Perkembangan bimbingan dan konseling tidak akan terlepas dari Undang-undang Sistim
Pendidikan Nasional (UUSPN). Legal atau tidaknya suatu profesi di tentukan dengan Undang-
undang tersebut. Apabila suatu profesi tidak memiliki dan atau tidak tercantum dalam UUSPN
maka profesi tersebut di nilai tidak legal namu apabila tercantum maka di nilai legal dan
memiliki dasar hukum.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk menyusun makalah ini untuk
mengetahui perkembangan bimbingan dan konseling dalam Undang-undang Sistim Pendidikan
Nasional (UUSPN) dan sebagai upaya untuk memenuhi syarat tugas mata kuliah Profesi
Bimbingan dan Konseling . Adapun judul makalah yang penulis susun adalah, Bimbingan dan
Konseling dalam Undang-undang Sistim Pendidikan Nasional (UUSPN).
1. Bimbingan dan Konseling dalam Undang-undang Sistim Pendidikan Nasional (UUSPN)
tempo dahulu.
UU No.2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) disahkan bulan Maret 1989 di
lingkungan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB). Timbul berbagai kegusaran dan rasa
was-was mengenai status tenaga bimbingan dalam UUSPN, juga kekhawatiran mengenai
implikasi dari pernyataan dalam UUSPN terhadap masa depan jurussan PPB, nasib para
lulusannya dan profesi bimbingan secara keseluruhan. Hal ini disebabkan karena ada
inkonsistensi antara Pasal 1 ayat 8 dengan Pasal 27 ayat 1, 2 dan 3.
Pasal 1 (8): Tenaga pendidik adalah anggota masyarakat yang bertugas membimbing, mengajar,
dan atau melatih peserta didik. (catatan: disini kata membimbing disebut lebih dahulu).
Pasal 27 (1): Tenaga kependidikan bertugas menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih,
meneliti, mengembangkan, mengelola dan atau memberikan layanan teknis dalam bidang
pendidikan.
Pasal 27 (2): Tenaga kependidikan meliputi tenaga pendidik pengelola satuan pendidikan,
penilik, pengawas, peneliti dan pengembang di bidang pendidikan, pustakawan, laboran, serta
teknisi sumber belajar.
Pasal 27 (3): Tenaga pengajar merupakan tenaga pendidik yang khusus diangkat dengan tugas
utama mengajar yang pada jenjang pendidikan dasar dan menengah disebut guru dan pada
jenjang pendidikan tinggi disebut dosen.
Berbagai dugaan dan tafsiran muncul, ada yang mengatakan bahwa tidak dicantumkannya
pembimbing dalam UUSPN semata-mata karena terlupakan dan bukan kesengajaan. Tetapi
berdasarkan pengakuan anggota DPR RI, keterlupaan itu sangat kecil kemungkinannya sebab
setiap kata, kalimat, istilah, bahkan sampai titik dan koma serta huruf besar atau kecil dibahas
secara rinci beserta implikasi dan kemungkinan tafsirannya yang bisa timbul. Lagi pula tidak
mungkin ada keterlupaan massal.
Namun ada tafsiran yang lebih optimistik yaitu bahwa tenaga bimbingan secara implisit masuk
dalam pengertian tenaga kependidikan (Pasal 27) menurut rincian Pasal 1 ayat 8. Secara logika
memang harus demikian tafsirannya sebaliknya jika tidak, maka ada inkonsistensi antar kedua
Pasal ini.
Ada juga tafsiran bahwa pengertian Pasal 1 ayat 8, kata membimbing tidak mengacu kepada
tenaga pembimbing, melainkan menunjuk pada pekerjaan bimbingan sebagai fungsi dari tugas-
tugas keguruan. Dalam hal ini disebut guru pembimbing (teacher counselor), pembimbing guru
(counselor teacher) dan pembimbing penuh (full counselor).
