Anatomi: Letak antara vertebra T12 (L1) L4 Neonatus : berat 24 gr, panjang 6 cm Dewasa : berat 150 gr, panjang 12 cm Tiap ginjal terdiri dari 8-12 lobus berbentuk piramid. 2 3 4 5 Lapisan ginjal paling luar ---- korteks terdiri dari : glomerulus tubulus proksimal & distal duktus koligens Lapisan dalam---medulla, terdiri dari: tubulus lurus ansa Henle Vasa rekta duktus koligens terminal
6 7 Tiap ginjal terdiri dari 1 juta nefron Nefron = glumerulus, kapsula Bowman, tubulus proksimal, ansa Henle dan tubulus distal
Pembentukan nefron selesai pada usia janin 35 minggu. Setelah lahir, nefron baru tak dibentuk lagi, terjadi hiperplasia , hipertrofi , maturasi fungsi nefron. Hal ini terjadi sp usia 5 tahun. Bila terjadi gangguan pada saat ini, dapat mengganggu pertumbuhan ginjal 8 9 Fisiologi ginjal: Merupakan organ eksresi Fungsi utama : menjaga keseimbangan internal dengan jalan menjaga komposisi cairan ekstra seluler. 10 Fungsi eksresi: 1. Eksresi sisa metabolisme protein ( yi : ureum ,asam urat,kalium, fosfat, sulfat organik ) 2. Regulasi volume cairan tubuh. Melalui hormon ADH. Cairan tubuh ,ADH --- diuresis 3. Menjaga keseimbangan asam basa . Dengan cara menyerap HCO 3 dan mensekresi H +
11 Fungsi endokrin : 1. Faktor eritropoetik ginjal berperan dalam eritropoesis 2. Sistim renin angiotensin mengatur tekanan darah 3. Berperan pada metabolisme vit.D. Vitamin D diubah di ginjal menjadi 1,25 (OH)2 D3 --- berfungsi menyerap kalsium di usus. 12 Aliran darah ginjal Merupakan faktor penentu utama terjadinya filtrasi glomerulus. Dengan adanya mekanisme autoregulasi di korteks ginjal, tekanan filtrasi dapat dipertahankan selama tekanan darah berada diantara 70 180 mmHg. Bila tekanan darah turun sampai 50 70 mmHg, laju filtrasi akan menurun,dan filtrasi berhenti bila tekanan darah < 50 mmHg. 13 Filtrasi glomerulus Dengan mengalirnya darah dalam kapiler glomerulus, plasma disaring melalui dinding kapiler glomerulus. Hasil filtrasi: bebas sel, mengandung semua substansi plasma ( elektrolit,glukosa, fosfat, ureum, creatinin, peptida, protein dengan BM rendah ) 14 Glomerular Filtration Rate ( GFR) =Laju Filtrasi Glomerulus ( LFG)_ Pada neonatus = 15 20 ml/ menit/1,73 m2 Usia 2 tahun, GFR = GFR dewasa ( 100 - 125ml/menit/1,73 m2) Tiap hari jumlah filtrasi cairan melalui glomerulus adalah 125 ml/menit = 180 liter/24 jam, sedangkan rata rata volume urin 1-2 liter. Jadi 98 % cairan filtrat direabsorbsi lagi 15 Evaluasi fungsi ginjal 1. Glomerular Filtration Rate (GFR) untuk memeriksa fungsi glomerulus. Cara yang paling sering dipakai di klinik adalah menggunakan prinsip klirens ( cleareance). Klirens = volume plasma yang dibersihkan dari suatu zat dalam jangka waktu tertentu. Dalam klinik yang dipakai adalah klirens kreatinin dan ureum. 16 GFR neonatus = 20 ml/menit/1,73 m2 GFR dewasa 100-125 ml/menit/1,73 m2 Untuk pemeriksaannya diperlukan urine 24 jam dan pengukuran plasma kreatinin Pada anak sulitkarena pengumpulan urine lebih sulit dilakukan. 17 Evaluasi fungsi ginjal 2. Urinalisis : pemeriksaan urin secara mikroskopis, makroskopis, biokimia Bahan urin harus segar 30 -60 menit setelah ditampung. Pemeriksaan: warna, BJ, komponen kimia, sedimen urin 18 2. Urinalisis Proteinuria : Mengindikasikan penyakit ginjal Sering ada pada demam atau setelah olah raga Hematuria: Bila mikroskopik ---sering transient Makroskopik hematuria harus selalu dicari penyebabnya False + -- mioglobin, Hb bebas, obat, zat pewarna 19 2.Urinalisis Glukosa urin : karena hiperglisemi atau karena defek tubuler Urine pH : normal antara 5 7 Pemeriksaan mikroskopis: eri, leko, silinder, kristal 20 Evaluasi fungsi ginjal 3. Pemeriksaan darah/serum: . Elektrolit ( K,Na, Cl ) . Ureum, kreatinin . Kalsium . Fosfat . Albumin 21 4. Pemeriksaan radiologi USG IVP MCUG (micturating cystourethrogram) = VCUG ( voiding cysto urethrogram) untuk mendeteksi refluks/obstruksi saluran kemih bawah. DMSA melihat kecacatan dan bagian ginjal yang masih berfungsi. DTPA -- untuk menilai derajat obstruksi.
