Anda di halaman 1dari 12

Demam Tifoid

DEFINISI
Demam Tifoid adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi.
PENYEBAB
Bakteri Salmonella typhi.



Bakteri tifoid ditemukan di dalam tinja dan air kemih penderita.
Penyebaran bakteri ke dalam makanan atau minuman bisa terjadi akibat pencucian tangan yang
kurang bersih setelah buang air besar maupun setelah berkemih.
Lalat bisa menyebarkan bakteri secara langsung dari tinja ke makanan.

Bakteri masuk ke dalam saluran pencernaan dan bisa masuk ke dalam peredaran darah. Hal ini
akan diikuti oleh terjadinya peradangan pada usus halus dan usus besar.
Pada kasus yang berat, yang bisa berakibat fatal, jaringan yang terkena bisa mengalami
perdarahan dan perforasi (perlubangan).

Sekitar 3% penderita yang terinfeksi oleh Salmonella typhi dan belum mendapatkan pengobatan,
di dalam tinjanya akan ditemukan bakteri ini selama lebih dari 1 tahun.
Beberapa dari pembawa bakteri ini tidak menunjukkan gejala-gejala dari demam tifoid.
GEJALA
Biasanya gejala mulai timbul secara bertahap dalam wakatu 8-14 hari setelah terinfeksi.
Gejalanya bisa berupa demam, sakit kepala, nyeri sendi, sakit tenggorokan, sembelit, penurunan
nafsu makan dan nyeri perut.
Kadang penderita merasakan nyeri ketika berkemih dan terjadi batuk serta perdarahan dari
hidung.

Jika pengobatan tidak dimulai, maka suhu tubuh secara perlahan akan meningkat dalam waktu 2-
3 hari, yaitu mencapai 39,4-40?Celsius selama 10-14 hari. Panas mulai turun secara bertahap
pada akhir minggu ketiga dan kembali normal pada minggu keempat.
Demam seringkali disertai oleh denyut jantung yang lambat dan kelelahan yang luar biasa.

Pada kasus yang berat bisa terjadi delirium, stupor atau koma.

Pada sekitar 10% penderita timbul sekelompok bintik-bintik kecil berwarna merah muda di dada
dan perut pada minggu kedua dan berlangsung selama 2-5 hari.


KOMPLIKASI

Sebagian besar penderita mengalami penyembuhan sempurna, tetapi bisa terjadi komplikasi,
terutama pada penderita yang tidak diobati atau bila pengobatannya terlambat:
Banyak penderita yang mengalami perdarahan usus; sekitar 2% mengalami perdarahan hebat.
Biasanya perdarahan terjadi pada minggu ketiga.
Perforasi usus terjadi pada 1-2% penderita dan menyebabkan nyeri perut yang hebat karena isi
usus menginfeksi ronga perut (peritonitis).
Pneumonia bisa terjadi pada minggu kedua atau ketiga dan biasanya terjadi akibat infeksi
pneumokokus (meskipun bakteri tifoid juga bisa menyebabkan pneumonia).
Infeksi kandung kemih dan hati.
Infeksi darah (bakteremia) kadang menyebabkan terjadinya infeksi tulang (osteomielitis),
infeksi katup jantung (endokarditis), infeksi selaput otak (meningitis), infeksi ginjal
(glomerulitis) atau infeksi saluran kemih-kelamin.

Pada sekitar 10% kasus yang tidak diobati, gejala-gejala infeksi awal kembali timbul dalam
waktu 2 minggu setelah demam mereda.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan hasil pemeriksaan fisik.

