ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HIDRONEFROSIS
MAKALAH
oleh Kelompok 2
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2014
2
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HIDRONEFROSIS
MAKALAH
Diajukan guna melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Klinik VB Fasilitator : Iis Rahmawati, S.Kep., M.Kes.
oleh : Mahbub Ramadhani (122310101003) Ananta Erfrandau (122310101015) Desi Rahmawati (122310101021) Lina Nur Khumairoh (122310101029) Wahyu Dini Candra Susila (122310101043) Kezia Shinta Pratiwi (122310101057)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2014
ii 3
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan keperawatan klien likopenia. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah KK V B. Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, kami menyampaikan terima kasih kepada: 1. Iis Rahmawati, S.Kep., M.Kes. selaku dosen mata kuliah KK V B; 2. Rekan kerja kelompok satu pada mata kuliah KK V B; 3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Kami juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah imi dapat berguna dan bermanfaat dengan baik khususnya dalam pembelajaran KK V B.
Jember, September 2014 Penulis
iii 4
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................. ii KATA PENGANTAR .............................................................................. iii DAFTAR ISI .............................................................................................. iv BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1 1.2 Tujuan ................................................................................... 2 1.3 Implikasi Keperawatan ....................................................... 2 BAB 2. TINJAUAN TEORI ..................................................................... 3 2.1 Pengertian .............................................................................. 3 2.2 Epidemiologi .......................................................................... 3 2.3 Etiologi ................................................................................... 4 2.4 Tanda dan Gejala .................................................................. 5 2.5 Patofisiologi ........................................................................... 5 2.6 Komplikasi dan Prognosis .................................................... 7 2.7 Pemeriksaan Penunjang dan Dignostik .............................. 8 2.8 Pengobatan ............................................................................ 8 2.9 Pencegahan ............................................................................ 9 BAB 3. PATHWAYS ................................................................................ 10 BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN ...................................................... 11 4.1 Pengkajian ............................................................................. 11 4.2 Diagnosa ................................................................................. 22 4.3 Perencanaan ......................................................................... 23 4.4 Pelaksanaan .......................................................................... 28 4.5 Evaluasi .................................................................................. 30 BAB 5. PENUTUP .................................................................................... 32 5.1 Kesimpulan ........................................................................... 32 5.2 Saran ...................................................................................... 32 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 33
iv 5
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Hidronefrosis merupakan penggembungan ginjal akibat tekanan balik terhadap ginjal karena aliran air kemih tersumbat. Dalam keadaan normal, air kemih mengalir dari ginjal dengan tekanan yang sangat rendah. Jika aliran air kemih tersumbat, air kemih akan mengalir kembali ke dalam tabung-tabung kecil di dalam ginjal (tubulus renalis) dan ke dalam daerah pusat pengumpulan air kemih (pelvis renalis). Hal ini akan menyebabkan ginjal menggembung dan menekan jaringan ginjal yang rapuh.Pada akhinya, tekanan hidronefrosis yang menetap dan berat akan merusak jaringan ginjal sehingga secara perlahan ginjal akan kehilangan fungsinya. Pelebaran pelvis renalis yang berlangsung lama dapat menghalangi kontraksi otot ritmis yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung kemih. Jaringan fibrosa lalu akan menggantikan kedudukan jaringan otot yang normal di dinding ureter sehingga terjadi kerusakan yang menetap. Hidronefrosis banyak terjadi selama kehamilan karena pembesaran rahim menekan ureter. Perubahan hormonal akan memperburuk keadaan ini karena mengurangi kontraksi ureter yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung kemih. Hidronefrosis akan berakhir bila kehamilan berakhir. Oleh sebab itu untuk mengatasi dan untuk mencegah komplikasi yang ditimbulkan dari hidronefrosis pelu dilakukan penatalaksanaan yang spesifik, yaitu untuk mengidentifikasi dan memperbaiki penyebab obstruksi, untuk menangani infeksi, dan untuk mempertahankan serta melindungi fungsi renal.
1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Bagaimana definisi dan klasifikasi hidronefrosis? 1.2.2 Bagaimana epidemiologi hidronefrosis? 1.2.3 Apa saja etiologi hidronefrosis? 1.2.4 Bagaimana tanda dan gejala hidronefrosis? 1.2.5 Bagaimana patofisiologi hidronefrosis? 1.2.6 Bagaimana komplikasi dan prognosis hidronefrosis?
6
1.2.7 Bagaimana pengobatan dan pencegahan hidronefrosis? 1.2.8 Bagaiamana asuhan keperawatan pada anak dengan hidronefrosis?
1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui tentang asuhan keperawatan pada anak hidronefrosis. 1.2.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui tinjauan teoritis hidronefrosis. 2. Untuk mengetahui Pengkajian pada anak dengan hidronefrosis. 3. Untuk mengetahui Diagnosa keperawatan pada anak dengan hidronefrosis. 4. Untuk mengetahui Intervensi keperawatan pada anak dengan hidronefrosis. 5. Untuk mengetahui Implementasi keperawatan pada anak dengan hidronefrosis. 6. Untuk mengetahui Evaluasi keperawatan pada anak dengan hidronefrosis.