22 Infeksi Saluran Kemih Sering terjadi pada anak Terbanyak setelah ISPA Definisi: infeksi saluran kemih mulai dari parenkim ginjal sampai vesica urinaria dengan jumlah bakteriuria yang bermakna. Bakteriuria = bakteri di urin, asalnya: 1. memang dari infeksi 2. kontaminasi ( urethra,vagina, dll)
23 Infeksi saluran kemih Normal : urine steril Bakteriuria bermakna = bakteri > 100.000 koloni /ml urin ( pengambilan steril, midstream). Menurut panduan AAP terbaru , kultur hrs dari kateterisasi urin atau pungsi supra pubic Pungsi supra pubik : urin harus steril ! Bila ada 1 koloni saja dianggap bermakna. 24 Infeksi saluran kemih Epidemiologi : perempuan > laki-laki neonatus : 75-80% kasus adalah laki-laki Penyebab: E.coli 70-80% Klebsiella banyak pada neonatus Proteus Ps.aeruginosa 25 Faktor predisposisi ISK Obstruksi urin Kelainan struktur (bawaan) Urolithiasis Benda asing (kateter) Refluks urin Konstipasi kronis 26 Faktor pedisposisi ISK Pada bayi/anak kecil, infeksi dapat terjadi secara ascending dari tinja Pada keadaa refluk urin bakteri di vesica urinaria dapat sampai ke ginjal. ISK kronis inkompetensi katup vesikoureter refluks ke ureter infeksi/kerusakan ginjal Infeksi paremkim ginjal dapat terjadi secara hematogen. 27 Gejala ISK Neonatus/anak kecil: _ Pertumbuhan terlambat, anoreksia, gangguan emosi, rewel, muntah, kembung, sering terjadi sepsis karena bakteremia Anak lebih besar: Disuria, polakisuria, urgency, eneuresis nocturna/diurna, sakit pinggang, demam, nyeri costovertebra, hematuria makroskopik. Pertimbangkan ISK pada anak usia 2-24 bulan dengan : Anak perempuan Anak laki laki dengan phimosis/ tidak circumcisi Demam > 39 C selama > 2 hari tanpa penyebab jelas
28 Urinalisis: urin yang diambil harus segar: < 1 jam dalam suhu ruang atau < 4 jam dalam lemari es
Pertimbangkan ISK bila hasil urinalisis : Lekosit esterase tes + Nitrit tes + Lekosit dalam sedimen urin ++
29 30 Prinsip penanganan ISK 1. Konfirmasi diagnosis ISK 2. Eradikasi infeksi saat infeksi berulang 3. Selidiki saluran kemih 4. Tindakan bedah pada uropati obstruktif, batu, neuropathic bladder,dll 5. Cegah infeksi berulang 6. Perlu pemantauan selanjutnya (follow up) 31 Terapi ISK Tergantung kondisi klinis, bila berat--rawat Antibiotika ( 7 14 hari) Amoksillin ( pada anak kecil) Bactrim ( pada anak besar) Sesuai dengan tes sensitifitas kultur 2 hari setelah terapi, lakukan pemeriksaan USG ginjal dan vesica urinaria ISK residif : terapi profilaksis selama 6 bulan dengan nitrofurantoin, trimetropim atau bactrim Pada ISK berulang, lakukan pemeriksaan VCUG (voiding cysto urethro gram) untuk mendeteksi VUR ( vesico ureteral refluks) 32 33 Glomerulo Nefritis Akut (Post Infectious Glomerulonefritis) Glomerulopati dasar mekanisme nya imunologik Didahului faringitis streptokokus atau impetigo 7 -21 hari sebelumnya Periode laten setelah faringitis 10 hari Periode laten setelah impetigo 21 hari Streptokokus beta hemolitikus grup A tipe nefritogenik, Stafilokokus, Pneumokokus
