada saat itu tampak sebelah kiri
dan kanan tidak sama terang. Bila sebelah kanan lebih terang dari pada
sebelah kiri tekanlah tombol rotasi kanan sampai diperoleh kedua bagian sama
gelap. Catatlah besarnya sudut putar dan suhu larutan pada saat itu
f. Gantilah larutan gula pada tabung tempat larutan dengan larutan gula dengan
konsentarsi yang lain. Ulangi langkah tersebut sampai lima kali
g. Tentukan konsentrasi-konsentrasi larutan gula yang anda gunakan dalam
eksperimen ini menggunakan persamaan (1)

III. Pustaka
J enkins and White , 1984, Fundamental of Optics , J ohn Wiley and Sons,
New York.
Laboratorium Optik dan Aplikasi Laser
Departemen Fisika FST Unair

7
O.3. DIFRAKSI LASER
I. Pendahuluan
Salah satu piranti optis yang dapat digunakan sebagai sumber cahaya
adalah laser. Penggunaan laser sebagai sumber cahaya memiliki keunggulan
karena berkas cahaya yang dihasilkan bersifat monokhromatis, sangat sejajar dan
berintensitas tinggi. J enis suatu laser dapat diklasifikasikan berdasarkan keadaan
materi yang dipresentasikan oleh medium laser (dapat berupa: gas, padat dan
cair). Salah satu contoh laser yang diklasifikasikan sebagai laser gas adalah laser
He-Ne (Beesley, 1972). Contoh laser yang tergolong laser zat cair adalah Dye
laser, sedangkan yang tergolong laser zat padat adalah laser dioda semikonduktor.
Salah satu jenis laser Diode Semikonduktor yang ada adalah laser Diode GaAlAs.
Berkas cahaya laser yang sangat sejajar bila dilewatkan suatu bukaan yang
sangat kecil (misal lubang lingkaran kecil atau celah sempit) secara tegak lurus
akan mengalami peristiwa difraksi. Peristiwa difraksi dapat diklasifikasikan
menurut jauh dekatnya medan pandangan terhadap sumber cahaya atau menurut
jenis sumber cahaya yang mengalami difraksi. Berdasarkan jauh dekatnya medan
pandangan terhadap sumber cahaya, difraksi dibedakan atas Difraksi Fresnel dan
Difraksi Franhoufer.
Contoh difraksi yang diklasifikasikan menurut sumber cahaya adalah
difraksi microwave, Difraksi sinar-X dan Difraksi laser. Di dalam laboratorium,
peristiwa difraksi dimanfaatkan sebagai dasar metode suatu pengukuran. Sebagai
contoh ; peristiwa difraksi sinar-X dimanfaatkan untuk pengukuran parameter
struktur kristal. Contoh lain di bidang Fisika Optik, Difraksi laser digunakan
untuk menentukan diameter obyek kawat yang berukuran sangat kecil atau dapat
pula dimanfaatkan sebagai meter panjang gelombang (wavelength meter) bagi
sumber-sumber cahaya laser pada daerah tak tampak.

II. Eksperimen Difraksi Laser Untuk Mengukur Diamater Kawat
II.1. Tujuan Percobaan
a. Menunjukkan peristiwa difraksi laser untuk pengukuran lebar celah berukuran
kecil
Laboratorium Optik dan Aplikasi Laser
Departemen Fisika FST Unair

8
b. Mengukur lebar celah berukuran kecil memakai metode difraksi laser

II.2. Alat-alat / Bahan yang Diperlukan
a. Laser He-Ne
b. Detektor optis foto sel (BPY 47)
c. Bangku optik
d. Multi clamp
e. Kabel-kabel penghubung
f. Celah
g. Mikrovoltmeter

II.3. Teori
Peristiwa difraksi cahaya oleh celah tunggal yang lebarnya d secara
geometris digambarkan pada gambar (1a). Bentuk distribusi intensitas difraksi
pada layar sejauh l, dan celah ditunjukkan pada gambar (1b).








