Anda di halaman 1dari 21

Page | 1

MAKALAH STUDI HADITS


KRITIK SANAD HADITS

Dosen pengampuh :
Muhammad Tulus, M.Pd.I

Disusun Oleh :
1. Amir fahmi amrulloh (13110020)
2. Farid andriyanto (13110075)




FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2014
Page | 2


Kata Pengantar
Alhamdulillah,dengan rahmat dan karunia Allah Swt, kami dapat menyusun
makalah berjudukritik sanad hadits. Semua ini tidak lepas dari Rahman dan Rahim
sertapertolongan-Nya.sehingga semua hamba tandan kendala dalam penyusunan
makalah ini dapat dilalui dengan mudah.Tak lupa shalawat serta salam,selalu
tercurahkan kepadaNabi Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya dari
kegelapan menuju masa yang ternagbenderang.
Makalah ini, diharapkan mampu memberikan pemahaman kepada para
mahasiswa yang ingin mempelajari tentang kritik sanad hadits agar lebih mudah
dalam belajar dan mengetahui karakteristik suatu budaya dalam antropologi.Karena
studi budaya merupakan saat satu ilmu penting dalam kehidupan masyarakat
Semoga makalah ini dapat membantu semua teman mahasiswa/i dalam
mempelajari dan memahami mata kuliahIlmustudi hadits. Khususnya dalam hal kritik
sanad hadits.

Malang, juni 2014



Penyusun




Page | 3


Daftar Isi


Daftar Isi...i
A. BAB I PENDAHULAN....ii
B. BAB II PEMBAHASAN...1
C. Sifat-sifat hadits yang diterima periwayatannya1
D. Sifat-sifat hadits di tolak periwayatannya..2
E. Metode penerimaan suatu periwayatan..2
F. Contoh hadits..6
G. Redaksi hadits.6
H. Skema para perawi hadits...7
1. Para Periwayat Dan Biografinya8
2. Uji Kethiqahan Para Periwayat10
3. Pembahasan Derajat Hadith Secara Kualitas Dan Kuantitas12
4. Syarh hadits13
BAB III KESIMPULAN15
Daftar Pustaka










Page | 4

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkataan, kepribadian dan perbuatan Nabi Muhammad Saw merupakan
pegangan, dan uswah (tauladan) bagi kita kaum mislimin. Selain itu, sejarah
perjuangannya pun dijadikan motivasi bagi ummat Islam sedunia dalam melanjutkan
dakwah menyebarkan amar maruf dan nahi mungkar . Oleh karena itu, siapa saja
yang ingin mengetahui manhaj (metodologi) keberhasilan perjuangan, karakteristik
dan pokok-pokok ajaran Nabi muhammad Saw. Maka hal itu dapat kita pelajri
bersama dalam sunnah al Nabawiyyah.
Penelitian kualitas dan kuantitas hadis perlu dilakukan, bukan berarti
meragukan hadis Nabi Muhammad saw, tetapi melihat keterbatasan perawi hadis
sebagai manusia, yang ada kalannya melakukan kesalahan, baik karena lupa maupun
karena didorong oleh kepentingan tertentu . Keberadan perawi hadis sangat
menentukan kualitas hadis, baik kualitas sanad maupun kualitas matan hadis.Obyek
terpenting dalam rangka penilitian hadis ada dua macam, yaitu : (1) materi hadis itu
sendiri (matn al hadis) dan (2) rangkaian terhadap sejumlah periwayat yang
menyampaikan riwayat hadis (sanad al hadis), akan tetapi dalam makalah ini kami
hanya mengkritik sanad hadits.






Page | 5

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana sifat-sifat hadits yang diterima atau ditolak periwayatannya?
2. Bagaimana metode penerimaan suatu periwayatan?
3. Bagaimana biografi dan ketsiqahan para perawi hadits ?
4. Bagaimana derajat suatu hadith secara kualitas dan kuantitas ?

