Anda di halaman 1dari 13

+ + + + + + + + + + + + +

+ + + + + + +
P
A
L
A
W
A
N

T
R
O
U
G
H
N
+ + + + + + + + +
Indonesia
KUCHING OROGENIC
COMPLEX
Malaysia
TARAKAN
BASIN
Brunei
NW.BORNEO
BASIN
W
E
S
T

B
A
R
A
M
L
I
N
E
L
U
P
A
R
L
IN
E
KOTA
KINABALU
KUCHING
KUTAI BASIN
Sangatta
Semberah
Badak/Nilam
Tunu
Handil
Mutiara
BALIKPAPAN
SAMARINDA
PALANGKARAYA
SCHWANNER BLOCK
A
D
A
N
G
F
L
E
X
U
R
E
B
A
R
I
T
O
B
A
S
I
N
BANJARMASIN
M
E
R
A
T
U
S

H
I
G
H
A
S
E
M

A
S
E
M
B
A
S
I
N
PATERNOSTER
PLATFORM
M
A
K
A
S
S
A
R

T
R
O
U
G
H
S
U
L
A
W
E
S
I
South China Sea
Celebes Sea
Java Sea
MELAWI BASIN
+ + + +
+ + +
+
+
+ + + + + +
+ +
+ + +
+ + +
+ + + +
+ + + +
+ + + + + + +
+ + + + + + +
+ + + + + + +
+ + + +
BARITO
PLAT FORM
UPPER
LOWER
KETUNGAU BASIN
+ + + + + + + + + + + +
+ + + +
S
E
M
P
O
R
N
A
H
IG
H
M
A
N
G
K
A
L
IH
A
T
H
IG
H
+ + + + + + + + + + + + +
+ + + + + + +
P
A
L
A
W
A
N

T
R
O
U
G
H
N
+ + + + + + + + +
Indonesia
KUCHING OROGENIC
COMPLEX
Malaysia
TARAKAN
BASIN
Brunei
NW.BORNEO
BASIN
W
E
S
T

B
A
R
A
M
L
I
N
E
L
U
P
A
R
L
IN
E
KOTA
KINABALU
KUCHING
KUTAI BASIN
Sangatta
Semberah
Badak/Nilam
Tunu
Handil
Mutiara
BALIKPAPAN
SAMARINDA
PALANGKARAYA
SCHWANNER BLOCK
A
D
A
N
G
F
L
E
X
U
R
E
B
A
R
I
T
O
B
A
S
I
N
BANJARMASIN
M
E
R
A
T
U
S

H
I
G
H
A
S
E
M

A
S
E
M
B
A
S
I
N
PATERNOSTER
PLATFORM
M
A
K
A
S
S
A
R

T
R
O
U
G
H
S
U
L
A
W
E
S
I
South China Sea
Celebes Sea
Java Sea
MELAWI BASIN
+ + + +
+ + +
+
+
+ + + + + +
+ +
+ + +
+ + +
+ + + +
+ + + +
+ + + + + + +
+ + + + + + +
+ + + + + + +
+ + + +
BARITO
PLAT FORM
UPPER
LOWER
KETUNGAU BASIN
+ + + + + + + + + + + +
+ + + +
S
E
M
P
O
R
N
A
H
IG
H
M
A
N
G
K
A
L
IH
A
T
H
IG
H
GEOLOGI REGIONAL

II.1. Fisiografi Regional

Pulau Kalimantan berada dibagian tenggara dari lempeng Eurasia. Pada bagian utara
dibatasi oleh cekungan marginal Laut China Selatan, di bagian timur oleh selat Makassar dan
di bagian selatan oleh Laut Jawa.













Gambar 2.1. Kerangka Tektonik Pulau Kalimantan (Bachtiar, 2006)

