Anda di halaman 1dari 21

1

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................. 3
BAB III KESIMPULAN ............................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 21

























2

BAB I
PENDAHULUAN


Latar Belakang

Dengan bertambahnya waktu maka kemajuan teknologi juga semankin
bertambah. Bukan hanya teknologi saja yang semakin maju melainkan ilmu
pengetahuan yang semakin meningkat dan semakin meluas. Berkembangnya Ilmu
pengetahuan dan teknologi sekarang ini diiringi dengan penemuan-penemuan baru
yang berhubungan dengan kedokteran gigi.
Tujuan utama perawatan kedokteran gigi yaiu untuk mempertahankan atau
meningkatkan mutu kehidupan pasien kedokteran gigi. tujuan ini dapat dicapai
dengan mencegah penyakit, menghilangkan rasa sakit, memperbaiki efisiensi
pengunyahan, meningkatkan pengucapan dan memperbaiki estetika.
1

Dental Material adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang bahan-bahan
yang digunakan di kedokteran gigi, baik sifat-sifatnya maupun cara memanipulasi
bahan tersebut.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan
memahami kegunaan, fungsi dan hakekat bahan dental material yang sangat
menunjang dan dibutuhkan dalam perawatan restorasi gigi khususnya pembuatan gigi
palsu yang melibatkan beberapa dental material khususnya bahan cetak, dental
gypsum, resin akrilik, dental wax serta sifat-siat yang dimiliki dental material tersebut

Deskripsi Topik
Amir datang ke praktek dokter gigi ingin dibuatkan gigitiruan. Setelah dilakukan
pemeriksaan didapati daerah edentulus pada regio 45 dan 46. Dokter gigi kemudian
melakukan pencetakan rahang atas dan rahang bawah. Seminggu kemudian, Amir
datang kembali ke dokter gigi tersebut untuk pemasangan gigitiruan akrilik
lepasannya. Sewaktu pemasangan gigitiruan tersebut jatuh dan patah.




3

BAB II
PEMBAHASAN

BAHAN CETAK
Bahan cetak dapat dikelompokkan sebagai reversible atau ireversibel, berdasarkan
pada cara bahan tersebut mengeras. Istilah ireversibel menunjukkan bahwa reaksi
kimia telah terjadi; jadi, bahan tidak dapat diubah kembali ke keadaan semula pada
klinik dokter gigi. Misalnya, hidrokoloid alginat. Sebaliknya, reversible berarti bahan
tersebut melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan, tanpa terjadi
perubahan kimia.

ALGINAT (HIDROKOLOID IREVERSIBEL)
Pada akhir abad yang lalu, seorang ahli kimia dari Skotlandia memperhatikan bahwa
rumput laut tertentu yang berwarna coklat (algae) bias menghasilkan suatu ekstrak
lender yang aneh. Ia menamakannya algin. Substansi alami ini kemudian
diidentifikasikan sebagai suatu polimer linier dengan berbagai kelompok asam
karboksil dan dinamakan asam alginik.
Penggunaan umum bahan hidrokoloid ireversibel ini jauh melampaui penggunaan
bahan cetak lain yang ada. Factor utama penyebab keberhasilan bahan cetak jenis ini
adalah manipulasi mudah; nyaman bagi pasien; dan relative tidak mahal, karena tidak
memerlukan banyak peralatan.

Komposisi.
Komponen aktif utama dari bahan cetak hidrokoloid ireversibel adalah salah satu
alginate yang larut air, seperti natrium, kalium, atau alginate trietanolamin. Bila
alginate larut air dicampur dengan air, bahan tersebut membentuk sol. Sol sangat
kental meskipun dalam konsentrasi rendah; alginate yang dapat larut membentuk sol
dengan cepat bila bubuk alginate dan air dicampur dengan kuat. Berat molekul dari
campuran alginate amat bervariasi, bergantung pada buatan pabrik. Semakin besar
berat molekul, semakin kental sol yang terjadi.

Lama penyimpanan
Temperatur penyimpanan dan kontaminasi kelembaban udara adalah 2 faktor utama
yang mempengaruhi lama penyimpanan bahan cetak alginate, bahan yang sudah
4

disimpan selama 1 bulan pada 65
o
C tidak dapat digunakan dalam perawatan gigi,
karena bahan tersebut tidak dapat mengeras sama sekali atau mengeras terlalu cepat.
Bahkan pada temperature 54
o
C ada bukti kerusakan, barangkali karena alginate
mengalami depolarisasi. Bahan cetak alginate dikemas dalam kantung tertutup secara
individual dengan berat bubuk yang sudah ditakar untuk membuat satu cetakan, atau
dalam jumlah besar di kaleng. Bubuk yang dibungkus per kantung lebih disukai
karena mengurangi kemungkinan kontaminasi selama penyimpanan. Sebagai
tambahan, perbandingan air dengan bubuk yang tepat bias dijamin, karena dilengkapi
pula dengan takaran plastic untuk mengukur banyaknya air. Meskipun demikian,
bubuk dalam kaleng lebih murah. Bila digunakan bubuk dalam kaleng, tutupnya harus
dipasang kembali dengan kencang begitu selesai digunakan sehingga meminimalkan
kontaminasi kelembaban yang mungkin terjadi. Tanggan kadaluarsa yang menyatakan
kondisi penyimpanan harus dengan jelas dicantumkan oleh pabrik pembuat pada
masing-masing kemasan. Pada keadaan apapun, lebih baik tidak menyimpan
persediaan alginate lebih dari setahun dalam praktik dokter gigi dan simpan bahan
tersebut pada lingkungan yang dingin dan kering.

