Anda di halaman 1dari 15

Imunologi Dasar

Imunologi : ilmu yg mempelajari tentang sistem imun / kekebalan


tubuh. Pengenalan, memori, serta kespesifikan terhadap benda asing merupakan
inti imunologi. Konsep dasar Respon Imun : Reaksi terhadap sesuatu yang
asing. Pemicunya disebut dengan Antigen, yaitu Substansi yg mampu merangsang
respon imun, berupa bahan infeksiosa biasanya berbentuk protein atau
karbohidrat, atau lemak. Antigen akan berkontak dgn sel tertentu, memacu
serangkaian kejadian yang mengakibatkan destruksi, degradasi atau eliminasi.
Respon imun :
1. Respon imun non spesifik. Terdiri atas : Fagositosis, Reaksi peradangan
2. Respon imun spesifik, terdapat 2 komponen :
o Respon imun humoral, berupa globulin-gama tertentu /
imunoglobulin. Diperankan limfosit B.
o Respon imun selular, menyebabkan reaksi hipersensitif tipe lambat.
Diperankan limfosit T
Imunitas Humoral
Diperankan limfosit B yang dapat berdeferensiasi menjadi sel plasma
80-90 % dalam sumsum tulang, 10-20 % dari limfosit darah tepi.
Mensintesis imunoglobulin
Ada 5 imunoglobulin : dari yang terbanyak & peranannya :
1.
1. Ig G : aktivasi komplemen,antibodi heterotropik
2. Ig A : antibodi sekretorik
3. Ig M : aktivasi komplemen
4. Ig D : reseptor permukaan limfosit
5. Ig E : antibodi reagin, pemusnah parasit.
Antibodi berperan pada 4 tipe reaksi imun :
Reaksi tipe I : reaksi anafilaksis.
Alergen + Ig E + sel Basofil pelepasan mediator ( histamin, serotonin
dll)
Contoh klinis : urtikaria
Reaksi tipe II : reaksi sitotoksis
Antigen + Ig G / Ig M + aktivasi komplemen lisis dan fagositosis virus,
bakteri dll
Contoh klinis : pemfigoid.
Reaksi tipe III : reaksi kompleks imun.
Antigen + Antibodi + Komplemen
Tidak mudah dimusnahkan sistem fagosit bereaksi dgn pembuluh darah
atau jaringan lain kerusakan jaringan.
Contoh klinis : vaskulitis nekrotikans.
Imunitas Selular
Diperankan sel T dgn limfokin-nya.
Sel T 80-90 % jumlah limfosit darah tepi dan 90 % jumlah limfosit timus.
Limfokin : zat yang dikeluarkan sel T yang mampu merangsang dan
mempengaruhi reaksi peradangan selular. Contoh : MIF ( Makrophage
Inhibitory Factor), MAF ( Activating), faktor kemotaktik makrofag, dll.
Antigen spesifik + limfosit T + limfokin reaksi hipersensitivitas
lambat (Reaksi tipe IV ).
Contoh klinis : Dermatitis Kontak Alergik
Komplemen
adalah kumpulan 9 protein plasma bukan antibodi yang diperlukan pada reaksi
antigen - antibodi sehingga terjadi kerusakan jaringan atau kematian mikroba
serta lisis sel. Fungsi terpenting : mediator berbagai proses peradangan a.l :
vasodilatasi, pengeluaran cairan, kemotaksis fagosit dll. Jadi aktivasi komplemen
diperlukan untuk dapat terjadinya kerusakan jaringan serta komponen penting
pada reaksi imun tipe II dan tipe III.
Sistem Fagositosis
Fagosit adalah sel yang mampu memakan benda asing.Terdiri atas : PMN,
Monosit dan Makrofag.
Fagosit akan tertarik ke daerah kerusakan jaringan oleh faktor
kemotaksis yang dikeluarkan oleh berbagai jaringan.
Mediator
substansi kimia yang mempengaruhi dan memacu respons imun dan proses
peradangan
beberapa contoh : prostaglandin, fibrinolisin, faktor kemotaktik, kinin,
serotonin, histamin dll
Histamin : mediator penting selain penyebab vasodilatasi, pengeluaran
protein, menimbulkan rasa gatal juga secara langsung memacu respon
peradangan.