Bagian utara Kalimantan didominasi oleh komplek akresi Crocker-Rajang-Embaluh
berumur Kapur dan Eosen-Miosen. Di bagian selatan komplek ini terbentuk Cekungan
Melawi-Ketungai dan Cekungan Kutai selama Eosen Akhir, dan dipisahkan oleh zona ofiolit-
melange Lupar-Lubok Antu dan Boyan.
Di bagian selatan pulau Kalimantan terdapat Schwanner Mountain berumur Kapur
Awal-Akhir berupa batolit granit dan granodiorit yang menerobos batuan metamorf regional
derajat rendah. Tinggian Meratus di bagian tenggara Kalimantan yang membatasi Cekungan
Barito dengan Cekungan Asem-asem. Tinggian Meratus merupakan sekuens ofiolit dan busur
volkanik Kapur Awal. Cekungan Barito dan Cekungan Kutai dibatasi oleh Adang flexure.
II.2. Tatanan Stratigrafi
Dalam pembahasan stratigrafi, akan dibahas hubungan tektonik dan pengendapan
cekungan dari 3 (dua) cekungan yaitu Cekungan Barito, Cekungan Kutai dan Cekungan
Tarakan.
Cekungan Barito
Tektonik
Secara tektonik Cekungan Barito terletak pada batas bagian tenggara dari Schwanner
Shield, Kalimantan Selatan. Cekungan ini dibatasi oleh Tinggian Meratus pada bagian Timur
dan pada bagian Utara terpisah dengan Cekungan Kutaioleh pelenturan berupa Sesar Adang,
ke Selatan masih membuka ke Laut Jawa, dan ke Barat dibatasi oleh Paparan Sunda.
Cekungan Barito merupakan cekungan asimetrik, memiliki cekungan depan (foredeep)
pada bagian paling Timur dan berupa platform pada bagian Barat. Cekungan Barito mulai
terbentuk pada Kapur Akhir, setelah tumbukan (collision) antara microcontinent Paternoster
dan Baratdaya Kalimantan (Metcalfe, 1996; Satyana, 1996).
Pada Tersier Awal terjadi deformasi ekstensional sebagai dampak dari tektonik
konvergen, dan menghasilkan pola rifting Baratlaut Tenggara. Rifting ini kemudian menjadi
tempat pengendapan sedimen lacustrine dan kipas aluvial (alluvial fan) dari Formasi Tanjung
bagian bawah yang berasal dari wilayah horst dan mengisi bagian graben, kemudian diikuti
oleh pengendapan Formasi Tanjung bagian atas dalam hubungan transgresi.
Pada Awal Oligosen terjadi proses pengangkatan yang diikuti oleh pengendapan
Formasi Berai bagian Bawah yang menutupi Formasi Tanjung bagian atas secara selaras
dalam hubungan regresi. Pada Miosen Awal dikuti oleh pengendapan satuan batugamping
masif Formasi Berai.
Selama Miosen tengah terjadi proses pengangkatan kompleks Meratus yang
mengakibatkan terjadinya siklus regresi bersamaan dengan diendapkannya Formasi Warukin
bagian bawah, dan pada beberapa tempat menunjukkan adanya gejala ketidakselarasan lokal
(hiatus) antara Formasi Warukin bagian atas dan Formasi Warukin bagian bawah.
Pengangkatan ini berlanjut hingga Akhir Miosen Tengah yang pada akhirnya
mengakibatkan terjadinya ketidakselarasan regional antara Formasi Warukin atas dengan
Formasi Dahor yang berumur Miosen Atas pliosen.
Tektonik terakhir terjadi pada kala Plio-Pliestosen, seluruh wilayah terangkat, terlipat,
dan terpatahkan. Sumbu struktur sejajar dengan Tinggian Meratus. Sesar-sesar naik terbentuk
dengan kemiringan ke arah Timur, mematahkan batuan-batuan tersier, terutama daerah-
daerah Tinggian Meratus.
Stratigrafi
Urutan stratigrafi Cekungan Barito dari tua ke muda adalah :
Formasi Tanjung (Eosen Oligosen Awal)
Formasi ini disusun oleh batupasir, konglomerat, batulempung, batubara, dan basalt.
Formasi ini diendapkan pada lingkungan litoral neritik.
Formasi Berai (Oligosen Akhir Miosen Awal)
Formasi Berai disusun oleh batugamping berselingan dengan batulempung / serpih di
bagian bawah, di bagian tengah terdiri dari batugamping masif dan pada bagian atas kembali
berulang menjadi perselingan batugamping, serpih, dan batupasir. Formasi ini diendapkan
dalam lingkungan lagoon-neritik tengah dan menutupi secara selaras Formasi Tanjung yang
terletak di bagian bawahnya. Kedua Formasi Berai, dan Tanjung memiliki ketebalan 1100 m