Untuk memperkuat diagnosis, dilakukan biakan darah, tinja, air kemih atau jaringan tubuh
lainnya guna menemukan bakteri penyebabnya.
PENGOBATAN
Dengan antibiotik yang tepat, lebih dari 99% penderita dapat disembuhkan.
Pedoman profesional yang paling terakhir untuk pengobatan demam tifoid di Asia selatan dan
Tenggara dikeluarkan oleh Association of Pediatrics (IAP) pada Oktober 2006. Meskipun
pedoman ini diterbitkan untuk demam tifoid anak, penulis merasa bahwa mereka juga berlaku
untuk kasus-kasus dewasa.
Untuk pengobatan demam tifoid yang tidak berat, IAP merekomendasikan cefixime dan, sebagai
agen lini kedua, azitromisin.
Untuk demam tifoid yang berat, mereka merekomendasikan ceftriaxone. Aztreonam dan
imipenem adalah lini kedua agen untuk kasus yang berat.
Jika terjadi perforasi usus, diberikan antibiotik berspektrum luas (karena berbagai jenis bakteri
akan masuk ke dalam rongga perut) dan mungkin perlu dilakukan pembedahan untuk
memperbaiki atau mengangkat bagian usus yang mengalami perforasi.
PENCEGAHAN
Vaksin tifus per-oral (ditelan) memberikan perlindungan sebesar 70%.
Vaksin ini hanya diberikan kepada orang-orang yang telah terpapar oleh bakteri Salmonella typhi
dan orang-orang yang memiliki resiko tinggi (termasuk petugas laboratorium dan para
pelancong).

Para pelancong sebaiknya menghindari makan sayuran mentah dan makanan lainnya yang
disajikan atau disimpan di dalam suhu ruangan.
Sebaiknya mereka memilih makanan yang masih panas atau makanan yang dibekukan, minuman
kaleng dan buah berkulit yang bisa dikupas.












Penyakit Demam Tifoid
Penyakit Demam Tifoid (bahasa Inggris: Typhoid fever) yang biasa juga disebut typhus atau
types dalam bahasa Indonesianya, merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella
enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella Typhi terutama menyerang bagian saluran
pencernaan. Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang selalu ada di masyarakat (endemik)
di Indonesia, mulai dari usia balita, anak-anak dan dewasa.

Menurut keterangan dr. Arlin Algerina, SpA, dari RS Internasional Bintaro, Di Indonesia,
diperkirakan antara 800 - 100.000 orang terkena penyakit tifus atau demam tifoid sepanjang
tahun. Demam ini terutama muncul di musim kemarau dan konon anak perempuan lebih sering
terserang, peningkatan kasus saat ini terjadi pada usia dibawah 5 tahun.
Cara Penularan Penyakit Demam Tifoid
Penyakit demam Tifoid ini bisa menyerang saat kuman tersebut masuk melalui makanan atau
minuman, sehingga terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu usus halus. Dan melalui peredaran
darah, kuman sampai di organ tubuh terutama hati dan limpa. Ia kemudian berkembang biak
dalam hati dan limpa yang menyebabkan rasa nyeri saat diraba.
Tanda dan Gejala Penyakit Demam Tifoid
Penyakit ini bisa menyerang saat bakteri tersebut masuk melalui makanan atau minuman,
sehingga terjadi infeksi saluran pencernaan yaitu usus halus. Kemudian mengikuti peredaran
darah, bakteri ini mencapai hati dan limpa sehingga berkembang biak disana yang menyebabkan
rasa nyeri saat diraba.

Gejala klinik demam tifoid pada anak biasanya memberikan gambaran klinis yang ringan bahkan
dapat tanpa gejala (asimtomatik). Secara garis besar, tanda dan gejala yang ditimbulkan antara
lain ;
1. Demam lebih dari seminggu. Siang hari biasanya terlihat segar namun menjelang
malamnya demam tinggi.
2. Lidah kotor. Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah. Biasanya anak akan
merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan yang asam-asam atau pedas.
3. Mual Berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhi berkembang biak di hatidan limpa,
Akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan lambung sehingga terjadi rasa
mual. Dikarenakan mual yang berlebihan, akhirnya makanan tak bisa masuk secara
sempurna dan biasanya keluar lagi lewat mulut.
4. Diare atau Mencret. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna menyebabkan gangguan
penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare, namun dalam beberapa kasus justru terjadi
konstipasi (sulit buang air besar).
5. Lemas, pusing, dan sakit perut. Demam yang tinggi menimbulkan rasa lemas, pusing.
Terjadinya pembengkakan hati dan limpa menimbulkan rasa sakit di perut.
6. Pingsan, Tak sadarkan diri. Penderita umumnya lebih merasakan nyaman dengan
berbaring tanpa banyak pergerakan, namun dengan kondisi yang parah seringkali terjadi
gangguan kesadaran.
Diagnosa Penyakit Demam Tifoid
Untuk ke akuratan dalam penegakan diagnosa penyakit, dokter akan melakukan beberapa
pemeriksaan laboratorium diantaranya pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan Widal dan biakan
empedu.
1. Pemeriksaan darah tepi merupakan pemeriksaan sederhana yang mudah dilakukan di
laboratorium sederhana untuk membuat diagnosa cepat. Akan ada gambaran jumlah
darah putih yang berkurang (lekopenia), jumlah limfosis yang meningkat dan eosinofilia.
2. Pemeriksaan Widal adalah pemeriksaan darah untuk menemukan zat anti terhadap kuman
tifus. Widal positif kalau titer O 1/200 atau lebih dan atau menunjukkan kenaikan
progresif.
3. Diagnosa demam Tifoid pasti positif bila dilakukan biakan empedu dengan ditemukannya
kuman Salmonella typhosa dalam darah waktu minggu pertama dan kemudian sering
ditemukan dalam urine dan faeces.

