Anda di halaman 1dari 8

SEJARAH PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

A. Sejarah Lahirnya Pancasila sebagai Dasar Negara


Kedudukan pokok Pancasila bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)adalah
sebagai dasar negara. Pernyataan demikian berdasarkan ketemtuan Pembukaan UUD 1945
yang menyatakan sebagai berikut :maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia
itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia dan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusywaratan perwakilan,
serta dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kata berdasarkan tersebut secara jelas menyatakan bahwa Pancasila merupakan dasar dari
NKRI. Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara ini merupakan kedudukan yuridis formal
oleh karena tertuang dalam ketentuan hukum negara, dalam hal ini UUD 1945 pada
Pembukaan Alenia IV. Secara historis pula dinyatakan bahwa Pancasila yang dirumuskan
oleh para pendiri bangsa (the founding fathers) itu dimaksudkan untuk menjadi dasarnya
Indonesia merdeka.
Pancasila sebagai dasar negara mengandung makna bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila menjadi dasar atau pedoman bagi penyelenggaraan bernegara. Pancasila sebagai
dasar negara berarti nilai-nilai Pancasila menjadi pedoman normatif bagi penyelenggaraan
bernegara.
Konsekuensi dari rumusan demikian berarti seluruh pelaksanaan dan penyelenggaraan
pemerintah negara Indonesia termasuk peraturan perundang-undangan merupakan
pencerminan dari nilai-nilai Pancasila. Penyelenggaraan bernegara mengacu dan memiliki
tolok ukur, yaitu tidak boleh menyimpang dari nilai-nilai Ketuhanan, nilai Kemanusiaan, nilai
Persatuan, nilai Kerakyatan, dan nilai Keadilan.
B. Pengertian Pancasila Sebagai Ideologi Nasional
Ideologi berasal dari kata ideo artinya cita-cita,gagasan,konsep pengertian dasar, cita-cita.
dan logy berarti: pengetahuan, ilmu dan paham. Dalam pengertian sehari-hari, idea
disamakan artinya dengan cita-cita. Cita-cita yang dimaksud adalah cita-cita yang bersifat
tetap yang harus dicapai sehingga cita-cita itu sekaligus merupakan dasar atau
pandangan/paham. Hubungan manusia dan cita-ctanya disebut dengan ideologi. Ideologi
berisi seperangkat nilai, dimana nilai-nilai itu menjadi cita-citanya atau manusia bekerja dan
bertindak untuk mencapai nilai-nilai tersebut. Ideologi yang pada mulanya berisi seperangkat
gagasan, dan cita-cita berkembang secara luas menjadi suatu paham menngenai seperangkat
nilai atau pemikiran yang dipegang oleh seseorang atau sekelompok orang untuk menjadi
pegangan hidup.
Adapun ideologi negara itu ternasuk dalam golongan pengetahuan sosial, dan tepatnya dapat
digolongkan kedalam ilmu politik atau political sciences sebagai anak cabangnya. Bila kita
terapakan rumusan ini pada Pancasila dengan definisi-definisi filsafat dapat kita simpulkan,
maka Pancasila itu ialah hasil usaha pemikiran manusia untuk mencari kebenaran, kemudian
sampai mendekati atau menggangggap suatu kesanggupan yang digenggamnya seirama
dengan ruang dan waktu. Hasil pemikiran manusia Indonesia yang sungguh-sungguh secara
sistematis radikal itu kemudian dituangkan dalam suatu rangkaian kalimat yang mengandung
satu pemikiran yang bermakna bulat dan utuh untuk dijadikan dasar, asas dan pedoman atau
norma hidup dan kehidupan bersama dalam rangka perumusan satu negara Indonesia
merdeka, yang diberi nama Pancasila.
C. Cita- Cita, Tujuan dan Visi Negara Indonesia
Bangsa Indonesia bercita-cita mewujudkan negara yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Dengan rumusan singkat, negara Indonesia bercita-cita mewujudkan masyarakat Indonesia
yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Hal ini sesuai dengan amanat
dalam Alenia II Pembukaan UUD 1945 yaitu negara Indonesia yang merdeka, bersatu,
berdaulat adil dan makmur.