C. Tujuan masalah

1. Mengetahui sifat-sifat hadits yang diterima atau ditolak periwayatannya
2. Mengetahui metode penerimaan suatu periwayatan
3. Mengetahui biografi dan ketsiqahan para perawi hadits
4. Mengetahui derajat suatu hadith secara kualitas dan kuantitas












Page | 6

BAB II
PEMBAHASAN
I. Sifat-sifat hadits yang diterima periwayatannya
Dalam kualitas suatu hadis, misalnya hadis sahih perawi yang periwayatannya di
terima apabila dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Diriwayatkan oleh para perawi yang dapat dipercaya amalan agamannya;
dikenal sebagai orang yang jujur, memahami dengan baik hadis yang
diriwayatkan, mengetahui perubahan arti hadis bila terjadi perubahan lafalnya;
mampu meriwayatkan hadis dengan secara lafal, terpelihara hapalannya bila
meriwayatkan hadis secara lafal, bunyi hadis yang diriwayatkan oleh oarang
lain dan terlepas dari tadlis (menyembunyikan cacat).
1

2. Rangkaian riwayatnya bersambung sampai kepada Nabi Muhammad SAW,
atau dapat juga tidak sampai pada Nabi.
2

3. Seorang perawi harus adil.
Kata adil menurut bahasa berarti lurus, tidak berat sebelah tidak dzalim, tidak
menyimpang, tulus, dan jujur. Seseorang dikatakan adil apabila dalam dirinya
terdapat sifat yang dapat mendorong terpeliharanya ketakwaan, yaitu
senantiasa melaksanakan perintah agama dan meninggalkan larangannya, dan
terjaganya sifat Muruah, yaitu senantiasa berakhlaq baik dalam segala
tingkah lakunya.
3

4. Seorang perawi yang dhabit
Kata dhabit menurut bahasa artinya yang kokoh, yang kuat. Seorang perawi
dikatakan dhabit apabila dia mempunyai daya ingat sempurna terhadap hadis
yang diriwayatkannya.

1
Mudasir, Ilmu Hadis, Bandung: Pustaka Setia, 2010, hal. 143
2
Ibid.
3
Ibid, hal. 146
Page | 7

Menurut Ibnu Hajar al-Syaqalani, perawi yang dhabit adalah perawi yang kuat
hafalannya terhadap segala sesuatu yang pernah didengarnya, kemudian
mampu menyampaikan hafalan tersebut manakal diperlukan. Ini artinyabahwa
orang yang disebut dhabit harus mendengar secara utuh apa yang diteriama
atau didengarnya, memahami isinya sehingga terpantri dalam ingatannya,
kemudian mampu menyampaikan kepada orang lain atau meriwayatkannya
sebagai mestinya.
4

J. Sifat-sifat hadits di tolak periwayatannya
Sedangkan perawi yang periwayatannya tidak diterima adalah kebalikan dari
ketentuan perawi yang riwayatnya diterima yaitu sebagai berikut:
1. Seorang perawi yang berdusta
2. Perawinya tidak adil
3. Hafalan hadis seorang perawi itu tidak kuat atau tidak dhabit
4. Hadis yang disampaikan oleh perawi itu hadis yang palsu.

K. Metode penerimaan suatu periwayatan
Para ulama hadis menggolongkan metode penerimaan suatu periwayatan hadis
menjadi delapan macam berikut ini
5
:
a. As-Sima, yakni penerimaan hadis dengan cara mendengar perkataan
gurunya, baik dengan cara didiktekan maupun cara lainnya, baik dari
hapalannya maupun dari tulisannya.
Menurut jumhur ahli hadis, as-sima merupaka cara penerimaan hadis yang
paling tinggi tingkatnya. Sebagian dari mereka mengatakan bahwa as-sima
yang dibarengi dengan al-kitabah mempunyai nilai lebih tinggi karena