Gambar 1.(a) Gambar difraksi pada celah tunggal
(b) Bentuk distribusi intensitas pola difraksi

Perbandingan kuat penerangan di titik P yaitu E terhadap kuat penerangan di titik
O yaitu E
0
memenuhi hubungan sebagai berikut.
2
2
0
|
.
|

\
|
|
.
|

\
|
=
o t

sin
d
sin
d
sin
E
E
.(1)
P
x
I
d
O
L
x
(b)
(a)
Laboratorium Optik dan Aplikasi Laser
Departemen Fisika FST Unair

9
Kuat penerangan minimum diberikan oleh titik nol fungsi distribusi persamaan
(1). Titik nol fungsi distribusi tersebut adalah memenuhi persamaan berikut.
0 =
)
`

o t

sin
d
sin .(2)
atau,
d
n sin
n

o = (n =1, 2, 3, ) (3)
Kuat penerangan maksimum orde ke-n memenuhi hubungan sebagai berikut.
d
n sin
n

o
)
`

+ =
2
1
(4)
Berdasarkan persamaan (4), maka perbandingan kuat penerangan maksimum orde
ke-n yaitu E
n
terhadap kuat penerangan maksimum pusat (E
0
) nilainya adalah :
2
2 2
2
0
2
1
1
2
1
2
1
t t
t
|
.
|

\
|
+
=
(

|
.
|

\
|
+
|
.
|

\
|
+
=
n n
n sin
E
E
n
.(5)
atau,
2
2
2
1
t
|
.
|

\
|
+ = n
E
E
n
..(6)
Bila dalam pengukuran pola difraksi digunakan Fotosel maka variabel E
0
dan E
n

masing-masing dapat diganti dengan tegangan maksimum pusat (V
0
) dan
tegangan maksimum orde ke-n yaitu V
n
. Dengan demikian berlaku :
2
2
0 0
2
1
1 t
|
.
|

\
|
+ = =
n n
E
E
V
V
..(7)
Kembali ke persamaan (2) tentang posisi titik-titik yang berintensitas minimum.
Posisi titik-titik berintensitas minimum orde pertama (n=1) memenuhi
d
sin

o =
1
.
Untuk orde kedua (n=2) memenuhi
d
sin

o
2
2
= . Karena
l
s
sin
1
1
= o dan
l
s
sin
2
2
= o , maka berlaku persamaan
d
L
s
1

= dan
d
L 2
s
2

= . J arak antar
minimum berurutan (As) adalah sebagai berikut.
d
L
S S S

= = A
1 2
..(8)
Laboratorium Optik dan Aplikasi Laser
Departemen Fisika FST Unair

10
atau,
S
L
d
A

= .(9)
Karena dalam eksperimen AS dan L dapat diukur, dan apabila panjang gelombang
laser yang digunakan diketahui, maka ukuran celah d dapat ditentukan. Menurut
prinsip Babinet juga akan menghasilkan difraksi mirip persamaan (9). Dengan
demikian persamaan (9) inilah yang akan digunakan untuk mengukur diameter
kawat berorde panjang gelombang.

II.4. Cara Kerja
a. Rakitlah fotosel, resistor 10 kO dan mikrovoltmeter seperti gambar-2 dengan
menggunakan kabel penghubung

diafragma
celah
fotosel







Gambar-2. Rakitan perekaman distribusi intensitas pola difraksi
b. Letakkan Fotosel pada pemegang (holder) yang dapat bergerak bebas pada rel
panggerak detektor optis. (seperti gambar 2)
c. Letakkan celah di depan laser He-Ne dan hidupkan laser tersebut sehingga
dihasilkan pola difraksi (seperti gambar 2)
d. Aturlah posisi Fotosel pada bangku optik sedemikian sehingga dapat
menangkap pola difraksi yang terjadi
e. Aturlah posisi fotosel sedemikian sehingga berada di ujung pola difraksi (garis
gelap terang)
laser
Mikrovoltmeter
rel
Laboratorium Optik dan Aplikasi Laser
Departemen Fisika FST Unair


Laboratorium Optik dan Aplikasi Laser
Departemen Fisika FST Unair

11
f. Geserlah posisi fotosel sampai ke ujung yang lain sambil mencatat tegangan
keluaran fotosel yang terbaca pada mikrovoltmeter untuk setiap jarak
pergeseran 1 mm, masukkan hasilnya dalam tabel berikut.
No Pergeseran (mm) Tegangan Keluaran (V)
1 0
2 1
3 2
4 3
.
. .

g. Ukurlah jarak antara detektor dengan celah.
h. Ukurlah lebar celah yang digunakan dalam eksperimen ini menggunakan
mikroskop.
i. Tentukan lebar celah (d) yang digunakan di dalam eksperimen ini dengan
menggunakan persamaan (9)
j. Bandingkan hasil yang diperoleh dari langkah (h) dan (i).

III. Pustaka
Foster, U., and Wilder, H., 1986, Photometry, Wave Optic with Laser
Light, Leybold Didactic GMBH, Hurth.

Anda mungkin juga menyukai