Tujuan Negara Indonesia selanjutnya terjabar dalam alenia IV Pembukaan UUD 1945. Secara
rinci sbagai berikut :
1. Melindungi seganap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.
2. Memajukan kesejahteraan umum.
3. Mencerdaskan Kehidupan bangsa.
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial
Adapun visi bangsa Indonesia adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai ,
demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera, dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman,
bertakwa dan berahklak mulia, cita tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan,
mengausai ilmu pengetahuandan teknologi, serta memiliki etos kerja yang tinggi serta
berdisiplin.
Ideologi dan dasar negara kita adalah Pancasila. Pancasila terdiri dari limasila. Kelima sila itu
adalah: Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusayawaratan
perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Untuk mengetahui latar
belakang atau sejarah Pancasila dijadikan ideologi atau dasar negara coba baca teks
Proklamasi berikut ini.
Sebelum tanggal 17 Agustus bangsaIndonesiabelum merdeka. BangsaIndonesiadijajah oleh
bangsa lain. Banyak bangsa-bangsa lain yang menjajah atau berkuasa diIndonesia, misalnya
bangsa Belanda, Portugis, Inggris, dan Jepang. Paling lama menjajah adalah bangsa Belanda.
Padahal sebelum kedatangan penjajah bangsa asing tersebut, di wilayah negara RI terdapat
kerajaan-kerajaan besar yang merdeka, misalnya Sriwijaya, Majapahit, Demak,
Mataram,Ternate, dan Tidore. Terhadap penjajahan tersebut, bangsaIndonesiaselalu
melakukan perlawanan dalam bentuk perjuangan bersenjata maupun politik.
Perjuangan bersenjata bangsaIndonesia dalam mengusir penjajah.
Dalam hal ini, Belanda, sampai dengan tahun 1908 boleh dikatakan selalu mengalami
kegagalan.
Penjajahan Belanda berakhir pada tahun 1942, tepatnya tanggal 8 Maret.
Sejak saat ituIndonesiadiduduki oleh bala tentara Jepang. Namun Jepang tidak terlalu lama
mendudukiIndonesia. Mulai tahun 1944, tentara Jepang mulai kalah dalam melawan tentara
Sekutu. Untuk menarik simpati bangsaIndonesiaagar bersedia membantu Jepang dalam
melawan tentara Sekutu, Jepang memberikan janji kemerdekaan di kelak kemudian hari. Janji
ini diucapkan oleh Perdana Menteri Kaiso pada tanggal7 September 1944. Oleh karena terus
menerus terdesak, maka pada tanggal 29 April 1945 Jepang memberikan janji kemerdekaan
yang kedua kepada bangsa Indonesia, yaitu janji kemerdekaan tanpa syarat yang dituangkan
dalam Maklumat Gunseikan (Pembesar Tertinggi Sipil dari Pemerintah Militer Jepang di
Jawa dan Madura).
Dalam maklumat itu sekaligus dimuat dasar pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Tugas badan ini adalah menyelidiki dan mengumpulkan usul-usul untuk selanjutnya
dikemukakan kepada pemerintah Jepang untuk dapat dipertimbangkan bagi
kemerdekaanIndonesia.
Keanggotaan badan ini dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, dan mengadakan sidang pertama
pada tanggal 29 Mei 1945 1 Juni 1945. Dalam sidang pertama ini yang dibicarakan khusus
mengenai calon dasar negara untukIndonesiamerdeka nanti. Pada sidang pertama itu, banyak
anggota yang berbicara, dua di antaranya adalah Muhammad Yamin dan Bung Karno, yang
masing-masing mengusulkan calon dasar negara untukIndonesiamerdeka. Muhammad Yamin
mengajukan usul mengenai dasar negara secara lisan yang terdiri ataslimahal, yaitu:
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
Selain itu Muhammad Yamin juga mengajukan usul secara tertulis yang juga terdiri atas lima
hal, yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan,
dalam Permusyawaratan/Perwakilan.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Usulan ini diajukan pada tanggal 29 Mei 1945, kemudian pada tanggal 1 Juni 1945, Bung
Karno mengajukan usul mengenai calon dasar negara yaiyu:
1. Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)
2. Internasionalisme (Perikemanusiaan)
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang Berkebudayaan
Kelima hal ini oleh Bung Karno diberi nama Pancasila.