Insidens GNA menurun sejak adanya antibiotik 34 35 Patogenesis: Adanya endapan komplex Ag-Ab pada membrana basalis glomerulus ( pemeriksaan dgn mikroskop elektron) Endapan mengganggu GFR GFR -- reabsorpsi Na -- vol.plasma --- edema dan hipertensi 36 Gejala: Bervariasi dari asimptomatik sampai berat Sering pada anak sekolah ( usia rerata 7 th) Jarang terjadi pada usia < 3 thn Laki laki 2x perempuan Edema preorbital, urin warna gelap Oliguria Lesu,sakit kepala Hipertensi (50-90%) -- encephalopati 37 Laboratorium: Gross hematuria pada 30-50% pasien Lekosit ++ --- bukan berarti infeksi, melainkan tanda inflamasi Proteinuria ringan sedang Silinder eritrosit/granuler Gangguan elektrolit: hiperkalemi,hipocalsemi,hiperfosfatemi, asidosis metabolik Serologi ASTO pada 80% kasus Komplemen C3 (aktivasi sistim komplemen), pada 90% pasien dan normal lagi 10 hari -8 minggu setelah onset 38 Differential diagnosis GN yang disebabkan kuman lain: stafilococcus, virus, parasit, riketsia, jamur ( tapi tanpa hipokomplementemia) Benign hematuria IgA nefropati ( hematuri hilang timbul) Heriditary nefritis Glomerulonefritis kronik 39 Terapi: Restriksi cairan --- output + insensible water loss Restriksi garam 1 gr/hr Rendah protein 1gr/kgBB/hr Diuretika : hidrochlorotiazide 1-2 mg/kgbb/hari furosemide 1-5 mg/kgbb/hari Monitor fluid balance ( BB, intake,output) 40 Hiperkalemia: Gangguan EKG ( bila K > 6 mEq/L) Terapi: 1.diuretik 2.Ca.gluconas 10 % --100-200 mg/kg iv selama 10-15 menit 3. Dx 25% iv pelan 30 menit, diikuti insulin 0,1 -0,2 unit/kg s.c 41 Asidosis Sering terjadi bersamaan dgn hiperkalemia Terapi : Na bicarbonat 2-3 mEq/kgBB Restriksi garam ( hati hati !) 42 Hipocalsemia,hiperfosfatemia: Hipocalsemia kejang Terapi: Ca gluconas 10 % --100-200 mg/kgbb iv selama 3-4 jam, diteruskan dgn peroral 10-20 mg/kgbb/hari Hiperfosfatemia: restriksi intake fosfat 43 Hipertensi: Sering terjadi (50-90%) komplikasi serius hipertensive encephalopati Hipertensi --- kesadaran , nyeri kepala, kejang. Terapi :anti hipertensi ( lihat bag.terapi hipertensi) Pada anak: nifedipine, captopril, diasokside iv, sodium nitropruside iv
44 Terapi supportif: Nutrisi Penting pada saat penyembuhan, karena pada saat akut biasanya terjadi anoreksia( restriksi Na,P) Bila terjadi renal insufisiensi diet protein rendah Antibiotik Dialise ( peritonel/hemo dialise) pada keadaan: Oliguri berat, edema paru, gagal jantung, hipervolemia, hipertensi yang tak bisa diatasi dengan cara biasa/obat Hiperkalemia berat, asidosis, hiponatremia, hipernatremia, kejang dan stupor karena uremia 45 Follow up: Prognosis baik : 95 % sembuh dalam 5-10 hari Diuretik dan anti hipertensi dikurangi bertahap Hematuria mikroskopik dapat menetap sampai beberapa bulan. Protein dan edema berkurang dalam 5-10 hari Periode konvalesens 12 minggu, bila setelah periode ini GFR masih rendah, terjadi proteinuria, C3 tetap rendah --- indikasi untuk biopsi ginjal --- dapat merupakan bagian dari S.nefrotik ( membranoproliferatif glomerulonefritis ) --- terjadi pada , 10% penderita GNA Bila gejala GNA berlangsung lebih dari 2-3 minggu ---hati hati RPGN (Rapid Progressive Glomerulo Nefritis) perlu biopsi ginjal
46 47 Hipertensi Hipertensi ringan sedang : usahakan konservatif ( non farmakologi) a.l dengan diet rendah garam. Pada umumnya obat anti hipertensi tidak diperuntukkan untuk anak atau remaja karena tidak ada uji klinisnya.
