Disusun Oleh: Briyan Ahmad Suparja 12/331824/PT/6285 II Asisten : Feby Nilasari
LABORATORIUM FISIOLOGI DAN REPRODUKSI TERNAK BAGIAN PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2013
ACARA I ANATOMI ORGAN REPRODUKI TERNAK JANTAN
Tinjauan Pustaka Secara anatomi, bagian-bagian alat kelamin jantan dapat dibedakan menjadi testis, epididimis, ductus deferens, urethra, penis, dan kelenjar-kelenjar asesori. Testis Menurut Feradis (2010), spermatozoa atau gamet jantan dihasilkan oleh sepasang testis di mana pada hampir sebagian besar golongan hewan domestik tergantung di luar tubuh. Testes terletak pada daerah prepubis, terbungkus dalam kantong scrotum dan digantung oleh funiculus spermaticus yang mengandung unsur-unsur yang terbawa oleh testes dalam perpindahannya dari cavum abdominalis melalui canalis inguinalis ke dalam scrotum. Menurut Frandson (1992), scrotum adalah kulit berkantong yang ukuran, bentuk dan lokasinya menyesuaikan dengan testis yang dikandungnya. Selapis jaringan fibroelastis bercampur dengan serabut otot polos disebut tunica dartos, terdapat di sebelah dalam kulit. Epididimis Menurut Frandson (1992), epididimis merupakan pipa panjang dan berkelok-kelok yang menghubungkan vasa eferensia pada testis dengan ductus deferens. Kepala epididimis melekat pada bagian ujung dari testis di mana pembuluh-pembuluh darah dan saraf masuk. Menurut Ulum (2013), epididimis merupakan saluran tunggal memanjang berliku pada sisi medial testis. Ujung dari ductus epididimis adalah prosesus uretralis yang terletak pada ujung glans penis. Ductus deferens Menurut Feradis (2010), vas deferens atau ductus deferens mengangkut spermatozoa dari ekor epididimis ke urethra. Dindingnya mengandung otot-otot licin yang penting dalam mekanisme pengangkutan semen waktu ejakulasi. Kedua ductus deferens, yang terletak sebelah menyebelah di atas vesica urinaria, lambat laun menebal dan membesar membentuk ampula ductus deferens. Kelenjar Vesicularis Menurut Frandson (1992), kelenjar vesicularis adalah sepasang kelenjar yang biasanya bermuara dengan ductus deferens melalui bermacam-macam ductus ejakulatori ke dalam urethra pelvik kemudian ke kaudal leher kandung kencing. Kelenjar Prostata Menurut Feradis (2010), kelenjar prostata sapi mengelilingi urethra dan terdiri dari dua bagian , yaitu badan protasta (corpus prostatae) dan prostata disseminata atau prostata yang cryptik (pars disseminata prostatae). Sekresi dua bagian ini berjalan melaui saluran kecil dan banyak yang bermuara ke dalam urethra pada beberapa deretan. Kelenjar Bulbourethralis Menurut Feradis (2010), kelenjar cowper (glandulae bulbourethralis) terdapat sepasang, berbentuk bundar, kompak, berselubung tebal. Kelenjar-kelenjar tersebut terletak di atas urethra dekat jalan keluarnya dari cavum pelvis. Kedua saluran ekskretoris kelenjar cowper mempunyai muara kecil terpisah di tepi lipatan mucosa urethra. Urethra Menurut Feradis (2010),urethra musculinus atau canalis urogenetalis adalah saluran ekskretoris bersama untuk urin dan semen. Urethra membentang dari daerah pelvis ke penis dan berakhir pada ujung glans sebagai orificium urethrae externa. Urethra dapat dibedakan atas tiga bagian, yaitu bagian pelvis, bulbus urethralis dan bagian penis. Penis Menurut Ulum (2013), penis merupakan organ kopulasi pada hewan jantan yang terdiri dari pangkal, badan dan glans penis yang disertai dengan prosesus uretralis. Menurut Feradis (2010), bagian ujung atau glans penis terletak bebas dalam praeputium. Badan penis terdiri dari corpus cavernosum penis yang relatif besar dan diselimuti oleh suatu selubung fibrosa tebal berwarna putih disebut tunica albuginea. Menurut Ulum (2013), praeputium merupakan kulit pembungkus yang berfungsi sebagai pembungkus penis. Menurut Frandson (1992), praeputium adalah lipatan kulit disekitar ujung bebas penis. Permukaan luar merupakan kulit yang agak khas, sementara dari lapisan dalam menyerupai membrana mukosa yang terdiri dari lapisan preputial dan lapisan penil yang menutup permukaan ekskremitas bebas penis.