Lebih lanjut Bung Karno mengemukakan bahwa kelima sila tersebut dapat diperas menjadi
Trisila, yaitu:
1. Sosio nasionalisme
2. Sosio demokrasi
3. Ketuhanan
Berikutnya tiga hal ini menurutnya juga dapat diperas menjadi Ekasila yaitu Gotong Royong.
Selesai sidang pertama, pada tanggal 1 Juni 1945 para anggota BPUPKI sepakat untuk
membentuk sebuah panitia kecil yang tugasnya adalah menampung usul-usul yang masuk
dan memeriksanya serta melaporkan kepada sidang pleno BPUPKI. Tiap-tiap anggota diberi
kesempatan mengajukan usul secara tertulis paling lambat sampai dengan tanggal 20 Juni
1945. Adapun anggota panitia kecil ini terdiri atas delapan orang, yaitu:
1. Ir. Soekarno
2. Ki Bagus Hadikusumo
3. K.H. Wachid Hasjim
4. Mr. Muh. Yamin
5. M. Sutardjo Kartohadikusumo
6. Mr. A.A. Maramis
7. R. Otto Iskandar Dinata
8. Drs. Muh. Hatta
Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara Panitia Kecil, dengan para
anggota BPUPKI yang berdomisili di Jakarta.
Hasil yang dicapai antara lain disetujuinya dibentuknya sebuah Panitia Kecil Penyelidik
Usul-Usul/Perumus Dasar Negara, yang terdiri atas sembilan orang, yaitu:
1.Ir.Soekarno.
2. Drs. Muh. Hatta.
3. Mr. A.A. Maramis..
4. K.H. Wachid Hasyim.
5. Abdul Kahar Muzakkir.
6. Abikusno Tjokrosujoso.
7. H. Agus Salim.
8. Mr. Ahmad Subardjo.
9. Mr. Muh. Yamin.
Panitia Kecil yang beranggotakan sembilan orang ini pada tanggal itu juga melanjutkan
sidang dan berhasil merumuskan calon Mukadimah Hukum Dasar, yang kemudian lebih
dikenal dengan sebutan Piagam Jakarta.
Dalam sidang BPUPKI kedua, tanggal 10-16 juli 1945, hasil yang dicapai adalah
merumuskan rancangan Hukum Dasar. Sejarah berjalan terus. Pada tanggal 9 Agustus
dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pada tanggal 15 Agustus 1945
Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, dan sejak saat itu Indonesia kosong dari
kekuasaan. Keadaan tersebut dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para pemimpin
bangsa Indonesia, yaitu dengan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 17
Agustus 1945. Sehari setelah proklamasi kemerdekaan PPKI mengadakan sidang, dengan
acara utama (1) mengesahkan rancangan Hukum Dasar dengan preambulnya
(Pembukaannya) dan (2) memilih Presiden dan Wakil Presiden.
Untuk pengesahan Preambul, terjadi proses yang cukup panjang. Sebelum mengesahkan
Preambul, Bung Hatta terlebih dahulu mengemukakan bahwa pada tanggal 17 Agustus 1945
sore hari, sesaat setelah Proklamasi Kemerdekaan.Ada utusan dariIndonesia bagian timur
yang mengutusnya.
Intinya, rakyat Indonesia bagian Timur mengusulkan agar pada alinea keempat preambul, di
belakang kata ketuhanan yang berbunyi dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya dihapus. Jika tidak maka rakyatIndonesiabagian Timur lebih baik
memisahkan diri dari negara RI yang baru saja diproklamasikan. Usul ini oleh Muh. Hatta
disampaikan kepada sidang pleno PPKI, khususnya kepada para anggota tokoh-tokoh Islam,
antara lain kepada Ki Bagus Hadikusumo, KH. Wakhid Hasyim dan Teuku Muh. Hasan.
Muh. Hatta berusaha meyakinkan tokoh-tokoh Islam, demi persatuan dan kesatuan bangsa.