Presentasi/gambaran klinis glomerulonefritis: 1. Akut Nefritik Sindrom 2. Kronik Glomerulonefritis: asimptomatik hematuria, proteinuria; kronik renal failure 3. Rapidly progressive glomerulo nefritis 4. Nefrotik Sindrom 52 Akut Nefritik Sindrome: Gejala mendadak : gross/mikroskopik hematuria, proteinuria, GFR , oliguria, retensi garam dan air, edema ,hipertensi Tanda khas : hematuria proteinuria ringan sedang GFR , karena permukaan filtrasi disebabkan proliferasi seluler, pembengkakan endotel. 53 Kronik Glomerulo Nefritis Gejala tidak jelas, sering asimptomik/mikroskopik hematuria,protenuria, kadang kadang terdeteksi secara kebetulan. Hematuria menetap, proteinuria menetap,lekosituria menetap, fungsi ginjal abnormal Malaise, fatigue, anemia, failure to grow --- tanda tanda slowly progressive kronik GN dgn GGK. 54 Rapidly Progressive Glomerulo Nefritis Perjalanan penyakitnya mulai dari nefritis progressif/berjalan cepat disertai penurunan fungsi ginjal secara cepat 55 Sindrom Nefrotik Dapat terjadi primer dan sekunder Primer: 1. Minimal Change Disease 80 % 2. Diffuse Mesangial Proliferative Glomerulonefritis 3. Focal Segmental Glomerulosklerosis 4. Membranous Glomerulonefritis 5. Membrano Proliferative Glomerulonefritis 56 Sindrom Nefrotik Sekunder (jarang pada anak, hanya 10% dari seluruh sindrom nefrotik) 1. Penyakit ginjal lain: HUS, IgA nefropati,RPGN. 2. Infeksi : Bakteri: post streptococcal Virus : Hepatitis B, CMV, EB Malaria, Toxoplasma Filariasis, Skistosomiasis 3. Neoplasia: limfoma, lekemia
57 Sindrom Nefrotik Sekunder 4 . Obat : merkuri 5 . Sistemic disease: SLE, Henoch Schonlein, DM 6. Allergi 7. Penyakit keturunan 58 Sindrom Nefrotik Primer Insidens : 7 kasus per 100.000 anak < 16 tahun Laki laki 2 x perempuan 80% bentuk minimal change 60% usia 2-6 tahun Jarang pada < 1 tahun 30% pada adolesence 15-20% pada dewasa 3,5% kasus ada faktor keturunan
59 Sindrom Nefrotik Patologi: Tidak jelas ditemukan kelainan/kerusakan struktus membrana basalis glomerulus karena itu disebut minimal/idiopatik 60 Sindrom Nefrotik Gejala: Edema ringan sampai anasarka Tidak ada hematuri berat/persisten Tidak ada insufisiensi ginjal Tidak ada hipertensi Komplemen C3 normal Gejala lain: diare ( edema usus), Gangguan napas ( edema paru, efusi pleura) anoreksia 61 S. Nefrotik-- Laboratorium 1. Proteinuria ( albumin terbanyak) hipoalbuminemia
tekanan onkotik plasma
cairan intra vaskuler keluar ke ruang interstitial edema
hipovolemia
resorbsi natrium dan air
62
Proteinuria dengan dipstick +2 s/d +4 ( 40 mg/m2/jam) 2. Serum albumin < 2,5 gr/dl 3. Serum kolesterol > 400 mg/dl Serum trigliserida , total lipid Patogenesis hiperlipidemia tidak diketahui 4. Transient mikroskopik hematuria ( pd 25% kasus dengan MCNS). Gross hematuria hampir tidak pernah pada MCNS, tapi pada jenis bisa sampai 50% 5. Fungsi ginjal : normal ( GFR normal) 63 Komplikasi Hipoalbuminemia Edema ( periorbital edema, anasarka) Ascites respirasi distress Effusi pleura respirasi distress Syok Terapi edema : furosemide iv + albumin iv
