Anda di halaman 1dari 2

PENGALAMAN MENGGUNAKAN KOMUNIKASI VERBAL

Nerissa Angelina 1406567574


Komunikasi sendiri menurut Shannon dan Weaver adalah bentuk interaksi manusia yang
saling terpengaruh dan mempengaruhi satu sama lain, baik sengaja maupun tidak sengaja.
Baik menggunakan bahasa verbal, atau menggunakan bahasa tubuh, ekspresi muka, mimik,
dan sebagainya. Saya akan menuliskan pengalaman saya dalam menggunakan bahasa sebagai
komunikasi verbal.
Saya dilahirkan dari Ayah yang berasal dari Medan dan Ibu yang berasal dari
Pontianak. Namun, mereka sudah tidak kental lagi menggunakan ciri khas dari bahasa yang
ada di tempat kelahiran mereka. Komunikasi verbal mereka untuk bahasa Indonesia sudah
seperti orang Jakarta pada umumnya. Namun, karena kami adalah keturunan dari Tiongkok,
Ayah saya masih bisa berbahasa Mandarin khusus untuk orang Medan, dan Ibu saya juga
masih berbicara dengan dialek Pontianak ketika berbahasa Mandarin. Perlu diketahui,
meskipun sama-sama bahasa Mandarin, tetapi bahasa Mandarin versi Ayah dan Ibu saya
sangat berbeda, dari penggunaan kata-kata, intonasi, serta makna yang diartikan juga
berbeda. Ayah dan Ibu saya dirumah menggunakan bahasa mandarin versi Pontianak, baik
diantara mereka maupun kepada kami anak-anaknya. Saya dan adik-adik saya hanya bisa
mendengar dan memahami mereka saat mereka bicara dalam bahasa Mandarin tersebut.
Namun, kami tidak bisa berbicara dan membalasnya dengan bahasa Mandarin tersebut.
Seharusnya, saya mahir dalam menggunakan bahasa verbal dari Medan dan Pontianak,
namun pada nyatanya saya hanya bisa menjadi komunikan pasif.
Keluarga kami juga jarang bepergian ke luar kota, sehingga jarang kutemukan
komunikasi verbal yang berbeda jauh dengan Jakarta. Pengalaman saat menggunakan
komunikasi verbal saya dapatkan di forum yang berbasis online, seperti Kaskus. Pertemuan
pertama saya dengan Kaskus adalah ketika diwarnet, dimana semua orang waktu itu banyak
yang sedang mengakses laman itu. Saya pun ikut mencoba untuk mengakses Kaskus. Kaskus
adalah situs forum komunitas maya terbesar di Indonesia, memiliki lebih dari 6 juta pengguna
terdaftar (yang kita sebut sebagai kaskuser). Forum tersebut mewadahi para kaskuser dengan
hobi dan kegemaran yang sama, serta sebagai wadah transaksi jual beli. Pertama kali tentu
saya bingung karena bahasa yang mereka gunakan didalamnya benar-benar sangat berbeda
dengan kehidupan sehari-hari kita dalam berbahasa.
Untuk aku dan kamu, mereka memakai ane dan ente. Untuk lelaki dan perempuan,
mereka memakai agan dan sis. Cendol ditujukan untuk mereka yang bereputasi baik di
Kaskus, dan Bata ditujukan untuk mereka yang bereputasi buruk di Kaskus. Untuk lebih
lengkap, bisa dibuka di Kamus Besar Bahasa Kaskus (KBBK).
Ketika saya sedang berada di forum jual beli, saya masuk ke postingan barang yang
dijual. Ketika saya masuk, saya melihat istilah, NEGO BOLEH, NO AFGAN. Saya sangat
bingung dengan istilah NO AFGAN. Saya bingung ingin bertanya pada siapa, saya
mencarinya di Google. Dan artinya adalah NO SADIS, maksudnya adalah jangan menawar
terlalu murah, terlalu sadis jika harga nya terlalu jatuh. Mengapa Afgan? Saat kata itu dibuat,
Afgan sedang tenar-tenarnya menyanyikan lagu sadis. Mengapa bisa muncul kata NO
AFGAN, saya tidak tahu. Ketika saya mengetahui artinya, sungguh benar-benar tidak
terpikirkan oleh saya Afgan akan berhubungan dengan sadis. Selain Afgan, ada juga Rosa,
yang berarti tega, contoh kata-katanya sebagai berikut. ROSA BANGET GAN
Pengalaman kedua adalah, ketika saya ngaskus (baca: menjelajahi kaskus), saya
masuk ke sebuah postingan yang berisi tentang berbagi aplikasi yang berguna untuk
handphone. Lalu di salah satu komentar yang diberikan, ada istilah Sedot gan. Istilah sedot
disana adalah download atau unduh. Saya tertawa membacanya, sangat berbeda dengan
kehidupan sehari-hari yang sedot adalah mengisap.
Itulah segelintir pengalaman saya menggunakan bahasa verbal di Kaskus, ketika
berada di forum komunitas maya, segala intonasi dan penggambaran makna dilakukan oleh
kita sendiri. Sehingga akan ada banyak persepsi mengenai pesan yang disampaikan. Berbeda
dengan berbicara langsung yang bisa kita tangkap maksudnya dari si penyampai pesan.

Anda mungkin juga menyukai