Kesehatan Mental
Nama : Yunita Dian Fakih
Kelas : 2PA07
NPM :17512969
Universitas Gunadarma
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk-
Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah tugas kesehatan mental ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan
dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu penulis mengharap komentar
pemikiran yang berupa kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan penulis
makalah dimasa yang datang.
Dan kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu pada
penyusunan makalah ini, yaitu kepada rekan-rekan dan semoga makalah ini bermanfaat
bagi pembaca dan saya mohon maaf apabila masih banyak kekurangan.
Bogor, 20 April 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..i
Daftar isi.ii
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang.1
I.II Rumusan Masalah.
I.III Tujuan.
BAB II
PEMBAHASAAN
BAB I
Pendahuluan
I.I Latar Belakang
Kemajuan sebuah bangsa ditentukan oleh kemampuan para pendidiknya untuk mengubah
karakter generasi penerusnya ke depan. Tanpa figur pendidik, mungkin bangsa besar seperti
Indonesia tidak akan dapat menikmati hasil jerih payah putra-putri nusantara yang sudah
mendorong perkembangan tersebut.Pencapaian Indonesia hingga saat ini tidak terlepas dari
peran guru yang telah membimbing anak muridnya menjadi manusia dewasa dan berperan aktif
dalam pembangunan Indonesia.
Seseorang mengatakan bahwa Guru adalah sebuah profesi yang mulia karena di tangan
merekalah masa depan bangsa ini ditentukan. Guru juga dianggap sebagai pahlawan
pembangunan, karena di tangan mereka akan lahir pahlawan-pahlawan pembangunan yang kelak
mengisi ruang-ruang publik di negeri ini. Guru yang ideal, bukan sekedar guru yang memenuhi
syarat-syarat teknik: seperti pintar, pandai, atau pakar di bidang ilmu yang dimiliki; melainkan
yang jauh lebih penting dari itu semua, guru harus bisa menempatkan dirinya sebagai "agent of
change".
Namun bagaimana jika guru yang menjadi panutan bangsa, anak didiknya bertindak
seperti tidak mempunyai moral dan etika,
I.II Rumusan Masalah
1. apa saja perilaku menyimpang saat seseorang mengenakan pakaian seragamnya? (guru)
2. bagaimana pembahasaan dengan teori psikologi mengenai kasus tersebut?
I.III Tujuan
1. mengetahui prilaku menyimpang saat seeorang mengenakan seragamnya.
2. mampu menjelaskan penyebab psikologis yang terjadi dalam kasus tersebut.
BAB II
Pembahasaan
Pahlawan tanpa tanda jasa sebutan itulah yang akan selalu mengingatkan kita kepada figure
seorang guru, Predikat sebagai orang tua kedua pun melekat pada guru karena jasa-jasanya dalam
mengajarkan ilmu kepada anak didiknya. Hal ini pun juga didasarkan atas perjuangan mereka yang tak kenal
lelah dalam mengorbankan waktu bahkan tenaga demi masa depan para pewaris bangsa.
Namun bagaimana untuk zaman sekarang ini banyak guru yang bersikap tidak sepantasnya,
bagaimana dengan sebutan pahlawan tanpa tanda jasa, apakah masih berlaku dengan prilaku
guru pada zaman sekarang.
II. I Pengaruh Seragam terhadap Tingkah Laku
Serangam merupakan identitas atau jati diri pemakainya, indentitas diri penting untuk
membedakan satu dengan yang lainya. Seragam kerja adalah pakaian sejenis yang digunakan
seseorang didalam suatu kelompok yang menjalanan fungsi kerja yang sama.
serangam bisa membuat seseorang merasa bangga atau bahkan merasa mider (rendah diri)
bagi pemakainya. Sesorang merasa bangga memakai sebuah seragam bila dia memiliki
perkerjaan yang baik dan terpandang, lain hal dengan seseorang yang merasa minder
menggunakanya jika dia berkerja dengan perkerjaan yang kurang dipandang. Efek dari rasa
kebanggan diri maupun perasaan rendah diri seragam akan sangat mempengaruhi tingkah lagu
pemakainya.
Seorang guru yang memakai seragam merasa bangga dan terkadang bertindak tidak pantas
atau bahkan semena-mena terhadap anak muridnya, berikut secara ringkas contoh
penyimpangan prilaku seorang guru saat dia memakai seragam kerjanya :
a. Kekerasan guru terhadap anak muridnya
Kekerasan (Violence) berasal dari gabungan kata latin VIS (daya,
kekuatan) dan LATUS (membawa). .Menurut KUBI, kekerasan adalah sifat atau
hal yang keras ; kekuatan, paksaan (desakan atau tekanan yang keras).
.Kekerasan adalah tindakan yang mendasarkan diri pada kekuatan
(penghancuran, perusakan, keras, kasar, kejam, ganas) untuk memaksa pihak
lain tanpa setuju.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan UNICEP (2006) di beberapa
daerah di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 80% kekerasan yang terjadi
pada siswa dilakukan oleh guru. .Di Indonesia cukup banyak guru yang menilai
cara kekerasan masih efektif untuk mengendalikan siswa (Philip, 2007). Bentuk-
bentuk kekerasan guru terhadap siswa bisa secara fisik, psikis. Contoh dari
kekerasan dalam bentuk fisik ialah memukul atau menganiaya, contoh dari
kekerasan psikis ialah dengan cara menghina, melecehkan , mencela,
melontarkan, kata-kata yang menyakitkan perasaan, melukai harga diri,
menurunkan rasa percaya diri, membuat orang lain hina, kecil, lemah, jelek, tidak
berdaya.
Kekerasan sangat mempengaruhi fisik maupun psikologis seorang siswa.
Traumatis psikologis,Siswa akan menyimpan dendam, Makin kebal terhadap
hukuman, Cenderung melampiaskan kemarahan dan agresif terhadap siswa lain
yang dianggap lemah.
Penyebab kekerasan terhadap murid bisa terjadi karena guru tidak paham
akan makna kekerasan dan akibay negatifnya. Guru mengira bahwa perserta
didik akan jera karena hukuman fisik. Seharusnya guru memperlakukan murid
sebagai suyek, yang memikiki individual differences (Eko Indarwanto,2004),
b. Teori Psikologis tentang kekerasan yang terjadi guru kepada
anak didiknya
1. Teori Psikologi Sosial Agresivitas
Agresi merupakan tingkah laku yang bertujuan untuk menyakiti makhluk
hidup lain yang tidak menghendaki diperlakukan demikian (Baron,
Branscombe, Byrne, 2008: 338).
Bentuk-bentuk agresi bisa terjadi secara langsung maupun tidak langsung,
verbal maupun non verbal.
Seseorang dapat bertindak agresi disebabkan oleh 3 faktor.
1. Factor biologis
Agresi adalah sesuatu yg alamiah dan diwariskan . Freud: insting mati
(thanatos). Konrad Lorenz: perspektif evolusioner (fighting insting)
2. Factor drive
Agresi berasal dari adanya kondisi eksternal yang merangsang individu
untuk menyakiti individu lain.
3. Teori agresi modern
General Aggresssion Model: agresi dipicu oleh beraneka variabel input
yang menimbulkan rangsangan, afeksi maupun kognisi.
BAB III
Penutup
III.I Kesimpulan