1.4 Implikasi Keperawatan Bidang keperawatan merupakan suatu bidang ilmu yang sangat berpengaruh terhadap kondisi sehat dan sakit dari seorang individu. Dalam keilmuan keperawatan terdapat proses keperawatan yang digunakan untuk melakukan penatalaksanaan terhadap suatu permasalahan kesehatan, termasuk penatalaksanaan terhadap gangguan sistem perkemihan yakni hidronefrosis. Melalui makalah ini, mahasiswa keperawatan maupun tenaga kesehatan dapat lebih mendalami mengenai penyakit hidronefrosis dan penatalaksanaannya, akan tetapi tetap dengan diimbangi dari referensi lainnya. Proses asuhan keperawatan yang diulas dalam makalah ini juga dapat digunakan oleh mahasiswa keperawatan maupun tenaga profesional keperawatan dalam menghadapi klien dengan gangguan hidronefrosis. 2 7
BAB 2. TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan perifer ginjal pada satu atau kedua ginjal akibat adanya obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik sehingga tekanan diginjal meningkat (Smeltzer dan Bare, 2002). Hidronefrosis adalah obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelviks ginjal dan ureter yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal (Sylvia,1995). Apabila obstruksi ini terjadi di ureter atau kandung kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal tetapi jika obstruksi terjadi disalah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal yang rusak. Hidronefrosis adalah dilatasi pelvis ureter yang dihasilkan oleh obstruksi aliran keluar urin oleh batu atau kelainan letak arteria yang menekan ureter sehingga pelvis membesar dan terdapat destruksi progresif jaringan ginjal (Gibson, 2003). Hidronefrosis adalah pembesaran ginjal akibat tekanan balik terhadap ginjal karena aliran air kemih tersumbat. Hidronefrosis adalah obstruksi saluran kemih proksimal terhadap kandung kemih yang mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter serta atrofi pada parenkim ginjal (Price, 2001). Dalam keadaan normal, air kemih mengalir dari ginjal dengan tekanan yang sangat rendah. Jika aliran air kemih tersumbat, air kemih akan mengalir kembali ke dalam tabung-tabung kecil di dalam ginjal (tubulus renalis) dan ke dalam daerah pusat pengumpulan air kemih (pelvis renalis). Hal ini akan menyebabkan ginjal menggembung dan menekan jaringan ginjal yang rapuh. Pada akhirnya, tekanan hidronefrosis yang menetap dan berat akan merusak jaringan ginjal sehingga secara perlahan ginjal akan kehilangan fungsinya.
2.2 Epidemiologi Hidronefrosis adalah obstruksi saluran kemih proksimal terhadap kandung kemih yang mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis ginjal dan ureter serta atrofi pada parenkim ginjal. Epidemiologi dari penyakit
8
hidronefrosis yaitu di Semarang terdapat 51,9 dari 10.000 penduduk yang menderita atau mengidap hidronefrosis. Sedangkan di Rumah Sakit dr. Soetomo Surabaya angka kejadiannya yaitu pria : wanita = 5:1, usia yang terkena hidronefrosis rata-rata pada usia 41,5 tahun.
2.3 Etiologi Hidronefrosis biasanya terjadi akibat adanya sumbatan pada sambungan ureteropelvik (sambungan antara ureter dan pelvis renalis) yaitu : a. Kelainan struktural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam pelvis renalis terlalu tinggi b. Lilitan pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal bergeser ke bawah c. Batu di dalam pelvis renalis; d. Penekanan pada ureter oleh jaringan fibrosa, arteri atau vena yang letaknya abnormal, dan tumor. Hidronefrosis juga bisa terjadi akibat adanya penyumbatan dibawah sambungan ureteropelvik atau karena arus balik air kemih dari kandung kemih: a. Batu di dalam ureter; b. Tumor di dalam atau di dekat ureter; c. Penyempitan ureter akibat cacat bawaan, cedera, infeksi, terapi penyinaran atau pembedahan; d. Kelainan pada otot atau saraf di kandung kemih atau ureter; e. Pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di sekeliling ureter akibat pembedahan, rontgen atau obat-obatan (terutama metisergid); f. Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam kandung kemih); g. Kanker kandung kemih, leher rahim, rahim, prostat atau organ panggul lainnya; h. Sumbatan yang menghalangi aliran air kemih dari kandung kemih ke uretra akibat pembesaran prostat, peradangan atau kanker; i. Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan atau cedera; j. Infeksi saluran kemih yang berat, yang untuk sementara waktu menghalangi kontraksi ureter. 4 9
Kadang hidronefrosis terjadi selama kehamilan karena pembesaran rahim menekan ureter. Perubahan hormonal akan memperburuk keadaan ini karena mengurangi kontraksi ureter yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung kemih. Hidronefrosis akan berakhir bila kehamilan berakhir, meskipun sesudahnya pelvis renalis dan ureter mungkin tetap agak melebar. Pelebaran pelvis renalis yang berlangsung lama dapat menghalangi kontraksi otot ritmis yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung kemih. Jaringan fibrosa lalu akan menggantikan kedudukan jaringan otot yang normal di dinding ureter sehingga terjadi kerusakan yang menetap.