Ringkasan
Respon imun terjadi sebagai akibat peristiwa yang menyangkut antigen,
limfosit, antibodi, limfokin, mediator kimia & sel efektor untuk melindungi
manusia dari bahan-bahan asing yang merugikan serta menyingkirkan
jaringan mati atau rusak.
Tujuan utama respon imun adalah :
Demi kebaikan manusia, namun kadang-kadang terjadi penyimpangan fungsi
karena kelebihan & kekurangan reaksinya.
o Kekurangan : mudah infeksi & ketidakmampuan tubuh
menghilangkan bahan berbahaya.
o Kelebihan : proses peradangan yang tidak diperlukan dan memicu
penyakit autoimun.
KLASIFIKASI IMUNOGLOBULIN
Klasifikasi imunoglobulin berdasarkan kelas rantai H. Tiap kelas mempunyai berat
molekul, masa paruh, dan aktivitas biologik yang berbeda. Pada manusia dikenal 4
sub kelas IgG yang mempunyai rantai berat l, 2, 3, dan 4. Perbedaan antar
subkelas lebih sedikit dari pada perbedaan antar kelas.
Imunoglobulin G
IgG mempunyai struktur dasar imunoglobulin yang terdiri dari 2 rantai
berat H dan 2 rantai ringan L. IgG manusia mempunyai koefisien
sedimentasi 7 S dengan berat molekul sekitar 150.000. Pada orang normal
IgG merupakan 75% dari seluruh jumlah imunoglobulin.
Imunoglobulin G terdiri dari 4 subkelas, masing-masing mempunyai
perbedaan yang tidak banyak, dengan perbandingan jumlahnya sebagai
berikut: IgG1 40-70%, IgG2 4-20%, IgG3 4-8%, dan IgG4 2-6%. Masa
paruh IgG adalah 3 minggu, kecuali subkelas IgG3 yang hanya mempunyai
masa paruh l minggu. Kemampuan mengikat komplemen setiap subkelas IgG
juga tidak sama, seperti IgG3 > IgGl > IgG2 > IgG4. Sedangkan IgG4 tidak
dapat mengikat komplemen dari jalur klasik (ikatan C1q) tetapi melalui
jalur alternatif. Lokasi ikatan C1q pada molekul IgG adalah pada domain
CH2.
Sel makrofag mempunyai reseptor untuk IgG1 dan IgG3 pada fragmen Fc.
Ikatan antibodi dan makrofag secara pasif akan memungkinkan makrofag
memfagosit antigen yang telah dibungkus antibodi (opsonisasi). Ikatan ini
terjadi pada subkelas IgG1 dan IgG3 pada lokasi domain CH3.
Bagian Fc dari IgG mempunyai bermacam proses biologik dimulai dengan
kompleks imun yang hasil akhirnya pemusnahan antigen asing. Kompleks
imun yang terdiri dari ikatan sel dan antibodi dengan reseptor Fc pada sel
killer memulai respons sitolitik (antibody dependent cell-mediated
cytotoxicity = ADCC) yang ditujukan pada antibodi yang diliputi sel.
Kompleks imun yang berinteraksi dengan sel limfosit pada reseptor Fc
pada trombosit akan menyebabkan reaksi dan agregasi trombosit.
Reseptor Fc memegang peranan pada transport IgG melalui sel plasenta
dari ibu ke sirkulasi janin.
Imunoglobulin M
Imunoglobulin M merupakan 10% dari seluruh jumlah imunoglobulin, dengan
koefisien sedimen 19 S dan berat molekul 850.000-l.000.000. Molekul ini
mempunyai 12% dari beratnya adalah karbohidrat. Antibodi IgM adalah
antibodi yang pertama kali timbul pada respon imun terhadap antigen dan
antibodi yang utama pada golongan darah secara alami. Gabungan antigen
dengan satu molekul IgM cukup untuk memulai reaksi kaskade komplemen.
IgM terdiri dari pentamer unit monomerik dengan rantai dan C
H
. Molekul
monomer dihubungkan satu dengan lainnya dengan ikatan disulfida pada
domain CH4 menyerupai gelang dan tiap monomer dihubungkan satu dengan
lain pada ujung permulaan dan akhirnya oleh protein J yang berfungsi
sebagai kunci.