Selaku Ideologi Nasional, Pancasila Memiliki Beberapa Dimensi :
a. Dimensi Idealitas artinya ideologi Pancasila mengandung harapan-harapan dan cita-cita di
berbagai bidang kehidupan yang ingin dicapai masyarakat.
b. Dimensi Realitas artinya nilai-nilai dasar yang terkandung di dalamnya bersumber dari
nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat penganutnya, yang menjadi milik mereka bersama
dan yang tak asing bagi mereka.
c. Dimensi normalitas artinya Pancasila mengandung nilai-nilai yang bersifat mengikat
masyarakatnya yang berupa norma-norma atauran-aturan yang harus dipatuhi atau ditaati
yang sifatnya positif.
d. Dimensi Fleksilibelitas artinya ideologi Pancasila itu mengikuti perkembangan jaman,
dapat berinteraksi dengan perkembangan jaman, dapat mengikuti perkembangan ilmu dan
teknologi, bersifat terbuka dan demokratis.
Pancasila dan kelima silanya merupakan kesatuan yang bulat dan utuh, sehingga pemahaman
dan pengalamannya harus mencakup semua nilai yang terkandung di dalamnya.


Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, mengandung nilai sprituil yang memberikan kesempatan
seluas-luasnya kepada semua pemeluk agama dan kepercayaan terhadap Tuhan YME
sehingga atheis tidak berhak hidup di bumi Indonesia.
Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, mengandung nilai satu derajat, sama hak dan
kewajiban, serta bertoleransi dan saling mencintai.
Sila Persatuan Indonesia, mengandung nilai kebersamaan, bersatu dalam memerangi
penjajah dan bersatu dalam mengembangkan negara Indonesia.
Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, mengandung nilai kedaulatan berada di tangan rakyat atau
demokrasi yang dijelmakan oleh persatuan nasional yang rill dan wajar.
Sila Keadiilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, mengandung sikap adil, menghormati
hak orang lain dan bersikap gotong royong yang menjadi kemakmuran masyarakat secara
menyeluruh dan merata.

Tahap Perkembangan Pancasila
Menurut Asvi Warman Adam, mulai dari penggagasan ide tentang Pancasila hingga Pancasila
itu terbentuk dibagi dalam empat tahap yang melewati beberapa pemerintahan di Indonesia.
Beliau menyebutnya sebagai Empat Gelombang Pancasila, gelombang pertama adalah saat
penciptaan, gelombang kedua adalah masa perdebatan, gelombang ketiga dilakukan rekayasa
dan gelombang keempat adalah penemuan kembali.
Pada gelombang pertama ini Soekarno dan beserta anggota Tim Sembilan merumuskan
tentang dasar negara yangb kemudian akan dicantumkan dalam Pembukaan UUD 1945. Dalam
pembukaan tersebut dicantumkan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya. Namun Hatta kemudian menerima pesan bahwa masyarakat Indonesia
Timur keberatan akan tujuh kata tersebut dan tidak bersedia bergabung dalam Indonesia
jika itu tetap dicantumkan. Setelah dirundingkan kembali, tujuh kata tersebut dihilangkan
dan disempurnakan dalam Ketuhanan yang Maha Esa yang dapat meng-cover agama-agama
yang ada di belahan timur, tengah maupun barat. UUD 1945 kemudian disahkan pada 18
Agustus 1945 tanpa mempermasalahkan lagi syariat islam.
Pada gelombang kedua, tahun 1955 dibentuk badan KOnstituante yang akan merancang
kembali PAncasila. Dinamakan masa perdebatan karena hal utama yang diperdebatkan adalah
apakah Pancasila sebagai dasar negara atau ideologoi lain. Partai islam serta beberapa tokoh
islam seperti Hamka mengajukan islam sebagai dasar negara sementara partai nasionalis tetap
mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara. Oleh Soekarno, akhirnya badan
Konstituante dibubarkan pada tanggal 1 Juli 1959 dan Indonesia kembali berdasar kepada
Pancasila.
Pada Masa Rekayasa, nilai-nilai Pancasila direduksi pada masa pemerintaha Soeharto.
Pancasila. Pancasila dijadikan sebagai asas tunggal untuk setiap organisasi masyarakat dan
partai politik. TAP MPR tentang Penataran Pancasila yang dikeluarkam pada tahun 1978
dikampanyekan secara nasional keseluruh elemen pemerintahan dan pendidikan. Pancasila
hanya dijadikan sebagai objek hafalan dan hasil dari penataran yang dilakukan selama 10
tahun itu tidak memiliki hasil yang jelas.
