2.1 Pengertian Dan Prinsip Uji Pembedaan Dengan Skoring Dan Ranking 2.1.1 Definisi Uji Skoring Uji skor disebut juga pemberian skor atau skoring. Pemberian skor ialah memberikan angka nilai atau menepatkan nilai mutu sensorik terhadap bahan yang di uji pada jenjang mutu atau tingkat skala hedonic. Uji scoring dapat dilakukan pada penilaian sifat sensorik yang sangat spesifik seperti tekstur, warna, rasa, dan aroma. Seperti halnya pada skala mutu, pemberian skor dapat juga dikaitkan dengan skala hedonic. Banyaknya skala hedonic tergantung dari tingkat perbedaan yang ada dan juga tingkat kelas yang dikehendaki. Dalam pemberian skor besarnya skor tergantung pada kepraktisan dan kemudahan pengolahan atau interpretasi data. (Soekarto, 1985). Uji skoring dilakukan dengan menggunakan pendekatan skala atau skor yang dihubungkan dengan deskripsi tertentu dari atribut mutu produk dengan menggunakan angka untuk menilai intensitas produk dengan susunan meningkat atau menurun. 2.1.2 Definisi Uji Ranking Uji rangking (ranking test) merupakan uji sensori yang dilakukan dengan cara meminta para panelis untuk merangking sampel-sampel berkode sesuai urutannya untuk suatu sifat sensori tertentu. Pemberian ranking dilakukan secara keseluruhan atau terhadap atribut tertentu seperti warna atau flavor. Contoh diberi kode dan disajikan secara seragam, dan disajikan bersamaan lalu anelis diminta menyusun peringkat atau ranking. Dalam uji ranking, komoditi diurutkan dan diberi nomor urut. Urutan pertama atau kesatu selalu menyatakan yang paling tinggi, makin besar nomor pada peringkat menunjukkan urutan semakin kebawah atau peringkat asemakin rendah (Dewi Sarastani, 2012) Pada uji rangking, panelis diminta membuat urutan contoh-contoh yang diuji menurut perbedaan tingkat mutu sensorik. Urutan pertama selalu menyatakan yang paling tinggi, makin ke bawah nomor urut makin besar. Dalam uji rangking tidak disertakan contoh pembanding. 2.2 Persamaan Uji Pembedaan Dengan Skoring Dan Ranking Pada dasarnya persamaan uji pembedaan ranking dan skoring dapat dilihat dibawah ini ; 1. Kedua pengujin tersebut pada dasarnya adalah pengujian pengindraan 2. Kedua metode ini sama-sama memberikan pemilihan berupa konten dan sampel yang di uji. 2.3 Perbedaan Uji Pembedaan Dengan Skoring Dan Ranking Perbedaan uji ranking dan uji skoring diantaranya yaitu : 1. Dalam, dalam uji skoring panelis diminta untuk memberi penilaian atau skor pada suatu produk dimana samakin besar skor maka intensitas mutu produk semakin baik sedangkan uji rangking panelis diminta menyusun tingkatan intensitas dimana rangkin yang paling besar menunjukkan intensitas mutu yang lebih rendah 2. Dalam uji skoring skala atau skor yang diberikan dapat bernilai positif atau negative 3. Dalam uji rangking, skala penilaian selalu positif, sedangkan sedangkan alam uji rangking jenjang rangking tidak sama, artinya tidak ada dua produk dalam rangking yang sama. 4. Pada uji skoring menggunakan panelis yang terlatih sedangkan pada uji rangking menggunakan panelis yang terlatih untuk uji rangking perbedaan atau panelis tidak terlatih untuk uji rangking kesukaan (Kartika, 1988 dan Soekarto, 1985) 2.4 Manfaat Uji Pembedaan Dari uji ranking dan uji skoring yang dilakukan maka dapat diketahui urutan produk yang telah diuji panelis berdasarkan karakteristik sensori tertentu dan dapat diketahui adanya perbedaan sampel yang disajikan (Susiwi, 2009). Uji ranking yang dilakukan pada bahan makanan yang diujikan akan dapat digunakan untuk mencari hungan dan menguji hipotesis antara 2 variabel atau lebih. Selain hal tersebut, manfaat lain dari pengujian ini adalah untuk melatih dan meningkatkan kepekaan panelis.(Soekarto, 1985) 2.5 Komposisi Bahan Yang Digunakan
BAB 3 METEDOLOGI PRAKTIKUM 3.1 Alat dan Bahan 3.2 Skema Kerja BAB 4 HASIL PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN 4.1 Hasil Pengamatan
4.2 Hasil Perhitungan
BAB 5. PEMBAHASAN
5.1 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan 5.1.1 Uji Rangking Pada uji ranking, dilakukan persiapan bahan dengan menyiapkan 3 buah sampel yang sama namun berbeda merek, yaitu berupa kripik kentang merek piattos, lays, dan mister potato. Dari 3 merek sampel yang telah disiapkan, diberi kode 3 digit angka acak untuk memberi tanda pada sampel yang diujikan ke panelis dan menghindari kesalahan dalam pembedaan analisa oleh panelis. Sampel yang telah diberi kode tersebut kemudian disajikan kepada panelis untuk diuji dan dirangking berdasarkan kriteria kerenyahan yang dimiliki oleh masing masing sampel. Biasanya sampel dengan nomor 3 adalah sampel yang memiliki kriteria paling tinggi. Uji ranking digunakan untuk mengurutkan sampel berdasarkan pengujian panelis berdasarkan karakteristik tertentu, serta untuk mengetahui adanya perbedaan diantera sampel yang diujikan. Kemudian hasil uji sampel dilakukan perhitungan dengan cara perbandingan dengan tabel 7.3. hasil perhitungan digunakan untuk mengetahui apakan panelis bisa merespon dengan baik dan tepat.
5.1.2 Uji Skoring Pada uji skoring, pertama dilakukan persiapan sampel 4 produk kopi berbeda merek dengan merek torabika, kapal api, ABC dan kopi singa. Kemudian sampel sampel tersebut diberi kode 3 digit angka acak untuk memberi tanda pada sampel yang diujikan ke panelis dan menghindari kesalahan dalam pembedaan analisa oleh panelis. Sampel kemudian disajikan kepada panelis untuk dinilai dan diberi skor pada masing masing sampel oleh panelis untuk menentukan skor berdasarkan karakteristik kekentalan kopi sampel. Hasil yang didapat dari panelis kemudian dianalisa dan dilakukan perhitungan dengan metode ANNAVA untuk membandingkan keempat sampel. Jika hasil yang didapat berbeda nyata (BN), maka dilanjutkan dengan uji DNMRT ( Duncan Multiple Range Test). 5.2 Analisa Data
DAFTAR PUSTAKA
Sarastani, Dewi. 2012. Penuntun Paktikum Analisis Organoleptik. Direktorat Program Diploma IPB, Bogor
Soekarto S.T. 1985. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan HasilPertanian. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.
Soekarto. 1985. Penilaian Organoleptik. Jakarta: PT. Gramedia Utama.
Susiwi, S. 2009. Penilaian Organoleptik. Bandung: Fakultas MIPA UI.