2.4 Tanda dan Gejala Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap. Obstruksiakut dapat menimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika terjadiinfeksi maja disuria, menggigil, demam dan nyeri tekan serta piuria akanterjadi. Hematuri dan piuria mungkin juga ada. Jika kedua ginjal kenamaka tanda dan gejala gagal ginjal kronik akan muncul, seperti: a. Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium); b. Gagal jantung kongestif; c. Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi); d. Pruritis (gatal kulit); e. Butiran uremik (kristal urea pada kulit); f. Anoreksia, mual, muntah, cegukan; g. Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang; h. Amenore, atrofi testikuler.(Smeltzer dan Bare, 2002)
2.5 Patofisiologi Hidronefrosis merupakan respons hasil dari proses anatomis atau fungsional dari suatu gangguan aliran urine. Gangguan ini dapat terjadi dimana saja di sepanjang saluran urine dari ginjal sampai ke meatus uretra. Obstruksi total akut ureter pada binatang percobaan menyebabkan pelebaran mendadak dan peningkatan tekanan lumen bagian proksimal tempat obstruksi. Filtrasi glomerulus tetap berlangsung dengan peningkatan filtrasi pada tubulus dan 5 10
penumpukan cairan di ruang interstisium. Peningkatan tekanan interstisium menyebabkan disfungsi tubulus. Kerusakan nefron ireversibel terjadi dalam waktu kira-kira 3 minggu. Pada obstruksi parsial, kerusakan ireversibel terjadi dalam waktu yang lebih lama dan bergantung pada derajat obstruksi. Sebagian besar penyebab obstruksi saluran kemih yang diuraikan diatas menyebabkan obstruksi parsial lambat terhadap aliran urine. Keadaan ini menyebabkan hidronefrosis dan atrofi korteks ginjal progresif akibat kerusakan nefron yang berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan tahunan. Hanya hidronefrosis bilateral yang dapat menyebabkan gagal ginjal. Statis urine akibat obstruksi meningkatakan insidensi pielonefritis akut dan pembentukan batu saluran kemih yang keduanya dapat memperberat obstruksi. Obstruksi ureter akut oleh batu, bekuan darah, atau kerak papila renalis akan menyebabkan kolik ureter akibat peningkatan peristalsis ureter. Kolik ureter merupakan nyeri intermitten yang sering kali sangat berat pada sudut ginjal posterior dan menjalar disekitar pinggang (flank) menuju daerah pubis. Obstruksi unilateral kronis biasanya asimtomatik bahkan pada obstruksi total dan umumnya berlanjut dengan kerusakan ginjal permanen sebelum terdeteksi. Obstruksi parsial bilateral kronis memberikan gambaran gagal ginjal kronis progresif, meliputi hipertensi, kegagalan fungsi tubulus (poliuria, asidosis tubulus renalis, dan hiponatremia), dan timbulnya batu saluran kemih atau pielonefritis akut. Penanganan pasien tersebut dapat mengembalikan fungsi tubulus menjadi normal bila dilakukan secara dini. Obstruksi bilateral total meneyebabkan gagal ginjal akut tipe pascaginjal dan selanjutnya dengan cepat menuju ekmatian bila tidak segera dikoreksi. Oleh karena itu, keadaan ini termasuk kegawatdaruratan medis (Kimberly, 2011). Sedangkan menurut Vinay Kumar, dkk (2007) Obstruksi bilateral total menyebabkan anuria, yang menyebabkan pasien segera berobat. Apabila obstruksi terletak dibawah kandung kemih, gejala dominan adalah keluhan peregangan kandung kemih. Secara paradoks, obstruksi bilateral inkomplit menyebabkan poliuria bukan oliguria, akibat terganggunya kemampuan tubulus memekatkan urin dan hal ini dapat menyamarkan sifat asli kelainan ginjal. Hidronefrosis unilateral dapat tetap asintomatik dalam jangka lama, kecuali apabila ginjal yang 6 11
lain tidak berfungsi karena suatu sebab. Ginjal yang membesar sering ditemukan secara tidak sengaja pada pemerksaan fisik rutin. Kadang-kadang penyebab dasar hidronefrosis, seperti kalkulus ginjal atau tumor obstruktif, menimbulkan gejala yang secara tidak langsung menimbulkan perhatian ke hifronefrosis. Dihilangkanya obstruksi dalam beberapa minggu biasanya memungkinkan pemulihan total fungsi, namun seiring dengan waktu perubahan menjadi ireversibel. Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik, sehingga tekanan di ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi di salah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal saja yang rusak. Obstruksi parsial atau intermiten dapat disebabkan oleh batu renal yang terbentuk di piala ginjal tetapi masuk ke ureter dan menghambatnya. Obstruksi dapat diakibatkan oleh tumor yang menekan ureter atau berkas jaringan parut akibat abses atau inflamasi dekat ureter dan menjepit saluran tersebut. Gangguan dapat sebagai akibat dari bentuk abnormal di pangkal ureter atau posisi ginjal yang salah, yang menyebabkan ureter berpilin atau kaku. Pada pria lansia , penyebab tersering adalah obstruksi uretra pada pintu kandung kemih akibat pembesaran prostat. Hidronefrosis juga dapat terjadi pada kehamilan akibat pembesaran uterus. Adanya akumulasi urin di piala ginjal akan menyebabkan distensi piala dan kaliks ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal terjadi. Ketika salah satu ginjal sedang mengalami kerusakan bertahap, maka ginjal yang lain akan membesar secara bertahap (hipertropi kompensatori), akhirnya fungsi renal terganggu (Smeltzer dan Bare, 2002).