pada dekat Tanjung.
Formasi Warukin (Miosen Bawah Miosen Tengah)
Formasi Warukin diendapkan di atas Formasi Berai dan ditutupi secara tidak selaras
oleh Formasi Dahor. Sebagian besar sudah tersingkap, terutama sepanjang bagian barat
Tinggian Meratus, malahan di daerah Tanjung dan Kambitin telah tererosi. Hanya di sebelah
selatan Tanjung yang masih dibawah permukaan.
Formasi ini terbagi atas dua anggota, yaitu Warukin bagian bawah (anggota klastik),
dan Warukin bagian atas (anggota batubara). Kedua anggota tersebut dibedakan berdasarkan
susunan litologinya.
Warukin bagian bawah (anggota klastik) berupa perselingan antara napal atau lempung
gampingan dengan sisipan tipis batupasir, dan batugamping tipis di bagian bawah, sedangkan
dibagian atas merupakan selang-seling batupasir, lempung, dan batubara. Batubaranya
mempunyai ketebalan tidak lebih dari 5 m., sedangkan batupasir bias mencapai ketebalan
lebih dari 30 m.
Warukin bagian atas (anggota batubara) dengan ketebalan maksimum 500 meter,
berupa perselingan batupasir, dan batulempung dengan sisipan batubara. Tebal lapisan
batubara mencapai lebih dari 40 m., sedangkan batupasir tidak begitu tebal, biasanya
mengandung air tawar. Formasi Warukin diendapkan pada lingkungan neritik dalam
(innerneritik) deltaik dan menunjukkan fasa regresi.
Formasi Dahor (Miosen Atas Pliosen)
Formasi ini terdiri atas perselingan antara batupasir, batubara, konglomerat, dan serpih
yang diendapkan dalam lingkungan litoral supra litoral.
Cekungan Kutai
Tektonik
Cekungan Kutai di sebelah utara berbatasan dengan Bengalon dan Zona Sesar
Sangkulirang, di selatan berbatasan dengan Zona Sesar Adang, di barat dengan sedimen-
sedimen Paleogen dan metasedimen Kapur yang terdeformasi kuat dan terangkat dan
membentuk daerah Kalimantan Tengah, sedangkan di bagian timur terbuka dan terhubung
denganlaut dalam dari Cekungan Makassar bagian Utara.
Cekungan Kutai dapat dibagi menjadi fase pengendapan transgresif Paleogen dan
pengendapan regresif Neogen. Fase Paleogen dimulai dengan ekstensi pada tektonik dan
pengisian cekungan selama Eosen dan memuncak pada fase longsoran tarikan post-rift
dengan diendapkannya serpih laut dangkal dan karbonat selama Oligosen akhir. Fase Neogen
dimulai sejak Miosen Bawah sampai sekarang, menghasilkan progradasi delta dari Cekungan
Kutai sampai lapisan Paleogen. Pada Miosen Tengah dan lapisan yang lebih muda di bagian
pantai dan sekitarnya berupa sedimen klastik regresif yang mengalami progradasi ke bagian
timur dari Delta Mahakam secara progresif lebih muda menjauhi timur. Sedimen-sedimen
yang mengisi Cekungan Kutai banyak terdeformasi oleh lipatan-lipatan yang subparalel
dengan pantai. Intensitas perlipatan semakin berkurang ke arah timur, sedangkan lipatan di
daerah dataran pantai dan lepas pantai terjal, antiklin yang sempit dipisahkan oleh sinklin
yang datar. Kemiringan cenderung meningkat sesuai umur lapisan pada antiklin. Lipatan-
lipatan terbentuk bersamaan dengan sedimentasi berumur Neogen. Banyak lipatan-lipatan
yang asimetris terpotong oleh sesar-sesar naik yang kecil, secara umum berarah timur, tetapi
secara lokal berarah barat.
Stratigrafi
Pada Kala Oligosen (Tersier awal) Cekungan Kutai mulai turun dan terakumulasi
sediment-sediment laut dangkal khususnya mudstone, batupasir sedang dari Formasi serpih
Bogan dan Formasi Pamaluan. Pada awal Miosen, pengangkatan benua ( Dataran Tinggi
Kucing) ke arah barat dari tunjaman menghasilkan banyak sedimen yang mengisi Cekungan
Kutai pada formasi delta-delta sungai, salah satunya di kawasan Sangatta. Ciri khas sedimen-
sedimen delta terakumulasi pada Formasi Pulau Balang, khususnya sedimen dataran delta
bagian bawah dan sedimen batas laut, diikuti lapisan-lapisan dari Formasi Balikpapan yang