4
Ibid, hal. 147
5
Ibid, hal. 183
Page | 8

terjamin kebenarannya dan terhindar dari kesalahan dibandingkan dengan
cara-cara lainnya.
b. Al-Qiraah Ala Asy-syekh atau disebut juga dengan Al-Ard
Yaitu penerimaan hadis dengan cara seorang murid membacakan hadis di
hadapan guru, baik dia sendiri yang membacakan maupun tidak, namun ia
memegang atau mengetahui tulisannya atau tergolong tsiqah.
Para ulama sepakat bahwa cara seperti ini dianggap sah, namun mereka
berbeda pendepat mengenai derajat al-qiraah. Al-Lais bin Saad, Syuban,
Ibnu Juriah, Sufyan Ats-Tsauri, dan Abu Hanifah menganggap bahwa al-
qariah lebih baik dibandingkan dengan as-sima, sebab dalam as-sima,
sebab dalam as-sima bila bacaan gurunya salah, murid tidak leluasa untuk
menolak kesalahan, sedangkan dalam al-qiraah, bila bacaan murid salah,
guru segera mengolaksinya. Imam Malik, Bukhari, kebanyakan ulama hijaz
dan kufah menganggap bahwa al-qiraah dengan as-sima mempunyai derajat
yang sama. Ibnu Abbas mengatakan (kepada muridnya), bacakanlah
kepadaku, sebab bacaan kalian kepadaku seperti bacaanku kepada kalian.
Sementara itu Ibnu Ash-Shalah, Imam dan beberapa ulama lainnya
beranggapan bahwa as-sima lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan
cara al-qiraah
c. Al-Ijazah
Yakni seorang guru yang memberikan izin kepada muridnya untuk
meriwayatkan hadis atau kitab kepada seseorang atau orang-orang tertentu,
sekalipun sangmurid tidak membacakan kepada gurunya
Para ulama berbeda pendapat mengenai penggunan al-Ijazah sebagai cara
untuk meriwayatkan hadis. Ibnu Hazm mengatakan bahwa cara
meriwayatkan hadis dengan menggunakan ijazah dianggap bidah, dan tidak
diperbolehkan. Bahkan ada sebagian ulama yang mengingkari cara al-ijazah
Page | 9

ini. Adapun ulama yang memeperbolehkan cara al-ijazah ini menetapkan
bahwa sang guru hasur benar-benar mengerti tentang hadis atau kita yang
diijazahkan dan naskah muridnya harus menyamai dengan yang asli, ehingga
seolah-olah naskah tersebut adalah aslinya selain itu, guru yang memberi
ijazah itu benar-benar ahli ilmu.
d. Al-Munawalahd
Yakni seorang guru memberikan hadis atau beberapa hadis atau sebuah kitab
kepada muridnya untuk diriwayatkan. Ada juga yang mengatakan bahwa al-
munawalah ialah seorang guru memberi kepada muridnya sebuah kitab
asliyang didengar dari gurunya, atau suatu naskah yang sudah dicocokkan,
sambil berkata: inilah hadis-hadis yang sudah aku dengar dari seseorang,
maka riwayatkanlah hadis ini dariku dan akan aku ijazahkan kepadamu untuk
diriwayatkan.
e. Al-Mukatabah
Yakni seorang guru kepada menuliskan sendiri atau menyuruh orang lain
untuk menuliskan sebagian hadisnya untuk diberikan kepada murid yang ada
dihadapannya atau yang tidak hadir dengan jalan mengirimkan surta melalui
orang yang tidak hadir dengan jalan mengirimkan surat melalui orang yang
dipercaya untuk menyampaikannya.
f. Al-Ilam
Yakni memberitahuan seorang guru kepadda muridnya, bahwa hadis atau
kitab yang diriwayatkan di terima dari sesseorang tanpa memberikan izin
kepada muridnyan unutk meriwayatkan hadis-hadis tersebut atau tanpa ada
perinta untuk meriwayatkan. Sebagian ulama ahli ushul da Ibnu Ash-shalah
menetapn bahwa meriwayatkan hadis dengan cara ini adalah tidaksah,
sedangkan kebanyakan ulama ahli hadis, ahli fiqh, dan ahli ushul
membolehkan.
Page | 10

g. Al-Wasiyah
Yakni seorang guru ketika akan meninggal atau bepergian, meninggalkan
pesan kepada orang lain untuk meriwayatkanhadis atau kitabnya apabila ia
meninggal atau bepergian. Periwayatan hadis dengan cara ini oleh jumhur
dianggap lemah.
h. Al-Wajadah
Yakni seseorang memperoleh hadis orang lain dengan mempelajari kitab-
kitab hadis dengan tidak melalui cara as-sima, al-ijazah, atau al-munawalah.
Para ulama berselisih pendapat mengenai cara ini. Imam Syafii dan
segolongan pengikutnya memperbolehkan beramal dengan hadis yang
periwayatannya melalui cara ini. Ibnu Ash-Shalah mengatakan bahwa
sebagian ulama muhaqqiqin mewajibkan mengamalkannya bila diyakini
kebenrannya.










Page | 11

L. Contoh hadits
Berikut adalah hadits hasil penelitian penulis:
5. Redaksi hadits
( 16 ( ) 2674 )
:

:
.

