Anda di halaman 1dari 4

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pengaturan terhadap harta pasca meninggalnya seseorang menjadi hal yang sangat
urgen dalam rangka menjaga kemaslahatan, baik bagi orang yang telah meninggal, para
ahli warisnya, maupun bagi pihak ketiga. Meskipun seseorang telah meninggal, akan
tetapi kewajibannya tidak secara otomatis terhapuskan. Ada beberapa kewajiban terkait
dengan harta peninggalan orang yang sudah meninggal yang harus ditunaikan (tentunya
ditunaikan oleh orang yang masih hidup), antara lain menyangkut dengan hutang, zakat,
wasiat dan pembagian warisan.
Seiring perkembangan dan perubahan zaman selama kurang lebih empat belas
abad, konsep hukum kewarisan yang lahir di periode kedua Islam awal, yaitu di Madinah,
terus menjadi sorotan dan kajian hingga sekarang. Kritik yang selalu muncul dari pemikir
liberal adalah hukum kewarisan Islam tidak mencerminkan keadilan dalam praktik
pembagiannya. Bahkan, menurut Muhammad Shahrr, konsep pembagian harta dalam
kewarisan Islam masa lalu sudah tidak relevan dan menyalahi rumusan matematika
modern.
1
Kritik ini semakin kuat ketika dikaitkan dengan fakta di tengah masyarakat
Islam yang kurang, bahkan tidak mengamalkan konsep hukum kewarisan Islam. Ibarat
panggang jauh dari api, konsep kewarisan Islam dianggap tidak menyentuh sisi keadilan
dalam konteks masyarakat masa kini.
Banyak pemikir Islam yang menginginkan kesamaan hak waris antara laki-laki
dan perempuan secara mutlak. Salah satunya adalah Nasr Hmid Ab Zayd, dalam
bukunya Naqd al-Khitb al-Dn, yang mengatakan bahwa Islam telah menentukan
bagian waris perempuan separuh dari bagian laki-laki secara mutlak. Islam menganggap

1
Muhammad Shahrr, Metodologi Fikih Islam Kontemporer, diterjemahkan oleh Sahiron
Syamsuddin dan Burhanuddin (Yogyakarta: eLSAQ Press, 2004), h. 327.
1

2
semua perempuan tidak memiliki kemampuan di bidang ekonomi dan tidak punya
kecakapan hukum di tengah kehidupan masyarakat. Semua itu didominasi oleh kaum
laki-laki, seperti bapak atau suami, yang didasarkan pada pesan-pesan wahyu. Ketentuan
tersebut, lanjut Nasr Hmid Ab Zayd, tidak bisa diterima dan mesti diubah, karena
ijtihad itu tidak berhenti seiring berhentinya wahyu Allah Swt.
2

Terkait pembagian harta waris, sebelum Islam datang, masyarakat Arab ketika itu
menganut sistem kewarisan patriarki dan menganggap perempuan tidak berhak
memperoleh harta waris sedikit pun. Kemudian Islam mengubah aturan ini, seperti yang
termaktub dalam Alquran, Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian harta waris
untuk) anak anakmu, yaitu bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang
anak perempuan(Q.s. al-Nis [4]: 11).
3
Ada indikasi bahwa substansi ayat tersebut
sebenarnya mendorong manusia untuk menerapkan prinsip keadilan dalam pembagian
harta waris, yaitu dengan menempatkan perempuan sebagai ahli waris setelah
sebelumnya, di masa Arab jahiliah tidak memperoleh apa-apa, bahkan dianggap sebagai
benda yang bisa diwariskan.
Lebih dari itu, ayat tersebut juga menekankan adanya pembatasan hak kaum laki-
laki, karena ayat tersebut secara jelas mendahulukan kata li al-dhakar (bagi laki-laki) dan
bukan sebaliknya, li al-unthayayn mithl hazz aldhakar (bagian dua orang anak perempuan
sama dengan bagian seorang anak laki-laki). Penyebutan kata laki-laki yang
mendahului kata perempuan dalam ayat tersebut menunjukkan bahwa Alquran lebih
memfokuskan pada pembatasan bagian harta waris untuk laki-laki. Hal ini mengingat

2
Terkait pemikiran Ab Zayd tersebut, banyak umat Islam yang menerima pendapatnya
itu, sehingga tertanamlah di benak mereka rasa ketidakpuasan, bahkan keengganan terhadap
hukum Islam, terutama kewarisan Islam. Lihat, Nasr Hmid Ab Zayd, Naqd al-Khitb al-Dniy
(Misr: Dr Sn, 1992), h. 105-106.

3
Kementerian Agama RI, al-Quran dan Terjemahnya (Dirjen Bimas Islam: Direktorat
Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Jakarta; PT. Sinergi Pustaka Indonesia, 2012.),
h. 101.

3
kaum laki-laki, dalam tradisi Arab Jahiliah memperoleh seluruh harta waris tanpa batas.
Artinya, prosesi penerima warisan tersebut hanya kepada keturunan garis bapak saja,
sedangkan perempuan dan keturunannnya, baik laki-laki mapun perempuan bukan
merupakan ahli waris.
4

Sementara, perkembangan hukum kewarisan Islam di Indonesia lebih diakomodir
berdasarkan Kompilasi Hukum Islam, sesuai Instruksi Presiden RI Nomor Nomor 1
Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam (KHI) dalam buku II (Hukum Kewarisan)
yang terdiri dari 6 Bab dan 43 pasal (pasal 171-214) yang pada intinya isi dari KHI
adalah berasal dari kita-kitab fiqih para ulama terkemuka yang dasar-dasar hukumnya
diambil dari kitab-kitab fiqih mawaris.
5

Kompilasi Hukum Islam (KHI) merupakan wujud nyata pembaharuan hukum
Islam di Indonesia yang disesuaikan dengan perubahan waktu, tempat dan keadaan sosial
kultural Indonesia. Meskipun demikian segala hal yang berkaitan dengan hukum
kewarisan Islam seperti kriteria sebagai ahli waris, besarmya bagian warisan, syarat dan
rukun waris yang telah dimasukkan dalam pasal-pasal yang ada dalam Kompilasi Hukum
Islam (KHI) sama sekali tidak menyimpang dari ajaran Islam.
Makalah ini akan memfokuskan pembahasan pada masalah asas keadilan dalam
masalah kewarisan, yang meliputi beberapa hal seperti pengertian dan dasar hukum
kewarisan dalam Islam, konsep keadilan berimbang dalam kewarisan Islam, termasuk
persolan kesetaraan gender dalam kewarisan Islam, juga terkait pelaksanaan di Indonesia
berdasarkan Kompilasi Hukum Islam.


4
Abdul Jamil, Wanita dalam Hukum Kewarisan Islam; Penghapusan Diskriminasi
terhadap Wanita (Bandung: Alumni, 2000), h. 162.



5
Ditbinbapera Ditjen Binbaga Islam Departemen Agama RI, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia
(Departemen Agama RI, Jakarta: 1999/2000), h. 134.

4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis akan
membahas hal-hal berkaitan dengan topik tersebut, sebagai berikut :
1. Bagaimana pengertian dan dasar hukum kewarisan dalam Islam?
2. Bagaimanakah sejarah pelaksanaan hukum kewarisan Islam di Indonesia?
3. Bagaimanakah azas keadilan berimbang kewarisan dalam presfektif gender?

Anda mungkin juga menyukai