Materi dan Metode Materi Alat. Alat yang digunakan dalam praktikum antara lain pita ukur, timbangan sartorius, kamera, pisau scapel dan kertas kerja. Bahan. Bahan yang digunakan dalam praktikum antara lain preparat basah berupa organ reproduksi domba ekor tipis, umur 1,5 tahun dan berat badan 35 kg yang terdiri dari testis, epididimis, ductus deferens, urethra, penis, dan kelenjar-kelenjar asesori.
Metode Metode yang dilakukan pada saat kegiatan praktikum anatomi jantan yaitu, preparat diamati, dibedakan, dan diukur panjangnya dengan menggunakan pita ukur lalu ditimbang beratnya dengan menggunakan timbangan sartorius. Setelah pengamatan, pengukuran, dan penimbangan selesai, diterangkan kembali apa yang telah dikerjakan selama pengamatan, pengukuran, dan penimbangan. Hasil pengamatan ditulis pada kertas kerja lalu dipresentasikan.
Hasil dan Pembahasan Praktikum dilakukan dengan mengamati organ reproduksi domba ekor tipis jantan umur 1,5 tahun dan berat badan 35 kg. Berdasarkan hasil praktikum diperoleh data pengukuran dan penimbangan organ reproduksi jantan sebagai berikut. Tabel 1. Hasil Pengukuran dan Penimbangan Organ ReproduksiJantan Organ reproduksi Panjang (cm) Lebar (cm) Tinggi (cm) Berat (gram ) Keliling (cm) Testis 10 3 45,5 14 Epididimis 5,9 Ductus deferen 26 Ampulla ductus deferens 4,5 3 Kelenjar vesikularis 2,5 2 1 6,4 Kelenjar prostate 4 2 Kelenjar bulbourethralis 2 1,5 1 1,6 Penis 2,5 Testis Berdasarkan pengamatan saat praktikum, diperoleh panjang testis 10 cm, lebar 3 cm, keliling 14 dan berat 45,5 gram. Menurut Samsudewa (2006), panjang testis domba ekor tipis pada umur 9 bulan adalah 4,8 cm, berat 277 gram dengan lebar 3,33 cm. Menurut Toelihere (1993), bahwa berat sepasang testis domba adalah 275 gram dengan panjang 10 cm dan lebar 6 cm. Bentuk testis (tunggal) atau testes (jamak) bulat panjang. Testsis terbungkus oleh selaput putih mengkilat yang disebut tunica albuginea yang mengandung urat saraf dan urat darah. Menurut Feradis (2010), testis sebagai organ kelamin primer mempunyai dua fungsi, yaitu menghasilkan spermatozoa atau sel kelamin jantan dan mensekresikan hormon kelamin jantan yaitu testoteron. Sepuluh persen sisanya dari seluruh isi testis terdiri dari dari jaringan ikat, pembuluh-pembuluh darah sel-sel penghasil hormon penting yang disebut sel leydig. Spermatozoa dihasilkan di dalam tubuli siminiferi atas pengaruh FSH (Follicle Stimulating Hormone), sedangkan testoteron diproduksi oleh sel-sel interstitial dari leydig atas pengaruh ICSH (Interstitial Cell Stimulating Hormone). Menurut Frandson (1992), rete testis terdiri dari saluran-saluran yang beranastomose dalam mediatinum testis. Saluran-saluran ini terletak diantara tubulus siminiferosa dan duktuli eferens yang berhubungan dengan ductus epididimis dalam kepala epididimis. Testes pada semua ternak dewasa terdapat di dalam suatu kantong luar yang disebut scrotum. Menurut Feradis (2010), di bawah kulit scrotum terdapat tunica dartos, suatu selubung yang terdiri dari jaringan fibroeslatik dan otot licin. Lapisan berikutnya adalah tunica vaginalis communis, suatu fascia scrotalis tebal berwarna putih yang mengelilingi kedua tengahan scrotum secara terpisah. Fungsi scrotum selain menyokong dan melindungi testes juga dapat mengatur temperatur testis dan epididimis. Menurut Feradis (2010), suhu testes 5 0 C atau 6 0 C dibawah suhu badan. Terdapat mekanisme yang berbeda yang bekerja secara terpisah sehingga pengaturan suhu tersebut dapat berhasil. Ketika suhu dingin, otot cremaster dapat menarik scrotum mendekati tubuh, sehingga suhu testes dapat dipertahankan hangat, jika suhu panas, otot tersebut mengendur dan testes turun menjauhi tubuh, sehingga memungkinkan pelepasan panas hingga suhu testes menjadi lebih dingin. Mekanisme ini juga diatur oleh plexus pampiniformis, di mana vena dan arteri saling menjalin secara kompleks dengan darah dalam vena yang meninggalkan testes menuju ke tubuh untuk mendinginkan darah arteri menuju testes. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan didapat hasil bahwa panjang testis dalam keadaan normal, sedangkan berat dan tebalnya berada di bawah kisaran normal. Menurut Frandson (1992), perbedaan ukuran disebabkan oleh faktor umur, berat badan dan faktor genetik.