Proses gelasi. Reaksi khas sol-gel dapat digambarkan secara sederhana sebagai reaksi
alginate larut air dengan kasium sulfat dan pembentukan gel kalsium alginate yang
tidak larut. Kalsium sulfar bereaksi dengan cepat untuk membentuk kalsium alginate
tidak larut dari kalium atau natrium alginate dalam suatu larutan cair. Produksi
kalsium alginate ini begitu cepat sehingga tidak menyediakan cukup waktu kerja.
Jadi, suatu garam larut air ketiga, seperti trinatrium fosfat ditambahkan pada luratan
untuk memperpanjang waktu kerja. Strateginya adalah kalsium sulfat akan lebih suka
bereaksi dengan garam lain disbanding alginate larut air. Jadi, reaksi antara kalsium
sulfat dan alginate larut air dapat dicegah asalkan ada trinatrium fosfat yang tidak
bereaksi,
Struktur gel. Pada natirum atau kalium alginate, kation terikat pada kelompok
karboksil untuk membentuk ester atau garam. Bila garam yang tidak larut dibentuk
melalui reaksi natrium alginate dalam larutan dengan garam kalsium, ion kalsium
akan menggantikan ion natrium dalam 2 molekul berdekatan untuk membentuk ikatan
silang antara 2 molekul. Dengan berkembangnya reaksi, ikatan silang kompleks
molekuler atau anyaman polimer akan terbentuk. Anyaman ini dapat menggantikan
struktur menyerupai kepala sikat dari gel.
5

Mengendalikan waktu gelasi. Waktu gelasi, diukur dari mulai pengadukan sampai
terjadinya gelasi, harus menyediakan cukup waktu bagi dokter gigi untuk mengaduk
bahan, mengisi sendok cetak, dan meletakkannya di dalam mulut pasien. Sekali gelasi
terjadi, bahan cetak tidak boleh diganggu karena fibril yang sedang terbentuk akan
patah dan cetakan secara nyata akan menjadi lebih lemah. Metode praktis untuk
menentukan waktu gelasi bagi praktisi gigi adalahdenga mengamati waktu dari mulai
pengadukan sampai bahan tersebut tidak lagi kasar atau lengket bila disentuh dengan
ujung jari yang bersih, kering dan bersarung tangan. Dalam keadaan klinis, seringkali
ada kecenderungan untuk mengubah waktu gelasi dengan mengganti rasio air
terhadap bubuk atau waktu pengadukan. Modifikasi kecil ini dapat mempunyai efek
nyata pada sifat gel, mempengaruhi kekuatan terhadap robekan, dan elastisitas. Jadi,
waktu gelasi lebih baik diatur oleh jumlah bahan memperlambat yang ditambahkan
selama proses pembuatan di pabrik.

MANIPULASI BAHAN CETAK ALGINAT
Bahan cetak alginate mudah digunakan. Bahan ini bersifat hidrofilik, sehingga
permukaan jaringan yang lembab bukanlah kendala. Umumnya, alginate digunakan
sebagai cetakan awal untuk membuat sendok cetak perorangan untuk mendapat
cetakan kedua yang lebih akurat atau untuk membuat model studi yang membantu
dalam pembuatan rencana perawatan dan diskusi dengan pasien.

Mempersiapkan Pengadukan.
Bubuk yang telah ditakar ditaburkan ke dalam air yang juga telah ditakar dan
ditempatkan pada mangkuk karet bersih. Bubuk dan air disatukan dengan pengadukan
secara hati-hati menggunakan spatula logam. Perhatikan agar udara tidak terjebak
dalam campuran. Pengadukan bahan alginate yang tidak tepat dapat merusak kualitas
hasil cetakan. Gerakan angka delapan dengan cepat adalah yang terbaik, dengan
adukan dihentakkan dan ditekan pada dinding mangkuk karet dengan putaran
intermitem (180
o
) dari spatula untuk mengeluarkan gelembung udara. Ini adalah cara
efektif dalam mengatasi gelembung udara dan eningkatkan kesempurnaan adukan.
Semua bubuk haruslah tercampur, bila terdapat sisa bubuk, maka gel yang baik tidaka
aan terbentuk dan sifat bahan menjadi kurang sempurna. Waktu pengadukan amatlah
penting. Waktu pengadukan 45 detik sampai 1 menit umumnya sudah cukup,
bergantung pada merk dan jenis alginate. Hasilnya harus berupa campuran seperti
6

krim halus dan tidak menetes dari spatula ketika diangkat dari mangkuk. Peralatan
yang bersih sangatlah pening karena banyak masalah dan kegagalan yang disebabkan
karena alat pengaduk yang kotor atau terkontaminasi. Kontaminasi selama
pengadukan dapat membuat bahan mengeras terlalu cepat, kekentalannya tidak
sempurna atau malahan robeknya cetakan ketika dikeluarkan dari mulut.