Imunoglobulin A
IgA terdiri dari 2 jenis, yakni IgA dalam serum dan IgA mukosa. IgA
dalam serum terdapat sebanyak 20% dari total imunoglobulin, yang 80%
terdiri dari molekul monomer dengan berat molekul 160.000, dan sisanya
20% berupa polimer dapat berupa dua, tiga, empat atau lima monomer
yang dihubungkan satu dengan lainnya oleh jembatan disulfida dan rantai
tunggal J (lihat Gambar 9-6). Polimer tersebut mempunyai koefisien
sedimentasi 10,13,15 S.
Sekretori IgA
Sekretori imunoglobulin A (sIgA) adalah imunoglobulin yang paling banyak
terdapat pada sekret mukosa saliva, trakeobronkial, kolostrum/ASI, dan
urogenital. IgA yang berada dalam sekret internal seperti cairan sinovial,
amnion, pleura, atau serebrospinal adalah tipe IgA serum.
SIgA terdiri dari 4 komponen yaitu dimer yang terdiri dari 2 molekul
monomer, dan sebuah komponen sekretori serta sebuah rantai J.
Komponen sekretori diproduksi oleh sel epitel dan dihubungkan pada
bagian Fc imunoglobulin A oleh rantai J dimer yang memungkinkan
melewati sel epitel mukosa (lihat Gambar 4-6). SIgA merupakan
pertahanan pertama pada daerah mukosa dengan cara menghambat
perkembangan antigen lokal, dan telah dibuktikan dapat menghambat virus
menembus mukosa.
Imunoglobulin D
Konsentrasi IgD dalam serum sangat sedikit (0,03 mg/ml), sangat labil
terhadap pemanasan dan sensitif terhadap proteolisis. Berat molekulnya
adalah 180.000. Rantai mempunyai berat molekul 60.000 70.000 dan
l2% terdiri dari karbohidrat. Fungsi utama IgD belum diketahui tetapi
merupakan imunoglobulin permukaan sel limfosit B bersama IgM dan
diduga berperan dalam diferensiasi sel ini.
Setiap sistem, organ, atau kelompok sel di dalam tubuh mewakili keseluruhan di
dalam suatu pembagian kerja yang sempurna. Setiap kegagalan dalam sistem akan
menghancurkan tatanan ini. Sistem imun sangat sangat diperlukan bagi tubuh
kita. Sistem imun adalah sekumpulan sel, jaringan, dan organ yang terdiri atas :
1. Pertahanan lini pertama tubuh Merupakan bagian yang dapat dilihat oleh
tubuh dan berada pada permukaan tubuh manusia sepeti kulit, air mata, air
liur, bulu hidung, keringat, cairan mukosa, rambut.
2. Pertahanan lini kedua tubuh Merupakan bagian yang tidak dapat dilihat
seperti timus, limpa, sistem limfatik, sumsum tulang, sel darah putih/
leukosit, antibodi, dan hormon.
Semua bagian sistem imun ini bekerja sama dalam melawan masuknya virus,
bakteri, jamur, cacing, dan parasit lain yang memasuki tubuh melalui kulit,
hidung, mulut, atau bagian tubuh lain. Sistem imun kita tersebar di seluruh tubuh
dan tidak berada di bawah perintah otak, tetapi bekerja melalui rangkaian
informasi pada tiap bagian dari sistem imun. Jumlah sel-sel imun lebih banyak 10
kali lipat dari sistem saraf dan mengeluarkan empat puluh agen imun yang
berbeda-beda untuk melindungi tubuh dari penyakit. Sistem pertahanan tubuh
pada manusia atau lebih kita kenal sebagai sistem imun sering diartikan sebagai
suatu efektor dalam menghalau musuh yang terdiri atas zat asing yang akan
memasuki tubuh. Istilah Imun berasal dari suatu istilah pada era Romawi yang
berarti suatu keadaan bebas hutang. Dengan demikian, sistem imun lebih tepat
diartikan sebagai suatu sistem yang menjamin terjalinnya komunikasi antara
manusia dan lingkungan yaitu media hidupnya secara setara dan tidak saling
merugikan.