Gambar I.1. Testis
Gambar I.2 Testis (Anonim, 2013) Epididimis Berdasarkan pengamatan saat praktikum, diperoleh berat epididimis sebesar 5,9 gram. Menurut Toelihere (1993), bahwa berat epididimis adalah 7 gram. Epididimis terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kepala, badan dan ekor. Epididimis mempunyai empat fungsi utama, yaitu pengangkutan atau transportasi, konsentrasi atau pengentalan, maturasi dan penyimpanan spermatozoa. Konsentrasi (pengentalan) spermatozoa dan maturasi (pematangan) spermatozoa terjadi di kepala (caput epididimis). Cauda epididimis merupakan tempat penyimpanan spermatozoa (Feradis, 2010). Berdasarkan hasil yang didapat berat epididimis berada di bawah kisaran normal. Menurut Frandson (1992), perbedaan ukuran disebabkan oleh faktor umur, berat badan dan faktor genetik.
Gambar I.2.Epididimis Ductus deferens Berdasarkan pengamatan saat praktikum, diperoleh panjang ductus deferens adalah 26 cm. Menurut Toelihere (1993), bahwa panjang sepasang ductus deferens adalah 22 cm. Ductus deferens terlentang mulai dari caudal epididimis ampai ke urethra. Dindingnya tebal mengandung serabut-serabut urat daging yang licin. Menurut Frandson (1992), ductus deferens adalah pipa berotot yang pada saat ejakulasi mendorong spermatozoa dari epididimis ke ductus ejakulatoris dalam urethra prostatik. Ductus deferens meninggal ekor epididimis bergerak melalui canal inguinal yang merupakan bagian dari korda spermatik dan pada cincin inguinal internal memutar ke belakang, memisah dari pembuluh darah dan saraf ke korda. Pembesaran kelenjar pada bagian ujung ductus deferens disebut ampulla. Berdasarkan hasil yang di dapat panjang ductus deferens berada di kisaran normal. Menurut Frandson (1992), perbedaan ukuran dapat disebabkan oleh faktor umur, berat badan dan faktor genetik.
Gambar I.3.Ductus Deferens
Kelenjar vesikularis Berdasarkan percobaan yang dilakukan, diperoleh panjang kelenjar vesikularis adalah 2,5 cm, lebar 2 cm, tinggi 1 cm, dan berat 6,4 gram. Menurut Toelihere (1993), bahwa panjang kelenjar vesikularis 4 cm, lebar 2 cm, tebal 2 cm dengan berat 5 gram. Kelenjar vesikularis letaknya mengapit ampulla ductus deferens, ada di sebelah lateral (kanan dan kiri). Menurut Feradis (2010), sekresi kelenjar vesikularis merupakan cairan keruh dan lengket yang mengandung protein, kalium, asam sitrat, fruktosa, dan beberapa enzim yang konsentrasinya tinggi, kadang-kadang berwarna kuning karenamengandung flavin, pHnya berkisar 5,7 sampai 6,2. Berdasarkan data yang di dapat bahwa lebar dan berat kelenjar vesikularis berada di kisaran normal, sedangkan panjang dan tingginya berada di bawah kisaran normal. Menurut Frandson (1992), perbedaan ukuran dapat disebabkan oleh faktor umur, berat badan dan faktor genetik. . Gambar I.4. Kelenjar Vesicularis
Kelenjar prostata Berdasarkan percobaan yang dilakukan, diperoleh panjang kelenjar prostata 4 cm dan lebar 2 cm. Menurut Toelihere (1993), bahwa panjang kelenjar prostata adalah 3 cm dan lebar 1 cm. Kelenjar prostata dibedakan menjadi dua bagian, yaitu corpus prostata yang kelihatan dari luar dan bentuknya bulat dan letaknya di belakang kelenjar vesikularis. Kelenjar prostata bagian kedua adalah pars disseminate prostata yang letaknya tersebar dibelakang sampai kelenjar bulbourethralis menghasilkan cairan yang mengandung ion anorganik dengan pH lebih dari 7. Menurut Frandson (1992), kelenjar prostata adalah kelenjar yang tidak berpasanganan yang kurang lebih mengelilingi pelvis urethra. Kelenjar ini menghasilakn sekresi alkali yang membantu memberikan bau yang karakteristik pada cairan semen. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan didapat hasil bahwa panjang dan lebar kelenjar prostata berada di atas kisaran normal. Perbedaan bisa terjadi karena pengukuran yang berbeda- beda. Menurut Frandson (1992), perbedaan ukuran dapat disebabkan oleh faktor umur, berat badan dan faktor genetik.