Sampel darah yang positif dibuat untuk menegakkan diagnosa pasti. Sample urine dan faeces dua
kali berturut-turut digunakan untuk menentukan bahwa penderita telah benar-benar sembuh dan
bukan pembawa kuman (carrier).

Sedangkan untuk memastikan apakah penyakit yang diderita pasien adalah penyakit lain maka
perlu ada diagnosa banding. Bila terdapat demam lebih dari lima hari, dokter akan memikirkan
kemungkinan selain demam tifoid yaitu penyakit infeksi lain seperti Paratifoid A, B dan C,
demam berdarah (Dengue fever), influenza, malaria, TBC (Tuberculosis), dan infeksi paru
(Pneumonia).
Perawatan dan Pengobatan Penyakit Demam Tifoid
Perawatan dan pengobatan terhadap penderita penyakit demam Tifoid atau types bertujuan
menghentikan invasi kuman, memperpendek perjalanan penyakit, mencegah terjadinya
komplikasi, serta mencegah agar tak kambuh kembali. Pengobatan penyakit tifus dilakukan
dengan jalan mengisolasi penderita dan melakukan desinfeksi pakaian, faeces dan urine untuk
mencegah penularan. Pasien harus berbaring di tempat tidur selama tiga hari hingga panas turun,
kemudian baru boleh duduk, berdiri dan berjalan.

Selain obat-obatan yang diberikan untuk mengurangi gejala yang timbul seperti demam dan rasa
pusing (Paracetamol), Untuk anak dengan demam tifoid maka pilihan antibiotika yang utama
adalah kloramfenikol selama 10 hari dan diharapkan terjadi pemberantasan/eradikasi kuman
serta waktu perawatan dipersingkat. Namun beberapa dokter ada yang memilih obat antibiotika
lain seperti ampicillin, trimethoprim-sulfamethoxazole, kotrimoksazol, sefalosporin, dan
ciprofloxacin sesuai kondisi pasien. Demam berlebihan menyebabkan penderita harus dirawat
dan diberikan cairan Infus.
Komplikasi Penyakit Demam Tifoid
Komplikasi yang sering dijumpai pada anak penderita penyakit demam tifoid adalah perdarahan
usus karena perforasi, infeksi kantong empedu (kolesistitis), dan hepatitis. Gangguan otak
(ensefalopati) kadang ditemukan juga pada anak.
Diet Penyakit Demam Tifoid
Penderita penyakit demam Tifoid selama menjalani perawatan haruslah mengikuti petunjuk diet
yang dianjurkan oleh dokter untuk di konsumsi, antara lain :
1. Makanan yang cukup cairan, kalori, vitamin & protein.
2. Tidak mengandung banyak serat.
3. Tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas.
4. Makanan lunak diberikan selama istirahat.
Untuk kembali ke makanan "normal", lakukan secara bertahap bersamaan dengan mobilisasi.
Misalnya hari pertama dan kedua makanan lunak, hari ke-3 makanan biasa, dan seterusnya.
Pencegahan Penyakit Demam Tifoid
Pencegahan penyakit demam Tifoid bisa dilakukan dengan cara perbaikan higiene dan sanitasi
lingkungan serta penyuluhan kesehatan. Imunisasi dengan menggunakan vaksin oral dan vaksin
suntikan (antigen Vi Polysaccharida capular) telah banyak digunakan. Saat ini pencegahan
terhadap kuman Salmonella sudah bisa dilakukan dengan vaksinasi bernama chotipa (cholera-
tifoid-paratifoid) atau tipa (tifoid-paratifoid). Untuk anak usia 2 tahun yang masih rentan, bisa
juga divaksinasi.