Secara umum, sistem imun manusia dibagi menjadi 2, yaitu sistem imun alamiah
(innate/natural immunity) dan sistem imun adaptif (spesific immunity). Sistem
imun alamiah terdapat sejak kita lahir dan merupakan pertahanan pertama tubuh
terhadap masuknya zat-zat asing yang mengancam tubuh kita dimana sistem imun
alamiah ini terentang luar mulai dari air mata, air liur, keringan, bulu hidung,
kulit, selaput lendir, laktoferin dan asalm neuraminik (pada air susu ibu), sampai
asam lambung.

Di dalam cairan tubuh seperti air mata atau darah terdapat komponen sistem
imun alamiah (innate/natural immunity) antara lain terdiri atas fasa cair seperti
IgA (immunoglobulin A), Interferon, Komplemen, Lisozim, atau juga CRP (C-
Reactive Protein). Selain itu, fasa selular terdiri atas sel-sel pemangsa (fagosit)
seperti sel darah putih (PMN-Polimorfonuklear), sel-sel mononuklear (monosit
dan makrofag) sel pembunuh alamiah (natural killer), dan sel-sel dendritik.

Sedangkan pada sistem imun adaptif (spesific immunity) terdapat sistem dan
struktur fungsi yang lebih kompleks dan beragam. Sistem imun adaptif terdiri
atas sub-sistem seluler, yaitu keluarga sel limfosit T (T helper dan T sitotoksik)
dan keluarga sel mononuklear. Sub-sistem kedua yaitu sub-sistem humoral yang
terdiri dari kelompok protein globulin terlarut (fasa cair), yaitu Immunoglobulin
G, A, M, D, dan E. Immunoglobulin dihasilkan oleh sel limfosit B melalui proses
aktivasi khusus yang bergantung pada karakteristik antigen yang dihadapi.
Secara berkesinambungan dalam jalinan koordinasi yang harmonis, sistem imun,
baik yang alamiah maupun adaptif, senantiasa bahu-membahu menjaga
keselarasan interaksi antara sistem tubuh manusia dan media hidupnya
(ekosistem).

Sistem imun adalah serangkaian molekul, sel dan organ yang bekerja sama dalam
mempertahankan tubuh dari serangan luar yang dapat mengakibatkan penyakit,
seperti bakteri,jamur dan virus. Kesehatan tubuh bergantung pada kemampuan
sistem imun untuk mengenali dan menghancurkankan serangan ini.

Sistem imun memiliki beberapa fungsi bagi tubuh, yaitu sebagai:
1. Penangkal benda asing yang masuk ke dalam tubuh
2. Untuk keseimbangan fungsi tubuh terutama menjaga keseimbangan
komponen tubuh yang telah tua
3. Sebagai pendeteksi adanya sel-sel abnormal, termutasi atau ganas, serta
menghancurkannya.
Sistem imun menyediakan kekebalan terhadap suatu penyakit yang disebut
imunitas. Respon imun adalah suatu cara yang dilakukan tubuh untuk memberi
respon terhadap masuknya patogen atau antigen tertentu ke dalam tubuh.
Sistem pertahanan tubuh terbagi atas 2 bagian yaitu:
A. Pertahanan non spesifik, merupakan garis pertahan pertama terhadap
masuknya serangan dari luar. Pertahanan non spesifik terbagi atas 3 bagian yaitu
:
1. Pertahanan fisik :kulit, mukosa membran
2. Pertahanan kimiawi: saliva, air mata, lisozim (enzim penghancur)
3. Pertahanan biologis: sel darah putih yang bersifat fagosit
(neutrofil,monosit,acidofil), protein antimikroba dan respon pembengkakan
(inflammatory).
B. Pertahanan spesifik, dilakukan oleh sel darah putih yaitu sel darah putih
Limfosit. Disebut spesifik karena: dilakukan hanya oleh sel darah putih Limfosir,
membentuk kekebalan tubuh, dipicu oleh antigen (senyawa asing) sehingga
terjadi pembentukan antibodi dan setiap antibodi spesifik untuk antigen
tertentu. Limfosit berperan dalam imunitas yang diperantarai sel dan anibodi.

Komponen Dalam Sistem Imun
Komponen utama dalam sistem imun selain yang telah disebutkan diatas, adalah
sel darah putih. Sistem kekebalan tubuh berkaitan dengan sel darah putih atau
leukosit. Berdasarkan adanya bintik-bintik atau granular, Leukosit terbagi atas:
1. Granular, memiliki bintik-bintik. Leukosit granular yaitu Basofil,
Acidofil/Eosinofil dan Neutrofil.
2. Agranular, tidak memiliki bintik-bintik . Leukosit Agranular yaitu Monosit dan
Limfosit.
Selain itu, ada juga sel bernama Macrophage(makrofag), yang biasanya berasal
dari monosit. Makrofag bersifat fagositosis, menghancurkan sel lain dengan cara
memakannya. Kemudian, pada semua limfosit dewasa, permukaannya tertempel
reseptor antigen yang hanya dapat mengenali satu antigen. Ada juga Sel
Pemuncul Antigen(Antigen Presenting Cells). Saat antigen memasuki memasuki
sel tubuh, molekul tertentu mengikatkan diri pada antigen dan memunculkannya
di hadapan limfosit. Molekul ini dibuat oleh gen yang disebut Major
Histocompability Complex(MHC) dan dikenal sebagai molekul MHC. MHC 1
menghadirkan antigen di hadapan Limfosit T pembunuh dan MHC II
menghadirkan antigen ke hadapan Limfosit T Pembantu.

Limfosit berperan utama dalam respon imun diperantarai sel. Limfosit terbagi
atas 2 jenis yaitu Limfosit B dan Limfosit T. Berikut adalah perbedaan antara
Limfosit T dan Limfosit B.