2.6 Komplikasi dan Prognosis Jika hidronefrosis tetap tidak diobati, peningkatan tekanan di dalam ginjal bisa menurunkan kemampuan ginjal untuk menyaring darah, mengeluarkan produk sampah, dan membuat urin serta mengatur elektrolit dalam tubuh. Hidronefrosis bisa menyebabkan infeksi ginjal (pyelonephrosis) gagal ginjal, sepsis, dan dalam beberapa kasus, ginjal kehilangan fungsi atau kematian. Fungsi 7 12
ginjal akan mulai menurun segera dengan timbulnya hidronefrosis tetapi reversibel jika tidak menyelesaikan pembengkakan. Biasanya ginjal sembuh dengan baik bahkan jika ada halangan berlangsung hingga 6 minggu. Menurut Kimberly (2011) penyakit hidronefrosis dapat menyebabkan komplikasi sebagai berikut: a. Batu ginjal. Adanya obstuksi dalam hidronefrosis menyababkan pengeluaran urin terganggu atau bahkan menjadi statis. dengan adanya kondisi tersebut, maka fungsi ginjal untuk mengekskresikan zat yang dapat membentuk kristal secara berlebihan terganggu, hal itu menyababkan zat tersebut mengendap dan mengkristal, dan lama-kelamaan dapat mengakibatkan batu ginjal b. Sepsis. dengan adanya hidronefrosis maka potensi untuk terjadinya infeksi sangat dapat terjadi akibat kuman dapat masuk ke saluran urinari, kemudian kuman teresbut dapat masuk ke pembuluh darah yang dapat mengakibatkan septikemia c. Hipertensi renovaskuler. Pada keadaan hidronefrosis yang parah yang mengakibatkan perfusi renal yang buruk maka akan terjadi sekresi sejumlah besar renin yang berfungsi dalam pelepasan angiostensin. Angiostensin akan merangsang pengeluaran hormon adolsteron yang membuat tubula menyerap banyak natrium dan air sehingga meningkatkan volume dan tekanan darah. Akibat hidronefrosis maka akan terjadi perubahan respon terhadap resitensi vaskular dan fungsi renal yang mengakibatkan ginjal mengalami hipertensi renovaskular. d. Nefropati obstruktif. Adanya hidronefrosis menyebabkan perubahan stuktur anatomi disertai penurunan fungsi ginjal e. Pielonefritis. Hidronefrosis bisa menyebabkan infeksi ginjal (pionefritis). aliran balik urin yang membawa kuman dari saluran urinari yang dapat mengkaibatkan infeksi pada ginjal f. Ileus paralitik. hidronefrosis yang parah dapat mengakibatkan ketidakseimbangan elektroli. Adanya ketidakseimabangan tersebut dapat menimbulkan penurusan fungsi kerja peristaltik usus sehingga usus dapat mengalami ilius paralitik.
8 13
2.7 Pemeriksaan Penunjang dan Dignostik Pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu : 1. Adanya massa di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggul, terutama jika ginjal sangat membesar. 2. USG, memberikan gambaran ginjal, ureter dan kandung kemih. 3. Urografi intravena, bisa menunjukkan aliran air kemih melalui ginjal 4. Sistoskopi, bisa melihat kandung kemih secara langsung 5. Laboratorium Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya kadar urea tinggi karena ginjal tidak mampu membuang limbah metabolik.
2.8 Pengobatan a. Hidronefrosis akut 1. Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang hebat, maka air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan segera dikeluarkan (biasanya melalui sebuah jarum yang dimasukkan melalui kulit). 2. Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu, maka bisa dipasang kateter pada pelvis renalis untuk sementara waktu.
b. Hidronefrosis kronik 1. Diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi penyumbatan air kemih 2. Ureter yang menyempit atau abnormal bisa diangkat melalui pembedahan dan ujung-ujungnya disambungkan kembali 3. Dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari jaringan fibrosa. Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka dilakukan pembedahan untuk melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali di sisi kandung kemih yang berbeda 4. Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi: a) terapi hormonal untuk kanker prostat b) pembedahan c) pelebaran uretra dengan dilator 9 14
2.9 Pencegahan Pencegahan yang dapat dilakukan pada hidronefrosis dengan cara mengurangi faktor penyebab penyakit tersebut, misalnya minum air minimal 8 gelas sehari untuk mencegah terbentuknya batu di saluran kemih, menjaga kebersihan diri untuk mencegah resiko terjadinya infeksi dari saluran kemih, menghindari paparan zat karsinogenik yang dapat memicu kanker serta menghindari kebiasaan menahan miksi yang dapat menimbulkan batu ginjal.