terdiri atas mudstone, bataulanau, dan batupasir dari lingkungan pengendapan sungai yang
banyak didominasi substansi gambut delta plain bagian atas yang kemudian membentuk
lapisan-lapisan batubara pada endapan di bagian barat kawasan Pinang. Subsidence yang
berlangsung terus pada waktu itu kemungkinan tidak seragam dan meyebabkan terbentuknya
sesar-sesar pada sedimen-sedimen. Pengendapan pada Formasi Balikpapan dilanjutkan
dengan akumulasi lapisan-lapisan Kampung Baru pada kala Pliosen. Selama Kala Pliosen,
serpih dari serpih Bogan dan Formasi Pamaluan yang sekarang terendapkan sampai
kedalaman 2000 meter, menjadi kelebihan tekanan dan tidak stabil, menghasilkan
pergerakan diapir dari serpih ini melewati sedimen-sedimen diatasnya menghasilkan struktur
antiklin-antiklin rapat yang dipisahkan oleh sinklin lebih datar melewati Cekugan Kutai dan
pada kawasan Pinang terbentuk struktur Kerucut Pinang dan Sinklin Lembak.
Cekungan Tarakan
Tektonik
Cekungan Tarakan merupakan salah satu cekungan penghasil hidrokarbon di
Kalimantan Timur bagian utara. Cekungan Tarakan dapat dibagi menjadi 4 sub-cekungan
yaitu: Sub-cekungan Tidung, Sub-cekungan Berau, Sub-cekungan Tarakan, dan Sub-
cekungan Muara (Biantoro dkk., 1996; IBS, 2006). Batas-batas dari empat sub-cekungan
tersebut adalah zona-zona sesar dan tinggian. Bagian utara dari Cekungan Kalimantan Timur
Utara dibatasi oleh Tinggian Samporna yang terletak sedikit ke utara dari perbatasan
wilayah Indonesia dan Malaysia. Bagian barat ke arah Kalimantan dibatasi oleh Punggungan
Sekatak-Berau. Sedangkan di bagian selatan, terdapat Punggungan Mangkalihat yang
memisahkan Cekungan Tarakan dengan Cekungan Kutai. Batas timur dan tenggara dari
cekungan ini berupa laut lepas Selat Makasar.
Perkembangan struktur-struktur di Sub-cekungan Tarakan, Cekungan Tarakan
berlangsung dalam beberapa tahapan yang mempengaruhi pengendapan sedimen pada area
tersebut. Konfigurasi secara struktural sudah dimulai oleh rifting sejak Eosen Awal.
Pemekaran (rifting) pada sub-cekungan ini disebabkan oleh pembentukan sesar-sesar normal.
Pergerakan dari sesar-sesar tersebut menghasilkan daerah-daerah rendahan yang kemudian
terisi oleh sedimen-sedimen tertua pada sub-cekungan ini, seperti Formasi Sembakung (akhir
Miosen Awal-Miosen Tengah). Sedimen-sedimen pra-Tersier tidak terpenetrasi pada banyak
sumur yang dibor pada sub-cekungan ini, namun keberadaannya terdeteksi pada data seismik
(Biantoro dkk., 1996). Proses Rifting berjalan dengan terus menerus disertai dengan adanya
pengangkatan secara lokal di bagian barat dari sub-cekungan mengontrol siklus-siklus
pengendapan sedimen pada sub-cekungan ini. Pengendapan pada sub-cekungan ini dapat
dibagi menjadi 4 siklus berhubungan dengan beberapa kejadian tektonik pada regional.
Stratigrafi
Batuan dasar pada cekungan Kalimantan Timur Utara terdiri dari sedimen-sedimen
berumur tua, meliputi Formasi Danau (Heriyanto dkk., 1991) atau disebut juga Formasi
Damiu (IBS, 2006), Formasi Sembakung, dan Batulempung Malio. Sedimen-sedimen
tersebut telah terkompaksi, terlipatkan, dan tersesarkan.
Formasi Danau
Formasi Danau terdeformasi kuat dan sebagian termetamorfosa, mengandung breksi
terserpentinitisasi, rijang radiolaria, spilit, serpih,slate, dan kuarsa.
Formasi Sembakung dan Batulempung Malio
Formasi Sembakung diendapkan di atas Formasi Danau secara tidak selaras. Formasi
ini terdiri dari sedimen volkanik dan klastik yang berumur Eosen Awal-Eosen Tengah. Di
atas Formasi Sembakung diendapkan batulempung berfosil, karbonatan, dan mikaan yang
dikenal dengan Batulempung Malio yang berumur Eosen Tengah.
Siklus 1: Formasi Sujau, Mangkabua, dan Selor (Eosen Akhir Oligosen)
Sedimen-sedimen pada Siklus 1 diendapkan secara tidak selaras terhadap Formasi
Sembakung dan memiliki lingkungan pengendapan dari laut littoral sampai dangkal. Formasi