Komponen-Komponen Sistem Imun
Limfosit B Limfosit T
Dibuat di sumsum tulang yaitu sel batang yang sifatnya pluripotensi(pluripotent
stem cells) dan dimatangkan di sumsum tulang(Bone Marrow) Dibuat di sumsum
tulang dari sel batang yang pluripotensi(pluripotent stem cells) dan dimatangkan
di Timus
Berperan dalam imunitas humoral Berperan dalam imunitas selular
Menyerang antigen yang ada di cairan antar sel Menyerang antigen yang berada
di dalam sel
Terdapat 3 jenis sel Limfosit B yaitu :
1. Limfosit B plasma, memproduksi antibodi.
2. Limfosit B pembelah, menghasilkan Limfosit B dalam jumlah banyak dan cepat.
3. Limfosit B memori, menyimpan mengingat antigen yang pernah masuk ke dalam
tubuh. Terdapat 3 jenis Limfosit T yaitu:
1. Limfosit T pempantu (Helper T cells), berfungsi mengantur sistem imun dan
mengontrol kualitas sistem imun.
2. Limfosit T pembunuh(Killer T cells) atau Limfosit T Sitotoksik, menyerang sel
tubuh yang terinfeksi oleh pathogen.
3. Limfosit T surpressor (Surpressor T cells), berfungsi menurunkan dan
menghentikan respon imun jika infeksi berhasil diatasi.
Kelainan Sistem Imun:Alergi
Alergi, kadang disebut hipersensitivitas, disebabkan respon imun terhadap
antigen. Antigen yang memicu alergi disebut allergen. Reaksi alregi terbagi atas
2 jenus yaitu:reaksi alergi langsung dan reaksi alergi tertunda. Reaksi alergi
langsung disebabkan mekanisme imunitas humoral. Reaksi ini disebabkan oleh
prosuksi antibodi IgE berlebihan saat seseorang terkena antigen. Antibodi IgE
tertempel pada sel Mast,leukosit yang memiliki senyawa histamin. Sel mAst
banyak terdapat pada paru-paru sehingga saat antibodi IgE menempel pada sel
Mast, Histamin dikeluarkan dan menyebabkan bersin-bersin dan mata berair.
Reaksi alergi tertunda disebabkan oleh perantara sel. Contoh yang ekstrim
adalah saat makrofag tidak dapat menelan antigen atau menghancurkannya.
Akhirnya Limfosit T segera memicu pembengkakan pada jaringan.

Proses Pertahanan Non Spesifik Tahap Pertama
Proses pertahanan tahap pertama ini bisa juga diebut kekebalan tubuh alami.
Tubuh memberikan perlawanan atau penghalang bagi masuknya patogen/antigen.
Kulit menjadi penghalan bagi masuknya patogen karena lapisan luar kulit
mengandung keratin dan sedikit air sehingga pertumbuhan mikroorganisme
terhambat. Air mata memberikan perlawanan terhadap senyawa asing dengan
cara mencuci dan melarutkan mikroorganisme tersebut. Minyak yang dihasilkan
oleh Glandula Sebaceae mempunyai aksi antimikrobial. Mukus atau lendir
digunakan untuk memerangkap patogen yang masuk ke dalam hidung atau bronkus
dan akan dikeluarkjan oleh paru-paru. Rambut hidung juga memiliki pengaruh
karenan bertugas menyaring udara dari partikel-partikel berbahaya. Semua zat
cair yang dihasilkan oleh tubuh (air mata, mukus, saliva) mengandung enzimm
yang disebut lisozim. Lisozim adalah enzim yang dapat meng-hidrolisis membran
dinding sel bakteri atau patogen lainnya sehingga sel kemudian pecah dan mati.
Bila patogen berhasil melewati pertahan tahap pertama, maka pertahanan kedia
akan aktif.

Proses Pertahanan Non Spesifik Tahap Kedua
Inflamasi merupakan salah satu proses pertahanan non spesifik, dimana jika ada
patogen atau antigen yang masuk ke dalam tubuh dan menyerang suatu sel, maka
sel yang rusak itu akan melepaskan signal kimiawi yaitu histamin. Signal kimiawi
berdampak pada dilatasi(pelebaran) pembuluh darah dan akhirnya pecah. Sel
darah putih jenis neutrofil,acidofil dan monosit keluar dari pembuluh darah
akibat gerak yang dipicu oleh senyawa kimia(kemokinesis dan kemotaksis). Karena
sifatnya fagosit,sel-sel darah putih ini akan langsung memakan sel-sel asing
tersebut. Peristiwa ini disebut fagositosis karena memakan benda padat, jika
yang dimakan adalah benda cair, maka disebut pinositosis.
Makrofag atau monosit bekerja membunuh patogen dengan cara menyelubungi
patogen tersebut dengan pseudopodianya dan membunuh patogen dengan bantuan
lisosom. Pembunuh dengan bantuan lisosom bisa melalui 2 cara yaitu lisosom
menghasilkan senyawa racun bagi si patogen atau lisosom menghasilkan enzim
lisosomal yang mencerna bagian tubuh mikroba. Pada bagian tubuh tertentu
terdapat makrofag yang tidak berpindah-pindah ke bagian tubuh lain, antara lain
: paru-paru(alveolar macrophage), hati(sel-sel Kupffer), ginjal(sel-sel mesangial),
otak(selsel microgial), jaringan penghubung(histiocyte) dan pada nodus dan
spleen. Acidofil/Eosinofil berperan dalam menghadapi parasit-parasit besar. Sel
ini akan menempatkan diri pada dinding luar parasit dan melepaskan enzim
penghancur dari granul-granul sitoplasma yang dimiliki. Selain leukosit, protein
antimikroba juga berperan dalam menghancurkan patogen. Protein antimikroba
yang paling penting dalam darah dan jaringan adalah protein dari sistem
komplemen yang berperan penting dalam proses pertahan non spesifik dan
spesifik serta interferon. Interferon dihasilkan oleh sel-sel yang terinfeksi oleh
virus yang berfungsi menghambat produksi virus pada sel-sel tetangga. Bila
patogen berhasil melewati seluruh pertahanan non spesifik, maka patogen
tersebut akan segera berhadapan dengan pertahanan spesifik yang diperantarai
oleh limfosit.