64 Komplikasi Hipoalbuminemia Aggregasi trombosit sehingga mudah terjadi trombosis ( di V.Cava inf, V.renalis,V.hepatika, A.pulmonal, A. femoral, vena vena dalam tungkai) Toksisitas obat , krn banyak obat yang bersifat protein bound Serum imunoprotein mudah terjadi infeksi 65 Terapi Rawat : Diet : TKTP, rendah garam, restriksi cairan Terapi edema : furosemide 1-3 mg/kgbb/hari ( max. 5 mg/kgbb/hari), dapat di kombinasi dengan Spironolakton 2-4 mg/kgbb/hari Terapi kortikosteroid Edukasi pasien dan orang tua 66 Minimal Change Nefrotik Sindrome Tanda tanda S. Nefrotik Tanpa tanda tanda penyakit sistemik Tanpa hipokomplementemia Kadang ada gambaran nefritik: hematuria,azotemia,hipertensi terjadi pada 10- 30% anak anak, sifatnya ringan dan transient 2/3 kasus berusia 2-6 tahun Respons baik dengan kortikosteroid 67 Terapi: (berdasarkan ISKDC=International Study of Kidney Disease in Children) 1. Rawat: diet, th/edema, th/kortikosteroid, edukasi pasien dan orang tua 2. Th/ kortikosteroid: prednison 60 mg/m/hari = 2mg/kgBB/hari ( max.80 mg/hari) dibagi 3 dosis /hari selama 4 minggu Dalam 2 minggu pertama80% remisi dalam 4 minggu 95 % remisi
Bila setelah 4 minggu TIDAK REMISI --- Sindrom Nefrotik Resisten Steroid
Setelah remisi , terapi lanjut: 40 mg/m/hari ( max. 60 mg/hari) 1x/hari alternate day, 3x seminggu ,pagi hari selama 4-12 minggu
68 Bila tidak remisi dalam 4 minggu: Terapi Prednison full dose selama 6 minggu, dilanjutkan alternate dose selama 6 minggu 69 70 REMISI : bila proteinuria negatif /trace selama 3 hari berturut turut dalam 1 minggu Pada saat alternate day, dosis dikurangi (tappering off) selama 3-4 bulan dari saat mulai dan lalu dihentikan. 3. Diet rendah natrium 4. Tunda imunisasi sampai bebas kortikosteroid selama 3 bulan RELAPS: Proteinuria +2 atau lebih , selama 3 hari berturut turut dalam 1 minggu
Pembagian kelompok berdasar RELAPS: SN non relaps ( 30%) SN relaps jarang (10-20%) SN relaps sering dan SN dependent steroid (40-50%) 71 Relaps jarang = relaps kurang dari 2x dalam periode 6 bulan atau kurang dari 4x dalam periode 12 bulan Setelah pengobatan inisial. 72 73 Relaps : terjadi pada 80% kasus, terutama saat tappering. Jadi urine harus diperiksa rutin 3 x/minggu sehingga bisa mendeteksi relaps sedini mungkin, sebelum timbul edema. Bila terjadi relaps dalam tempo > 6 bulan terapi seperti skema awal Bila relaps lebih atau sama dengan 2 kali dalam periode 6 bulan frequent relapser terapi alternate day prednison lebih lama 74 Kortikosteroid dependent relaps terjadi dengan penurunan dosis kortikosteroid. Akibatnya: tanda tanda toksisitas kortikosteroid. (Cushingoid, hipertensi, gagal tumbuh) Frequent relapser dan kortikosteroid dependent harus biopsi Hasil biopsi