1. Tahap Perkembangan Kelompok Menurut Tuckman (dalam Suzanne Janasz, Karen Dowd, dan Beth Schneider, 2009) kelompok tumbuh dan berkembang melalui serangkaian tahapan. Setiap tahap tersebut memiliki karakteristik dan menyajikan tantangan khusus bagi anggota dan pemimpin kelompok. Tahapan tersebut adalah: - Tahap Pertama: Pembentukan (Forming) Kelompok dibentuk dalam tujuan menyelesaikan tugas tertentu. Anggota kelompok belum mengenal satu sama lainnya. Dengan bersama-sama, mereka mendefinisikan tugas awal, membagi tugas, dan belajar untuk memanajemen sumber daya (waktu, peralatan, personil) yang tersedia untuk menyelesaikan tugas. Di tahap ini, kelompok melakukan pemilihan pemimpin, mengenal satu sama lain, memantapkan misi dan tujuan, dan menetapkan norma untuk bekerja sama. - Tahap Kedua: Goncangan (Storming) Mengetahui perbedaan dari anggota kelompok, baik dari arah kepemimpinan, persepsi kualias yang diharapkan, dan produk akhir. Konflik akan sering terjadi, namun mungkin belum antusias dalam menghadapinya. Muncul perasaan bahwa masing-masing anggota adalah yang terbaik, maka timbul perlawanan-perlawanan tetapi tidak mengacaukan kelompok. Sembari konflik, kelompok juga dapat meningkatkan efektivitas komunikasi, serta memotivasi kelompok sehingga produktivitas kelompok dapat meningkat seiring dengan ketegangan. - Tahap Ketiga: Membangun Norma (Norming) Anggota kelompok berusaha menetapkan dan mematuhi pola perilaku yang dapat diterima. Anggota kelompok mulai mengekspresikan kritik yang sifatnya membangun. Keselarasan mulai terlihat di tahap ini, konflik yang tidak perlu jarang terjadi, dan sesama anggota kelompok menjadi lebih ramah. Kerjasama terlihat lebih intensif di tahap ini. Karena anggota kelompok sudah percaya satu sama lain. - Tahap Keempat: Melaksanakan (Performing) Status anggota kelompok sudah stabil, tugas sudah jelas, dan perhatian kelompok lebih pada kepentingan kelompok, bukan kepentingan individu. Pada tahap ini, anggota terlibat dalam perubahan yang membangun demi kebaikan kelompok, seperti kemampuan berkomunikasi dan kemampuan antisipasi dalam menangani masalah kelompok. Sehingga akibatnya, rasa keterikatan kelompok juga berkembang. - Tahap Kelima: Penangguhan (Adjourning) Setelah menyelesaikan tugas dan mencapai tujuan, kelompok boleh bubar secara permanen atau sementara. Jika pengalaman itu positif, anggota kelompok akan kecewa. Jika pengalaman itu negative, maka anggota kelompok akan berterimakasih. Oleh karena itu, ketika penangguhan, dibahas mengenai pelajaran yang dapat diperoleh selama bekerja di dalam kelompok. Setelah mengakui kelompok, di tahap ini, kelompok bisa saja menerima anggota baru atau menerima tujuan baru. 2. Kelompok Formal dan Kelompok Informal Kelompok formal ialah kelompok yang mempunyai struktur organisasi dan peraturan tegas yang dengan sengaja diciptakan oleh anggotanya untuk mengatur hubungan antar anggota. Sebaliknya, kelompok informal adalah kelompok yang tidak mempunyai struktur organisasi dan peraturan tertentu. Contoh kelompok formal sendiri adalah sekolah, universitas , atau perusahaan. Sedangkan contoh kelompok informal adalah peergroup, geng, paguyuban, dll
3. Tipe Kelompok berdasarkan Efektivitasnya Johnson dan Johnson telah mengklasifikasikan tipe-tipe kelompok berdasarkan efektivitasnya, yaitu: 1. Kelompok Pseudo Kelompok yang mendapat tugas untuk bekerja bersama, namun tidak berminat untuk melaksanakannya. Bukannya kerjasama, malah timbul persaingan individu dalam kelompok ini. Mereka menghalangi kinerja satu sama lain. Timbul perasaan bahwa bekerja individual lebih baik daripada bekerja kelompok. Oleh karena itu, kelompok ini tidak akan mencapai kematangan karena anggotanya tidak berminat dan tidak komit akan masa depan kelompoknya. 2. Kelompok Tradisional Kelompok yang sadar harus bekerja sama, hanya sadar. Mereka percaya kerjasama mereka dinilai secara individu. Kerjasama bagi mereka adalah formalitas. Akibatnya tugas menjadi terstruktur dimana kerjasama menjadi minim untuk dilakukan. Sering ditemukan anggota kelompok yang bermalas-malasan, freerider, dan bergantung kepada orang lain di kelompok ini. 3. Kelompok Efektif Kelompok yang anggotanya komit untuk memaksimalkan keberhasilan dirinya dan anggota-anggota lain. Kelompok ini berisikan anggota-anggota kelompok yang mempunyai sifat membangun kelompoknya. Masalah tanggung jawab dan kepemimpinan sudah bukan hal baru bagi kelompok ini. 4. Kelompok Kinerja Tinggi Memenuhi seluruh criteria dari kelompok efektif, bahkan setingkat diatasnya. Bisa dilihat dari tingkat komitmennya, tingkat kepercayaannya, tingkat respek, dan pengembangan pribadi setiap anggota kelompok. Namun, jarang ada kelompok yang mencapai tingkat ini.