BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Umum Larutan adalah campuran yang homogen dari dua atau lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit disebut zat terlarut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak disebut zat pelarut. Kelarutan dari zat terlarut, yaitu jumlah maximum yang terlarut yang akan larut dalam sejumlah tertentu. Dalam konteks kualitatif, ada zat-zat yang dapat larut, sedikit larut atau tidak larut. Zat yang dikatakan tidak larut jika sebagian besar zat tersebut melarut bila ditambahkan air, jika tidak zat tersebut digambarkan sebagai sedikit larut atau tidak dapat larut. Semua senyawa ionik merupakan elektrolit kuat, tetapi daya larutnya tidak sama (Chang, 2004). Dalam istilah kimia fisik, larutan dapat disiapkan dari campuran yang mana saja dari tiga macam keadaan zat yaitu padat, cair dan gas. Misalnya suatu zat terlarut padat dapat dilarutkan baik dalam zat padat lainnya, cairan atau gas, dengan cara yang sama untuk zat terlarut dan gas, ada 9 tipe campuran homogen yang mungkin dibuat (Ansel, 2005). Larutan dibagi menjadi tiga yaitu Martin, 1993): a. Larutan jenuh Yaitu suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut). KELARUTAN
Dewi Andriani Munir Afra Atalanta 150 2013 0109
b. Larutan hampir jenuh atau tidak jenuh Yaitu suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi di bawah konsentrasi yang dibutuhkan untuk penjenuhan sempurna pada temperatur tertentu. c. Larutan lewat jenuh Yaitu suatu kelarutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi lebih banyak daripada yang seharusnya pada temperatur tertentu, terdapat juga zat terlarut yang tidak terlarut. Kelarutan adalah fungsi sebuah parameter molekul. Pengionan struktur dan ukuran molekul stereokimia dan struktur elektronik. Semuanya akan mempengaruhi antar aksi pelarut dan terlarut, seperti pada bagian terdahulu, air membentuk ikatan hydrogen dengan ion atau dengan senyawa non ionik, sedangkan polar melalui gugus OH, -NH, atau dengan pasangan elektron tak mengikat pada atom oksigen atau nitrogen. Ion atau molekul akan memperoleh sampel hidrat dan akan memisah dari bongkahan zat padat dan artinya melarut (Thomas Nagrady, 1992). Kelarutan diartikan sebagai konsentrasi bahan terlarut dalam suatu larutan jenuh pada suatu suhu tertentu. Larutan sebagai campuran homogen bahan yang berlainan. Untuk dibedakan antara larutan dari gas, cairan dan bahan KELARUTAN
Dewi Andriani Munir Afra Atalanta 150 2013 0109
padat dalam cairan. Disamping itu terdapat larutan dalam keadaan padat (misalnya gelas, pembentukan kristal campuran) (Voight, 1994). Kelarutan untuk menyatakan kelarutan zat kimia, istilah kelarutan dalam pengertian umum kadang-kadang perlu digunakan tanpa mengindahkan perubahan kimia yang mungkin terjadi pada pelarutan tersebut. Pernyataan kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu 20 0 dan kecuali dinyatakan lain menunjukkan bahwa, 1 bagian bobot zat padat atau satu bagian volume zat cair larut dalam bagian tertentu volume pelarut. Pernyataan kelarutan yang tidak disertai angka adalah kelarutan pada suhu kamar. Kecuali dinyatakan lain, zat jika dilarutkan boleh menunjukkan sedikit kotoran mekanik seperti bagian kertas saring , serat dan butiran debu. Pernyataan bagian dalam kelarutan berarti bahwa 1 g zat padat atau 1ml zat cair dalam sejumlah ml pelarut. Jika kelarutan suatu zaat tidak diketahui dengan pasti, kelarutannya dapat ditunjukkan dengan istilah (Ditjen POM, 1979). Kelarutan merupakan bagian dari suatu zat padat, cair atau gas. Dimana suatu zat kimia yang dapat terlarut dan melarutkan seperti padat dalam cair, cair dalam gas, gas dalam padat yang dapat membentuk homogen. Kelarutan suatu zat yang fundamental tergantung pada suhu dan tekanan tertentu. Tingkat kelarutan suatu zat dalam pelarut tertentu diukur dari konsentrasinya ( Clugston & Fleming, 2000). Faktor yang mempengaruhi kelarutan KELARUTAN
Dewi Andriani Munir Afra Atalanta 150 2013 0109
Sifat dari solute dan solvent Substansi polar cenderung lebih miscible atau soluble dengan substansi polar lainnya. Substansi nonpolar cenderung untuk miscible dengan substansi nonpolar lainnya, dan tidak miscible dengan substansi polar lainnya Sifat pelarut (Sukarjo, 1977).