MCNS terapi alternatif: 2 bulan klorambusil 0,2 mg/kg/hari,atau siklofosfamide 2,5 mg/kgbb/hari E.S : depresi sumsum tulang, sterilitas 75 Prognosis : baik 80% remisi (terutama pada anak < 8 tahun) Pada anak < 8 tahun tidak perlu biopsi ginjal, kecuali tidak responsif pada steroid. Hal penting yang harus diketahui pada Sindrom Nefrotik: Apakah primer/sekunder? Apakah perlu biopsi ginjal ? Rujuk bila: SN pada anak < 1 tahun SN dengan gejala nefritik SN resisten steroid SN dependent steroid atau relaps sering Bila timbul komplikasi seperti edema refrakter, trombosis, infeksi berat atau toksik steroid. 76 77 Diffuse Mesangial Proliferative G.N < 3 % 90% ada mikroskopik hematuria 50% hipertensi 25 % fungsi ginjal turun 35-70% respon buruk pada kortikosteroid Prognosis: Masih baik, dapat terjadi remisi spontan 10% jadi gagal ginjal 78 Focal Segmental Glomerulosklerosis 10% dari kasus Sindrom Nefrotik Hematuria ( > 50%) Hanya 20% responsif dengan steroid Gagal ginjal terjadi pada 50% penderita Dalam 5 tahun 20-30% End Stage Renal Disease Dalam 10 tahun 60% jadi ESRD 79 Membranoproliferative Glomerulonefritis Usia 8-20 tahun ( sebagian besar kasus) 10% dari Sindrom Nefrotik pada anak 30% kasus memiliki gejala mirip dengan APSGN ( GNA) --- proteinuria minimal/asimptomatik, hematuria, hipertensi, azotemia Remisi spontan jarang Prognose: slow progressive ke ESRD, dalam waktu 10 tahun, 50% jadi ESRD 80 Membranous Glomerulonefritis Jarang, <6% dari seluruh kasus Sindrom Nefrotik Anak Pada adolesence, 10-20% dari kasus S. Nefrotik Pada dewasa, sering 20-40%.
81 Gagal ginjal
Dapat terjadi secara akut atau kronik Gagal ginjal ringan-sedang dapat tanpa gejala asalkan mekanisme kompensasinya cukup. Bila kerusakan/gangguan fungsinya berlangsung lambat, bahkan sampai 75% dari fungsi ginjal hilang, tidak ada gejala apa apa karena tubuh bisa beradaptasi 82 Gagal ginjal akut
Penurunan akut dari GFR khas pada gagal ginjal akut, akibatnya terjadi gangguan elektrolit, cairan,asam basa yang berat. Penting : pengenalan dini dan terapi Penyebab GGA : Prerenal Renal Post Renal (obstruksi) 83 Prerenal failure: Akibat perfusi ke ginjal berkurang secara akut
resorbsi natrium + air
oliguria (urin pekat) kadar Natrium di urin rendah 84 Penyebab GGA 1. Penyebab Pre renal : Hipovolemia /hipotensi: - Dehidrasi : muntah, diare, turunnya tekanan onkotik - Gagal jantung - Perdarahan, luka bakar, ascites 2. Penyebab renal : - Acute Tubular necrosis akibat hipotensi yang berkepanjangan, nefrotoksin - Glomerulonefritis - Gangguan vaskuler : trombosis v.renalis, arterial tromboemboli, DIC,acute cortical necrosis
86 87 Diagnosis Anamnesa / PF / Lab Pada prerenal: ada riwayat diare, muntah, perdarahan Ditemukan turgor menurun, tanda dehidrasi, hipotensi,oliguria. Oliguria = volume urine < 1-2 ml/kgbb/jam Post renal: Sering pada balita -- berhubungan dengan lesi obstruksi.