Sujau terdiri dari sedimen klastik (konglomerat dan batupasir), serpih, dan volkanik. Klastika
Formasi Sujau merepresentasikan tahap pertama pengisian cekungan graben-like yang
mungkin terbentuk sebagai akibat dari pemakaran Makassar pada Eosen Awal. Produk
erosional dari Paparan Sunda di sebelah barat terakumulasi bersamaan dengan endapan
gunungapi dan pirokasltik pada bagian bawah siklus ini. Keberadaan lapisan-lapisan batubara
dan interkalasi napal pada bagian bawah mengindikasikan fasies pengendapan danau yang
bergradasi ke atas menjadi lingkungan laut. Batugamping mikritik dari Formasi Seilor
diendapkan secara tidak selaras di atas Formasi Sujau dan Formasi Mangkabua yang terdiri
dari serpih laut dan napal yang berumur Oligosen menjadi penciri perubahan suksesi
ke basinward. Batuan sedimen siklus 1 terangkat, sebagian tersingkap dan tererosi sebagian
di tepi barat dari cekungan berkaitan dengan aktivitas volkanisme yang terjadi sepanjang
tepian deposenter pada akhir Oligosen.
Siklus 2: Formasi Tempilan, Formasi Taballar, Napal Mesalai, Formasi Naintupo (Oligosen
Akhir Miosen Tengah).
Sedimen-sedimen yang diendapkan di atas sedimen sebelumnya secara tidak selaras.
Sedimen-sedimen tersebut merupakan sikuen-sikuen transgersif dan tidak terlalu
terdeformasi. Fasies klastik basal dari Formasi Tempilan diendapkan pertama kali pada siklus
ini dan diikuti oleh batugamping mikritik dari Formasi Taballar. Formasi Taballar merupakan
sikuen paparan karbonat dengan perkembangan reef lokal Oligosen Akhir sampai Miosen
Awal. Formasi ini secara gradual menipis ke arah cekungan terhadap napal Mesalai yang
kemudian berubah menjadi Formasi Naintupo di atasnya. Formasi Naintupo terdiri dari
lempung dan serpih yang bergradasi ke atas menjadi napal dan batugamping yang
menandakan meluasnya genang laut di cekungan Tarakan.
Siklus 3: Formasi Meliat, Formasi Tabul, dan Formasi Santul (Miosen Tengah Miosen
Akhir).
Sedimen-sedimen dari siklus 3 ini terdiri dari sikuen-sikuen deltaik regresif yang
terbentuk setelah tektonisma Miosen Awal (Orogenesa Intra-Miosen). Siklus sedimentasi ini
terbagi menjadi 3 formasi, yaitu: Formasi Meliat, Tabul, dan Santul. Perbedaan sikuen deltaik
antara formasi-formasi tersebut sulit untuk diuji dan dibedakan mengingat sedikitnya fosil-
fosil yang dapat ditemukan dan kesamaan litologi antar formasi-formasi tersebut.
Pengangkatan yang terjadi menyebabkan berhentinya fasa genang laut dan perubahan
lingkungan pengendapan yang semula bersifat laut terbuka menjadi lebih paralik. Perubahan
ini mengawali pola pengendapan baru di Cekungan Tarakan yang membentuk delta-delta
konstruktif dengan progradasi dari barat ke timur.
Formasi Meliat merupakan nama formasi tertua dari siklus 3 dan diendapkan secara tidak
selaras dengan Serpih Naintupo. Formasi ini terdiri dari batupasir kasar, serpih karbonatan,
dan batugamping tipis. Di beberapa bagian, Formasi Meliat terdiri dari batulanau dan serpih
dengan sedikit lensa-lensa batupasir. Formasi Tabul terdiri dari batupasir, batulanau, dan
serpih yang kadang disertai dengan kemunculan lapisan batubara dan batugamping. Bagian
paling atas dari siklus ini adalah Formasi Santul. Pada formasi ini sering dijumpai lapisan
batubara tipis yang berinterkalasi dengan batupasir, batulanau, dan batulempung, yang
diendapkan di lingkungan delta plain sampaidelta front pada Miosen Akhir.
Siklus 4: Formasi Tarakan (Pliosen)
Pada siklus sedimentasi Pliosen, diendapkan Formasi Tarakan. Formasi ini terdiri
dari interbeding batulempung, serpih, batupasir, dan lapisan-lapisan batubata lignit, yang
menunjukan fasies pengendapan delta plain. Dasar dari Formasi Tarakan pada beberapa
ditepresentasikan oleh ketidakselarasan, sedangkan di Pulau Bunyu, kontak antara Formasi
Santul dengan Tarakan bersifat transisional.