Guru-pembimbing (teacher counselor) adalah tenaga kependidikan yang tugas utamanya
mengajar (guru) tetapi melakukan fungsi-fungsi bimbingan. Selama menempuh preservice
training mereka disiapkan menjadi untuk guru, tetapi juga secara minimal dibekali oleh
keterampilan membimbing, Bisa juga mereka pernah mengikuti penataran bimbingan
sehingga dipercaya oleh kepala sekolah untuk melaksanakan bimbingan. Dalam hierarki
penguasaan keprofesian bimbingan dan dilihat dari latar belakang pendidikan
akademiknya, guru pembimbing termasuk klasifikasi unprofessional.
Pembimbing-guru (counselor teacher) adalah pembimbing yang melaksanakan tugas
keguruan, namun secara akademik mereka disiapkan sebagai tenaga bimbingan tapi
mereka berdwifungsi dengan mengajar sebagai tugas lain dari membimbing. Tenaga
macam ini adalah lulusan PPB atau BP jenjang S1 atau D3.
Pembimbing penuh (full counselor) adalah mereka yang secara khusus disiapkan menjadi tenaga
bimbingan dan memang di sekolah bertugas secara penuh dalam layanan bimbingan. Mereka
itulah yang disiapkan oleh jurusan PPB atau BP yang disebutkan secara eksplisit dalam UUSPN.
Apa pun yang dikatakan UUSPN, bagaimana pun tafsiran orang kepadanya dan sebanyak apa
pun kritik yang dilontarkan kepada petugas BP, namun sesungguhnya sumbangan yang telah
diberikan dalam bidang pendidikan cukup banyak. Sumbangan itu menyangkut hal-hal yang
berkaitan dengan kesulitan siswa baik dari segi belajar, emosional, dan faktor lingkungan
lainnya. Pada siswa, masalah seperti ini perlu penanganan khusus oleh tenaga khusus
(pembimbing) dan bekerjasama dengan guru.
Diakui bahwa selama ini banyak petugas bimbingan yang belum mampu menjalankan tugasnya
dengan baik, namun hal ini tidak bisa digeneralisasikan sebagai kelemahan korps pembimbing
secara keseluruhan karena jika kita fair menilai kelemahan yang ditemukan dalm bimbingan juga
dihadapi oleh tenaga kependidikan yang lain.
2. Bimbingan dan Konseling dalam Undang-undang Sistim Pendidikan Nasional (UUSPN)
tempo sekarang.
Dengan disahkannya UU NO 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, memberikan makna
tersendiri bagi pengembangan profesi bimbingan dan konseling, dan melahirkan berbagai
Peraturan Pemerintah sebagai peletakan dasar pelaksanaan Undang-undang tersebut. PP no 27,
28, 29, dan 30 tahun 1990 mengatur tata laksana pendidikan pra-sekolah, pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi serta mengakui sepenuhnya tenaga guru dan tenaga
lain yang berperan dalam dunia pendidikan, selain guru.
Peluang lain yang memberikan angin baru badi pengembangan bimbingan dan konseling adalah
SK. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 026/1989, yang menyatakan, adanya
pekerjaan bimbingan dan konseling yang berkedudukan seimbang dan sejajar dengan kegiatan
belajar. PP tersebut memberikan legalisasi yang cukup mantap bagi keberadaan layanan
bimbingan dan konseling di sekolah.
Aspek legal keberadaan konselor juga dipeyung UURI No. 20 tahun 2003 tentang Sistim
Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat 6 yang menyatakan, Pendidik adalah tenaga kepandidikan
yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor,
instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan ke khususannya, serta bepartisipasi
dalam penyelenggaraan pendidikan (PB ABKIN, 2005: 3-4)
PENGERTIAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Istilah bimbingan berasal dari bahasa Inggris Guidance yang berarti memberikan bantuan untuk
memandirikan seseorang. Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan untuk
memandirikan klien.