Membuat Cetakan.
Sebelum menempatkan cetakan dalam mulut, bahan tersebut harus mencapai
konsistensi tertentu sehingga tidak mengalir keluar sendok cetak dan membuat pasien
tersedak. Campuran ditempatkan pada sendok cetak yang sesuai, yang dimasukkan ke
dalam mulut. Bahan cetak harus menempel pada sendok cetak sehingga hasil cetakan
dapat ditarik dari sekitar gigi. Oleh karena itu, umumnya digunakan sendok cetak
yang berlubang-lubang. Lapisan alginate yang tipis umumnya lemah, karena itu,
sendok cetak harus cocok dengan lengkung gigi pasien sehingga lapisan bahan cetak
cukup tebal. Ketebalan cetakan alginate antara sendok cetak dan jaringan harus
sekurang-kurangnya 3mm. Kekuatan gel alginate meningkat beberapa menit setelah
gelasi awal terjadi. Kekuatan gel sesungguhnya berlipat ganda selama 4 menit
pertama setelah proses gelasi, tetapi setelah periode 4 menit pertama kekuatan
tersebut tidak lagi terlalu banyak meningkat. Kebanyakan bahan alginate meningkat
elastisitasnya dengan berlalunya waktu, yang meminimalkan distorsi bahan selama
cetakan dibuka, sehingga dapat mencetak sempurna daerah undercut. data tersebut
secara jelas menunjukkan bahwa cetakan alginate tidak boleh dikeluarkan dari mulut
setidaknya 2-3 menit setelah terjadi proses gelasi, yang merupakan perkiraan waktu
dimana bahan kehilangan sifat kelengketannya. Dengan alginate tertentu, ditunjukkan
bahwa bila cetakan dibiarkan 6-7menit, bukan 2-3 menit setelah proses gelasi, distorsi
yang nyata dapat terjadi.
Kekuatan. Kekuatan gel maksimal diperlukan untuk mencegah fraktur dan menjamin
bahwa cetakan cukup elastis ketika dikeluarkan dari dalam mulut. Semua factor
manipulasi yang dikendalikan oleh klinisi dapat mempengaruhi kekuatan gel. Sebagai
contoh, bila air yang digunakan untuk pengadukan terlalu banyak atau terlalu sedikit,
gel ahir yang diperoleh akan lemah, dan kurang elastis. Untuk itu harus digunakan
perbandingan air dengan bubuk yang tepat, seperti yang disebutkan oleh pabrik
pembuat.

7

Viskoelastisitas
Hidrokoloid adalah bahan yang bergantung pada kecepatan-regangan. Jadi,
ketahanan terhadap sobekan akan meningkan bila cetakan dikeluarkan dengan
sentakan tiba-tiba. Kecepatan mengeluarkan cetakan harus disesuaikan antara gerakan
cepat dan kenyamanan pasien.
Keakuratan
Sebagian besar cetakan alginate tidak mampu mereproduksi detail yang halus yang
dapat diperoleh dengan cetakan elastomeric lainnya. Untuk menjamin bahwa bahan
alginate memberikan gambaran realistic untuk pembuatan model studi, cetakan harus
ditangani dengan benar.
Perubahan Dimensi
Alginat akan kehilangan air bila diletakkan di udara terbuka lebih dari 30 menit dan
mengerut (syneresis) sehingga cetakan tidak akurat lagi. Bila ditempatkan di dalam
air lagi maka alginate akan mengabsorbsi air (imbibition) tetapi tidak akan
mengembalikan contour seperti semula. Untuk keakuratan dan ketepatan cetakan
model harus dibuat paling lama 5-10 menit setelah dicetak dan diletakkan oada
tempat yang basah (humidity 100%) dan kapas atau tissue basah.

DENTAL GIPSUM
Gipsum adalah mineral yang ditambang dari berbagai belahan dunia. Produk gipsum
digunakan dalam kedokteran gigi untuk membuat model studi dari rongga mulut serta
struktur maksilo-fasial dan sebagai piranti penting untuk pekerjaan laboratorium
kedokteran gigi yang melibatkan pembuatan protesa gigi. Kriteria pemilihan produk
gipsum tertentu bergantung pada penggunaannya serta sifat fisik tertentu untuk
penggunaan tertentu.
Macam-macam dental gipsum :
1. Plaster Cetak (Tipe I)

Bahan cetak ini terdiri dari plaster of paris yang ditambahkan zat tambahan
untuk mengatur waktu pengerasan dan ekspansi pengerasan. Plaster cetak
jarang digunakan lagi untuk mencetak dalam kedokteran gii karena telah
digantikan oleh bahan yang kurang kaku seperti hidrokoloid dan elastomer.
Plaster terbatas digunakan untuk cetakan akhir, atau wash, dalam pembuatan
gigi tiruan penuh.
8

2. Plaster Model (Tipe II)

Plaster model ini atau plaster laboratorium tipe II sekarang digunakan untuk
mengisi kuvet dalam pembuatan protesa bila ekspansi pengerasan tidaklah
penting dan kekuatan cukup, sesuai batasan yang disebutkan dalam
spesifikasi. Biasanya dipasarkan dalam warna putih alami, jadi terlihat kontras
dengan stone yang umumnya berwarna.