Siklus 5: Formasi Bunyu (Pleistosen)
Sejak Pliosen, sedimen fluviomarine yang sangat tebal terbentuk, terutama terdiri dari
perlapisan batupasir delta, serpih, dan batubara. Sedimen Kuarter dari siklus 5 dinamakan
Formasi Bunyu, diendapkan di lingkungan delta plain sampai fluviatil. Batupasir tebal,
berukuran butir medium sampai kasar, kadangkala konglomeratan daninterbeding batubara
lignit dengan serpih merupakan litologi penyusun dari formasi Bunyu. Batupasir formasi ini
lebih tebal, kasar, dan kurang terkonsilidasi jika dibandingkan dengan batupasir Formasi
Tarakan. Batas bawah dari Formasi ini dapat bersifat tidak selaras maupun transisional.
Meningginya muka laut pada kala Pleistosen Akhir menyebabkan garis pantai mundur ke
arah barat seperti garis pantai saat ini.


Gambar 2.2. Stratigrafi Cekungan Barito, Cekungan Kutai, dan Cekungan Tarakan.
(Courtney, et al., 1991, op cit., Bachtiar, 2006).



II.3. Struktur Geologi Regional
Basement pre-Eosen
Bagian baratdaya Kalimantan tersusun atas kerak yang stabil (Kapur Awal) sebagai
bagian dari Lempeng Asia Tenggara meliputi baratdaya Kalimantan, Laut Jawa bagian barat,
Sumatra, dan semenanjung Malaysia. Wilayah ini dikenal sebagai Sundaland. Ofiolit dan
sediment dari busur kepulauan dan fasies laut dalam ditemukan di Pegunungan Meratus, yang
diperkirakan berasal dari subduksi Mesozoikum. Di wilayah antara Sarawak dan Kalimantan
terdapat sediment laut dalam berumur Kapur-Oligosen (Kelompok Rajang), ofiolit di (Lupar
line, Gambar 4; Tatau-Mersing line, Gambar 5 dan 6; Boyan mlange antara Cekungan
Ketungai dan Melawi), dan unit lainnya yang menunjukkan adanya kompleks subduksi. Peter
dan Supriatna (1989) menyatakan bahwa terdapat intrusive besar bersifat granitik berumur
Trias diantara Cekungan Mandai dan Cekungan Kutai atas, memiliki kontak tektonik dengan
formasi berumur Jura-Kapur.
+ + + + +
+ + + + +
E
Barito
Warukin
Dahor
Berai
Tanjung
W
+ + + + +
+ + + +
Handil Dua
Kutai
E
Attaka
Kampung Baru
Sepinggan Lst
B
a
l i k
p
a
p
a
n
G
r
o
u
p
Meruat
Pulau Balang
Bebulu
K
l i n
j
a
u
Pamaluan
Marah
Atan Beds
Boh Beds
KehamHalo
?
?
?
?
Lithostratigraphy
3.50
W
Chrono-Stratigraphy
M.Yrs System Series
1.65
5.20
10.20
16.20
20.00
25.20
30.00
36.00
39.40
49.00
54.00
109.50
PRE-TERTIARY
Quarternary Pleistocene
T