88 Terapi: Tergantung penyebab renal/pre renal/post renal Pada obstruksi : koreksi Infeksi /syok harus ditangani segera Hipovolemia: dopamin dosis rendah dapat meningkatkan GFR Dobutamin dapat meningkatkan perfusi ginjal dengan meningkatkan kontraktilitas jantung Pasang kateter untuk memonitor vol. urine. 89 Terapi Kebutuhan cairan : Koreksi dehidrasi yang ada Bila terjadi overload restriksi pemberian cairan, sambil diberikan diuretika Pada overload berat dengan oliguria/anuria dialisis Hiperkalemia Sering ditemukan, akibat kegagalan eksresi dan peningkatan katabolisme Restriksi Kalium Hiperkalemia dapat mengganggu EKG
90 Terapi Asidosis: Akibat katabolisme dan ketidak mampuan ginjal mensekresi ion Hidrogen Terapi dengan NaHCO3 perhatikan fluid overload, hipernatremia, hipertensi Hipokalsemia: Akibat hiperfosfatemia Terapi: batasi intake susu, Calsium Carbonat Bila berat ( kejang) Ca.gluconas 0,5 ml/kgbb iv perlahan 91 Terapi Kebutuhan kalori: Harus adekuat meminimalisasikan katabolisme dengan TK Protein 0,5 1 gr/kgbb/hari Dialise (peritoneal/hemo) indikasi: 1. Hiperkalemia berat 2. Asidosis 3. Hiperkalemia/asidosis disertai hipernatremia 4. Fluid overload berat 5. Ada gejala uremia
92 Komplikasi GGA: Serius : infeksi, fluid overload, hiperkalemia Encephalopati uremia, kejang, efusi perikardial, hipertensi, ulkus peptikum, disfungsi trombosit, anemia Perhatikan dosis obat obatan yang diberikan Fase pemulihan (recovery) pada GGA dan obstruksi renal dapat disertai fase poliuria yang disertai kemampuan konsentrasi urin yang buruk, hipo/hiper kalemia 93 Prognosa: Penyembuhan tergantung penyebab dan cepatnya penanganan. Pada umumnya reversibel Pada ATN periode anuria/oliguria biasanya 7-10 hari, diikuti 2-7 hari poliuria. Dengan supportive care yang baik, prognose ATN baik. Bila tidak ada perbaikan menandakan adanya akut kortikal nekrosis atau ada penyebab lain. GG yang disebabkan RPGN, renal vascular trombosis, cortical necrosis tidak reversibel dan memerlukan dialise kronik. 94 Gagal Ginjal Kronik Permasalahan: 1. Jumlah pasien dengan GGk meningkat, terutama pada usia lanjut 2. Deteksi dini sukar 3. Pelayanan secara optimal belum memuaskan 4. Perjalanan penyakit progresif apakah terapi intervensi dapat menghambat ?
95 Gagal ginjal kronik Etiologi terbanyak di Indonesia : 1. GN ( 30%) 2. Pielonefritis kronik ( 18,5 %) 3. Nefropati DM 4. Nefropati obstruktif.
96 Gejala GGK 1. Gangguan homeostasis air dan garam dapat terjadi dehidrasi/ intoksikasi air bila intake tak dikontrol. Pada fase terminal bisa terjadi hiperkalemia atau hipernatremia. 2. Gangguan asam basa : (ion H meningkat ). Terjadi gangguan eksresi amonium / amonia. Amonia ( NH3) diubah jadi amonium (NH4) memerlukan ion H+. Massa ginajal makin lama makin rusak, fungsinya makin berkurang, makin sedikit NH3 diproduksi, jadi pemakaian ion H+ makin sedikit, akibatnya terjadi asidosis metabolik. 97 Gejala GGK 3. Uremia akibat retensi metabolisme protein. Kadar ureum tinggi anoreksia, muntah, mual, diare, gangguan perdarahan, gangguan neurologis ( neuropati, kejang, gangguan kesadaran) , pleuritis, perikarditis 4. Anemia 98 Anemia terjadi karena: Depresi eritropoesis pada sumsum tulang akibat metabolit metabolit toksik Ketidak mampuan ginjal untuk memproduksi hormon eritropoetin Umur eritrosit lebih pendek Anemia bukan karena defisiensi Fe, jadi transfusi harus dibatasi, dan hanya diindikasikan pada mereka yang benar benar memerlukan untuk mencegah hemosiderosis dan hepatitis persiapan transplant. 99 5. Gangguan metabolisme tulang (renal osteodistrofi)
Retensi fosfat + produksi vit.D
absorbsi Calsium di sal.cerna
Hipokalsemia
paratiroid hormon
osteoporosis (fraktur, nyeri tulang) 100 Laboratorium: Hiperfosfatemi Hipokalsemia Alkalifosfatase Hormon paratiroid Rx tulang: rakitis, osteoporosis 6. Hipertensi akibat retensi air dan natrium 7. Gagal tumbuh (growth velocity , bone age retardation) berhubungan dengan:
101 Gagal tumbuh berhubungan dengan: Undernutrition Osteodistrofi Gangguan hormonal Obat obat (steroid) Asidosis Gagal tumbuh baru terjadi bila GFR < 25 ml/min/1,73 m2. Intake kalori yang dibutuhkan sangat besar (jauh lebih besar ) dari pada anak dengan fungsi ginjal normal untuk mencapai pertumbuhan yang seimbang dengan anak normal.
