Oleh:
ALDIAN HARIKHMAN, SH
2
f. Mahkamah Syariah NAD (UU No. 18 Tahun 2001)
g. Pengadilan Lalu Lintas (UU No. 14 Tahun 1992)
A. PERADILAN AGAMA
Mahkamah Syariah di Nangro Aceh Darussalam apabila menyangkut
peradilan Agama.
B. PERADILAN MILITER
a. Pengadilan Militer untuk mengadili anggota TNI yang berpangkat prajurit
b. Pengadilan Militer Tinggi, untuk mengadili anggota TNI yang berpangkat
perwira s.d kolonel
c. Pengadilan Militer Utama, untuk mengadili anggota TNI yang berpangkat
Jenderal.
d. Pengadilan Militer Pertempuran, untuk mengadili anggota TNI ketika
terjadi perang.
A. PERADILAN TATA USAHA NEGARA
a. Pengadilan Pajak (UU No. 14 Tahun 2002)
A. PERADILAN LAIN-LAIN
a. Mahkamah Pelayaran
b. Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU)
c. MAHKAMAH KONSTITUSI (UU No. 24 Tahun 2003)
Tugas Mahkamah Konstitusi adalah :
• Menguji Undang-Undang terhadap UUD 1945
• Memutus sengketa kewenangan Lembaga Negara yang
kewenangannya diberi oleh UUD 1945.
• Memutus Pembubaran Partai Politik.
• Memutus perselisihan tentang PEMILU.
• Memberikan putusan atas pendapat DPR tentang dugaan
Presiden/Wakil Presiden melanggar hukum, berupa : mengkhianati
negara, korupsi, suap, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan
tercela lainnya.
Khusus mengenai peradilan agama dalam sistem hukum indonesia mendapat
perhatian tersendiri oleh penulis. Pada saat ini , wewenang peradilan agama makin
meluas, termasuk berbagai transaksi bisnis dan lain-lain bentuk kegiatan ekonomi
yang dilakukan menurut syariat islam. Hal ini membawa konsekuensi tuntutan
3
menghadirkan peradilan agama yang baik di tinggkat provinsi, kabupaten, atau kota
sebagai suatu sistem hukum indonesia makin menjadi sebuah kebutuhan.
Peradilan agama adalah peradilan yang khusus mengadili perkara-perkara
perdata dimana para pihaknya beragama Islam (muslim). Sebagaimana disebutkan
dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan
Agama (UUPA), peradilan agama adalah peradilan bagi orang-orang yang beragama
Islam. Perkara-perkara yang diputus oleh peradilan agama antara lain perceraian,
perwalian, pewarisan, wakaf, dll. Pengadilan agama berkedudukan di kotamadya atau
ibu kota kabupaten, dan daerah hukumnya meliputi wilayah kotamadya atau
kabupaten. Sedangkan pengadilan tinggi agama berkedudukan di ibukota propinsi,
dan daerah hukumnya meliputi wilayah propinsi (Pasal 4 UUPA).
Pembinaan teknis peradilan agama dilakukan oleh Mahkamah Agung,
sedangkan pembinaan organisasi, administrasi dan keuangan pengadilan dilakukan
oleh Menteri Agama (Pasal 5 ayat (1) dan (2) UUPA). Susunan pengadilan agama dan
pengadilan tinggi agama terdiri dari Pimpinan, Hakim Anggota, Panitera, Sekretaris.
Untuk pengadilan agama ditambah dengan Juru Sita (Pasal 9 UUPA). Pimpinan
pengadilan agama dan pengadilan tinggi agama terdiri dari seorang Ketua dan seorang
Wakil Ketua (Pasal 10 UUPA). Pengadilan agama bertugas dan berwenang
memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkaraperkara perdata di tingkat pertama
antara orang-orang yang beragama Islam di bidang perkawinan, kewarisan, wasiat dan
hibah yang dilakukan berdasarkan hukum Islam, wakaf dan shadaqah (Pasal 49
UUPA) Jika terjadi sengketa mengenai hak milik atau keperdataan lain dalam
perkara-perkara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49, maka khusus mengenai objek
yang menjadi sengketa tersebut harus diputus lebih dulu oleh Pengadilan dalam
lingkungan peradilan umum (Pasal 50 UUPA).
Pengadilan tinggi agama bertugas dan berwenang mengadili perkara yang
menjadi kewenangan pengadilan agama dalam tingkat banding, dan mengadili di
tingkat pertama dan terakhir sengketa kewenangan mengadili antar pengadilan agama
di daerah hukumnya (Pasal 51 UUPA). Hukum acara yang berlaku dalam peradilan
agama adalah hukum acara perdata yang berlaku dalam peradilan umum, kecuali yang
telah diatur khusus dalam UUPA (Pasal 54 UUPA). Pemeriksaan perkara di peradilan
agama dimulai sesudah diajukannya permohonan atau gugatan dan pihak-pihak yang
berperkara telah dipanggil menurut ketentuan yang berlaku (Pasal 55 UUPA).
Penetapan dan putusan peradilan agama hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum
4
apabila diucapkan dalam siding yang terbuka untuk umum. Pemeriksaan sengketa
perkawinan Perceraian hanya dapat dilakukan di depan siding pengadilan setelah
pengadilan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak. Perceraian
terbagi dua, yaitu cerai talak dan cerai gugat. Yang dimaksud cerai talak adalah
perceraian yang terjadi karena talak suami kepada istrinya. Sedangkan yang dimaksud
gugat cerai adalah permohonan perceraian yang diajukan oleh pihak istri melalui
gugatan.
Referensi.
Annida. Sistem Peradilan Di Indonesia. http://annida.harid.web. 2008
Bagir Manan. Kewenangan Baru Peradilan Agama, Mutu SDM, Etika Profesi Hakim,
Serta Penyakit Di Tubuh Peradilan. www.badilag.net. Jakarta. 2006.
Kewenangan Peradialan Agama. http://www.pa-tanjungselor.net. Kaltim. 2009.