Pada Masa Penemuan Kembali, BP7 (Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) dibubarkan, sedangkan penataran P4 (Pedoman
Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) dihapuskan. Pancasila tetap diajarkan dalam sekolah
dan perguruan tinggi. Hari lahir Pancasila yang pada masa pemerintahan Soeharto dilarang,
mulai diperingati kembali. Ancaman ekonomi dan perpecahan antar-elemen masyarakat
kembali merujuk pada sesuatu yang dapat merekatkan persatuan dan kesatuan yakni
Pancasila.
Untuk menemukan kembali nilai-nilai Pancasila yang semakin hari semakin tereduksi oleh
globalisasi dan liberalisasi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Menurut Talcott
Parsons dalam bukunya Social System ada empat paradigma fungsi yang harus dilakukan
oleh masyarakat untuk tetap eksis dan lestari.
Pertama, pattern maintenance, kemampuan memelihara sistem nilai budaya yang dianut karena
budaya adalah endapan perilaku manusia. Budaya masyarakat itu akan berubah karena
terjadi transformasi nilai dari masyarakat terdahulu ke masyarakat kemudian, tetapi dengan
tetap memelihara nilai-nilai yang dianggapnya luhur, karena tanpa hal itu akan terbentuk
masyarakat baru yang lain.
Kedua, kemampuan masyarakat beradaptasi dengan dunia yang berubah dengan cepat. Sejarah
membuktikan banyak peradaban masyarakat yang telah hilang karena tidak mampu
beradaptasi dengan perubahan dunia. Masyarakat yang mampu menyesuaikan diri dengan
perubahan serta memanfaatkan peluang yang timbul akan unggul.
Ketiga, adanya fungsi integrasi dari unsur-unsur masyarakat yang beragamsecara terus-menerus
sehingga terbentuk kekuatan sentripetal yang kian menyatukan masyarakat itu.
Keempat, masyarakat perlu memiliki goal attainment atau tujuan bersama yang dari masa ke
masa bertransformasi karena terus diperbaiki oleh dinamika masyarakatnya dan oleh para
pemimpinnya. ( Husodo, Siswono Yudo. 2005. Pancasila dan Keberlanjutan NKRI. Kompas,
2 Juli.)



SEJARAH PEMIKIRAN DAN PERKEMBANGAN PANCASILA DI MASA ORDE
LAMA, ORDE BARU DAN REFORMASI
Di setiap masa, pancasila mengalami perkembangan terutama dalam mengartikan Pancasila
itu sendiri. Pada masa orde lama yaitu pada masa kekuasaan presiden Soekarno, Pancasila
mengalami ideologisasi. Pada masa ini pancasila berusaha untuk dibangun, dijadikan sebagai
keyakinan, kepribadian bangsa Indonesia. Presiden Soekarno, pada masa itu menyampaikan
ideologi Pancasila berangkat dari mitologi atau mitos, yang belum jelas bahwa pancasila
dapat mengantarkan bangsa Indonesia ke arah kesejahteraan. Tetapi Soekarno tetap berani
membawa konsep Pancasila ini untuk dijadikan ideologi bangsa Indonesia.
Soekarno di dalam menjalankan Pancasila tidak berjalan dengan mudah. Banyak tantangan
yang dihadapi, yaitu muncul dari kelompok nasionalis-religius yang belum menerima
Pancasila. Mereka masih menginginkan sila pertama dari Pancasila adalah Ketuhanan
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya. Dan yang paling
besar menolak Pancasila adalah Kahar Muzakar, yang selanjutnya memberntuk DI/TII
sebagai perlawanan terhadap pemerintah dan untuk menjadikan negara Indonesia sebagai
negara Islam.
Selain itu, kelompok nasionalis-komunis, PKI, yang menginginkan negara Indonesia menjadi
negara komunis. PKI menganggap tuhan tidak ada. Sedangkan negara Indonesia mengakui
keberagaman agama yang ada di Indoensia. Ini berarti negara Indonesia percaya adanya
tuhan. Tetapi di dalam perkembangannya, Presiden Soekarno lebih cenderung ke komunis
dan tidak lagi bersifat nasionalis. Ini menjadi salah satu bukti penyelewengan Soekarno
terhadap Pancasila. Penyelewengan yang lain adalah Soekarno menerapkan Demokrasi
terpimpin, yaitu kekuasaan pemerintahan ada di tangan Soekarno. Padahal demokrasi yang
benar adalah demokrasi yang dipegang dan dikendalikan oleh rakyat bukan oleh penguasa.