3. Stone Gigi (Tipe III)

Stone tipe III memiliki kekuatan kompresi minimal 1 jam sebesar 20,7 MPa
(3000 psi), tetapi tidak melebih 34,5 MPa (5000 psi). bahan ini ditujukan
untuk pengecoran dalam membentuk gigi tiruan penuh yang cocok dengan
jaringan lunak. Die stone merupakan reproduksi gigi yang dipreparasi dimana
protesa dibuat pada atau didalam model tersebut. Karena kondisi keausan yang
parah pada bagian tepi ketika dilakukan pembuatan pola malam, dank arena
tekanan yang lebih tinggi mengenai die stone selama mencoba dan
penyesuaian, kekuatan dan kekerasan yang lebih tinggi dibutuhkan oleh bahan
die. Stone tipe III lebih disukai untuk pembuatan model yang digunakan pada
konstruksi protesa, karena stone tersebut memiliki kekuatan yang cukup untuk
tujuan itu serta protesa lebih mudah dikeluarkan setelah proses selesai. Waktu
pengerasan minimal bervariai dari 30-60 menit, bergantung pada kecepatan
pengerasan stone atau plaster serta jenis bahan cetak yang digunakan.

4. Stone Gigi, Kekuatan Tinggi (Tipe IV)

Persyaratan utama bagi bahan stone untuk pembuatan die adalah kekuatan,
kekerasan, dan ekspansi pengerasan minimal. Parikel-partike berbentuk
kuboidal serta daerah permukaan yang lebih kecil menghasilkan sifat tersebut
tanpa menyebabkan pengentalan adukan. Diperlukan permukaan keras bagi
suatu die yang terbuat dari stone, karena preparasi kavitas diisi dengan malam
dan diukir sehingga selaras dengan tepi-tepi die. Suatu instrumen yang tajam
digunakan untuk tujuan ini. Karenanya, stone harus tahan terhadap abrasi.
Untungnya kekerasan permukaan meningkat lebih cepat bila dibandingkan
9

dengan kekuatan kompresi, karena permukaan lebih cepat mongering. Ini
merupakan keunggulan nyata, dimana permukaan tahan terhadap abrasi,
sementara inti die cukup liat dan kurang terpaparkan terhadap patah tanpa
disengaja. Rata-rata kekerasan permukaan kering dari stone tipe IV kurang
lebih 92.

5. Stone Gigi, Kekuatan Tinggi, Ekspansi Tinggi (Tipe V)

Ini merupakan produk gipsum yang dibuat akhir-akhir ini, dan memiliki
kekuatan kompresi yang lebih tinddi dibandingkan stone gigi tipe IV.
Kekuatan yang ditingkatkan ini diperoleh dengan menurukan lebih jauh rasio
W:P. sebagai tambahan, ekspansi pengerasan ditingkatkan dari maksimal
0,10%-0,30%. Alasan peningkatan batasan ekspansi pengerasan pengecoran
yang lebih besar dibandingkan logam campur mulia konvensional. Jadi,
dibutuhkan ekspansi lebih tinggi pada stone yang digunakan untuk die untuk
mengimbangi pengerutan pemadatan logam campur.

6. Gipsum Sintetik

Produk sintetik biasanya lebih mahal dibandingan yang dibuat dari gipsum
alami tetapi bila produk tersebut dibuat dengan tepat, sifatnya sebanding atau
melebih stone alami. Kendala dalam prosesnya cukup banyak dan hanya
sedikit yang berhasil.

RESIN AKRILIK
Acrylic berasal dari bahasa latin yaitu acrolain yang berarti bau yang tajam. Bahan ini
berasal dari Asam Acrolain atau gliserin aldehida. Secara kimia dinamakan polymetil
metakrilat yang terbuat dari minyak bumi, gas bumi atau arang batu. Bahan ini
disediakan untuk kedokteran gigi berupa cairan (monomer) monometil metakrilat dan
dalam bentuk bubuk (polimer) polimetil metakrilat. Polimetilmetakrilat (PMMA)
merupakan senyawa homopolimer yang dibentuk dari reaksi polimerisasi adisi
senyawa metil metakrilat. Sejak pertengahan tahun 1940-an, kebanyakan basis protesa
dibuat menggunakan resin poli(metil metakrilat). Resin-resin tersebut merupakan
plastic lentur yang dibentuk dengan menggabungkan molekul-moleku metil
10

metakrilat multiple. Poli(metil metakrilat) murni tidak berwarna, transparan dan
padat. Untuk mempermudah penggunaannya dalam kedokteran gigi, polimer diwarnai
untuk mendapatkan warna dan derajat kebeningan. Warna serta sifat optic tetap stabil
di bawah kondisi mulut yang normal; dan sifat-sifat fisiknya telah terbukti sesuai
untuk aplikasi kedokteran gigi. Salah satu keuntungan poli (metil metakrilat) sebagai
bahan basis protesa adalah relative mudah pengerjaannya.

Komposisi. Bubuk terdiri atas butir-butir poli(metil metakrilat) pra-polimerisasi dan
sejumlah kecil benzoil peroksida (pemulai/inisiator). Cairan didominasi oleh metil
metakrilat tidak terpolimerisasi dengan sejumlah kecil hidroquinon. Hidroquinon
ditambahkan sebagai suatu penghambat. Bahan tersebut mencegah polimerisasi yang
tidak diharapkan ataupengerasan cairan selama penyimpanan.
Berikut adalah tabel komposisi dari resin akrilik.
POWDER
Polymer Butir polymetakrilat
Initiator Peroxide seperti benzoil peroxide
Pigmen Salt dari cadmium of Iron atau organic dyes
LIQUID
Monomer Methylmetacrylat
Cross-Linking Ethylenglycoldimethacrylate
Agent Kira-kira 10%
Inhibitor Hydroquinone
Activator* N-dimethyl-P-toluidinol
*hanya pada self-curing materials.