DEMAM THYPOID
by: dr Listya Paramita - March 12th, 2011
Demam typhoid merupakan infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh Salmonella typhi, atau
jenis yang virulensinya lebih rendah yaitu Salmonella paratyphi. Salmonella adalah kuman gram
negatif yang berflagela, tidak membentuk spora, dan merupakan anaerob fakultatif yang
memfermentasikan glukosa dan mereduksi nitrat menjadi nitrit. S.typhi memiliki antigen H yang
terletak pada flagela, O yang terletak pada badan, dan K yang terletak pada envelope, serta
komponen endotoksin yang membentuk bagian luar dari dinding sel.
Diagnosis demam typhoid tidak selalu didapatkan setelah semua kriteria diagnosis terpenuhi,
mengingat panjangnya perjalanan penyakit tersebut. Gejala klinis yang khas dapat menjadi dasar
untuk pemberian terapi empirik sebelum pemeriksaan penunjang lainnya dilakukan guna
mencegah perburukan atau komplikasi lebih lanjut dari penyakit tersebut. Tidak jarang pula
diagnosa demam typhoid ditegakkan secara eksjuvantibus.
Diagnosis klinis terutama ditandai oleh adanya panas badan, gangguan saluran pencernaan,
gangguan pola buang air besar, hepatomegali/spleenomegali, serta beberapa kelainan klinis yang
lain. Diagnosis laboratoris kebanyakan di Indonesia memakai tes serologi Widal, tetapi
sensitifitas dan spesifisitasnya sangat terbatas, belum ada kesepakatan titer dari masing masing
daerah. Biakan S. Typhi merupakan pemeriksaan baku emas, tetapi hasilnya seringkali negatif
dan memerlukan waktu lama, padahal dokter harus segera memberi pengobatan. Beberapa
serodiagnostik lain yang telah dikembangkan seperti TUBEX, merupakan pemeriksaan
Immunoassay yang dapat mendeteksi anti-salmonella 09 dengan sensitivitas dan spesifisitas
100%.
Tatalaksana demam tifoid masih menganut trilogi penatalaksanaan yang meliputi : Istirahat dan
perawatan, diet dan terapi penunjang (baik simptomatik maupun suportif), serta pemberian
antimikroba. Pemberian antimikroba diharapkan dapat menurunkan lama sakit dan kematian.
Klorampenikol, ampisilin, amoksisilin dan kotrimoksasol merupakan obat konvensional yang di
beberapa negara melaporkan kurang efektif sehubung dengan munculnya strain MDR.
Flurokuinolon, sefalosporin dan seftriakson merupakan pilihan lini kedua. Selain itu diperlukan
pula tatalaksana komplikasi demam tifoid yang meliputi komplikasi intestinal maupun
ekstraintestinal.
TRANSMISI DAN FAKTOR RISIKO
Demam typhoid ditularkan atau ditransmisikan kebanyakan melalui jalur fecal-oral. Penyebaran
demam typhoid dari orang ke orang sering terjadi pada lingkungan yang tidak higienis dan pada
lingkungan dengan jumlah penduduk yang padat, hal ini dikarenakan pola penyebaran kuman
S.typhi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi biasanya melalui feses penderita.
Sepeti yang sudah disebutkan, transmisi terjadi melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi salmonella thypi yang masuk ke dalam tubuh manusia. Bila terpapar S. Thypi
sebanyak 105, potensi serangan relatif ringan dengan masa inkubasi yang panjang. Dengan
meningkatnya organisme atau > 109 potensi serangan meningkat menjadi 95% dengan masa
inkubasi yang lebih singkat. Transmisi di negara berkembang terjadi secara water-borne dan
food-borne.
Demam typhoid bisa terjadi pada setiap orang, namun lebih banyak diderita oleh anak-anak dan
orang muda. Demam tifoid pada umumnya menyerang penderita kelompok umur 5 30 tahun,
laki laki sama dengan wanita resikonya terinfeksi. Jarang pada umur dibawah 2 tahun maupun
diatas 60. Pada anak-anak hal ini dikarenakan antibodi yang belum terbentuk sempurna dan dari