Pertahanan Spesifik: Imunitas Diperantarai Antibodi
Untuk respon imun yang diperantarai antibodi, limfosit B berperan dalam proses
ini, dimana limfosit B akan melalui 2 proses yaitu respon imun primer dan respon
imun sekunder.
Jika sel limfosit B bertemu dengan antigen dan cocok, maka limfosit B membelah
secara mitosis dan menghasilkan beberapa sel limfosit B. Semua Limfosit b
segera melepaskan antibodi yang mereka punya dan merangsang sel Mast untuk
menghancurkan antigen atau sel yang sudah terserang antigen untuk
mengeluarkan histamin. 1 sel limfosit B dibiarkan tetap hidup untuk menyimpan
antibodi yang sama sebelum penyerang terjadi. Limfosit B yang tersisa ini
disebut limfosit B memori. Inilah proses respon imun primer. Jika suatu saat,
antigen yang sama menyerang kembali, Limfosit B dengan cepat menghasilkan
lebih banyak sel Limfosit B daripada sebelumnya. Semuanya melepaskan antibodi
dan merangsang sel Mast mengeluarkan histamin untuk membunuh antigen
tersebut. Kemudian, 1 limfosit B dibiarkan hidup untuk menyimpan antibodi yang
ada dari sebelumnya. Hal ini menyebabkan kenapa respon imun sekunder jauh
lebih cepat daripada respon imun primer.
Suatu saat, jika suatu individu lama tidak terkena antigen yang sama dengan yang
menyerang sebelumnya, maka bisa saja ia akan sakit yang disebabkan oleh
antigen yang sama karena limfosit B yang mengingat antigen tersebut sudah
mati. Limfosit B memori biasanya berumur panjang dan tidak memproduksi
antibodi kecuali dikenai antigen spesifik. Jika tidak ada antigen yang sama yang
menyerang dalam waktu yang sangat lama, maka Limfosit b bisa saja mati, dan
individu yang seharusnya bisa resisten terhadap antigen tersebut bisa sakit lagi
jika antogen itu menyerang, maka seluruh proses respon imun harus diulang dari
awal.

Pertahanan Spesifik:Imunitas Diperantarai Sel
Untuk respon imun yang diperantarai sel, Limfosit yang berperan penting adalah
limfosit T.
Jika suatu saat ada patogen yang berhasil masuk dalam tubuh kemudian dimakan
oleh suatu sel yang tidak bersalah(biasanya neutrofil), maka patogen itu dicerna
dan materialnya ditempel pada permukaan sel yang tidak bersalah tersebut.
Materi yang tertempel itu disebut antigen. Respon imun akan dimulai jika
kebetulan sel tidak bersalah ini bertemu dengan limfosit T yang sedang
berpatroli, yaitu sel tadi mengeluarkan interleukin 1 sehingga limfosit T
terangsang untuk mencocokkan antibodi dengan antigennya. Permukaan Limfosit
T memiliki antibodi yang hanya cocok pada salah satu antigen saja. Jadi, jika
antibodi dan antigennya cocok, Limfosit T ini, yang disebut Limfosit T pembantu
mengetahui bahwa sel ini sudah terkena antigen dan mempunyai 2 pilihan untuk
menghancurkan sel tersebut dengan patogennya. Pertama, Limfosit T pembantu
akan lepas dari sel yang diserang dan menghasilkan senyawa baru disebut
interleukin 2, yang berfungsi untuk mengaktifkan dan memanggil Limfosit T
Sitotoksik. Kemudian, Limfosit T Sitotoksik akan menghasilkan racun yang akan
membunuh sel yang terkena penyakit tersebut. Kedua, Limfosit T pembantu bisa
saja mengeluarkan senyawa bernama perforin untuk membocorkan sel tersebut
sehingga isinya keluar dan mati.