Resin akrilik harus diperlakukan dengan tepat dan ditangani dengan hati-hati oleh
teknisi yang terlibat dalam manipulasi. Tingkat bubuk akrilik dan monomer MMA
pada atmosfer harus berada di batas minimal karena keduanya dapat berbahaya.
Monomer residu dari resin akrilik dapat mengiritasi jaringan dan menyebabkan alergi.
Resin acrylic dapat dibentuk selama masih dalam keadaan plastis dan mengeras
apabila dipanaskan karena tejadi reaksi polymerisasi adisi antara polymer dan
monomer. Berdasarkan polimerisasinya, resin acrylic dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Resin Akrilik Polimerisasi Panas (Heat Cured Acrylic Resin)

Merupakan resin akrilik yang polimerisasinya dengan bantuan pemanasan. Energi
11

termal yang diperlukan dalam polimerisasi dapat diperoleh dengan menggunakan
perendaman air atau microwave. Penggunaan energy termal menyebabkan
dekomposisi peroksida dan terbentuknya radikal bebas. Radikal bebas yang
terbentuk akan mengawali proses polimerisasi. Perbandingan monomer dan polymer
akan menentukan sturktur resin. Perbandingan monomer dan polymer, biasanya 3
sampai 3,5/1 satuan volume atau 2,5/1 satuan berat. Bila ratio terlalu tinggi, tidak
semua polymer sanggup dibasahi oleh monomer akibatnya acrylic yang digodok
akan bergranula. Selain itu juga tidak boleh terlalu rendah karena sewaktu
polmerisasi monomer murni terjadi pngerutan sekitar 21% satuan volume. Pada
adonan acrylic yang berasal dari perbandingan monomer dan polymer yang benar,
kontraksi sekitar 7%. Bila terlalu banyak monomer, maka kontraksi yang terjadi akan
lebih besar. Pencampuran polymer dan monomer harus dilakukan dalam tempat yang
terbuat dari keramik atau gelas yang tidak tembus cahaya (mixing jar). Hal ini
dimaksudkan supaya tidak terjadi polymerisasi awal.
Sifat-sifat fisik basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas :
1. Pengerutan
Ketika monomer metilmetakrilat terpolimerisasi untuk membentuk poli
(metilmetakrilat), kepadatan massa bahan berubah dari 0,94 menjadi 1,19g/cm3.
Perubahan menghasilkan pengerutan volumetrik sebesar 21%. Akibatnya, pengerutan
volumetrik yang ditunjukkan oleh massa terpolimerisasi sekitar 6-7% sesuai dengan
nilai yang diamati dalam penelitian laboratorium dan klinis
2. Perubahan dimensi
Pemrosesan akrilik yang baik akan menghasilkan dimensi stabilitas yang bagus.
Proses pengerutan akan diimbangi oleh ekspansi yang disebabkan oleh penyerapan
air. Percobaan laboratorium menunjukkan bahwa ekspansi linier yang disebabkan
oleh penyerapan air adalah hampir sama dengan pengerutan termal yang diakibatkan
oleh penyerapan air.
3. Konduktivitas termal
Konduktivitas termal adalah pengukuran termofisika mengenai seberapa baik panas
12

disalurkan melalui suatu bahan. Basis resin mempunyai konduktivitas termal yang
rendah yaitu 0.0006
4. Solubilitas
Meskipun basis gigitiruan resin larut dalam berbagai pelarut dan sejumlah kecil
monomer dilepaskan, basis resin umumnya tidak larut dalam cairan yang terdapat
dalam rongga mulut.25
5. Penyerapan Air
Bahan resin akrilik mempunyai sifat yaitu menyerap air secara perlahan-lahan dalam
jangka waktu tertentu. Resin akrilik menyerap air relatif sedikit ketika ditempatkan
pada lingkungan basah. Namun, air yang terserap ini menimbulkan efek yang nyata
pada sifat mekanik, fisik dan dimensi polimer. Nilai penyerapan air sebesar 0.69
mg/cm2. Umumnya mekanisme penyerapan air yang terjadi adalah difusi. Difusi
adalah berpindahnya suatu substansi melalui rongga yang menyebabkan ekspansi
pada resin atau melalui substansi yang dapat mempengaruhi kekuatan rantai polimer.
Umumnya, basis gigitiruan memerlukan periode 17 hari untuk menjadi jenuh dengan
air. Dari hasil klinikal menunjukkan bahwa penyerapan air yang berlebihan bisa
menyebabkan diskolorisasi.
6. Porositas
Adanya gelembung / porositas di permukaan dan di bawah permukaan dapat
mempengaruhi sifat fisis, estetik, dan kebersihan basis gigitiruan. Porositas cenderung
terjadi pada bagian basis gigitiruan yang lebih tebal. Porositas disebabkan oleh
penguapan monomer yang tidak bereaksi dan berat molekul polimer yang rendah,
disertai temperatur resin mencapai atau melebihi titik didih bahan tersebut. Porositas
juga dapat terjadi karena pengadukan yang tidak tepat antara komponen polimer dan
monomer. Timbulnya porositas dapat diminimalkan dengan adonan resin akrilik yang
homogen, penggunaan perbandingan polimer dan monomer yang tepat, prosedur
pengadukan yang terkontrol dengan baik, serta waktu pengisian bahan ke dalam
mould yang tepat.
7. Stabilitas warna
13