Gambar I.5. Kelenjar Prostata
Kelenjar bulbourethralis Berdasarkan pengamatan yang dilakukan didapat ukuran panjang kelenjar bulbourethralis adalah 2 cm, lebar 1,5 cm, tinggi 1 cm, dan berat 1,6 gram. Menurut Toelihere (1993), bahwa kelenjar bulbourethralis memiliki panjang 1,5 cm, lebar 1 cm, tebal 1 cm, dan berat 3 gram. Kelenjar bulbourethralis jumlahnya sepasang, lebih ke cauda dari kelenjar prostata yaitu di tempat belokan di mana urethra membengkok ke bawah, sewaktu urthra mau keluar dari ruang pelvis. Menurut Feradis (2010), fungsi dari cairan yang dihasilkan oleh kelenjar tersebut adalah sebagai pembersih saluran urethra. Umumnya dapat dilihat adanya tetesan- tetesan atau dribblings cairan yang bening yang keluar pada saat domba jantan mulai terangsang pada waktu penampungan semen dengan elektro ejakulator. Pembersihan saluran-saluran dari sisa-sisa urin karena urin mengandung amonia yang bersifat racun bagi spermatozoa. Berdasarkan hasil yang di dapat ukuran kelenjar bulbourethralis berada di kisaran normal, tetapi beratnya berada di bawah kisaran normal. Menurut Frandson (1992), perbedaan ukuran dapat disebabkan oleh faktor umur, berat badan dan faktor genetik.
Gambar I.6. Kelenjar Cowperi Urethra Urethra adalah saluran dari tempat bermuaranya ampulla ductus deferens sampai ujung penis. Urethra merupakan saluran urogenitalis yang berfungsi sebagai saluran untuk lewatnya urin dan semen. Menurut Feradis (2010), urethra dapat dibedakan atas tiga bagian, yaitu bagian pelvis, suatu saluran silindrik dengan panjang 15 sampai 20 cm, diselubungi oleh otot urethra yang kuat dan terletak pada lantai pelvis. Bagian kedua, bulbus urethralis adalah bagian yang melengkung seputar arcus ischiadicus dan bagian ketiga di bagian penis, termasuk kelengkapan penis.
Penis Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, diperoleh panjang penis 2,5 cm. Menurut Samsudewa (2006), ukuran panjang penis domba ekor tipis pada umur 9 bulan adalah 7,8 cm. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan serta dibandingkan dengan literatur panjang penis berada di bawah kisaran normal. Menurut Frandson (1992), perbedaan ukuran disebabkan oleh faktor umur, berat badan dan faktor genetik. Menurut Feradis (2010), penis adalah organ kopulatoris hewan jantan, mempunyai tugas ganda yaitu pengeluaran urin untuk perekatan semen ke dalam saluran reproduksi betina. Penis terdiri dari akar, badan dan ujung bebas yang berkhir pada glans penis. Musculus ischio cavernosus atau erector penis adalah sepasang otot pendek yang timbul dari tuber ischii dan ligamentum sacroischiadicum dan bertaut pada crura dan corpus penis. Ia menyebabkan ereksi dengan daya pompa dan penekanan terhadap bagian bulbus corpuscavernosum penis yang terletak di bawah otot tersebut. Musculus retractor penis adalah suatu otot licin yang bertaut pada vertebrae coccygea pertama dan kedua, berpisah dan bertemu kembali di bawah anus. Ia berfungsi menarik kembali penis ke dalam praeputium sesudah ejakulasi dan mempertahankan posisi ini pada keadaan tidak ereksi. Bagian body atau badan penis berada dalam ruang tubuh dan mebentuk seperti huruf S, oleh karena itu disebut flexura sigmoidea.Menurut Samsudewa (2006), ukuran penis sangat mempengaruhi kemampuan ternak dalam kopulasi. Faktor yang mempengaruhi ukuran alat reproduksi selain faktor pakan dan manajemen, umur juga sangat mempengaruhi kualitas reproduksi karena adanya pengaruh hormon testoteron yang akan memacu perkembangan organ reproduksi.
