Penyebab kematian yang langsung (1-a) : Kegagalan pernapasan Bukti Hasil pemeriksaan : Bibir dan kuku tampak bewarna kebiruan.
Pembahasan : Sianosis merupakan warna kebiru-biruan pada kulit dan selaput lendir yang terjadi akibat peningkatan jumlah absolut hemoglobin (Hb) yang tereduksi (Hb yang tak berikatan dengan O 2 ). Sianosis biasanya tidak kelihatan sebelum jumlah absolut Hb yang tereduksi mencapai 5 g per 100 ml atau lebih pada seseorang dengan konsentrasi Hb yang normal (saturasi oksigen [SaO 2 ] kurang dari 90 %). Pada kasus ini, sianosis diakibatkan oleh terhalangnya proses pertukaran udara yang disebabkan oleh terhalangnya saluran jalan napas bagian atas. 8,9 Selain sianosis, tanda-tanda yang menunjukkan adanya kegagalan napas adalah adanya perdarahan berbintik (petechial hemorrhages/ Tardieus spot), kongesti organ dalam, dan darah yang cair. Tetapi, pada kasus ini tidak didapatkan perdarahan berbintik karena hipoksia yang terjadi pada korban terjadi dengan cepat sehingga belum mengakibatkan pelebaran pada kapiler darah setempat dan tidak terjadi peningkatan tekanan intrakapiler secara akut. Pada korban ini juga tidak didapatkan kongesti organ karena tidak mengakibatkan bendungan pada pembuluh darah. 8,9
Penyebab antara (1-c) : Terhalangnya saluran jalan napas bagian atas. Bukti hasil pemeriksaan : Pada pemeriksaan luar didapatkan satu luka lecet tekan pada daerah ujung hidung, berbentuk bulat, berukuran satu kali nol koma lima sentimeter, dan bewarna kemerahan. Selain itu, tampak satu luka robek di bibir kiri bagian bawah, jarak luka berada dua sentimeter dari sudut bibir bagian kanan. Pembahasan : Saluran jalan napas (traktus repiratorius) adalah bagian tubuh manusia yang berfungsi sebagai tempat lintasan dan tempat pertukaran gas yang diperlukan untuk proses pernapasan. Saluran ini berpangkal pada hidung atau mulut dan berakhir pada paru-paru. Saluran ini terbagi atas dua, yaitu saluran jalan napas bagian atas dan saluran jalan napas bagian bawah. Saluran napas atas meliputi hidung hingga laring, sedangkan saluran jalan napas bagian bawah meliputi laring hingga paru-paru.
Proses pernapasan berlangsung melalui 3 tahap, yaitu ventilasi, difusi, dan transportasi. Ventilasi merupakan proses pertukaran udara antara atmosfer dan alveoli, yang terdiri dari inspirasi (masuknya udara ke dalam paru-paru) dan ekspirasi (keluarnya udara dari paru-paru). Ventilasi dipengaruhi oleh kadar oksigen pada atmosfer, kebersihan jalan napas, daya kembang kempis paru-paru, dan pusat pernapasan. Difusi merupakan proses pertukaran gas antara alveoli dengan darah pada kapiler paru. Saat difusi, terjadi proses pertukaran gas antara oksigen dan karbon dioksida secara simultan. Saat inspirasi, oksigen dari alveoli akan masuk ke dalam kapiler paru, sedangkan saat ekspirasi, karbon dioksida akan dilepaskan kapiler paru ke alveoli untuk dibuang ke atmosfer. Difusi dipengaruhi oleh ketebalan membran respirasi, koefisien difusi, luas permukaan membran respirasi, dan perbedaan tekanan parsial. Proses transportasi adalah pengangkutan oksigen ke sel-sel tubuh melalui darah dan pengangkutan karbon dioksida sebagai sisa metabolisme ke kapiler paru. Sekitar 97- 98,5% oksigen ditransportasikan dengan cara berikatan dengan hemoglobin membentuk oksihemoglobin (HbO 2 ), sisanya larut dalam plasma. Sedangkan sekitar 5-7% karbon dioksida larut dalam plasma, 23-30% berikatan dengan hemoglobin membentuk karbaminahemoglobin (HbCO 2 ), dan 65-70% dalam bentuk ion bikarbonat (HCO 3 ). Transportasi gas dipengaruhi oleh keluaran jantung (cardiac output), jumlah eritrosit, aktivitas, dan hematokrit darah. 10 Adanya luka lecet tekan pada hidung dan luka robek pada bibir mengindikasikan adanya usaha penekanan yang kuat sehingga menghalangi saluran jalan napas atas yang berdampak pada terganggunya proses pernapasan, khususnya pada proses ventilasi.
Penyebab yang mendasari kematian (I-d) : Penekanan yang kuat pada hidung dan mulut. Bukti hasil pemeriksaan : Pada pemeriksaan luar didapatkan satu luka lecet tekan pada daerah ujung hidung, berbentuk bulat, berukuran satu kali nol koma lima sentimeter, dan bewarna kemerahan. Selain itu, tampak satu luka robek di bibir kiri bagian bawah, jarak luka berada dua sentimeter dari sudut bibir bagian kanan.
Pembahasan : Luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan benda yang memiliki permukaan kasar atau runcing. Luka lecet tekan disebabkan oleh penekanan benda tumpul secara tegak lurus terhadap permukaan kulit. Bentuk luka lecet tekan umumnya sama dengan bentuk permukaan benda tumpul tersebut. Gambaran luka lecet yang ditemukan pada mayat adalah luka lecet tekan berbentuk bulat dan bewarna kemerahan. 3,7 Luka robek merupakan luka terbuka yang terjadi akibat kekerasan benda tumpul yang kuat sehingga melampaui elastisitas kulit atau otot. Ciri luka robek, yaitu bentuk tidak beraturan, tepi tidak rata, akar rambut tampak hancur atau tercabut bila kekerasan terdapat pada daerah yang berambut, sering tampak luka lecet atau memar di sekitar luka. Pada mayat juga ditemukan satu luka robek. 3,7 Kedua luka akibat benda tumpul ini merupakan petunjuk yang sesuai dengan kasus pembekapan. Pembekapan adalah penutupan lubang hidung dan mulut yang menghambat pemasukan udara ke paru-paru dengan bantal atau objek lain, termasuk dengan tangan. Korban pada umumnya wanta yang gemuk, orang tua yang lemah, orang dewasa yang berada di bawah pengaruh obat, atau anak-anak. Penutupan hidung atau mulut sangat jarang menimbulkan peteki, sianosis atau kongesti kecuali bila disertai usaha melawan dari korban (struggling). Pada kasus pembekapan, kelainan ditemukan dalam bentuk luka lecet dan atau luka memar yang terdapat di mulut, hidung, dan daerah sekitarnya. Sering pula didapatkan memar dan robekan pada bibir, khususnya bibir bagian dalam yang berhadapan dengan gigi dan rahang. 6,7
(II). Penyebab kematian lainnya : tidak ditemukan.