102 Penanganan:
Memerlukan penanganan oleh suatu teamwork: Nefrolog anak Perawat khusus Ahli gizi Pekerja sosial Psikiatri Psikolog, dll 103 Terapi berdasarkan tingkat GGK GGK ringan menahan progresivitas GGK berat memelihara status metabolisme senormal mungkin dengan menjaga: Tekanan darah target 120/80 mmHg terutama bila ada proteinuria Nutrisi Keseimbangan asam basa Hiperparatiroid anemia 104 Terapi konservatif: Dilakukan bila belum mencapai stadium terminal (bila GFR > 5 ml/min/1,73m2) atau belum ada tanda tanda uremia. 1. Diet Tinggi kalori ( +70 % dari kalori biasa), kadang bisa sampai > 100% dari kalori yang diperlukan sehari hari 2. Protein rendah 0,5 1,5 g/kgbb/hari 3. Air, Na, K dibatasi sesuai kemampuan eksresi ginjal
105 4. Intake fosfat dibatasi (susu dibatasi) dan diberi Ca.Carbonat untuk membatasi absorbsi fosfat diusus. 5. Suplemen Calsium: 1 gr/hari elemental Calsium 6. Suplemen vit.D3/ kalsitriol 7. Atasi asidosis metabolik kronik dengan Na.bikarbonat /Na. sitrat. 8. Terapi hipertensi : diuretika/vasodilator/ACE inhibitor 9. Eritropoetin. Target Hb 10 11 gr% , Ht 30 32 % 106 Kapan dilakukan dialise? Ditentukan oleh a.l: Fungsi ginjal sisa GFR < 5 /min/1,73 m2 Keadaan pasien lebih menentukan
107 Terapi End Stage Renal Failure: Transplantasi ginjal ( kadaver atau donor hidup) Usaha/upaya kearah transplantasi harus dipersiapkan sebelum ginjal pasien benar benar kehilangan fungsinya. Post operatif transplantasi: Terapi imunosupresi: prednison,azathioprin, siklosporin Komplikasi yang ditakuti: infeksi, komplikasi bedah, penolakan, penyakit dasar residif pada ginjal baru Kalau berhasil bisa 100% sembuh Dialisis tindakan alternatif untuk menunggu transplantasi atau bila transplantasi tidak memungkinkan 108 Dialise hemodialise peritoneal dialise: 1. CCPD = Continuous Cycling Peritoneal Dialise 2. CAPD = Continuous Ambulatory PD Hemodialise - jarang dilakukan pada anak - teknik sulit/tidak praktis ( 4-5 jam 3x/minggu) pasien harus diam di HD center ~ 10% fungsi ginjal normal - Perlu akses pembuluh darah besar
109 Dialise Peritoneal: Biaya ringan, bisa dilakukan dirumah CAPD terutma pada bayi dan anak kecil CAPD dan CCPD bisa dilakukan dirumah oleh orang tua sendiri CAPD : cairan dialisat dimasukkan ke rongga peritoneum melalui kateter ( dala waktu 20-40 menit) dibiarkan 3-5 jam dikeluarkan lagi ke dalam kantung yang sama ( dalam waktu 20 40 menit). Prosedur ini diulangi 3-4 x/hari . Pada malam hari dapat lebih lama ( 8 jam). 110 CCPD : sistem sama, hanya memakai alat . Malam hari diisi dan dikeluarkan dengan alat, Siang hari cairan dibiarkan di peritoneum