Gambar I.7. Penis
Gambar I.8 Organ reproduksi jantan (Anonim, 2013)
Kastrasi dan vasektomi Seiring perkembangan jaman, banyak cara peternak untuk meningkatkan kualitas daging sapi terutama sapi jantan. Cara yang digunakan oleh peternak antara lain kastrasi dan vasektomi. Kastrasi merupakan metode pemandulan ternak dengan cara pemotongan pada bagian testis. Akibat dari kastrasi yaitu nutrisi yang seharusnya untuk kebutuhan reproduksi akan dialihkan ke produksi daging, sehingga pertumbuhan daging lebih cepat daripada tidak dikastrasi. Menurut Matheus (2010), yaitu kastrasi (pengebirian) artinya menghentikan aktivitas testis, menyebabkan kelenjar asesorius mundur aktivitasnya, sifat khas jantan berangsur hilang dan kegiatan spermatogenesis berhenti. Hormon gonadotropin akan terakumulasi pada pars distalis hipofisa akibatnya sel basofil mengalami perubahan identitasnya selanjutnya dikenal dengan castration cells. Hewan - hewan yang biasanya sengaja untuk dikastrasi akan menjadi lebih gemuk. Hal ini dikarenakan adanya nutrisi - nutrisi darah yang ada selalu tersuplai untuk tubuh dan tidak disalurkan untuk kelamin jantan.
Gambar I.9 Kastrasi (Anonim, 2013)
Vasektomi adalah metode pemandulan ternak sama seperti kastrasi, tetapi metode ini tidak menghilangkan bagian testis hanya memotong saluran reproduksi yaitu pada bagian vesikularis. Akibat dari pemotongan dapat berdampak positif pada pertumbuhan daging yang lebih cepat. Metode vasektomi selain dipotong bisa juga hanya diikat. Keuntungan dari pengikatan adalah jika ternak dibutuhkan untuk bereproduksi lagi hanya dilakukan pelepasan tali dengan cara operasi.
Gambar I.10 Vasektomi (Anonim, 2013)
Kesimpulan Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa alat reproduksi domba ekor tipis jantan umur 1,5 tahun terdiri atas testis, epididimis (terdiri dari caput, corpus dan cauda), ductus deferens, urethra, dan kelenjar tambahan (kelenjar vesikularis, kelenjar prostate, dan kelenjar bulbourethralis. Masing-masing alat reproduksi tersebut mempunyai fungsinya masing-masing, dan mempunyai ukuran yang berbeda.Faktor yang mempengaruhi adalah umur, berat badan, faktor genetik, pakan, dan hormonal.
Daftar Pustaka Anonim, 2013. Kastrasi. [Online]. Tersedia : http://fpattiselanno.wordpress.com/2011/02/11/kastrasi-apa-itu/ [24 November 2013]. Anonim. 2013. Organ reproduksi jantan. [Online]. Tersedia : cal.vet.upenn.edu [1 November 2013]. Anonim. 2013. Testis. [Online]. Tersedia : fau.pearlashes.com [ 1 November 2013]. Anonim. 2013. Vasektomi. [Online]. Tersedia : http://www.valleyhealth.com/pop- up.asp?url=/images/image_popup//m7_vasectomy2.jpg&title=How %20vasectomy%20works&width=400,height=400 [24 November 2013]. Feradis. 2010. Reproduksi Ternak. ALFABETA. Bandung. Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi ke-4. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Matheus. 2010. Kajian pengaruh kastrasi terhadap tingkat kandungan kolesterol daging kambing marica di kabupaten jeneponto Sulawesi selatan. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010. Sulawesi. Samsudewa, Daud dan Endang Purbowati. 2006. Ukuran Organ Reproduksi Domba Lokal pada Umur yang Berbeda. Universitas Diponegoro. Semarang. Toelihere, M. 1993.Fisiologi pada ternak. Angkasa. Bandung. Ulum, Fakhrul Mokhamad, dkk. 2013. Pencitraan Ultrasonografi Organ Reproduksi Domba Jantan Ekor Tipis Indonesia. Institut Pertanian Bogor. Bogor.