10 15
BAB 3. PATHWAYS
Infeksi pada ureter atau uretra Neoplasma/ tumor di sekitar ureter atau uretra Pembesaran uterus pada saat kehamilan BPH (Benigna Prostat Hipertrofi ) Batu ginjal/ kelainan kongenital Proses infeksi Peradangan Metabolisme meningkat Panas/ demam MK: Hipertermi Terbentuknya jaringan parut Penekanan pada ureter/ uretra Penekanan pada saluran kemih Hipertrofi prostat Penekanan pada uretra Obstruksi sebagian atau total aliran urine Obstruksi akut Kolik renalis/nyeri pinggang MK: Nyeri Akut Urine mengalir balik Peningkatan tekanan ginjal Gangguan fungsi ginjal Kegagalan metabolisme ginjal Peningkatan ureum dalam darah Oliguri MK: Gangguan Eliminasi Urin Pasang Kateter MK: Resiko Tinggi Infeksi Ginjal tidak bisa menghasilkan eritropoeitin Produksi eritrosit menurun Anemia HB turun Suplai O2 ke jaringan turun MK: Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Lelah, letih, lesu, pucat Penurunan aktivitas MK: Intoleransi Aktivitas Bersifat toksik dalam tubuh Sistem pencernaan Lambung: ureum bertemu HCL Mual, muntah MK: Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh Mulut: ureum bertemu enzim ptialin Bau amonia Anoreksia
perubahan status kesehatan Gelisah MK: Ansietas Kurang informasi MK: Kurang Pengetahuan 16
BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Pengkajian a. Identitas Identitas Klien: Hidronefrosis dapat terjadi pada klien yang mengalami akumulasi urin di saluran kemih bagian atas.
b. Keluhan Utama Klien dengan hidronefrosis dapat mengeluh nyeri yang luar biasa di daerah tulang rusuk dan tulang panggul.
c. Riwayat Penyakit Sekarang Klien dengan hidronefrosis mengalami oliguri, nyeri saat berkemih, dan nyeri panggul.
d. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat penyakit dahulu yang mungkin pernah dialami klien seperti, penyakit batu ginjal, tumor, pembesaran prostat, atau kelainan kongenital.
e. Riwayat Perinatal 1) Antenatal: pada klien dengan hidronefrosis, biasanya ibu sang anak menderita kanker kandung kemih atau infeksi saluran kemih. 2) Intra natal: pada klien dengan hidronefrosis biasanya saat proses kelahiran mengalami infeksi, cacat bawaan, terapi penyinaran atau pembedahan. 3) Post natal: pada klien dengan hidronefrosis biasanya klien kurang dalam penatalaksanaan personal hygiene dan mengalami infeksi.
17
f. Riwayat Kesehatan Keluarga Adanya riwayat penyakit di keluarga yang berhubungan dengan kelainan-kelainan ginjal, seperti BPH, diabetes melitus, gagal ginjal, dan kelainan ginjal lainnya.
g. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan Pemeriksaan tingkat perkembangan terdiri dari adaptasi sosial, motorik kasar, motorik halus, dan bahasa. Tingkat perkembangan pada klien dengan hidromnefris dapat dikaji melalui tingkah laku pasien maupun informasi dari keluarga. Klien dengan hidronefrosis akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang terhambat, hal ini dikarenakan hidonefrosis menimbulkan gejala saluran pencernaan yang samar-samar, seperti mual, muntah, dan nyeri perut. Gejala ini kadang terjadi pada penderita anak-anak sehingga kebutuhan nutrisinya kurang tercukupi dan akan mempengaruhi proses tumbuh kembangnya. Selain itu rasa nyeri ditimbulkan membuat anak-anak tidak tersa nyaman dan akan pula mengganggu proses perkembangannya.
h. Keadaan Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit Kedaan lingkungan yang dapat mempengaruhi timbulnya hidronefrosis yaitu lingkungan/suhu yang terlalu panas. Lingkungan yang terlalu panas dapat menyebabkan tubuh mengeluarkan keringat berlebih sehingga mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit, klien akan mengalami dehidrasi, penurunan produksi urin, dan urin akan menjadi pekat. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya batu ginjal, dengan demikian ginjal akan mengalami obstruksi sebagian atau total aliran urin yang kemudian mengindikasikan terjadinya hidronefrosis.
i. Pola Fungsi Kesehatan 1) Pola persepsi dan tata laksana kesehatan: Perubahan penatalaksanaan kesehatan yang dapat menimbulkan masalah dalam kesehatannya. 2) Pola nutrisi dan metabolisme: Klien hidronefrosis anak biasanya terjadi akibat cacat bawaan dimana sambungan ureteropelvik menimbulkan gejala saluran pencernaan yang samar-samar, seperti mual, muntah, dan nyeri perut sehingga memungkinkan klien akan mengalami penurunan berat badan. 13 18
3) Pola eliminasi: Klien dengan hidronefrosis akan mengalami perubahan polea eliminasi urin. 4) Pola aktivitas/bermain: Klien akan mengalami kelemahan diakibatkan nyeri dan kemungkinan komplikasi yang terjadi. 5) Pola istirahat dan tidur: Klien akan mengalami gangguan istirahat dan tidur karena nyeri dan kemungkinan komplikasi yang terjadi. . 6) Pola kognitif dan persepsi sensori: Klien dan keluarga pada umumnya tidak mengetahui tentang penyakitnya. 7) Pola konsep diri: bagaimana persepsi orang tua dan/atau anak terhadap pengobatan dan perawatan yang akan dilakukan. 8) Pola hubungan-peran: peran orang tua sangat dibutuhkan dalam merawat dan mengobati anak dengan leukopenia. 9) Pola seksual-seksualitas: apakah selama sakit terdapat gangguan atau tidak yang berhubungan dengan reproduksi sosial. Pada klien yang menderita hidronefrosis biasanya tidak ada gangguan dalam reproduksi. 10) Pola mekanisme koping: keluarga perlu memeberikan dukungan dan semangat sembuh bagi klien. 11) Pola nilai dan kepercayaan: bagaimana sistem kepercayaan yang dianut klien dan orang tua dalam kesembuhan penyakitnya.