Konseling adalah suatu proses tatap muka langsung antara konselor dengan klien, individual
maupun kelompok, dalam upaya pemecahan masalah diri pribadi klien agar ia mandiri dan
berkembang potensi dirinya seoptimal mungkin.
PENGERTIAN BIMBINGAN DAN KONSELING MENURUT PARA AHLI
Guidance is the assistance given to individuals in making intelligent choices and adjustment in
their lives. The ability is not innate it must be developed. The fundamental purpose of guidance
to develop in each individual up to the limit of his capacity, the ability to solve his own problems
and to make his own adjustment.. (Jones : 1963 : 25)
Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara
berkesinambungan, agar individu tersebut memahami dirinya sendiri. Sehingga dia sanggup
mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar. Sesuai dengan tuntutan dan keadaan
lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada umumnya. (Rochman
Natawidjaja, 1987 : 31)
TUJUAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Tujuan umum
membantu pengembangan diri peserta didir secara optimal dalam upaya pembentukan manusia
Indonesia seutuhnya yang berkepribadian kuat, mandiri, dan bertanggung jawab sesuai Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Tujuan khusus
Memahami dirinya sendiri (bakat, minat, kemampuan dan sikap), termasuk memahami
kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
Memahami lingkungan dengan baik, yang meliputi lingkungan sekolah, lingkungan
pekerjaan, dan lingkungan sosial masyarakat.
Mengarahkan pengembangan diri bagi masa depan sesuai dengan bakat, minat dan
kemampuan yang dimiliki.
Mampu mengambil keputusan dengan tepat, bijaksana dan bertanggung jawab dalam
menghadapi berbagai permasalahan kehidupan sehari-hari.
Memiliki nilai-nilai karakter kepribadian yang kuat, moralis, etis, sopan santun, jujur, dan
kreatif, serta mandiri.
TUJUAN BIMBINGAN DAN KONSELING MENURUT PENDAPAT AHLI
Menurut Wiliamson tujuan konseling adalah mencapai tingkat excellence dalam segala aspek
kehidupan klien. Caranya adalah dengan membantu atau memberi kemudahan dalam proses
perkembangan individu klien tersebut.
Menurut Kumboltz tujuan konseling adalah membantu klien belajar membuat keputusan-
keputusan. Selain itu, membantu klien memecahkan problem-problemnya.
FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING
Banyak para ahli mengemukakan berbagai fungsi bimbingan dan konseling dalam berbagai
istilah yang berbeda, yang pada dasarnya dapat disimpulkan dalam 4 fungsi, yaitu :
Fungsi pemahaman
Fungsi pencegahan
Fungsi pengentasan
Fungsi pengembangan
1. Fungsi pemahaman
Upaya yang dilakukan sedini mungkin oleh konselor/guru pembimbing dalam memahami
selengkap mungkin mengenai data/informasi/keterangan mengenai identitas diri, keluarga,
kemampuan, bakat, minat dan kepribadian setiap siswa asuhnya.
Pemahaman itu meliputi :
Pemahaman tentang diri peserta didik, terutama oleh peserta didik sendiri, orang tua, guru
pada umumnya, dan guru pembimbing (konselor)
Pemahaman tentang lingkungan peserta didik (termasuk di dalamnya lingkungan keluarga dan
sekolah), terutama oleh peserta didik sendiri, orang tua, guru pada umumnya, dan guru
pembimbing (konselor)
Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas (termasuk di dalamnya informasi
pendidikan, informasi jabatan/pekerjaan, dan informasi pendidikan sosial dan budaya/nilai-nilai),
terutama oleh peserta didik.
Hal ini dapat dilakukan melalui metode khusus, yakni melalui proses pengumpulan data dengan
menggunakan berbagai instrumentasi BK.
2. Fungsi pencegahan
Upaya yang dilakukan konselor/guru pembimbing agar tercegahnya atau terhindarnya peserta
didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul, yang akan mengganggu, menghambat
ataupun menimbulkan kesulitan dan kerugian-kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.
Tindakan pencegahan tidak terlepas dari fungsi pemahaman yang mengkaji secara mendalam
mengenai siapa, mengapa, dan bagaimana siswa asuh.
3. Fungsi pengentasan
Merupakan fungsi yang akan menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai
permasalahan yang dialami peserta didik. Ini merupakan fungsi yang sangat penting yang sama
pentingnya dengan unjuk kerja guru yang mengajar di depan kelas. Karena fungsi pengentasan
ini merupakan indikator profesional konselor/guru pembimbing sebagai orang yang ahli dan
berkompetensi khusus dalam membantu mengentaskan atau mengatasi berbagai permasalahan
siswa asuhnya.
4. Fungsi pengembangan
Membantu pengembangan diri siswa asuh berkenaan dengan bakat, minat, dan kemampuan dasar
yang dimilikinya. Fungsi ini akan menghasilkan terpelihara dan terkembangkannya berbagai
potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka pengembangan dirinya secara mantap dan
berkelanjutan. Konselor/guru pembimbing dituntut kepiawaiannya dalam mengidentifikasi
dengan benar dan tepat mengenai potensi diri yang dimiliki oleh setiap siswa asuhnya yang
kemudian disalurkan pengembangannya melalui kegiatan-kegiatan tertentu di sekolah.
PRINSIP - PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING
BK for All artinya bimbingan dan konseling adalah untuk semua siswa asuh, bahkan BK itu
untuk semua orang tanpa memandang perbedaan latar belakang ras, suku, agama, budaya,
pendidikan, ekonomi, dan keluarga. Pada dasarnya setiap manusia dan siswa asuh itu punya
masalah sehingga konselor/guru pembimbing itu dibutuhkan oleh siapa saja.
Layanan BK mencakup semua aspek pertumbuhan dan perkembangan individu. Proses
pembelajaran di sekolah sebenarnya baru menyangkut aspek pengembangan kognitif saja, yakni
mentransformasikan ilmu pengetahuan oleh guru kepada peserta didiknya. Sementara aspek
perkembangan individu meliputi aspek emosional, sosial, bahasa, intelektual, kecerdasan, dan
bakat-bakat khusus. BK itu adalah tangan-tangan yang tampak sebagai perpanjangan tangan
sekolah dalam menyentuh berbagai aspek pengembangan diri peserta didik.
BK membantu penemuan dan pengembangan konsep diri. Orientasi layanan BK pada intinya
adalah membantu individu menemukan dirinya sendiri, yakni kesadaran akan diri sendiri, serta
konsep diri untuk perencanaan dan pengembangan diri ke masa depan.
Kemitraan dan kerjasama. BK tidak bekerja sendiri-sendiri, tetapi melalui kemitraan dan
bekerja sama dengan baik dengan semua pihak terkait dalam optimalisasi semua peranannya,
baik di sekolah maupun di masyarakat. Mitra utama BK adalah diri klien sendiri, orang tua,
guru-guru, dan lingkungan sosialnya yang terdekat.
BK terintegrasi dengan sekolah. Kedudukan BK di sekolah merupakan salah satu bagian
penting dari program pendidikan di sekolah. Ada tiga jenis pelayanan pendidikan disekolah
yakni :
Bidang administrasi dan supervisi yang perupakan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dari
unsur kepala sekolah dan guru para pembantunya.
Bidang pengajaran dan kurikulum yang merupakan bidang tugas guru-guru bidang studi.
Bidang bantuan yang merupakan bagian tugas pokok di fungsi konselor/guru pembimbing
dalam memberikan program layanan BK bagi semua peserta didik.
Akuntabilitas. BK itu akuntabel, maksudnya semua program layanan BK dilaksanakan oleh
konselor/guru pembimbing harus dapat dipertanggungjawabkan ke pihak sekolah, pemerintah,
dan masyarakat, serta dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
AZAS - AZAS BIMBINGAN DAN KONSELING
Azas Kerahasiaan
Konselor/guru pembimbing wajib merahasiakan permasalahan pribadi klien, tidak boleh
diketahui oleh orang lain dan siapapun juga, kecuali atas seizin klien sendiri. Azas ini merupakan
azas kunci bagi kredibilitas profesional konselor karena menyangkut hal pribadi dan substansi
kepercayaan klien terhadap konselog/guru pembimbing.
Azas Kesukarelaan
Konselor/guru pembimbing dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling kepada
individu atau kelompok didasari oleh azas kesukarelaan tanpa motif-motif tertentu. Bahkan, diri
klien pun harus diminta secara sukarela menyampaikan segala informasi dan data penting yang
berkenaan dengan permaslahan yang sedang dihadapinya.
Azas Keterbukaan
Baik klien maupun konselor harus sama-sama terbuka selama dalam proses konseling. Sering
terjadi pada awal-awal proses konseling klien bertopeng menutup diri atau enggan
menyampaikan secara terbuka segala sesuatu yang menyangkut permasalahan dirinya karena
klien masih diselimuti oleh perasaan khawatir dan malu jika membocorkan kerahasiaan masalah
pribadinya. Azas keterbukaan ini sangat erat kaitannya dengan azas kerahasiaan dan
kesukarelaan.
Pada tahap awal konseling, klien harus benar-benar mendapat keyakinan bahwa konselor benar-
benar menjamin kerahasiaan masalah pribadi klien dan konselor dapat dipercayainya secara
penuh sehingga klien terbuka sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu konselor pun harus
terbuka kepada klien, tidak ada informasi atau hal-hal tertentu yang ditutup-tutupi dalam
konseling. Suasana ini merupakan salah satu kunci penting keberhasilan konseling.
Azas Kekinian
Azas kekinian maksudnya masalah klien yang dibahas adalah masalah saat ini, sekarang, dan di
sini (now and here), bukan masalah masa lalu dan bukan pula masalah yang akan datang.
Pembahasan terhadap masa lalu klien hanya sekedar pemahaman terhadap latar belakang
(diagnosis) masalah jika maalah klien tidak teratasi. Meskipun dalam praktiknya seirng membaur
antara masalah masa lalu, sekarang, dan yang akan datang, namun konselor harus tetap fokus
pada pembahasan masalah yang sedang dirasakan klien saat ini.
Azas Kemandirian
Kemandirian klien adalah tujuan akhir bimbingan dan konseling. Kemandirian merupakan
bentuk kepercayaan diri, tidak tergantung pada orang lain termasuk kepada konselor. Perlu
diingat bahwa dalam dua pertiga bagian proses konseling tingkat ketergantungan klien sangat
tinggi dan pada sepertiga bagian akhir konseling konselor harus berupaya membantu klien
melepaskan diri dari sifat ketergantungan menjadi individu yang bebas dan mandiri.
Azas Kegiatan
Yang dimaksud dengan azas kegiatan adalah bahwa dalam proses konseling klien harus berupaya
sungguh-sungguh melakukan kegiatan-kegiatan tertentu, seperti merubah sikap dan kebiasan,
melakukan perilaku-perilaku baru tertentu yang mungkin saja klien enggan melakukannya. Oleh
sebab itu, konselor harus terus-menerus memberikan dorongan dan motivasi berubah untuk
menempuh jalan keluar masalah.
Azas Kedinamisan
Baik konselor maupun klien selama dalam proses konseling harus bersikap kreatif menciptakan
perubahan menjadi sesuatu yang baru, inovatif, progresif (maju, bukan mengulang hal-hal lama
yang monoton), sehingga suasana konseling dinamis.
Azas Keterpaduan
Azas ini mengandung arti seluruh program layanan bimbingan dan konseling terpadu, adanya
kesesuaian dengan upaya pendidikan di sekolah. Upaya-upaya bimbingan dan konseling juga
upaya-upaya pedagogik sekolah. Oleh sebab itu, desain program layanan bimbingan dan
konseling harus sesuai dan mendukung program pendidikan sekolah secara keseluruhan.
Azas Kenormatifan
Bimbingan dan konseling termasuk dalam bidang ilmu normatif. Implementasinya juga normatif,
di mana seluruh pelaksanaan program layanan dilaksanakan sesuai dengan norma-norma yang
berlaku. Baik norma agama, norma adat istiadat, dan budaya sosial masyarakat, norma hukum,
maupun kebiasaan-kebiasaan sehari-hari. Azas kenormatifan mengikat konselor dan klien.
Azas Keahlian
Bimbingan dan konseling hanya dapat dilakukan oleh yang ahli dalam bidang bimbingan dan
konseling. Keahlian konselor/guru pembimbing dapat ditunjukkannya melalui keluasan wawasan
pengetahuan, penguasaan konsep teori yang matang, memiliki keterampilan BK yang memadai,
memiliki nilai-nilai etika moralitas yang tinggi, dan bersikap positif terhadap BK sebagai suatu
karir profesional yang dibanggakannya, Hal ini disebut juga sebagai WPKNS (wawasan,
pengetahuan, ketetampilan, nilai-nilai dan sikap) yang melekat pada diri pribadi seorang
konselor/guru pembimbing.
Azas Alih Tangan atau Referal
Apabila seluruh upaya maksimal telah dilakukan dalam proses pemberian bantuan terhadap klien
konselor/guru pembimbing merasa tidak mampu lagi maka konselor/guru pembimbing harus
melakukan alih tangan kasus kepada pihak-pihak yang lebih ahli, misalnya kepada psikolog,
psikiater, ahli medis, dan lainnya.
Azas Tut Wuri Handayani
Suasana bimbingan dan konseling adalah suasana tut wuri handayani, yakni suasana yang aman,
nyaman, dan menyenangkan siswa asuh. Seorang konselor/guru pembimbing yang baik pasti
disenangi oleh semua siswa. Suasana hubungan psikologis antara konselor/guru pembimbing
dengan para siswa mencerminkan suasana yang penuh keakraban, mempribadi, interpersonal,
terbuka dan siswa bebas mengutarakan segala unek-unek dihatinya.
Azas Tut Wuri Handayani mengandung pengertian, jika di depan dapat dijadikan sebagai
pemberi contoh dan teladan yang baik, jika di belakang mampu memberikan dorongan dan
motivasi kepada siswa asuhnya, dan jika dibelakang mampu sebagai pengayom dan mitra yang
baik, bersahabat, dan disenangi oleh semua siswa.
ILMU BIMBINGAN DAN KONSELING PENTING BAGI GURU
Kebijakan terbaru pemerintah tahun 2009/2010 Departemen Pendidikan Nasional memasukan
pendidikan karakter (character building) dalam kurikulum nasional.
Wilayah pembentukan karakter sebenarnya adalah wilayah bimbingan dan konseling karena
kontensnya menyangkut upaya pembentukan kepribadian, sikap, dan perilaku pengembangan
diri peserta didik.
Kebijakan ini sarat dengan muatan politik, dan didorong oleh kesadaran diri makin menurunnya
nilai-nilai karakter bangsa, namun kebijakan tersebut berimplikasi luas, termasuk bagi semua
guru-guru bidang studi yang dituntut kemampuan dalam pemahaman kemampuan dan
permasalahan peserta didik.
Dengan demikian, ilmu BK penting bagi guru-guru bidang studi dalam batas tertentu, khususnya
berkenaan dengan berbagai faktor penting dalam pemahaman individual peserta didik
sebagaimana uraian berikut ini.
Banyaknya Murid Mengalami Masalah Belajar
Banyak temuan penelitian menunjukkan banyaknya siswa yang memiliki berbagai permasalahan
sesuai dengan tingkat perkembangannya. Makin banyak permasalahan yang dialami siswa maka
prestasi belajar mereka juga cenderung menurun sehingga potensi (bakat/minat) mereka tidak
akan berkembang seoptimal mungkin.
Kbk dan Perbedaan Kemampuan Belajar
Pemberlakuan kurikulum berbasis kompetensi menghendaki pendekatan pembelajaran
individual. Artinya materi pembelajaran itu harus benar-benar disesuaikan dengan kondisi
kemampuan individual setiap siswa yang berbeda satu sama lain. Ada siswa yang cepat belajar
dan ada pula yang lambat belajar. Ada yang senang belajar bidang eksakta dan ada juga yang
kurang senang belajar bidang eksakta. Oleh sebab itu, setiap guru harus dapat memahami bakat
dan minat belajar setiap siswanya dengan baik agar materi yang disampaikan dapat dimengerti
dan baik pula.
Pendekatan Pembelajaran PAIKEM
Guru yang dapat memahami diri siswa di kelasnya dengan baik biasanya disenangi siswa.
Penciptaan senang siswa mendorong keterbukaan dan terjadinya keakraban antara guru dan
siswa. Guru yang paling disenangi dan akrab dengan siswanya merupakan salah satu ciri guru
yang profesional. Membangun iklim pembelajaran yang menyenangkan merupakan ciri
pembelajaran PAIKEM. Penciptaan suasana belajar yang menyenangkan menuntut keterampilan
guru bagaimana mendinakikakan interaksi yang dinamis dan harmonis antar siswa dan guru.
Beban Masalah dan Perasaan Frustasi Belajar
Salah satu prinsip BK adalah BK is for All. Artinya layanan bimbingan konseling itu adalah
untuk semua siswa. Berdasarkan hasil-hasil penelitian para ahli Psikologi Pendidikan dan
Perkembangan menyimpulkan adanya korelasi yang signifikan antara beban permasalahan
dengan prestasi belajar dan perkembangan potensi peserta didik. Permasalahan yang tak
terselesaikan bisa berubah menjadi beban psikologis yang kemudian menimbulkan rasa frustasi
dalam belajar.
BK Menyentuh Seluruh Aspek Perkembangan
Materi-materi pelajaran yang diterima para siswa di sekolah tidak semuanya dapat menyentuh
aspek-aspek perkembangan siswa. Proses pembelajaran pendekatan lama pada umumnya hanya
sampai pada tataran pengembangan kognitif saja, sementara pembentukan aspek sikap perilaku,
kepribadian, pengembangan bakat/minat, karier dan pekerjaan serta aspek-aspek perkembangan
sosio-emosional-moralitas siswa hampir terabaikan sama sekali. Pada sisi inilah sebenarnya BK
menjadi terintegrasi dalam proses pembelajaran yang dilakukan guru bidang studi.
ILMU BIMBINGAN DAN KONSELING PENTING BAGI GURU
Faktor tersebut memiliki makna bahwa BK semakin dibutuhkan dalam dunia pendidikan di
sekolah. Seiring dengan hal tersebut maka peranan konselor/guru pembimbing di sekolah tidak
hanya dituntut dalam peningkatan mutu layanan BK dan unjuk kerja profesionalisme terhadap
pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya tetapi juga berperan sebagai agen pembaharuan atau
konsultan BK bagi guru-guru bidang studi dalam membantu pemahaman dan keterampilan
mereka dalam menangani aneka macam masalah dan kesulitan belajar peserta didiknya.
Sumber : Syahriman. 2012. Wawasan Dasar Bimbingan dan Konseling. Bengkulu.
Diposkan oleh Aprillia Dewi Suciati di 11.10
Kirimkan Ini lewat Email