Anda di halaman 1dari 13

KELARUTAN

Dewi Andriani Munir Afra Atalanta


150 2013 0109

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Larutan adalah campuran yang homogen dari dua atau lebih zat. Zat yang
jumlahnya lebih sedikit disebut zat terlarut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih
banyak disebut zat pelarut. Kelarutan dari zat terlarut, yaitu jumlah maximum
yang terlarut yang akan larut dalam sejumlah tertentu. Dalam konteks kualitatif,
ada zat-zat yang dapat larut, sedikit larut atau tidak larut. Zat yang dikatakan tidak
larut jika sebagian besar zat tersebut melarut bila ditambahkan air, jika tidak zat
tersebut digambarkan sebagai sedikit larut atau tidak dapat larut. Semua senyawa
ionik merupakan elektrolit kuat, tetapi daya larutnya tidak sama (Chang, 2004).
Dalam istilah kimia fisik, larutan dapat disiapkan dari campuran yang mana
saja dari tiga macam keadaan zat yaitu padat, cair dan gas. Misalnya suatu zat
terlarut padat dapat dilarutkan baik dalam zat padat lainnya, cairan atau gas,
dengan cara yang sama untuk zat terlarut dan gas, ada 9 tipe campuran homogen
yang mungkin dibuat (Ansel, 2005).
Larutan dibagi menjadi tiga yaitu Martin, 1993):
a. Larutan jenuh
Yaitu suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam kesetimbangan dengan
fase padat (zat terlarut).
KELARUTAN





Dewi Andriani Munir Afra Atalanta
150 2013 0109


b. Larutan hampir jenuh atau tidak jenuh
Yaitu suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi di bawah
konsentrasi yang dibutuhkan untuk penjenuhan sempurna pada temperatur
tertentu.
c. Larutan lewat jenuh
Yaitu suatu kelarutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi lebih
banyak daripada yang seharusnya pada temperatur tertentu, terdapat juga zat
terlarut yang tidak terlarut.
Kelarutan adalah fungsi sebuah parameter molekul. Pengionan struktur
dan ukuran molekul stereokimia dan struktur elektronik. Semuanya akan
mempengaruhi antar aksi pelarut dan terlarut, seperti pada bagian terdahulu, air
membentuk ikatan hydrogen dengan ion atau dengan senyawa non ionik,
sedangkan polar melalui gugus OH, -NH, atau dengan pasangan elektron tak
mengikat pada atom oksigen atau nitrogen. Ion atau molekul akan memperoleh
sampel hidrat dan akan memisah dari bongkahan zat padat dan artinya melarut
(Thomas Nagrady, 1992).
Kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam suatu larutan
jenuh pada suatu suhu tertentu. Larutan sebagai campuran homogen bahan
yang berlainan. Untuk dibedakan antara larutan dari gas, cairan dan bahan
KELARUTAN





Dewi Andriani Munir Afra Atalanta
150 2013 0109

padat dalam cairan. Disamping itu terdapat larutan dalam keadaan padat
(misalnya gelas, pembentukan kristal campuran) (Voight, 1994).
Kelarutan untuk menyatakan kelarutan zat kimia, istilah kelarutan dalam
pengertian umum kadang-kadang perlu digunakan tanpa
mengindahkan perubahan kimia yang mungkin terjadi pada pelarutan tersebut.
Pernyataan kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu
20
0
dan kecuali dinyatakan lain menunjukkan bahwa, 1 bagian bobot zat padat
atau satu bagian volume zat cair larut dalam bagian tertentu volume pelarut.
Pernyataan kelarutan yang tidak disertai angka adalah kelarutan pada suhu kamar.
Kecuali dinyatakan lain, zat jika dilarutkan boleh menunjukkan sedikit
kotoran mekanik seperti bagian kertas saring , serat dan butiran debu. Pernyataan
bagian dalam kelarutan berarti bahwa 1 g zat padat atau 1ml zat cair dalam
sejumlah ml pelarut. Jika kelarutan suatu zaat tidak diketahui dengan pasti,
kelarutannya dapat ditunjukkan dengan istilah (Ditjen POM, 1979).
Kelarutan merupakan bagian dari suatu zat padat, cair atau gas. Dimana
suatu zat kimia yang dapat terlarut dan melarutkan seperti padat dalam cair, cair
dalam gas, gas dalam padat yang dapat membentuk homogen. Kelarutan suatu zat
yang fundamental tergantung pada suhu dan tekanan tertentu. Tingkat kelarutan
suatu zat dalam pelarut tertentu diukur dari konsentrasinya ( Clugston & Fleming,
2000).
Faktor yang mempengaruhi kelarutan
KELARUTAN