j. Pemeriksaan Fisik 1) Keadaan umum : pada kondisi yang masih belum parah, kemungkinan klien dalam keadaan compos mentis, dan dalam keadaan yang cukup parah kemungkinan klien berada dalam tingkat kesadaran sopor. 2) Kepala dan leher Pada inspeksi kepala dan leher pada klien hidronefrosis kemungkinan dapat terjadi yaitu, pada mata terlihat adanya konjungtiva anemis dan bibir pucat, hal ini dapat terjadi karena fungsi ginjal yang terganggu sehingga tidak dapat menghasilkan eritropoeitin (produksi eritrosit menurun) dan dapat menyebabkan suplai O2 ke jaringan turun. Klien jika sudah dalam keadaan yang kronis juga dapat mengalami pernapasan cuping hidung, hal ini terjadi 14 19
karena kegagalan ginjal untuk membuang limbah metabolik sehingga terjadi asidosis metabolik. 3) Dada Pemeriksaan dada pada klien hidronefrosis biasanya masih belum didapatkan kelainan. 4) Abdomen Pemeriksaan fisik abdomen pada klien hidronefrosis kemungkinan dapat diperoleh hasil teraba massa di daerah suprabubik dengan konsentrasi keras, pada klien juga bisa diperoleh adanya nyeri ketok di sudut costovertebra, keadaan ini terjadi karena adanya regangan kapsul ginjal akibat hidronefrosis. 5) Kulit Pemeriksaan kulit pada klien hidronefrosis kemungkinan dapat terjadi pucat, lembab. Hal ini terjadi karena ginjal mengalami gangguan sehingga produksi eritropoeitin menurun dan suplai O2 ke jaringan juga menurun. 6) Genetalia dan Rektum Pada klien hidronefrosis kemungkinan bisa ditemukan terabanya massa jika hidronefrosis disebabkan oleh tumor. Selain itu, juga dapat diperoleh adanya pembesaran prostat jika keadaan tersebut disebabkan oleh BPH. 7) Ekstremitas Pada klien hidronefrosis kemungkinan tidak didapatkan kelainan ektremitas. Namun jika hidronefrosis parah pada kedua bagian ginjal, maka dapat mengakibatkan gejala gagal ginjal seperti terdapat odem pada extremitas, keletihan, dan kelemahan.
k. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada klien dengan hidronefrosis adalah sebagai berikut: 1) Adanya massa di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggul, terutama jika ginjal sangat membesar. 2) USG, memberikan gambaran ginjal, ureter dan kandung kemih. 3) Urografi intravena, bisa menunjukkan aliran air kemih melalui ginjal 4) Sistoskopi, bisa melihat kandung kemih secara langsung 15 20
5) Laboratorium Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya kadar urea tinggi karena ginjal tidak mampu membuang limbah metabolik.
l. Terapi c. Hidronefrosis akut 3. Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang hebat, maka air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan segera dikeluarkan (biasanya melalui sebuah jarum yang dimasukkan melalui kulit). 4. Pasang kateter pada pelvis renalis untuk sementara waktu jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu. d. Hidronefrosis kronik a) Diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi penyumbatan air kemih. b) Ureter yang menyempit atau abnormal bisa diangkat melalui pembedahan. c) Pembedahan untuk membebaskan ureter dari jaringan fibrosa. d) Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi: (1) terapi hormonal untuk kanker prostat (2) pembedahan (3) pelebaran uretra dengan dilator
16 21
m. Analisa Data
Tanggal No Data Fokus Etiologi Problem Diagnosa Keperawatan 1 DO/DS: - melindungi daerah nyeri - meringis menahan nyeri Nyeri akut
Nyeri pinggang
Obstruksi akut
Infeksi,neoplasma, cacat bawaan, pembesaran uterus,BPH Nyeri akut Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi akut saluran urin 2 DO/DS: - Jumlah urin sedikit - Saat berkemih hanya menetes - anyang-anyangan Gangguan pola eleminasi urin
Oliguri
Obstruksi sebagian/ total saluran kemih Gangguan eleminasi urin Gangguan eleminasi urin berhubungan dengan obstruksi saluran urin 17 22
Infeksi,neoplasma, cacat bawaan, pembesaran uterus,BPH 3 DO/DS: -Kenaikan suhu tubuh diatas rentang normal (lebih dari 37 0 ) - Kulit kemerahan - Kulit panas/hangat Hipertermi
Demam
Metabolisme meningkat
Proses infeksi
Ureter/uretra Terpapar bakteri,kuman,virus ,jamur Hipertermi Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi 4 DO/DS: Ketidakseimbangan Ketidakseimbang Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari 18 23
- Bising usus berlebih - Konjungtiva pucat - BB menurun - Tidak nafsu makan - Mual dan muntah
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Anoreksia
Mual,muntah
Ureum bertemu HCL di lambung
Peningkatan ureum dalam darah
Gangguan metabolism ginjal
an nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia 5 DO/DS: - warna kulit pucat - pusing
Ketidakefektifan perfusi jaringan
Ketidakefektifan perfusi jaringan Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan produksi eritrosit menurun 19 24
Suplai O2 ke jaringan turun
Anemia,HB turun
Produksi eritrosit menurun
Ginjal tidak bisa menghasilkan eritropoeitin
Gangguan fungsi ginjal
6 DO/DS: - Respon abnormal dari tekanan darah atau nadi terhadap aktivitas - Tidak bertenaga - Kelelahan Intoleransi aktivitas
Penurunan aktivitas
Lelah,letih,lesu,pucat
Anemia,HB turun Intoleransi aktivitas Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan 20 25
- Sesak napas atau ketidaknyamanan saat beraktivitas
Produksi eritrosit menurun
Ginjal tidak bisa menghasilkan eritropoeitin
Gangguan fungsi ginjal
7 DO/DS: -Ditemukan tanda infeksi seperti demam, ISK