Resin akrilik polimerisasi panas menunjukkan stabilitas warna yang baik. Yu-lin Lai
dkk (2003) mempelajari stabilitas warna dan ketahanan terhadap stain dari nilon,
silikon serta dua jenis resin akrilik, dan menemukan bahwa resin akrilik menunjukkan
nilai diskolorisasi yang paling rendah setelah direndam dalam larutan kopi.
Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan resin akrilik polimerisasi panas adalah:
Harga murah dan pembuatan mudah
Mudah direparasi/ modifikasi
Tidak larut dalam cairan mulut
Estetik sangat baik
Ikatan kimia yang baik pada gigitiruan akrilik
Kerugian resin akrilik polimerisasi panas adalah:
Daya tahan fatik rendah
Konduktivitas rendah
Kekuatan fleksural rendah

2. Resin Akrilik Swapolimerisasi (Self Cured Acrylic Resin)
Merupakan resin akrilik yang teraktivasi secara kimia. Resin yang teraktivasi secara
kimia tidak memerlukan penggunaan energy termal dan dapat dilakukan pada suhu
kamar. Aktivasi kimia dapat dicapai melalui penembahan amintersier terhadapa
monomer. Bila komponen powder dan liquid diaduk, amintersier akan menyebabkan
terpisahnya benzoil peroksida sehingga dihasilkan radikal bebas dan polimerisasi
dimulai.
Perbandingan bahan akrilik heat cured dengan bahan akrilik self cured sebagai berikut
Berbeda dalam metode aktivasinya.
Komposisinya sama tapi pada bahan self cured cairannya mengandung bahan
activator seperti dimethyl paratoluidin.
Porositas bahan self cured lebih daripada bahan heat cured, meskipun tidak
mudah dilihat pada resin yang diberi pigmen. Hal ini disebabkan oleh karena
terlarutnya udara dalam monomer yang tidak larut dalam polimer pada suhu
14

kamar.
Secara umum bahan self cured mempunyai berat molekul yang lebih rendah
dan mengandung lebih banyak sisa monomer, yaitu sekitar 2-5%.
Bahan self cured tidak sekuat heat cured; transverse strength bahan ini kira-
kira 80% dari bahan heat cured. Ini mungkin berkaitan dengan berat
molekulnya yang lebih rendah.
Stabilitas warna bahan self cured jelek, bila dipakai activator amina tertier
dapat terjadi penguningan setelah beberapa lama.

3. Resin Akrilik Polimerisasi Sinar (Light Cured Resin)
Merupakan resin yang menggunakan sinar tampak untuk polimerisasi. Dengan cara
ini terjadinya polimerisasi tidak mengalami hambatan, terutama oleh karena adanya
oksigen pada bagian permukaan akrilik. Alat yang digunakan adalah curing unit,
didalamnya terdapat empat buah lampu halogen yang dapat menghasilakan panjang
gelombang 400-500 nm.

DENTAL WAX
Beberapa karakteristik dari dental wax, yaitu :
1. Wax mengalami ekspansi ketika temperatur meningkat dan kontraksi ketika
temperatur menurun. Umumnya dental wax memiliki koefisien thermal
expansion terbesar dari berbagai bahan yang digunakan pada restoratif.
2. Elastic Modulus, Proporsional Limit, dan Compresive strength dari wax rendah
dibandingkan dengan bahan lain dan sifat-sifatnya sangat tergantung pada
temperatur.
3. Flow sangat tergantung pada temperatur dan waktu. Pada temperatur yang rendah,
wax sama sekali tidak mengalir, tetapi temperatur yang mendekati melting
range wax, flow meningkat secara dramatis
4. Bila wax di carving atau di polis dibawah temperatur melting range wax maka akan
terbentuk residual stress. Residual stress adalah stress yang tersisa di wax
sebagai hasil manipulasi selama heating, cooling, bending, carving dan
manipulasi lainnya.
5. Wax dengan temperatur yang meningkat menyebabkan ductility juga meningkat.

15

Klasifikasi dental wax menurut kegunaan dan pemakaiannya, yaitu :
1. Inlay Wax
Inlay wax digunakan untuk pembuatan inlay, crown, dan brigde.
Komposisi
Variasi, kombinasi dan proporsi yang dipergunakan sebagai bahan dasar inlay wax,
seperti :
Parafin (60 %)
Parafin pada umumnya merupakan bahan utama, biasanya dalam konsentrasi 40-60%
berat. Parafin didapat dari petroleum yang mengalami pemanasan tinggi. Parafin
cenderung mengelupas bila dirapikan dan tidak mempunyai permukaan yang halus,
mengkilap, yang diperlukan untuk malam inlay. Akibatnya malam lain, dan resin
alami ditambahkan sebagai bahan pemodifikasi.
Bees Wax (5 %)
Ceresin (10 %)
Ceresin dapat menggantikan sebagian dari parafin untuk memodifikasi kekuatan dan
karakteristik pengukiran dari malam.
Carnauba (25 %)
Cukup keras dan mempunyai titik cair yang relatif tinggi. Dikombinasikan dengan
parafin untuk mengurangi aliran pada temperatur mulut. Carnauba mempunyai bau
yang tidak ditolerir dan juga menambah kekilapan permukaan inlay.
Candelilla wax
Ditambahkan untuk menggantikan sebagian atau seluruh carnauba. Memberi kualitas
yang secara umum sama dengan carnauba, tetapi titik cairnya lebih rendah dan tidak
sekeras carnauba.
Mikrocrystaline
16