Dewi Andriani Munir Afra Atalanta
150 2013 0109

Sifat dari solute dan solvent
Substansi polar cenderung lebih miscible atau soluble dengan substansi
polar lainnya. Substansi nonpolar cenderung untuk miscible dengan substansi
nonpolar lainnya, dan tidak miscible dengan substansi polar lainnya Sifat
pelarut (Sukarjo, 1977).


pH
Suatu zat asam lemah atau basa lemah akan sukar terlarut, karena tidak
mudah terionisasi. Semakin kecil pKanya maka suatu zat semakin sukar larut,
sedangkan semakin besar pKa maka suatu zat akan akan mudah larut (Lund,
1994).
Suhu
Kenaikan temperatur akan meningkatkan kelarutan zat yang proses
melarutnya melalui penyerapan panas/kalor (reaksi endotermik) dan akan
menurunkan kelarutan zat yang proses melarutnya dengan pengeluaran
panas/kalor (reaksi eksotermik) (Lund, 1994).
Solution aditif.
Additivies baik dapat meningkatkan atau mengurangi kelarutan zat terlarut
dalam pelarut tertentu (Lund, 1994).
KELARUTAN





Dewi Andriani Munir Afra Atalanta
150 2013 0109

Kelarutan obat dapat menjadi faktor penting yang menentukan kegunaannya,
karena kelarutan berair menentukan jumlah senyawa yang akan larut dan oleh
karena itu, jumlah yang tersedia untuk penyerapan. Jika senyawa memiliki
kelarutan air yang rendah yang bersangkutan dapat dikenakan pembubaran
penyerapan tingkat terbatas dalam gastro-intestional (Mark Gibson, 2004).

B. Uraian Bahan
1. Air suling (Ditjen POM, 1979 : 96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Sinonim : Air suling
Rumus Molekul : H
2
O
Berat Molekul : 18,02
Rumus Struktu : H O - H
Pemerian : cairan tidak berwarna, tidak mempunyai
rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut
2. Alkohol (Ditjen POM, 1995: 63)
Nama resmi : AETHANOLUM
Sinonim : Etanol, etil alkohol
Rumus Molekul : C
2
H
6
O
KELARUTAN





Dewi Andriani Munir Afra Atalanta
150 2013 0109

Berat Molekul : 46,07
Rumus Struktu : CH
3
CH
2
-OH
Pemerian : cairan mudah menguap, tidak berwarna, jernih,
bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada
lidah, mudah terbakar.
Kelarutan : bercampur dengan air dan praktik bercampur
dengan pelarut organik lain.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pelarut campur
3. Asam salisilat (Ditjen POM, 1995: 50)
Nama resmi : ACIDUM SALICYLUM
Sinonim : Asam salisilat
Rumus Molekul : C
2
H
6
O
3

Berat Molekul : 138,12
Rumus Struktur :



Pemerian : Hablur putih, biasanya berbentuk jarum putih atau
serbuk hablur halus putih, rasa agak manis, tajam,
dan stabil di udara.
KELARUTAN





Dewi Andriani Munir Afra Atalanta
150 2013 0109

Kelarutan : Sukar larut dalam air dan dalam benzena, mudah
laut dalam etanol dan dalam eter, larut dalam air
mendidih, agak sukar larut dalam kloroform
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai sampel
4. Paracetamol (Ditjen POM ,1979 : 37)
Nama Resmi : ACETAMINOPHENUM
Nama Lain : Asetaminofen, paracetamol
Berat Molekul : 151,16
Rumus Molekul : C
8
H
9
NO
2
Rumus Struktur :



Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau:rasa
pahit
Kelarutan : Larut dalam 27 bagian air, dalam 7 bagian etanol
(95%)P, dalam 13 bagian bagian aseton P, dalam
40 bagian gliserol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai sampel
KELARUTAN





Dewi Andriani Munir Afra Atalanta
150 2013 0109

5. Propilen glikol (Ditjen POM, 1995 : 712)
Nama resmi : PROPYLENGLYCOLUM
Sinonim : Propilen glikol
Rumus Molekul : C
3
H
8
O
2

Berat Molekul : 76,09
Rumus Struktur :


Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas,
praktis tidak berbau, menyerap air pada udara
lembab
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan
dengan kloroform, larut dalam eter dan beberapa
minyak esensial tetapi tidak dapat bercampur
dengan minyak lemak.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut campur
6. Tween-80 (Ditjen POM, 1979 : 567)
Nama resmi : POLYSORBATUM 80
Nama lain : Polisorbat 80, tween
Rumus molekul : C
64
H
124
O
26

KELARUTAN





Dewi Andriani Munir Afra Atalanta
150 2013 0109

Rumus Struktur :


Pemeri
a
n : Cairan kental, transparan, tidak berwarna,
hampir tidak mempunyai rasa.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%)P dalam
etil asetat P dan dalam methanol P, sukar larut
dalam parafin cair P dan dalam biji kapas P
Kegunaan : Sebagai surfaktan
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
C. Prosedur kerja ( Anonim, 2014 )
A. Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif
1. Masukan 1 gram asam salisilat dalam 50 ml air dan kocok selama 1,5
jam dengan stirer, jika ada endapan yang larut selama pengocokan
tambahkan lagi sejumlah tertentu asam salisilat sampai diperoleh larutan
jenuh.
2. Saring dan tentukan kadar asam salisilat yang terlarut dalam masing-
masing larutan.
B. Pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat
Pelarut Air %
(v/v)
Alkohol %
(v/v)
Propilen glikol % (v/v)
KELARUTAN





Dewi Andriani Munir Afra Atalanta
150 2013 0109

1. Bu
atla
h
10
0
ml campuran bahan pelarut yang tertera pada tabel dibawah ini






2. Ambil 50 ml campuran pelarut, larutkan asam salisilat sebanyak 1 gram
ke dalam masing-masing campuran pelarut.
3. Kocok larutan dengan stirer selama 1,5 jam. Jika ada endapan yang larut
selama pengocokan tambahkan lagi sejumlah tertentu asam salisilat
sampai diperoleh larutan jenuh kembali.
4. Saring larutan dan tentukan kadar asam salisilat yang larut.
5. Buatlah kurva antara kelarutan asam salisilat dengan harga konstanta
dielektrik bahan pelarut campur yang ditambahkan.
C. Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat
A 60 0 40
B 60 5 35
C 60 10 30
D 60 15 25
E 60 20 20
F 60 30 10
G 60 35 5
H 60 40 0
KELARUTAN





Dewi Andriani Munir Afra Atalanta
150 2013 0109

1. Buatlah 50 ml larutan tween 80 dengan konsentrasi 0; 0.1; 0.5; 1,0; 5,0;
10,0; 50,0; dan 100mg/100ml.
2. Tambahkan 1 gram asam salisilat ke dalam masing-masing larutan.
3. Kocok larutan dengan stirer selama 1,5 jam. Jika ada endapan yang larut
selama pengocokan tambahkan lagi sejumlah tertentu asam salisilat
sampai diperoleh larutan jenuh kembali.
4. Saring larutan dan tentukan kadar asam salisilat dengan konsentrasi tween
80 yang digunakan
5. Tentukan konsentrasi misel kritik (KMK) tween 80.
D. Pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat
1. Buat 100 ml larutan dapar fosfat dengan pH 4, 5, 6, 7 dan 8.
2. Ambil 25 ml masing-masing larutan lalu tambahkan 0,5 g natrium
diklofenak ke dalamnya.
3. Kocok larutan dengan stirrer selama 1,5 jam. Jika ada endapan yang larut
selama pengocokan tambahkan lagi sejumlah tertentu asam salisilat
sampai diperoleh larutan yang jenuh kembali.
4. Saring larutan dan tentukan kadar natrium diklofenak yang terlarut dalam
masing-masing dalam larutan dapar dengan cara spektrofotometri UV
pada panjang gelombang 274-278 nm. Bila konsentrasi larutan terlalu
pekat encerkan dulu dengan larutan dapar yang sesuai.
KELARUTAN





Dewi Andriani Munir Afra Atalanta
150 2013 0109

5. Buatlah kurva hubungan antara konsentrasi zat yang diperoleh dengan pH
larutan.
E. Cara penentuan kadar as/am salisilat yang terlarut
Kadar asam salisilat yang terlarut dalam masing-masng larutan ditentukan
dengan titrasi sebagai berikut: Pipet 10 ml larutan zat, tambahkan ke
dalamnya 3 tetes indikator fenolftalein lalu dititrasi dengan NaOH 0,1 N
sampai timbul warna merah muda.














KELARUTAN





Dewi Andriani Munir Afra Atalanta
150 2013 0109

Anda mungkin juga menyukai