Jenis-Jenis Antibodi
Antibodi adalah protein berbentuk Y dan disebut Immunoglobulin(Ig), hanya
dibuat oleh Limfosit B. Antibodi berikatan dengan antigen pada akhir lengan
huruf Y. Bentuk lengan ini akan menentukkan beberapa macam IG yang ada, yaitu
IgM, IgG, IgA,IgE dan IgD. Saat respon imun humoral, IgM adalah antibodi yang
pertama kali muncul. Jenis lainya akan muncul beberapa hari kemudian. Limfosit
B akan membuat Ig yang sesuai saat interleukin dikeluarkan untuk mengaktifkan
Limfosit T saat antigen menyerang.

Antibodi juga dpat menghentikan aktivitas antigen yang merusak dengan cara
mengikatkan antibodi pada antigen dan menjauhkan antigen tersebut dari sel
yang ingin dirusak. Proses ini dinamakan neuralisasi. Semua Ig mempunyai
kemampuan ini. Antibodi juga mempersiapkan antigen untuk dimakan oleh
makrofag. Antobodi mengikatkan diri pada antigen sehingga permukaannya
menjadi lebih mudah menempel pada makrofag. Proses ini disebut opsonisasi.
IgM dan IgG memicu sistem komplemen, suatu kelompok protein yang mempunyai
kemampuan unutk memecah membran sel. IgMdan IgG bekerja paling maksimal
dalam sistem sirkulasi,IgA dapat keluar dari peredaran darah dan memasuki
cairan tubuh lainnya. IgA berperan penting untuk menghindarkan infeksi pada
permukaan mukosa. IgA juga berperan dalam resistensi terhadap banyak
penyakit. IgA dapat ditemukan pada ASI dan membantu pertahanan tubuh
bayi.IgD merupakan antibodi yang muncul untuk dilibatkan dalam inisiasi respon
imun. IgE merupakan antibodi yang terlibat dalam reaksi alergi dan kemungkinan
besar merespon infeksi dari protozoa dan parasit.

Antibodi tidak menghancurkan antigen secara langsung, akan tetapi
menetralkannya atau menyebabkan antigen ini menjadi target bagi proses
penghancutan oleh mekanisme opsonosasi, aglutinasi,presipitasi atau fiksasi
komplemen. Opsonisasi, aglutinasi dan presipitasi meningkatkan proses
fagositosis dari komplek antigen-antibodi sementara fiksasi komplemen memicu
proses lisis dati protein komplemen pada bakteri atau virus.

1. Kelainan sistem imun:penolakan organ transplantasi
Sistem imun menyerang sesuatu yang dianggap asing di dalam tubuh individu
normal, yang diserang adalah organ transplantasi. Saat organ ditransplantasikan,
MHC organ donor dikenali sebagai senyawa sing dan kemudian diserang. Untuk
mengatasi hal ini, ilmuwan mencari donor transplantasi yang MHC punya banyak
kesamaan dengan milik si resipien. Resipien organ tranplantasi juga diberi obat
untuk menekan sistem imun mereka dan menghindarkan penolakan dari organ
transplantasi.
Jika organ tranplantasi mengandung Limfosit T yang berbeda jenisnya dengan
Limfosit T milik donor seperti pada cangkok sumsum tulang, Limfosit T dari
organ tranplantasi ini bisa saja menyerang organ dan jaringan donor. Unutk
mengatasi hal ini, ilmuwan meminimalisir reaksi graft versus host(GVH) dengan
cara menghilangkan semua Limfosit T dewasa sebelum dilakukan tranplantasi.

2. Kelainan sitem imun:defisiensi imun
Salah satu penyakit defisiensi sistem imun yaitu AIDS(Acquired Immune
deficiency Syndrome) yang disebabkan oleh HIV(Human Immunodeficiency
Virus). HIV menyerang Limfosit T pembantu karena Limfosit T pembantu
mengatur jalannya kontrol sistem imun. Dengan diserangkan Limfosit T
pembantu, maka pertahanan tubuh akan menjadi lemah. Defisiensi sistem imun
dapata terjadi karena radiasi yang menyebabkan turunnya produksi limfosit.
Sindrom DiGeorge adalah kelainan sistem imun yang disebabkan karena penderita
tidak punya timus dan tidak dapat memproduksi Limfosit T dewasa. Orang
dengan kelainan ini hanya bisa mengandalkan imunitas humoralnya secara
terbatas dan imunitas diperantarai selnya sangat terbatas. Contoh ekstrim
penyakit defisiensi sistem imun yang diturunkan secara genetika adalah Severe
Combined Immuno Deficiency(SCIED). Penderita SCID tidak punya Limfosit B
dan T maka ia harus diisolasi dari lingkungan luar dan hidup dengan betul-betul
steril karena mereka bisa saja mati disebabkan oleh infeksi.