Dan juga Soekarno mengeluarkan pernyataan bahwa presiden menjabat seumur hidup. Ini
berarti negara Indonesia akan mengalami keotoriterian seorang penguasa.
Pada masa orde baru, yaitu kepemimpinan Presiden Soeharto, Pancasila dijadikan sebagai
indoktrinasi. Pancasila dijadikan oleh Soeharto sebagai alat untuk melanggengkan
kekuasaannya. Ada beberapa metode yang digunakan dalam indoktrinasi Pancasila, yaitu
pertama, melalui ajaran P4 yang dilakukan di sekolah-sekolah, melalui pembekalan atau
seminar. Kedua, asas tunggal, yaitu Soeharto membolehkan rakyat untuk membentuk
organisasi tetapi harus berasaskan Pancasila yang merupakan Pancasila versi Soeharto.
Ketiga, stabilisasi yaitu Soeharto melarang adanya kritikan yang dapat menjatuhkan
pemerintah. Jadi Soeharto beranggapan bahwa kritik terhadap pemerintah menyebabkan
ketidakstabilan di dalam negara. Dalam menstabilkannya, Soeharto menggunakan kekuatan
militer sehingga tidak ada yang berani untuk mengkritik pemerintah. Maka muncul
penentang-penentang terhadap Pancasila, yaitu mereka lebih ke gerakan bawah tanah. Dan
penentangnya hampir sama dengan penentang di masa orde lama. Salah satunya kelompok
komunis.
Soeharto dalam menjalankan Pancasila melakukan beberapa penyelewengan, yaitu Soeharto
menerapkan demokrasi sentralistik, demokrasi yang berpusat di tangan pemerintah. Selain
itu, Soeharto memegang kendali terhadap lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif sehingga
peraturan yang dibuat harus sesuai dengan persetujuan Soeharto. Dan juga Soeharto
melemahkan aspek-aspek demokrasi terutama pers karena dapat membahayakan kekuasaan
Soeharto. Maka Soeharo membentuk Departemen penerangan atau lembaga sensor secara
besar-besaran agar setiap berita yang dimuat di media tidak menjatuhkan pemerintah.
Penyelewengan yang lain adalah Soeharto melanggengkan korupsi, kolusi dan nepotisme
sehingga pada masa ini banyak pejabat negara yang melakukan korupsi dan juga pada masa
ini negara Indoensia mengalami krisis moneter.
Sedangkan pada masa reformasi, Pancasila sebagai re-interprestasi, yaitu Pancasila harus
selalu di interprestasikan kembali sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam
menginterprestasikannya harus relevan dan kontekstual. Berarti harus sinkron atau sesuai
dengan kenyataan atau zaman pada saat itu.
Pancasila pada masa reformasi tidak jauh berbeda dengan Pancasila pada masa orde baru dan
orde lama, yaitu tetap ada tantangan yang harus dihadapi. Tantangan itu adalah KKN, yang
merupakan masalah yang sangat berat dan sulit untuk dituntaskan. Apalagi pada masa ini
korupsi benar-benar merajalela. Para pejabat negara yang melakukan korupsi sudah tidak
malu lagi. Mereka malah bangga, dengan ditunjukkan saat pejabat itu keluar dari gedung
KPK dengan melambaikan tangan serta tersenyum, seperti artis yang baru terkenal. Ini
merupakan masalah yang benar-benar harus diselesaikan. Selain KKN, globalisasi menjadi
racun bagi bangsa Indonesia karena semakin lama ideologi Pancasila tergerus dengan
ideologi liberal dan kapitalis. Ditambah lagi tantangan pada masa ini bersifat terbuka, lebih
bebas dan nyata. oleh sebab itu, kita harus melaksanakan Pancasila sesuai dengan nilai-nilai
dikandungnya, serta mengembangkan toleransi dan plurralisme di dalam diri kita masing-
masing.

Anda mungkin juga menyukai