E


R


T


I


A


R


Y
P

A

L

E

O

G

E

N

E
N

E

O

G

E

N

E
M
i
o
c
e
n
e
P
l i o
-
c
e
n
e
O
l
i
g
o
c
e
n
e
E
o
c
e
n
e
P
a
l e
o
-
c
e
n
e
L
a
t
e
E
a
r
l
y
M
i
d
d
l
e
L
a
t
e
L
a
t
e
E
a
r
l
y
M
i
d
d
l
e
L
a
t
e
E
a
r
l
y
L
E
10.20
20.00
30.00
39.40
49.00
109.5
T
A

2
T
A

3
T
A

4
T
B

1
T
B

2
T
B

3
P 3
P 4
P 5
P 6
P 7
P 8
P 9
P 10
P 11
P 12
N 4
+ + + + +
+ + + + +
Tarakan
W E
Bunyu
Sembakung
? ? ?
Sulau
Seilor
Mesaloi
Tubalor
Naintupo
Latih
Meliat Ss
Meliat
Tabul
Domaring
Tarakan
P
L
A
N
K
T
O
N
I K
F
O
R
A
M
- Z
O
N
E
Global Relative Change of
Coastal Onlap
(Vail et al., 1977)
N 5
N 6
N 7
N 8
N 9
N 11
N 10
N 13
N 12
N 14
N 15
N 16
N 18
N 17
N 20
N 19
N 21
N 23
N 22
P 13
P 14
Landward Basinward
P 15
P 16
P 17
P 18
P 20
P 19
P 21
P 22
30.0
33.0
36.0
37.0
38.0
39.4
42.5
44.0
48.5
28.4
26.5
25.5
22.0
21.0
16.5
15.5
13.8
12.5
10.2
5.5
4.2
3.0
1.65
0.8















Gambar 2.3. NW SE Cross section Schematic reconstruction (A) Late Cretaceous, and
(B) Eocene (Pertamina BPPKA, 1997, op cit., Bachtiar, 2006).

Permulaan Cekungan Eosen
Banyak penulis memperkirakan bahwa keberadaan zona subduksi ke arah tenggara di
bawah baratlaut Kalimantan (Gambar 2 dan 3) pada periode Kapur dan Tersier awal dapat
menjelaskan kehadiran ofiolit, mlanges, broken formations, dan struktur tektonik Kelompok
Rajang di Serawak (Gambar 4), Formasi Crocker di bagian barat Sabah, dan Kelompok
Embaluh. Batas sebelah timur Sundaland selama Eosen yaitu wilayah Sulawesi, yang
merupakan batas konvergensi pada Tersier dan kebanyakan sistem akresi terbentuk sejak
Eosen.












EARLY - MIDDLE EOCENE
Rajang Accretionary Prism Fore-arc basin
Luconia Platform
N
Y
Plate motion
Volcanic arc
S
X
KUCHING
ZONE
SIBU
ZONE
MIRI
ZONE
PRESENT DAY
SW Sarawak Province
Lupar Line
Rajang Accretionary
Prism
Balingian and Tinjar Provinces
( Collisional Fold Belts )
Lupar Platform Y X
Continental Crust
Oceanic Crust
Coarse Clastic
Carbonate
Igneous Rocks
Gambar 2.4. Cross section reconstruction of North Kalimantan that show Lupar subduction in Eocene
(Hutchison, 1989, op cit., Bachtiar 2006)

Mulainya collision antara India dan Asia pada Eosen tengah (50 Ma) dan
mempengaruhi perkembangan dan penyesuaian lempeng Asia. Adanya subsidence pada
Eosen dan sedimentasi di Kalimantan dan wilayah sekitarnya merupakan fenomena regional
dan kemungkinan dihasilkan dari penyesuaian lempeng, sebagai akibat pembukaan bagian
back-arc Laut Celebes.
Tektonisme Oligosen
Tektonisme pada pertengahan Oligosen di sebagian Asia tenggara, termasuk
Kalimantan dan bagian utara lempeng benua Australia, diperkirakan sebagai readjusement
dari lempeng pada Oligosen. Di pulau New Guinea, pertengahan Oligosen ditandai oleh
ketidakselarasan (Piagram et al., 1990 op cit., Van de Weerd dan Armin, 1992) yang
dihubungkan dengan collision bagian utara lempeng Australia (New Guinea) dengan
sejumlah komplek busur. New Guinea di ubah dari batas konvergen pasif menjadi oblique.
Sistem sesar strike-slip berarah barat-timur yang menyebabkan perpindahan fragmen benua
Australia (Banggai Sula) ke bagian timur Indonesia berpegaruh pada kondisi lempeng pada
pertengahan Oligosen.