segi sosial, pola makanan anak-anak tidak baik yang didapat di lingkungan. Pada populasi orang
muda, penyebaran demam typhoid dapat disebabkan oleh kebiasaan makan yang tidak
mempertimbangkan faktor kebersihan dan tidak terbiasanya mencuci tangan sebelum makan.
Faktor resiko lainnya adalah orang dengan status imunocompromised dan orang dengan produksi
asam lambung yang terdepresi baik dibuat, misalnya pada pengguna antasida, H2 blocker, PPI,
maupun didapat, misalnya orang dengan achlorhydia akibat proses penuaan.
PATOFISIOLOGI
Masuknya kuman Salmonella typhi (S.Typhi) dan Salmonella parathypi (S.Parathypi) ke dalam
tubuh manusia terjadi melalui mekanisme makanan yang terkontaminasi kuman. Sebagian
kuman dimusnahkan dalam lambung, sebagian lolos masuk ke dalam usus dan selanjutnya
berkembang biak. Bila respon imunitas humoral mukosa (IgA) usus kurang baik, maka kuman
akan menembus sel-sel epitel (terutama sel M) dan selanjutnya ke lamina propria. Di lamina
propria kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit terutama oleh makrofag.
Kuman dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya dibawa ke plak
Peyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika. Selanjutnya melalui
duktus torasikum kuman yang terdapat pada makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah
(mengakibatkan bakterimia pertama yang asimptomatik) dan menyebar ke seluruh organ
retikuloendothelial tubuh terutama di hati dan limfa. Di organ ini kuman meninggalkan sel-sel
fagosit dan kemudian berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke
dalam sirkulasi darah lagi sehingga mengakibatkan bakterimia kedua kalinya dengan disertai
tanda-tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik.
Di dalam hati, kuman masuk ke dalam kandung empedu, berkembang biak, dan bersama cairan
empedu diekskresikan secara intermiten ke lumen usus. Sebagian kuman dikeluarkan melalui
feses dan sebagian masuk lagi ke dalam sirkulasi setelah menembus usus. Proses yang sama
terulang kembali, berhubung makrofag telah teraktivasi dan hiperaktif maka saat fagositosis
kuman Salmonella terjadi pelepasan beberapa mediator inflamasi yang selanjutnya akan
menimbulkan gejala reaksi inflamasi sistemik seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala,
sakit perut, instabilitas vaskuler, gangguan mental, dan koagulasi.
Di dalam plak Peyeri makrofag hiperaktif menimbulkan reaksi hiperplasia jaringan. Perdarahan
saluran cerna dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah sekitar plak Peyeri yang sedang
mengalami nekrosis dan hiperplasia akibat akumulasi sel-sel mononuklear di dinding usus.
Proses patologi jaringan limfoid ini dapat berkembang hingga ke lapisan otot, serosa usus, dan
dapat menghasilkan perforasi. Endotoksin dapat menempel di reseptor sel endotel kapiler dengan
akibat timbulnya komplikasi seperti gangguan neuropsikiatrik, kardiovaskular, pernafasan, dan
gangguan organ lainnya.
DIAGNOSIS
Diagnosis demam tifoid didasarkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang berupa pemeriksaan laboratorium.
Manifestasi Klinis
Menifestasi klinis demam tifoid sangat luas dan bervariasi, dari manifestasi yang atipikal hingga
klasik, dari yang ringan hingga complicated. Penyakit ini memiliki kesamaan dengan penyakit
demam yang lainnya terutama pada minggu pertama sehingga sulit dibedakan, maka untuk
menegakkan diagnosa demam tifoid perlu ditunjang pemeriksaan laboratorium penunjang.
Demam tifoid pada umumnya menyerang penderita kelompok umur 5 30 tahun, laki laki
sama dengan wanita resikonya terinfeksi. Jarang pada umur dibawah 2 tahun maupun diatas 60.
Masa inkubasinya umumnya 3-60 hari.