Resiko tinggi infeksi
Pemasangan kateter yang salah
Oliguri
Obstruksi sebagian/ total saluran kemih Resiko tinggi infeksi Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pemasangan kateter 21 26
Kolik renalis/nyeri pinggang Ansietas Ansietas berhubungan dengan perubahan status mental 9 DO/DS: - Pengungkapan masalah - Pengungkapan ketidaktahuan tentang penyakit Kurang pengetahuan
Kurang informasi
Obstruksi akut
Obstruksi sebagian atau total haluaran urine Kurang pengetahuan Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit
22 27
4.2 Diagnosa Keperawatan Tanggal No Diagnosa Keperawatan 1 Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi saluran urin 2 Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi 3 Gangguan eleminasi urin berhubungan dengan obstruksi saluran urin 4 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia 5 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pemasangan kateter 6 Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan produksi eritrosit menurun 7 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan 8 Ansietas berhubungan dengan perubahan status mental 9 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit
4.3 Perencanaan Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi Rasional Tujuan Jangka Pendek Tujuan Jangka Panjang Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi Skala nyeri berkurang Wajah klien tidak meringis kesakitan Nyeri akut teratasi 1. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau karakter dan intensitas 1. Perubahan lokasi atau karakter atau intensitas nyeri dapat mengindikasikan terjadinya 23 28
akut saluran urin (skala 0-10). 2. Berikan tindakan kenyamanan dasar contoh tekhnik relaksasi, perubahan posisi dengan sering. 3. Observasi tanda-tanda vital 4. Berikan lingkungan yang tenang sesuai indikasi. 5. Dorong ekspresi perasaan tentang nyeri. 6. Berikan kompres hangat pada lokasi nyeri. 7. Kolaborasikan dalam pemberian analgetik komplikasi atau perbaikan. 2. Meningkatkan relaksasi. 3. Mengetahui kondisi umum klien 4. Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensivitas pada suara-suara bising dan meningkatkan istirahat/relaksasi. 5. Pernyataan memungkinkan pengungkapan emosi dan dapat meningkatkan mekanisme koping. 6. Meningkatkan vasokontriksi, penumpukan resepsi sensori yang selanjutnya akan menurunkan nyeri di lokasi yang paling dirasakan. 7. Mungkin diperlukan untuk menghilangkan nyeri yang 24 29
berat serta meningkatkan kenyamanan dan istirahat. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi Suhu tubuh dalam batas normal (36 37 0 C) Nadi dan RR dalam rentang normal Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa nyaman
Hipertermi teratasi 1. Monitor suhu, tekanan darah, nadi , RR, kemungkinan adanya penurunan tingkat kesadaran 2. Monitor warna dan suhu kulit 3. Kolaborasi pemberian antipiretik 4. Monitor pemberian Antibiotik 5. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila 6. Tingkatkan 1. Demam akan meningkatkan metabolism tubuh yang berakibat pada peningkatan suhu, tekanan darah, nadi , RR, juga memungkinkan adanya penurunan tingkat kesadaran 2. Demam ditandai warna kulit kemerahan dan perubahan suhu tubuh kulit 3. Pemberian antipiretik dapat menurunkan demam 4. Antibiotic dapat membunuh asal penyebab demam akibat infeksi 5. Lipat paha dan aksila terdapat pembuluh darah yang besar sehingga mempercepat 25 30
sirkulasi udara
penurunan demam 6. Sirkulasi udara membantu percepatan evaporasi dan mempercepat penuruanan demam. Gangguan eleminasi urin berhubungan dengan obstruksi saluran urin Tidak ada residu urine >100-200 cc Tidak ada spasme bladder Balance cairan seimbang Tidak ada tanda ISK
Gangguan eleminasi urin teratasi 1. Monitor intake dan output 2. Monitor derajat distensi bladder 3. Instruksikan pada pasien dan keluarga untuk mencatat output urine 4. Stimulasi reflek bladder dengan kompres dingin pada abdomen. 5. Lakukan kateterisasi jika perlu 6. Monitor tanda dan 1. Mengetahui dan memantau balance cairan 2. Mengetahui derajat ditensi bladder 3. Output urin diperlukan untuk pengkajian, pemantauai balance cairan 4. Reflek dingin pada abdomen mendorong agar klie berkemih 5. Kateterisasi sebagai tindakan bila urin tidak mampu keluar atau dalam jumlah sedikit 6. ISK dapat muncul akibat adanya retensi urin 26 31
gejala ISK (panas, hematuria, perubahan bau dan konsistensi urine)
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
Intake nutrisi klien meningkat Menghabiskan porsi makan yang disediakan sesuai diet yang dianjurkan Berat badan meningkat
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan teratasi 1. Kaji pola nutrisi, intake dan output klien serta catat perubahan yang terjadi. 2. Timbang berat badan klien secara periodik. 3. Lakukan pemerikasaan fisik abdomen (palpasi,perkusi,dan auskultasi). 4. Berikan porsi kecil tapi sering. 5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam penentuan diet dan kebutuhan medikasi 1. Mengetahui status nutrisi pasien berguna untuk pemberian tindakan yang efektif. 2. Mengetahui perubahan berat badan pasien. 3. Mengetahui kondisi peristaltik usus. 4. Porsi kecil tapi sering digunakan untuk memenuhi nutrisi pasien. 5. Untuk membantu dalam menentukan diet yang sesuai dan obat-obatan yang diindikasikan. 27 32
klien.
