Anda di halaman 1dari 1

Penulis: Selinawati, TD. (dkk), 2003.

Penelitian emisi gas buang pada pembakaran briket batubara untuk mekanisme proses
pembakaran sangatlah komplek, hal ini terjadi karena bahan bakar memiliki komposisi kimia
dan fisika yang komplek dan dibakar pada kondisi yang tidak terkontrol. Pembakaran terjadi
saat bahan bakar fosil (arang kayu dan briket batu bara) bereaksi dengan oksigen dari udara
dan menghasilkan panas. Penelitian dilakukan untuk mengetahui tingkat emisi dari
pemakaian briket batubara pada industri kecil, sehingga diperoleh gambaran mengenai
dampak pencemaran udara. Metodologi meliputi: pengumpulan dan analisis data, analisis
laboratorium, dan evaluasi data serta penyusunan laporan.
Dari analisis proksimat menunjukkan bahwa kandungan air lembap dari bahan bakar yang
digunakan cukup rendah (5,46 - 11,81%). Analisis kadar abu pada penelitian ini (1,43 -
22,34%), Nilai terendah ditunjukkan arang kayu (AK) dan tertinggi oleh briket sekam kayu
(BS), ini terjadi karena bahan asal kayu umumnya berkadar abu rendah (+ 12%) sedang
sekam kayu (+ 20-25%). Hasil analisis ultimat yang meliputi penentuan unsurunsur suatu
bahan seperti C,H,O,N dan S, unsur C,H dan O merupakan parameter penentu dalam proses
pembakaran, hasil yang diperoleh antara 48,27 - 78,84%; 3,42-5,69% dan 15,35 - 26,90%,
sedang unsur S dan N merupakan parameter yang berpengaruh dalam pencemaran
lingkungan, karena dalam pembakaran akan terbentuk gas SO2 dan NOx. Hasil analisis
tungku, menunjukkan bahwa suhu tertinggi rata-rata tungku dengan briket bagas (BB)
mencapai 550
o
C, Briket Lampung (BL) 380
o
C, dan tiga bahan lainnya yaitu BS, BT (briket
Tanjung Enim) dan AK, suhu tertinggi rata-rata dicapai +250
o
C. Hal ini sesuai kondisi suhu
air rata-rata pada tungku yang digunakan bahan bakar batubara lebih cepat naik dibanding
dengan bahan bakar lainnya. Hasil pantauan emisi gas buang pembakaran briket batu bara
dan arang kayu pada ketinggian 50cm dan 200cm (tinggi optimum pada percobaan) ,tungku
menunjukkan bahwa dari proses pembakaran arang kayu sebagai bahan bakar tidak terdeteksi
adanya gas SO2 baik pada ketinggian 50cm maupun 200cm.
Semua bahan bakar briket yang digunakan dalam penelitian menghasilkan SO2 dipermulaan
pembakaran (0 - 20 menit) dengan suhu tungku antara 150 - 600oC. selanjutnya kadar SO2
berfluktuasi sampai menit ke 65. Namun setelah menit ke 70 semua bahan bakar yang
digunakan untuk proses pembakaran tidak menunjukkan kandungan SO2, untuk BB dan BS
telah melampaui BME, sedang BL dan BT masih berada di bawah BME (300 mg/m3) dan
emisi Nox dan CO untuk semua bahan bakar yang diteliti masih berada di bawah BME.***

Anda mungkin juga menyukai