Sifat-sifat Inlay Wax
Pendinginan dan pengerasan wax dimulai dengan kehilangan panas yang cepat di
udara. Kemudian terlihat sedikit tahanan pada temperatur 400-420 dengan penurunan
kecepatan pendinginan sehubungan dengan keluarnya energi oleh karena menyusun
kembalinya molekul-molekul didalam wax. Kemudian disebabkan kembalinya
struktur-struktur kristal-kristal oleh karena perubahan temperatur. Bila penyusunan
molekul selesai seluruhnya, wax mendingin dengan cepat kembali. Dan setelah
penyusunan ini sempurna, bentuk pattern tidak mudah berubah kembali. Akhir dari
penahanan tersebut diatas adalah batas wax masih dapat dimasukkan kedalam kavitas
yang disebut Transition Poin.
2. Casting Wax
Digunakan dalam pembuatan pattern metal frame prothesa.
Komposisi
Memiliki komposisi bahan-bahan yang serupa seperti yang terkandung dalam inlay
wax seperti mengandung kombinasi dan proporsi daripada Parafin, Ceresin, Bees
wax, Resin, dan lain-lain
Sifat-sifat Cating Wax
Wax ini mempunyai sedikit sifat teckiness yang menolong mempertahankan posisinya
didalam pembuatan pattern dan didalam bahan tanam. Wax akan lentur dan
beradaptasi pada suhu 400 sampai 45oC

4. Base Plate Wax/Modelling Wax
Digunakan untuk :
Menghasilkan kontur gigi tiruan yang diinginkan setelah penyusunan gigi
Sebagai pattern untuk pembuatan prothesa dan pesawat ortodontik
Checking artikulasi
Pemindahan artikulasi ke artikulator
Dalam mendapatkan vertical dimensional, dataran/bidang oklusi dan bentuk
rahang dalam pembuatan full denture.
17


5. Sticky Wax
Digunakan untuk :
Sebagai bahan perekat pada logam atau potongan resin dalam memperbaiki
posisi sementara yang tetap
Terutama sebenarnya digunakan pada dental stone atau plaster.

Komposisi: Resin, Rosin, Yellow bees wax, Bahan warna, Natural resin
5. Boxing Wax
Digunakan terutama dalam pengambilan dan penuangan cetakan, karena boxing wax
merupakan wax yang lunak. Wax ini biasanya memiliki warna yang gelap dan sedikit
lengket yang mana dapat melekat satu sama lain atau untuk dental stone atau sendok
cetak.
6. Utility Wax
berguna untuk membantu pembuatan model, cetak, dan selama solder. Biasanya
tersedia dalam bentuk stick dan lembaran yang berwarna merah tua atau orange.
7. Impression Wax
terdiri atas 2 macam, yaitu:
a. Corrective Wax
Berguna untuk pelapis cetakan original untuk membentuk jaringan lunak dan
fungsinya. Diformasikan dari hydrocarbon wax.
b. Bite Wax
Berguna untuk membuat hasil yang tepat pada artikulasi model yang melintang atau
bertentangan. Diformulasikan oleh bees wax atau hydrocarbon wax.
Sifat-sifat Material Kedokteran Gigi
Sifat mekanis dibatasi oleh hokum-hukum mekanika, yaitu ilmu fisika yang
berhubungan dengan tekanan dan energy serta efeknya pada benda. Pembahasan lebih
18

berkisar pada keadaan statik pada keadaan istirahat bukan benda dinamis yang
bergerak. Suatu faktor penting dalam merancang protesa gigi adalah kekuatan yaitu
sifat mekanis bahan yang menjamin bahwa gigi tiruan berfungsi secara efektif, aman,
dan tahan untuk jangka waktu tertentu. Secara umum, kekuatan mengacu pada
kemampuan protesa untuk menahan gaya-gaya yang ada tanpa mengalami patah atau
berubah bentuk secara berlebihan. Sifat mekanik adalah respons yang terukur baik
elastik (reversible atau dapat kembali ke bentuk semula bila tekanan dilepaskan) dan
plastik ( irreversible atau tidak dapat kembali ke bentuk semula atau tidak elastik),
dari bahan bila terkena gaya atau distibusi tekanan. Suatu kategori sifat fisik adalah
kelompok sifat mekanis yang nampak paling sering dinyatakan dalam unit tekanan
dan tegangan.
SIFAT MEKANIS STRUKTUR GIGI.
Banyak sifat mekanik dari struktur gigi manusia yang telah di ukur, tetapi nilai yang
dilaporkan bervariasi dari satu penelitian ke penelitian lain. Tidak diragukan lagi
perbedaan tersebut adalah akibat masalah teknis yang berhubungan dengan persiapan
dan pengujian contoh bahan yang cukup kecil, yang pada beberapa situasi mempunyai
panjang kurang dari 1 mm. Sifat tarik struktur gigi juga di ukur. Dentin dianggap
lebih kuat terhadap tarikan(50 mPa) dibandingkan email(10 mPa). Meskipun
kekuatan kompresi email dan dentin dapat dibandingkan, batas kesetimbangan dan
modulus elastisitas email lebih tinggi dibandingkan nilai yang sama untuk dentin.
semakin tinggi modulus elastisitas semakin rendah resiliensi dari email dibandingkan
dengan dentin.
SIFAT KELENTURAN
Kekuatan adalah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur atau sejumlah deformasi
plastik tertentu. Kekuatan suatu bahan dapat digambarkan dengan satu atau lebih sifat
berikut:
1. Batas Kesetimbangan, tekanan yang bila melebihi nilai tersebut tidak lagi
seimbang dengan regangan.
2. Batas Elastik, tekanan maksimal yang dapat ditahan suatu bahan sebelum
19