.
1


Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah bin Sa'id dan
I bnu Hujr, mereka berkata; telah menceritakan kepada kami I sma'il yaitu I bnu
J a'far dari Al 'Ala dari bapaknya dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: "Barang siapa mengajak kepada
kebaikan, maka ia akan mendapat pahala sebanyak pahala yang diperoleh orang-
orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun.
Sebaliknya, barang siapa mengajak kepada kesesatan, maka ia akan mendapat
dosa sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi
dosa mereka sedikitpun."





1

: : : 2003 :


: . : 171
Page | 12

6. Skema para perawi hadits:


























( )






Page | 13

7. Para Periwayat Dan Biografinya
1.
Abu Hurairah lahir pada tahun 21 sebelum Hijriyah. pada masa
Jahiliyah, sebelum ia masuk Islam, namanya aslinya abdurahman bin syakr
ada juga yang menyebutnya Abu Syamsi. ia Masuk Islam pada tahun ke-7
Hijriyah, ketika perang Khaibar sedang berkecamuk. Abu hurairah langsung
terjun ke dalam perang tersebut. setelah ia msuk Islam, Nabi SAW
memberinya nama Abdurahman.Abu Hurairah sangat menyenangi seekor
kucing, sehingga sering kucing itu digendong, dirawat, diberi makan dan bagi
kucing itu disediakan tempat khusus. maka beliau digelari pula dengan Abu
Hurairah, yang artinya orang yang menyanyangi kucing. Nama lengkap
Beliau adalah Abu Hurairah bin Shakhkhar. Ibunya adalah Maimunah, yang
sempat masuk Islam sebelum wafatnya.
2.
Nama Lengkap : Abdur Rahman bin Ya'qub
Kalangan : Tabi'in kalangan pertengahan
3.
Nama Lengkap : Al 'Alaa' bin 'Abdur Rahman bin Ya'qub dari Kalangan
Tabi'in kalangan biasa Kuniyahnya Abu Syubul berasalNegeri semasa hidup :
Madinah beliau Wafat 132 H
4. ( )
Nama lengkapnya adalah Abul Fida, Imaduddin Ismail bin Umar bin
Katsir al-Qurasyi al-Bushrawi ad-Dimasyqi, lebih dikenal dengan nama Ibnu
Katsir. Beliau lahir pada tahun 701 H di sebuah desa yang menjadi bagian dari
kota Bashra di negeri Syam. Pada usia 4 tahun, ayah beliau meninggal
sehingga kemudian Ibnu Katsir diasuh oleh pamannya. Pada tahun 706 H,
beliau pindah dan menetap di kota Damaskus.
Page | 14


5.
Yahya bin Ayyub, nama lengkapnya adalah Yahya bin Ayyub Al-
Maqabiri Abu Zakaria al-Baghdadi al-Abid.Dilahirkan pada tahun 157 H dan
wafat pada tanggal 2 Rabiul Awwal 234H. Guru-guru beliau adalah Ismail
bin Jafar, Abdullah bin Mubarak, Hasyim, marwan bin Muawiyah, Ibn
Wahab, dan lain-lain.Sedangkan murid-murid beliau adalah Imam Muslimin,
Abu Daud, Imam Bukhari, Imam Nasai, Abdullah BIN Ahmad bin Hanbal
dan lain-lain.Ibnu Syuaib AL-Hirani mengatakan bahwasannya beliau adalah
seorang hamba pilihan Allah SWT.Imam Husain bin Fahmi juga mengatakan
bahwa Ibnu Yahya bin Ayyub adalah orang yang tsiqah (kuat), wara, muslim
yang baik , berkata-kata sesuai dengan sunnah.


6.
Qutaibah bin Said, Nama lengkap beliau adalah Qutaibah bin Said
bin Jamil bin Tharif bin Abdullah Ats-Tsaqafy. Ibnu Adi mengatakan: nama
beliau adalah Yahya, sedangkan Qutaibah adalah gelar. Sedangkan Ibnu
mundah mengatakan : nama beliau adalah Al. Guru-guru beliau adalah :
Malik, Al-Laits, Rasyidin bin Saad, Ismal bin Jafar, Ismal bin Alyah,
ibnu Dhamrah, Ibnu Usamah, Marwan bin Muawiyah, dan lain-lain.Murid-
murid beliau adalah: Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Ab Daud, Imam
Nasi, Imam TarmidziAhmad bin Saad Ad-Darimy, Ab Bakar bin Syaibah,
dan lain-lain. Beliau mempunyai satu murid yaitu an-nasi.Ibnu Muayyan,
Ab Hatim, dan Imam Nasi mengatakan bahwa Qutaibah adalah orang yang
tsiqh (kuat). Imam Nasi menambahkan, beliau juga dalah orang yang
shuduq (dapat dipercaya). Farhiyany mengatakan : Qutaibah adalah orang
yang dapat dipercaya. Al-hakim juga berpendapat: Qutaibah adalah orang
yang tsiqtun mamun (kuat lagi amanah).
Page | 15


7.
Nama Lengkap Ali bin Hajar bin Iyas berasal dari KalanganTabi'ut
Tabi'in kalangan biasa mempunyai Kuniyah Abu Al Hasanberasal dari Negeri
semasa hidup Baghdad dan beliau Wafat 244 H
8. Uji Kethiqahan Para Periwayat
1.
a) Dalam kitab As-shabah Karya Ibnu Hajar asqolani
2
hal 1166 jilid 2-
disebutkan: bahwa abu Hurairah di sebut sahabat yang sudah tidak
diragukan lagi keshitqohannya.



2.
a) Dalam kitab tadzkirah limarifatul kitabu asirah hal 1034- jilid 2-
disebutkan bahwa tidak masalah mengambilnya sebagai perawi.
3

b) Dalam kitab Tadhzibut Tahzib hal 202 jilid 6 disebutkan bahwa,
abi Hatim, ayahnya menilainya:
4

c) Dari kitab dan halaman yang sama Hibban menilainya


3.
a) Dalam kitab tadzkirah limarifatul kitabu asirah hal 1319 jilid 2-
5
disebutkan bahwa imam ahmad menilainya :
b) Dalam kitab Tadhzibut Tahzib hal 300- jilid- 6 disebutkan Abdullah
bin ahmad dari Abiyah menilainya

2
Ibnu Hajar asqolani As-shabah , jus 2, hlm 1166
3
tadzkirah limarifatul kitabu asirah jilid, 2 ,;hal 1034,
4
Tadhzibut Tahzib ; jilid 6,; hal 202
5
tadzkirah limarifatul kitabu asirah; jilid 2; hal 1319
Page | 16

c) Dari kitab dan halaman yang sama Hubaan menilainya
4. ( )
a) Dalam kitab tadzkirah limarifatul kitabu asirah hal 113 jilid 1
disebutkan bahwa Imam ahmad, Abu Zurah annasai, dan para jumhur
ahli hadits menilainya:
b) Dalam kitab Tadhzibut Tahzib hal 301- jilid 6
6
disebutkan Ahmad,
Abu Zurah Nasai dan abu Muin menilainya :

5.
a) Dalam kitab tadzkirah limarifatul kitabu asirah hal 1823- jilid 4 di
sebutkan bahwa, Imam Ahmad menilainya : shaleh, sedangkan ibn
Madini dan ibn Hatim menilainya : shaduq .
b) Dalam kitab Tadhzibut Tahzib hal 207 jilid 9 disebutkan bahwa,
Ahmad menilainya shaleh, sedangkan Dzakarah ibnu Hibban
menilainya .
6.
a) Dalam kitab tadzkirah limarifatul kitabu asirah hal 1486- jilid -3, di
sebutkan bahwa Yahya, abu Hatim, dan Nasai menyebutnya dan
Ahmad memujinya sebagai orang yang terakhir yang mendengar abu
Lahiah.
b) Dalam kitab Tadhzibut Tahzib hal 488 jilid 6- , disebutkan bahwa
ibn Maiin, abu Hatim, Nasai menilainya .


7.

6
Tadhzibut Tahzib -.,jilid 6 ,. hal 301
Page | 17

a) Dalam kitab tadzkirah limarifatul kitabu asirah hal 1190- jilid -2,
desebutkan bahwa ia termasuk hafidz lagi , NasaI menilainya
mamun.

M. Pembahasan Derajat Hadith Secara Kualitas Dan Kuantitas
1. Kualitas
Dari paparan data dan analisa tentang tsiqah al-rawi dan ittisal al-sanad dapat
disimpulkan sebagai berikut:
a) Dilihat dari kualitas periwayat dapat dinyatakan bahwa seluruh periwayat
dalam sanad termasuk periwayat yang tsiqah.
b) Semua periwayat dalam sanad bersambung sanadnya.