Manifestasi klinis secara umum bekaitan dengan perjalanan infeksi kuman.
1. Panas badan. Pada demam typhoid, pola panas badan yang khas adalah tipe step ladder pattern
dimana peningkatan panas terjadi secara perlahan-lahan, terutama pada sore hingga malam hari.
Biasanya pada saat masuk rumah sakit didapatkan keluhan utama demam yang diderita kurang
lebih 5-7 hari yang tidak berhasil diobati dengan antipiretika.
2. Lidah tifoid. Pada pemeriksaan fisik, lidah tifoid digambarkan sebagai lidah yang kotor pada
pertengahan, sementara hiperemi pada tepinya, dan tremor apabila dijulurkan.
3. Bradikardi relatif. Pada penderita tifoid peningkatan denyut nadi tidak sesuai dengan
peningkatan suhu, dimana seharusnya peningkatan 10C diikuti oleh peningkatan denyut nadi
sebanyak 8 kali/menit. Bradikardi relatif adalah keadaan dimana peningkatan suhu 10C diikuti
oleh peningkatan nadi 8 kali/menit.
4. Gejala saluran pencernaan (anoreksia, mual, muntah, obstipasi, diare, perasaan tidak enak di
perut dan kembung, meteorismus).
5. Hepatosplenomegali.
6. Gejala infeksi akut lainnya ( nyeri kepala, pusing, nyeri otot, batuk, epistaksis).
7. Gangguan mental berupa somnolen, stupor, koma, delirium, atau psikosis.
Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan hematologi rutin didapatkan leukopeni atau leukopeni relatif, kadang kadang
dapat juga terjadi leukositosis, neutropeni, limfositosis, aneosinofilia, dengan atau tanpa
penurunan hemoglobin (anemia) bergantung pada komplikasi yang melibatkan perdarahan
saluran cerna, dengan hematokrit, trombosit dalam rentangan normal atau dapat terjadi
trombositopenia. Laju endap darah juga dapat meningkat. Dari pemeriksaan kimia darah
ditemukan peningkatan SGOT/SGPT.
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap kuman Salmonella typhi. Uji
widal dikatakan bernilai bila terdapat kenaikan titer widal 4 kali lipat (pada pemeriksaan ulang 5-
7 hari) atau titer widal O > 1/320, titer H > 1/60 (dalam sekali pemeriksaan)
Gall kultur dengan media carr empedu merupakan diagnosa pasti demam typhoid bila hasilnya
positif, namun demikian, bila hasil kultur negatif belum menyingkirkan kemungkinan typhoid,
karena beberapa alasan, yaitu pengaruh pemberian antibiotika, sampel yang tidak mencukupi.
Sesuai dengan kemampuan SDM dan tingkat perjalanan penyakit demam tifoid, maka diagnosis
klinis demam tifoid diklasifikasikan atas:
1. Possible Case
Dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan gejala demam, gangguan saluran cerna,
gangguan pola buang air besar dan hepato/splenomegali. Sindrom demam tifoid belum lengkap.
Diagnosis ini hanya dibuat pada pelayanan kesehatan dasar.
2. Probable Case
Telah didapatkan gejala klinis lengkap atau hampir lengkap, serta didukung oleh gambaran
laboraorium yang menyokong demam tifoid (titer widal O > 1/160 atau H > 1/160 satu kali
pemeriksaan).
3. Definite Case
Diagnosis pasti, ditemukan S. Thypi pada pemeriksaan biakan atau positif S.Thypi pada
pemeriksaan PCR atau terdapat kenaikan titer Widal 4 kali lipat (pada pemeriksaan ulang 5-7
hari) atau titer widal O > 1/320, H > 1/640 (pada pemeriksaan sekali).
PENATALAKSANAAN
Prinsip penatalaksanaan demam tifoid masih menganut trilogi penatalaksanaan yang meliputi :
istirahat dan perawatan, diet dan terapi penunjang (baik simptomatik maupun suportif), serta
pemberian antimikroba. Selain itu diperlukan pula tatalaksana komplikasi demam tifoid yang
meliputi komplikasi intestinal maupun ekstraintestinal.
I. Istirahat dan Perawatan
Bertujuan untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Tirah baring dengan
perawatan dilakukan sepenuhnya di tempat seperti makan, minum, mandi, dan BAB/BAK. Posisi
pasien diawasi untuk mencegah dukubitus dan pnemonia orthostatik serta higiene perorangan
tetap perlu diperhatikan dan dijaga.
II. Diet dan Terapi Penunjang
Mempertahankan asupan kalori dan cairan yang adekuat.
a. Memberikan diet bebas yang rendah serat pada penderita tanpa gejala meteorismus, dan diet
bubur saring pada penderita dengan meteorismus. Hal ini dilakukan untuk menghindari
komplikasi perdarahan saluran cerna dan perforasi usus. Gizi penderita juga diperhatikan agar
meningkatkan keadaan umum dan mempercepat proses penyembuhan.
b. Cairan yang adequat untuk mencegah dehidrasi akibat muntah dan diare.
c. Primperan (metoclopramide) diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah dengan dosis 3
x 5 ml setiap sebelum makan dan dapat dihentikan kapan saja penderita sudah tidak mengalami
mual lagi.
III. Pemberian Antimikroba
Obat obat antimikroba yang sering digunakan dalam melakukan tatalaksana tifoid adalah:
Pada demam typhoid, obat pilihan yang digunakan adalah chloramphenicol dengan dosis 4 x 500
mg per hari dapat diberikan secara oral maupun intravena, diberikan sampai dengan 7 hari bebas
panas. Chloramphenicol bekerja dengan mengikat unit ribosom dari kuman salmonella,
menghambat pertumbuhannya dengan menghambat sintesis protein. Chloramphenicol memiliki
spectrum gram negative dan positif. Efek samping penggunaan klorampenikol adalah terjadi
agranulositosis. Sementara kerugian penggunaan klorampenikol adalah angka kekambuhan yang
tinggi (5-7%), penggunaan jangka panjang (14 hari), dan seringkali menyebabkan timbulnya
karier.
Tiamfenikol, dosis dan efektifitasnya pada demam tofoid sama dengan kloramfenikol yaitu 4 x
500 mg, dan demam rata-rata menurun pada hari ke-5 sampai ke-6. Komplikasi hematologi
seperti kemungkinan terjadinya anemia aplastik lebih rendah dibandingkan dengan
kloramfenikol.
Ampisillin dan Amoksisilin, kemampuan untuk menurunkan demam lebih rendah dibandingkan
kloramfenikol, dengan dosis 50-150 mg/kgBB selama 2 minggu.
Trimetroprim-sulfamethoxazole, (TMP-SMZ) dapat digunakan secara oral atau intravena pada
dewasa pada dosis 160 mg TMP ditambah 800 mg SMZ dua kali tiap hari pada dewasa.
Sefalosforin Generasi Ketiga, yaitu ceftriaxon dengan dosis 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc
diberikan selama jam perinfus sekali sehari, diberikan selama 3-5 hari.
Golongan Flurokuinolon (Norfloksasin, siprofloksasin). Secara relatif obat obatan golongan ini
tidak mahal, dapat ditoleransi dengan baik, dan lebih efektif dibandingkan obat obatan lini
pertama sebelumnya (klorampenicol, ampicilin, amoksisilin dan trimethoprim-
sulfamethoxazole). Fluroquinolon memiliki kemampuan untuk menembus jaringan yang baik,
sehingga mampu membunuh S. Thypi yang berada dalam stadium statis dalam
monosit/makrophag dan dapat mencapai level obat yang lebih tinggi dalam gallblader dibanding
dengan obat yang lain. Obat golongan ini mampu memberikan respon terapeutik yang cepat,
seperti menurunkan keluhan panas dan gejala lain dalam 3 sampai 5 hari. Penggunaan obat
golongan fluriquinolon juga dapat menurunkan kemungkinan kejadian karier pasca pengobatan.
Kombinasi 2 antibiotik atau lebih diindikasikan pada keadaan tertentu seperti toksik tifoid,
peritonitis atau perforasi, serta syok septik. Pada wanita hamil, kloramfenikol tidak dianjurkan
pada trimester ke-3 karena menyebabkan partus prematur, kematian fetus intrauterin, dan grey
syndrome pada neonatus. Tiamfenikol tidak dianjurkan pada trimester pertama karena memiliki
efek teratogenik. Obat yang dianjurkan adalah ampisilin, amoksisilin, dan ceftriaxon.

Anda mungkin juga menyukai