4.4 Pelaksanaan No Diagnosa Keperawatan Pelaksanaan 1 Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi akut saluran urin 1. Mengkaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau karakter dan intensitas (skala 0-10). 2. Memberikan tindakan kenyamanan dasar contoh tekhnik relaksasi, perubahan posisi dengan sering. 3. Memberikan lingkungan yang tenang sesuai indikasi. 4. Mendorong ekspresi perasaan tentang nyeri. 5. Memberikan kompres hangat pada lokasi nyeri. 6. Mengkolaborasikan dalam pemberian analgetik 2 Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi 1. Memonitor suhu, tekanan darah, nadi , RR, kemungkinan adanya penurunan tingkat kesadaran 2. Memonitor warna dan suhu kulit 3. Mengkolaborasikan pemberian antipiretik 4. Memonitor pemberian Antibiotik 5. Mengkompres pasien pada lipat paha dan aksila 6. Meningkatkan sirkulasi udara 3 Gangguan eleminasi urin 1. Memonitor intake dan output 28 33
berhubungan dengan obstruksi saluran urin 2. Memonitor derajat distensi bladder 3. Menginstruksikan pada pasien dan keluarga untuk mencatat output urine 4. Menstimulasi reflek bladder dengan kompres dingin pada abdomen. 5. Melakukan kateterisasi jika perlu 6. Memonitor tanda dan gejala ISK (panas, hematuria, perubahan bau dan konsistensi urine) 4 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia 1. Kaji pola nutrisi, intake dan output klien serta catat perubahan yang terjadi. 2. Timbang berat badan klien secara periodik. 3. Lakukan pemerikasaan fisik abdomen (palpasi,perkusi,dan auskultasi). 4. Berikan porsi kecil tapi sering. 5. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam penentuan diet dan kebutuhan medikasi klien.
4.5 Evaluasi No Diagnosa Keperawatan Evaluasi 1 Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi akut saluran urin S : orang tua klien mengatakan sus nyeri yang dirasakan anak saya masih ada namun sudah berkurang O : klien masih tanpak meringis A : tujuan belum tercapai 29 34
P : lanjutkan tindakan keperawatan 2 Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi S : klien mengatakan sus saya sudah tidak panas lagi O : Suhu tubuh klien dalam rentang normal (36 0 C-37 0 C) A : tujuan telah tercapai P : hentikan tindakan keperawatan. 3 Gangguan eleminasi urin berhubungan dengan obstruksi saluran urin S : klien mengatakan anak saya belum bisa kencing lancar sus O : seteleh berkemih masih terlihat urin menete A : tujuan belum tercapai P : lanjutkan tindakan keperawatan 4 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia S : orang tua klien mengatakan anak saya menghabiskan porsi makan yang disediakan sesuai diet yang dianjurkan. O : BB meningkat, mukosa bibir merah muda A : tujuan telah tercapai P : hentikan tindakan keperawatan.
30 35
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan Hidronefrosis merupakan obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelviks ginjal dan ureter yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal. Apabila obstruksi ini terjadi di ureter atau kandung kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal tetapi jika obstruksi terjadi disalah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal yang rusak. Oleh karena itu untuk mengatasi berbagai masalah yang ditumbulkan oleh hidronefrosis perlu adanya problem solving melalui proses keperawatan. Tujuannya dari penatalaksanaan hidronefrosis adalah untuk mengaktivasi dan memperbaiki penyebab dari hidronefrosis (obstruksi, infeksi) dan untuk mempertahankan dan melindungi fungsi ginjal.Untuk mengurangi obstruksi urin akan dialihkan melalui tindakan nefrostomi atau tipe disertasi lainnya.
5.2 Saran Pasien harus menghindari penyebab hidronefrosis. Selain itu keluarga juga harus berperan aktif untuk kesembuhan pasien dan mampu melakukan perawatan mandiri kepada pasien setelah perawat mengajrkan cara perawatn mandiri di rumah.
36
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Moyet & Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.
Dongoes, M.E., Mary F.M., dan Alice C. G. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Gibson, John. 2003. Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta: EGC.
Guyton dan Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis