MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN FAKULTAS FILSAFAT UNIVERSITAS GADJAH MADA Yogyakarta 2014
Adytya Utta Perwira 13834 Muhammad Faiz Syaiful I 14065 Forando Hotman S 14760 Ni Made Mega Pratiwi 15164 Tanty Dwi Purwita 15196 Diki Purnawati 15201
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena hanya atas segala rahmat-Nya si penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul "Sila Pertama Pada Pancasila" dengan baik. Penulisan makalah ini disusun tidak lain untuk digunakan sebagai Tugas Kelompok Mata Kuliah Pancasila tahun 2013/2014. Makalah ini dibuat sebagai review atau gambaran ringan dari topik yang sebelumnya sudahpenulis presentasikan kepada dosen pengampu dan teman - teman yang lain Penulis juga mengucapkan terima kasih pula kepada semua pihak yang telah turut mengambil bagian dalam membantu penyusunan karya tulis ilmiah ini, terutama kepada : 1. Bapak Imam selaku dosen pengampu Mata Kuliah Pancasila dan, 2. teman teman kelompok I yang membantu dalam pengumpulan data dan presentasi di depan kelas Namun dari sekian perjuangan penulis dalam menyusun makalah ini, penulis tetap tidak menutup kemungkinan adanya kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan makalah ini. Terima kasih.
Yogyakarta, 6 Juni 2014
Kelompok I
DAFTAR ISI Sampul Makalah ............................................................................................. 01 Kata Pengantar ................................................................................................ 02 Daftar Isi .......................................................................................................... 03 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 05 1.2 Tujuan Penulisan ................................................................................. 06 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sejarah Lahirnya Pancasila (Sila I) ..................................................... 07 2.2 Butir - butir Sila Pertama ...................................................................... 09 2.3 Hakikat Sila Pertama ............................................................................ 10 2.4 Pengamalan Sila Pertama ..................................................................... 11 2.5 Makna Sila Pertama .............................................................................. 13 2.6 Filosofi Sila Pertama Piramida Terbalik .......................................... BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 14 3.2 Saran .................................................................................................... 14 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 15
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Lahirnya Pancasila (Sila I) 2.1.1 Latar belakang Agama merupakan sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan atau dewa atau yang lain dengan ajaran kebaktian dan kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut (KBBI 1995:10). Masuknya agama-agama besar di Nusantara menandai dimulainya kehidupan bergama pada masyarakat. Agama besar yang tumbuh dan berkembang di Nusantara memberikan corak kusus pada budaya dan nilai yang berkembang di masyarakat. Pada abad ke-7 agama Hindu masuk ke Indonesia sebagai agama pertama. Agama yang berdasar pada kitab suci Weda ini dibawa oleh pedagang dari India dan hingga sekarang peninggalannya yang berupa candi-candi masih berdiri megah. Selanjutnya disusul oleh masuknya agama Budha yang diajarkan oleh Sidharta Gautama, yaitu orang yang telah mencapai kesempurnaan Buddhisme. Agama yang berpedoman pada kitab Tripitaka ini mengajarkan bahwa kesengsaraan adalah bagian kehidupan yang tidak terpisahkan dan orang dapat membebaskan diri dari kesengsaraan dengan menyucikan mental dan moral diri pribadi. Kedua ajaran agama tersebut cukup lama berpengaruh di seluruh aspek kehidupan masyarakat Nusantara. Hal ini ditandai dengan berdirinya kerajaan bercorak Hindu-Budha yang tersebar dibeberapa kawasan Nusantara. Kemudian agama ketiga dibawa oleh para pedagang dari Gujarat, yaitu agam Islam. Agama Islam merupakan agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dan berpedoman pada kitab suci Alquran. Proses Islamisasi di Indonesia dilakukan oleh para wali yang dikenal dengan nama Wali Songo. Otonomi juga memberi kecenderungan untuk memeluk agama Islam, karena bagi penguasa lokal agama Islam merupakan lambang dan sebagai kekuatan menghadapi kekuasaan pusat yang berideologi Hindu. Konversi keagamaan Islam mempermudah hubungan perdagangan internasional yang sebagian besar sudah mereka kuasai. Di lain pihak kekuasaan pusat dengan agama Hindu dan Budha mengalami kemerosotan bersamaan dengan disintegrasi politik dan degenerasi kultural. Akibatnya terciptalah kondisi yang baik bagi suatu perubahan. Dalam politik juga kemudian lahir kerajaan-kerajaan Islam di Pantai Utara Jawa. Gambaran persebaran Islam menunjukkan proses yang cepat, terutama sebagai dakwah para wali dalam penyebaran Islam di Jawa. Proses Islamisasi yang cepat sampai ke wilayah-wilayah lain di Nusantara juga menunjukkan pengaruh agama bagi kehidupan manusia. Sampai kemudian perdagangan juga membawa kontak dengan dengan bangsa Eropa yang dimulai Portugis tahun 1512, Spanyol yang membangun benteng pertahanan di Tidore tahun 1527, kemudian Belanda 1602 membentuk VOC (Vereenigde Oost Indische Cimpagnie). Bangsa Eropa seperti halnya bangsa-bangsa Asia yang lain juga turut menyebarkan agama Katholik dan agama Kristen. Agama ini juga diterima di Nusantara sama seperti agama-agama sebelumnya. Pada saat Indonesia menjadi negara yang merdeka maka kelima agama , yaitu : Hindu, Budha, Islam, Katholik, dan Kristen menjadi agama yang diakui dan disahkan dalam Undang-undang Dasar 1945. Setelah reformasi agama Kong Hu Chu juga diterima dan menjadi agama keenam yang diakui negara. Latar belakang munculnya agama-agama besar di Nusantara menumbuhkan kepribadian kusus bagi masyarakatnya. Sehingga nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang di masyarakat pun berdasar pada nilai religius. Sejarah panjang ini menumbuhkan nilai religius yang telah berkembang sekian lama dan dijadikan salah satu sila dalam Pancasila yang kita kenal sekarang. Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari bahasa Sanskerta, yaitu paca berarti lima dan la berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945. Meskipun terjadi perubahan kandungan dan urutan lima sila Pancasila yang berlangsung dalam beberapa tahap selama masa perumusan Pancasila pada tahun 1945, tanggal 1 Juni diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila. 2.1.2 Periodisasi pancasila BPUPKI(Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) mulai bekerja pada tanggal 28 Mei 1945 dengan disusul upacara pembukaan sidang pada tanggal 29 Mei 1945. Sidang pertama BPUPKI dilaksanakan pada tanggal 29 Mei-1 Juni 1945 untuk membicarakan dasar negara Indonesia. Dalam upaya merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang resmi, terdapat usulan-usulan pribadi yang dikemukakan dalam sidang tersebut, yaitu : Lima Dasar oleh Muhammad Yamin, yang berpidato pada tanggal 29 Mei 1945. Yamin merumuskan lima dasar sebagai berikut: Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat. Dia menyatakan bahwa kelima sila yang dirumuskan itu berakar pada sejarah, peradaban, agama, dan hidup ketatanegaraan yang telah lama berkembang di Indonesia. Mohammad Hatta dalam memoarnya meragukan pidato Yamin tersebut. Tiga aliran pikiran oleh Mr.Soepomo, yang berpidato pada tanggal 31 Mei 1945. Menurut Soepomo didalam ilmu negara ada beberapa aliran pikiran tentang negara, yaitu : individualis(negara ialah masyarakat hukum yang disusun atas kontrak seluruh orang dalam masyarakat itu), class theory(negara sebagai alat dari suatu golongan untuk menindas kelas lain), dan teori integralistik(negara tidak menjamin kepentingan seseorang atau golongan tetapi kepentingan masyarakat seluruhnya). Panca Sila oleh Soekarno yang dikemukakan pada tanggal 1 Juni 1945 dalam pidato spontannya yang kemudian dikenal dengan judul "Lahirnya Pancasila". Sukarno mengemukakan dasar-dasar sebagai berikut: Kebangsaan; Internasionalisme; Mufakat, dasar perwakilan, dasar permusyawaratan; Kesejahteraan; Ketuhanan. Nama Pancasila itu diucapkan oleh Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni itu, katanya: Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan ketuhanan, lima bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa - namanya ialah Pancasila. Sila artinya azas atau dasar, dan diatas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan abadi.
Setelah Rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara secara resmi beberapa dokumen penetapannya ialah : Rumusan Pertama : Piagam Jakarta (Jakarta Charter) - tanggal 22 Juni 1945 Rumusan Kedua : Pembukaan Undang-undang Dasar - tanggal 18 Agustus 1945 Rumusan Ketiga : Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat - tanggal 27 Desember 1949 Rumusan Keempat : Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara - tanggal 15 Agustus 1950 Rumusan Kelima : Rumusan Kedua yang dijiwai oleh Rumusan Pertama (merujuk Dekrit Presiden 5 Juli 1959) Pada awalnya sila pertama dalam pagam Jakarta berbunyi, Ketuhanan dengan kewajiban menjalakan syariat-syariat Islam bagi para pemeluknya, namun mengingat kondisi masyarakat Indonesia yang madani maka sila pertama diganti menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa.
2.2 Butir-butir Sila Pertama Ketetapan MPR No. II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa menjabarkan kelima asas dalam Pancasila menjadi 36 butir pengamalan sebagai pedoman praktis bagi pelaksanaan Pancasila. Dari 36 butir tersebut dirinci sebagai berikut : 4 butir untuk sila pertama, 8 butir untuk sila kedua, 5 butir untuk sila ketiga, 7 butir untuk sila keempat dan 12 butir untuk sila kelima. Dalam pembahasan ini hanya akan dibahas tentang 4 butir yang terdapat dalam sila pertama, yaitu sila ketuhanan yang Maha Esa, yaitu sebagai berikut : 1. Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. 2. Hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup. 3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya. 4. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.
2.3 Hakikat Sila Pertama Sila pertama Ketuhanan yang Maha Esa mengandung hakikat sebagai berikut : a. Tuhan adalah sebagai sebab yang pertama atau kausa prima Ketuhanan berasal dari kata Tuhan, ialah pencipta segala yang ada dan semua makhluk. Yang Maha Esa berarti yang Maha tunggal, tiada sekutu, Esa dalam zat- Nya, Esa dalam sifat-Nya, Esa dalam Perbuatan-Nya, artinya bahwa zat Tuhan tidak terdiri dari zat-zat yang banyak lalu menjadi satu, bahwa sifat Tuhan adalah sempurna, bahwa perbuatan Tuhan tidak dapat disamai oleh siapapun. Jadi ke- Tuhanan yang maha Esa, mengandung pengertian dan keyakinan adanya Tuhan yang maha Esa, pencipta alam semesta, beserta isinya. Keyakinan adanya Tuhan yang maha Esa itu bukanlah suatu dogma atau kepercayaan yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya melalui akal pikiran, melainkan suatu kepercayaan yang berakar pada pengetahuan yang benar yang dapat diuji atau dibuktikan melalui kaidah-kaidah logika.
b. Inti sila ke-Tuhanan Yang Maha Esa adalah kesesuaian sifat-sifat dan hakikat Negara dengan hakikat Tuhan Kesesuaian itu dalam arti kesesuaian sebab-akibat. Maka dalam segala aspek penyelenggaraan Negara Indonesia harus sesuai dengan hakikat nila-nilai yang berasal dari tuhan, yaitu nila-nilai agama. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa pendukung pokok dalam penyelenggaraan Negara adalah manusia, sedangkan hakikat kedudukan kodrat manusia adalah sebagai makhluk berdiri sendiri dan sebagai makhluk tuhan. Dalam pengertian ini hubungan antara manusia dengan tuhan juga memiliki hubungan sebab-akibat. Tuhan adalah sebagai sebab yang pertama atau kausa prima, maka segala sesuatu termasuk manusia adalah merupakan ciptaan tuhan (Notonagoro). Maka dapatlah disimpulkan bahwa Negara adalah sebagai akibat dari manusia, karena Negara adalah lembaga masyarakat dan masyarakat adalah terdiri atas manusia-manusia, adapun keberadaan nilai-nilai yang berasal dari Tuhan. Jadi hubungan Negara dengan tuhan memiliki hubungan kesesuaian dalam arti sebab akibat yang tidak langsung, yaitu Negara sebagai akibat langsung dari manusia dan manusia sebagai akibat adanya tuhan. Maka sudah menjadi suatu keharusan bagi Negara untuk merealisasikan nilai-nilai agama yang berasal dari tuhan. Jadi hubungan antara Negara dengan landasan sila pertama, yaitu ini sila ketuhanan yang maha esa adalah berupa hubungan yang bersifat mutlak dan tidak langsung. Hal ini sesuai dengan asal mula bahan pancasila yaitu berupa nilai- nilai agama , nilai-nilai kebudayaan, yang telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala yang konsekuensinya harus direalisasikan dalam setiap aspek penyelenggaraan Negara.
c. Dengan kata lain di dalam Negara Indonesia tidak ada dan tidak boleh ada paham yang meniadakan Tuhan Yang Maha Esa (atheisme) Negara Indonesia berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa memberi jaminan kebebasan kepada setiap penduduk untuk memeluk agama sesuai dengan keyakinannya dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya. Di Negara Indonesia tidak boleh ada pertentangan dalam hal ketuhanan yang Maha Esa, tidak boleh ada sikap dan perbuatan yang anti ketuhanan (atheisme). Hakikat pengertian ini sesuai dengan pembukaan UUD 1945 alinea ke-3 Atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa . . . , pasal 29 UUD 1945 ayat 1 Negara berdasarkan atas ketuhanan yang Maha Esa serta pasal 29 UUD 1945 ayat 2 Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya.
d. Menjadi suatu kewajiban manusia untuk merealisasikan nilai-nilai agama Hubungan manusia dengan tuhan, yang menyangkut segala sesuatu yang berkaitan dengan kewajiban manusia sebagai makhluk tuhan terkandung dalam nilai-nilai agama. Maka menjadi suatu kewajiban manusia untuk merealisasikan nilai-nilai agama yang hakikatnya berupa nila-nilai kebaikan, kebenaran dan kedamaian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Disisi lain Negara adalah suatu lembaga kemanusiaan suatu lembaga kemasyarakatan yang anggota- anggotanya terdiri atas manusia, diadakan oleh manusia untuk manusia, bertujuan untuk melindungi dan mensejahterakan manusia sebagai warganya. Maka Negara berkewajiban untuk merealisasikan kebaikan, kebenaran, kesejahteraan, keadilan perdamaian untuk seluruh warganya.
2.4 Pengamalan Sila Pertama a. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa. b. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. c. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain. d. Hormat menghormati antar pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup. e. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2.5 Makna Sila Pertama
Sila pertama dalam Pancasila sering dilambangkan dengan bintang. Sila ini memiliki makna antara lain :
a. Pengakuan adanya kuasa prima (sebab pertama) yaitu Tuhan Yang Maha Esa. b. Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agamanya c. Tidak memaksa warga negara untuk beragama tertentu, tetapi diwajibkan memeluk agama sesuai dengan hukum yang berlaku d. Atheisme dilarang hidup dan berkembang di Indonesia e. Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama, toleransi antar umat beragama dan dalam beragama f. Negara memberi fasilitator bagi tumbuh kembangnya agama dan iman warga negara dan menjadi mediator ketika terjadi konflik antar agama g.
2.6 Filosodi Sila Pertama Piramida Terbalik
Sebagai sila pertama Pancasila ketuhanan yang Maha Esa menjadi sumber pokok kehidupan bangsa Indonesia, menjiwai mendasari serta membimbing perwujudan kemanusiaan yang adil dan beradab, penggalangan persatuan Indonesia yang telah membentuk Negara republic Indonesia yang berdailat penuh, bersipat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan guna mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. 1 2 3 4 5 DAFTAR PUSTAKA Rukiyati dkk. 2013. Pendidikan Pancasila, Buku Pegangan Kuliah. Yogyakarta:UNY Press. Notonagoro.1995. Pancasila secara ilmiah populer Cetakan ke-IX. Jakarta:Bumi Aksara. Suwarno, P.J. Pancasila Budaya Bangsa Indonesia.