pH Suatu zat asam lemah atau basa lemah akan sukar terlarut, karena tidak mudah terionisasi. Semakin kecil pKanya maka suatu zat semakin sukar larut, sedangkan semakin besar pKa maka suatu zat akan akan mudah larut (Lund, 1994). Suhu Kenaikan temperatur akan meningkatkan kelarutan zat yang proses melarutnya melalui penyerapan panas/kalor (reaksi endotermik) dan akan menurunkan kelarutan zat yang proses melarutnya dengan pengeluaran panas/kalor (reaksi eksotermik) (Lund, 1994). Solution aditif. Additivies baik dapat meningkatkan atau mengurangi kelarutan zat terlarut dalam pelarut tertentu (Lund, 1994). KELARUTAN
Dewi Andriani Munir Afra Atalanta 150 2013 0109
Kelarutan obat dapat menjadi faktor penting yang menentukan kegunaannya, karena kelarutan berair menentukan jumlah senyawa yang akan larut dan oleh karena itu, jumlah yang tersedia untuk penyerapan. Jika senyawa memiliki kelarutan air yang rendah yang bersangkutan dapat dikenakan pembubaran penyerapan tingkat terbatas dalam gastro-intestional (Mark Gibson, 2004).
B. Uraian Bahan 1. Air suling (Ditjen POM, 1979 : 96) Nama resmi : AQUA DESTILLATA Sinonim : Air suling Rumus Molekul : H 2 O Berat Molekul : 18,02 Rumus Struktu : H O - H Pemerian : cairan tidak berwarna, tidak mempunyai rasa Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik Kegunaan : Sebagai pelarut 2. Alkohol (Ditjen POM, 1995: 63) Nama resmi : AETHANOLUM Sinonim : Etanol, etil alkohol Rumus Molekul : C 2 H 6 O KELARUTAN
Dewi Andriani Munir Afra Atalanta 150 2013 0109
Berat Molekul : 46,07 Rumus Struktu : CH 3 CH 2 -OH Pemerian : cairan mudah menguap, tidak berwarna, jernih, bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah, mudah terbakar. Kelarutan : bercampur dengan air dan praktik bercampur dengan pelarut organik lain. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat Kegunaan : Sebagai pelarut campur 3. Asam salisilat (Ditjen POM, 1995: 50) Nama resmi : ACIDUM SALICYLUM Sinonim : Asam salisilat Rumus Molekul : C 2 H 6 O 3
Berat Molekul : 138,12 Rumus Struktur :
Pemerian : Hablur putih, biasanya berbentuk jarum putih atau serbuk hablur halus putih, rasa agak manis, tajam, dan stabil di udara. KELARUTAN
Dewi Andriani Munir Afra Atalanta 150 2013 0109
Kelarutan : Sukar larut dalam air dan dalam benzena, mudah laut dalam etanol dan dalam eter, larut dalam air mendidih, agak sukar larut dalam kloroform Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat Kegunaan : Sebagai sampel 4. Paracetamol (Ditjen POM ,1979 : 37) Nama Resmi : ACETAMINOPHENUM Nama Lain : Asetaminofen, paracetamol Berat Molekul : 151,16 Rumus Molekul : C 8 H 9 NO 2 Rumus Struktur :
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau:rasa pahit Kelarutan : Larut dalam 27 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%)P, dalam 13 bagian bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik Kegunaan : Sebagai sampel KELARUTAN
Dewi Andriani Munir Afra Atalanta 150 2013 0109
5. Propilen glikol (Ditjen POM, 1995 : 712) Nama resmi : PROPYLENGLYCOLUM Sinonim : Propilen glikol Rumus Molekul : C 3 H 8 O 2
Berat Molekul : 76,09 Rumus Struktur :
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau, menyerap air pada udara lembab Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan dengan kloroform, larut dalam eter dan beberapa minyak esensial tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik Kegunaan : Sebagai pelarut campur 6. Tween-80 (Ditjen POM, 1979 : 567) Nama resmi : POLYSORBATUM 80 Nama lain : Polisorbat 80, tween Rumus molekul : C 64 H 124 O 26