bahan tersebut mengalami deformasi plastik.
3. Kekuatan luluh atau bahan tekanan , tekanan yang dibutuhkan untuk
menghasilkan suatu regangan plastik tertentu.
4. Kekuatan tarik puncak, kekuatan geser, kekuatan kompresi dan kekuatan
fleksural, masing-masing adalah ukuran tekanan yang diperlukan untuk
mematahkan bahan. Kekuatan bukanlah suatu ukuran dari daya tarik atau
antar atom, melainkan suatu ukuran gaya antar-atom bersama-sama pada
keseluruhan kawat, silinder, implant, mahkota tiruan, pajak atau struktur
apapun yang terkena tekanan.
SIFAT MEKANIK LAINNYA
Kekerasan. Bergantung pada kekuatan dan kelenturan. Semakin tinggi
kekuatan dan semakin tinggi kelenturan, semakin besar kekerasan. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa suatu bahan keras umumnya kuat, meskipun suatu bahan
yang
Kerapuhan. Kerapuhan adalah ketidakmampuan relatif dari suatu bahan untuk
menahan deformasi plastik sebelum bahan tersebut menjadi patah. Misalnya,
amalgam, keramik dan komposit adalah rapuh pada temperature mulut(5-
55C). Bahan tersebut menahan sedikit atau tidak sama sekali regangan plastic
sebelum patah. Dengan kata lain, suatu bahan rapuh patah pada atau dekat
batas kesetimbangan.





20

BAB III
KESIMPULAN

Bahan cetak yang sesuai untuk cetakan anatomis pada deskripsi topik di
atas adalah alginate karena bahan cetak ini memiliki banyak keuntungan
dibandingkan dengan kerugiannya . Bahan cetak ini dalam penggunaannya
memerlukan ketelitian dan ketepatan dalam pemanipulasian dan pembuatannya
agar mendapatkan hasil cetakan yang tepat dan akurat serta harus diperhatikan
apabila adanya perubahan dimensi pada alginate tersebut. Selain itu perlu
diperhatikan waktu yang tepat untuk pengisian banyak cetak tersebut. Ada banyak
bahan dental gypsum yang dapat digunakan. Dalam deskripsi topik ini, dental
gypsum yang digunakan sesuai untuk pembuatan gigi palsu yang tepat adalah
Stone Gigi (Tipe III) . Bahan ini ditujukan untuk pengecoran dalam membentuk gigi
tiruan penuh yang cocok dengan jaringan lunak.
Resin akrilik yang cocok digunakan sebagai bahan gigi tiruan pada deskripsi
topik di atas adalah Resin Akrilik Polimerisasi Panas (Heat Cured Acrylic Resin)
Merupakan resin akrilik yang polimerisasinya dengan bantuan pemanasan. Energi
termal yang diperlukan dalam polimerisasi dapat diperoleh dengan menggunakan
perendaman air atau microwave. Keuntungan resin akrilik polimerisasi panas adalah
harga murah dan pembuatan mudah, mudah direparasi/ modifikasi, tidak larut dalam
cairan mulut, estetik sangat baik, serta ikatan kimia yang baik pada gigitiruan akrilik.
Begitu juga dengan bahan reparasi resin akrilik dan dental wax yang digunakan
adalah resin akrilik heat cured dan sticky wax. Sticky Wax digunakan sebagai bahan
perekat pada logam atau potongan resin dalam memperbaiki posisi sementara yang
tetap, terutama sebenarnya digunakan pada dental stone atau plaster.





21

DAFTAR PUSTAKA

1. Phillips. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. 10th ed, Jakarta. EGC,
2003: 93-115; 155-175.
2. Combe, EC. 1992. Sari Dental Material. Penerjemah : Slamat Tarigan. Jakarta
: Balai Pustaka
3. OBrien dan Gunnar Ryge.1985. An Outline of Dental Materials and Their
Selection. 9th edition. Philadelphia USA : W.B Saunders Company.
4. K. Anusavice. Philips Science and Dental Materials. 11
th
Ed. Elsevier
Science. 2003
5. McCabe JF and Walls AWG. Applied Dental Materials. 9
th
Ed. Blackwell.
Munksgaard. 2008
6. Craig, Robert G, and John M. Power. 2002. Restorative Dental Material: 11th
edition. United State of America : Mosby.
7. Hatrick, Carol Dixon. 2003. Dental Material : Clinical Application for Dental
Assistants and Dental Hygienist. Philadelphia : Saunders.
8. Van Noorth, Richard. 2002. Dental Material second edition. London : Mosby.
9. Wilson, H. J. dkk. 1987. Dental Technology and Materials for Students.
Blackwell Scientific Publication.

Anda mungkin juga menyukai