3. Kelainan sistem imun:penyakit autoimun
Autoimunitas adalah respon imun tubuh yang berbalik menyerang organ dan
jaringan sendiri. Autoimunitas bisa terjadi pada respon imun humoral atau
imunitas diperantarai sel. Sebagai contoh, penyakit diabetes tipe 1 terjadi
karena tubuh membuat antibodi yang menghancurkan insulin sehingga tubuh
penderita tidak bisa membuat gula. Pada myasthenia gravis, sistem imun
membuat antibodi yang menyerang jaringan normal seperti neuromuscular dan
menyebabkan paralisis dan lemah. Pada demam rheumatik, antibodi menyerang
jantung dan bisa menyebabkan kerusakan jantung permanen. Pada Lupus
Erythematosus sistemik, biasa disebut lupus, antibodi menyerang bebeagai
jaringan yang berbeda, menyebabkan gejalan yang menyebar.

Organ Penyusun Sistem Pertahanan Tubuh

a. Tonsil ialah jaringan lymphatic yang terdiri dari kumpulan-kumpulan limposit
dan fungsinya ialah memproduksi limposit dan antibodi yang kemudian akan masuk
ke dalam cairan lymph (Kurnadi,2008:42).
b. Limpa ialah sebuah kelenjar berwarna ungu tua yang terletak di sebelah
belakang lambung. Limpa berfungsi sebagai: 1) tempat pembentukan sel darah
putih; 2) Tempat cadangan sel darah; 3) tempat pembongkaran sel darah merah
yang sudah mati; 4)Tempat membunuh kuman-kuman penyakit (Syamsuri,
2007:145).
c. Thymus suatu jaringan lymphatic yang terletak sepanjang trakea di rongga
dada bagian atas.Thymus membesar sewaktu pubertas dan atrophy (mengecil)
setelah dewasa. Fungsi thymus ialah memproses limposit muda menjadi Limposit
T.Limposit T yang terbentuk kemudian berimigrasi menuju jaringan-jaringan
limfatik lainnya (Kurnadi,2008:14).
d. Sumsum Tulang termasuk jaringan limfatik yang memproduksi limposit muda
yang akan diproses pada thymus atau tempat-tempat lainnya untuk menjadi
Limposit T dan Limposit B (Kurnadi,2008:143).
Sistem Imunitas Rongga Mulut
Menurut Roeslan ( 2002 ), sistem imunitas rongga mulut dipengaruhi oleh :
1. Membrane Mukosa
Mukosa rongga mulut terdiri atas epitel skuamosa yang berguna sebagai barrier
terhapad infeksi. Mekanisme infeksinya tergantung pada duekuamasi sehinnga
bakteri sulit melekat pada sel epitel dan derajat keratinisasi yang sangat efisien
menahan penetrasi microbial. ( lenner, 1992 dikutip dari Roeslan, 2002 )
2. Nodus Limfatik
Jaringan lunak rongga mulut berhubungan dengan nodus limfatik ekstra oral dan
agregasi intra oral. Kapiler limfatik yang terdapat pada permukaan mukosa lidah,
dasar mulut, palatim pipi, dan bibir mirip yang berasal dari gingival dan pulpa gigi.
Kapiler ini bersatu membentuk pembuluh limfatik besar dan bergabung dengan
pembuluh limfatik yang berasal dari bagian dalam otot lidah dan struktur lainnya.
Didalam rongga mulut terdapat tonsil palatel, lingual dan faringeal yang banyak
mengandung sel B dan sel T ( Lenner, 1992, dikutip dari Roeslan 2002 )
3. Saliva
Sekresi saliva merupakan perlindungan alamiah karena fungsinya memelihara
jaringa keras dan lunak rongga mulut agar tetap dalam keadaan fisiologis. Saliva
yang disekresika oleh kelenjar parotis, sub mandibularis dan beberapa kelenjar
saliva kecil yang teebar dibawah mukosa, berperan dalam membersihkan rongga
mulut dari debris dan mikroorganisme selain bertindak sebagai pelumas pada
saat mengunyah dan berbicara ( Lenner, 1992 dikutp dari Roeslan 2002 ).
4. Celah Gingiva
Epitel jangsional dapat dilewati oleh komponen seluler dan humoral dari daerah
dalam bentuk cairan celah ginggiva ( CCG ). Alira CCG merupakan proses
fisiologik atau merupakan respon terhadap inflamiasi ( Lenner, 1992 dikutip dari
Roeslan 2002 ).

Anda mungkin juga menyukai