Gambar 2.5.. Late Oligocene Early Miocene SE Asia tectonic reconstruction.
SCS = South China Sea, LS = Lupar Subduction, MS = Mersing Subduction, WSUL = West Sulawesi, E SUL
= East Sulawesi I-AU = India Australia plate, PA = Pacific plate, INC = Indocina, RRF = Red River Fault, IND
= India; AU = Australia, NG = New Guinea, NP = North Palawan, RB = Reed Bank, H = Hainan, SU = Sumba
(Pertamina BPKKA, 1997, op cit., Bachtiar 2006)

IND
SCS
H
NP
RB
MS
KUTEI B
L. OLIGOC. - E. MIOC. ( 32 - 16.2 )
100
0
E
E. SUL
AU
NG
BA
N
D
A
SU
PHIL. PL
I - AU
6 cm / yr
90
0
E 110
0
E 120
0
E 130
0
E
10
0
N
0
0

10
0
S
Ketidakselarasan pada pertengahan Oligosen hadir di Laut China selatan (SCS) dan
wilayah sekitarnya (Adams dan Haak, 1961; Holloway, 1982; Hinz dan Schluter, 1985; Ru
dan Pigott, 1986; Letouzey dan Sage, 1988; op cit., Van de Weerd dan Armin, 1992).
Ketidak selarasan ini dihubungkan dengan pemekaran lantai samudera di SCS. Subduksi pada
baratlaut Kalimantan terhenti secara progresif dari baratdaya sampai timurlaut. Di bagian
baratdaya, berhenti pada pertengahan Oligosen; di bagian timurlaut, berhenti pada akhir
Miosen awal (Holloway, 1982, op cit., Van de Weerd dan Armin, 1992).




















Gambar 2.6. NW SE cross section schematic reconstruction (A) Oligocene Middle Miocene, and
(B) Middle Miocene - Recent (Pertamina BPPKA, 1997, op cit., Bachtiar, 2006).

PA - RB
KUCHING UPLIFT
MERATU'S
UPLIFT
BA - SU
BA - SU
E. SUL W. SUL
BANGGAI /
SULA MICRO-
CONTINENT
- COLLISION BA - SU - W. SULA
- TERMINATION SUBDUCTION
- TERMINATION SUBDUCTION
TRANSPRESSION / TRANSTENSION
DEFORMATION
W. SULAWESI
MA
BA BA
MA
IAB
INNER
KUTEI B
OUTER
KUTEI B
MS
SE
MERSING
SUBDUCTION
FA
SECOND EPISODE
SCSSPREADING
NW SE - DIPPING SUBDUCTION
32 - 16.2 Ma
OLIGOCENE- M. MIOCENE
16.2 - 0 Ma
( M. MIOCENE- PRESENT)
PA - RB PALAWAN /
REED BANK
COLLISION


Gambar 2.7. Middle Miocene Recent SE Asia tectonic reconstruction
(Pertamina BPKKA, 1997, op cit., Bachtiar, 2006)

Tektonisme Miosen
Di wilayah sekitar SCS pada Miosen awal-tengah terjadi perubahan yang Sangat
penting. Pemekaran lantai samudera di SCS berhenti, sebagai subduksi di Sabah dan
Palawan; mulai terjadinya pembukaan Laut Sulu (silver et al., 1989; Nichols, 1990; op cit.,
Van de Weerd dan Armin, 1992); dan obduksi ofiolit di Sabah (Clennell, 1990, op cit., Van
de Weerd dan Armin, 1992). Membukanya cekungan marginal Laut Andaman terjadi pada
sebagian awal Miosen tengah (Harland et al., 1989. op cit., Van de Weerd dan Armin, 1992).













AU
L
NP
KUTEI B
PHIL. PL
BA - SU
NG
I - AU
110
0
E
M. MIOCENE - PRESENT ( 0 - 16 )
100
0
E 120
0
E 130
0
E
10
0
N
0
0

10
0
S




Gambar 2.8.. Elemen Tektonik Pulau Kalimantan pada Miosen tengah. (Nuay, 1985, op cit., Oh, 1987.)

Anda mungkin juga menyukai