Maka dengan demikian bisa disimpulkan bahwa hadits tentang anjuran menikah
ini adalah shahihul isnad.
2. Kuantitas
Sebagaimana yang terlampir di atas, meski terdapat beberapa
periwayatan hadits, namun hadits ini hanya diriwayatkan oleh satu orang
sahabat yakni sahabat Abu Hurairah, sehingga dapat disimpulkan bahwa
hadits ini termasuk hadits shahih.









Page | 18

Syarh hadits
Hadits di atas menerangkan bahwa betapa pentingnya seorang muslim
mengajak dan menyeru saudara muslimnya untuk kebaikan karena dengan menyeru
mereka kepada kebaikan maka seorang muslim akan mendapatkan keutamaan dari
Alloh SWT. Hal ini sesuai dengan misi rosul diutus di bumi ini yaitu dakwah.
Dakwah menurut bahasa (etimologi) berasal dari kata Ad-Dua yang berarti nenyeru
semua manusia atas urusan dan memberi dorongan kepada manusia agar berbuat
untuk urusan itu, sebagaimana firman Alloh SWT:
< `s., _|| : .l.l _. _. ',!: _|| 1. ,1.`.. __
Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan menunjuki orang yang
dikehendaki-Nya kepada jalan yang Lurus (Islam).
Dakwah adalah adalah tugas diutusnya para nabi ke dunia. Alloh SWT
berfirman
!!., _,.l !.| ,..l. ..: :,`. ,.. __ !,s: _|| < ..:|, l>. ,..
__ :
Hai Nabi, Sesungguhnya Kami mengutusmu untuk Jadi saksi, dan pembawa
kabar gemgira dan pemberi peringatan, dan untuk Jadi penyeru kepada agama Allah
dengan izin-Nya dan untuk Jadi cahaya yang menerangi. (QS. Al-Ahzab: 45-46)
Karena dakwah merupakan pekerjaan nabi dan rosul, maka sebaik-baik
pekerjaan adalah dakwah. Karena orang yang sanggup berdakwah berarti pewaris
tugas nabi. Firman Alloh SWT:
_. _.> _.. l.: _|| < _.s !>l.. _! _..| _. _,.l`..l __
Page | 19

Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru
kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku
Termasuk orang-orang yang menyerah diri? ( QS. Fushilat: 33)
Beliau sendiri mengajarkan kepada umatnya untuk berdakwah. Ilmu yang
dipunyai tidak hanya untuk diri sendiri , namun ilmu itu di samping disamping
diambil guna manfaat untuk dirinya, juga untuk member guna manfaat pad orang
lain. Rosuluulloh bersabda:

Sampaikan ( sesuatu) yang bersumber dariku meski hanya satu ayat (H.R. Bukhori)



Semoga Alloh menganugerahkan wajah (di hari kiamat) bagi seseorang yang
mendengar sesuatu dari kemudian dia menyampaikan apa yang dia dengar itu.
Karena boleh jadi seorang penerima lebih wai (memahami) daripada pendengar itu
sendiri. (H.R. Turmudzi)








Page | 20

BAB III
KESIMPULAN
Meneliti tentang hadits, seperti telah dikaji oleh para ulama terdahulu sangat
penting untuk diteliti ulang oleh para sarjana masa kini, meskipun kajian-kajian
hadits yang akan dilakukan hanya terbatas pada kajian literatur yang telah ditulis oleh
ulama terdahulu, hal ini menjadi penting karena kajian tentang penelitian hadits ini
kurang banyak digeluti oleh para sarjana .
Penelitian hadits memerlukan sebuah ketelitian, referensi yang banyak dan
kesungguhan karena ini merupakan penelitian yang tidak sederhana dan tidak
gampang, meneliti hadits yang benar-benar berasal dari Rasulullah (baca: shahih)
tidak hanya cukup meneliti dari segi sanadnya saja, namun lebih dari pada itu
meneliti matan juga penting meskipun sebagian ulama sepakat bahwa penelitian
tentang syadz dan illat bukanlah perkara yang mudah.
















Page | 21

DAFTAR PUSTAKA

Mudasir, Ilmu Hadis, 2010

: : 2003
Ibnu Hajar asqolani. As-shabah
tadzkirah limarifatul kitabu asirah
Tadhzibut Tahzib
Nuruddin. 2012. itr ulumul hadits.

Anda mungkin juga menyukai