KELARUTAN
Dewi Andriani Munir Afra Atalanta 150 2013 0109
Rumus Struktur :
Pemeri a n : Cairan kental, transparan, tidak berwarna, hampir tidak mempunyai rasa. Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%)P dalam etil asetat P dan dalam methanol P, sukar larut dalam parafin cair P dan dalam biji kapas P Kegunaan : Sebagai surfaktan Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat C. Prosedur kerja ( Anonim, 2014 ) A. Menentukan kelarutan suatu zat secara kuantitatif 1. Masukan 1 gram asam salisilat dalam 50 ml air dan kocok selama 1,5 jam dengan stirer, jika ada endapan yang larut selama pengocokan tambahkan lagi sejumlah tertentu asam salisilat sampai diperoleh larutan jenuh. 2. Saring dan tentukan kadar asam salisilat yang terlarut dalam masing- masing larutan. B. Pengaruh pelarut campur terhadap kelarutan zat Pelarut Air % (v/v) Alkohol % (v/v) Propilen glikol % (v/v) KELARUTAN
Dewi Andriani Munir Afra Atalanta 150 2013 0109
1. Bu atla h 10 0 ml campuran bahan pelarut yang tertera pada tabel dibawah ini
2. Ambil 50 ml campuran pelarut, larutkan asam salisilat sebanyak 1 gram ke dalam masing-masing campuran pelarut. 3. Kocok larutan dengan stirer selama 1,5 jam. Jika ada endapan yang larut selama pengocokan tambahkan lagi sejumlah tertentu asam salisilat sampai diperoleh larutan jenuh kembali. 4. Saring larutan dan tentukan kadar asam salisilat yang larut. 5. Buatlah kurva antara kelarutan asam salisilat dengan harga konstanta dielektrik bahan pelarut campur yang ditambahkan. C. Pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat A 60 0 40 B 60 5 35 C 60 10 30 D 60 15 25 E 60 20 20 F 60 30 10 G 60 35 5 H 60 40 0 KELARUTAN
Dewi Andriani Munir Afra Atalanta 150 2013 0109
1. Buatlah 50 ml larutan tween 80 dengan konsentrasi 0; 0.1; 0.5; 1,0; 5,0; 10,0; 50,0; dan 100mg/100ml. 2. Tambahkan 1 gram asam salisilat ke dalam masing-masing larutan. 3. Kocok larutan dengan stirer selama 1,5 jam. Jika ada endapan yang larut selama pengocokan tambahkan lagi sejumlah tertentu asam salisilat sampai diperoleh larutan jenuh kembali. 4. Saring larutan dan tentukan kadar asam salisilat dengan konsentrasi tween 80 yang digunakan 5. Tentukan konsentrasi misel kritik (KMK) tween 80. D. Pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat 1. Buat 100 ml larutan dapar fosfat dengan pH 4, 5, 6, 7 dan 8. 2. Ambil 25 ml masing-masing larutan lalu tambahkan 0,5 g natrium diklofenak ke dalamnya. 3. Kocok larutan dengan stirrer selama 1,5 jam. Jika ada endapan yang larut selama pengocokan tambahkan lagi sejumlah tertentu asam salisilat sampai diperoleh larutan yang jenuh kembali. 4. Saring larutan dan tentukan kadar natrium diklofenak yang terlarut dalam masing-masing dalam larutan dapar dengan cara spektrofotometri UV pada panjang gelombang 274-278 nm. Bila konsentrasi larutan terlalu pekat encerkan dulu dengan larutan dapar yang sesuai. KELARUTAN
Dewi Andriani Munir Afra Atalanta 150 2013 0109
5. Buatlah kurva hubungan antara konsentrasi zat yang diperoleh dengan pH larutan. E. Cara penentuan kadar as/am salisilat yang terlarut Kadar asam salisilat yang terlarut dalam masing-masng larutan ditentukan dengan titrasi sebagai berikut: Pipet 10 ml larutan zat, tambahkan ke dalamnya 3 tetes indikator fenolftalein lalu dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai timbul warna merah muda.