Anda di halaman 1dari 2

REFLEKSI DIR SETTING TERMINAL

Oleh: Jihan Rigel Fitrian/ 1006672592



Setting terminal merupakan setting terakhir bagi kelas C pada praktik
keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan di semester ini. Jika boleh jujur,
setting ini merupakan salah satu setting yang mengesankan bagi saya secara
pribadi.
Seperti biasa, pada hari Jumat di minggu pertama, kami melakukan
pengkajian terlebih dahulu pada objek penelitian kami yaitu para supir angkutan
umum dan juga bis antarkota yang terdapat di Terminal Depok. Metode
pengkajian yang kami lakukan adalah menyebarkan kuisioner sambil mengukur
tekanan darah para objek penelitian. Tak lupa juga kami melakukan wawancara
kepada kepala terminal serta supir-supir angkutan umum yang kami temui di
terminal. Kami membagi kelompok kami menjadi beberapa kelompok kecil
dengan masing-masing kelompok memiliki komposisi 2-3 mahasiswa. Kemudian
kami menyebar di beberapa titik yang terdapat di dalam terminal. Biasanya
tempat-tempat yang sering dikunjungi oleh para supir disini adalah warung-
warung makan yang mengelilingi terminal. Tujuan kami adalah warung-warung
makan dimana banyak terlihat bapak-bapak sedang bersantai duduk sambil
meminum kopi, makan, atau hanya sekedar bercengkerama. Satu kelompok
memiliki target 3-4 orang untuk dilakukan pengkajian. Satu hal yang saya pelajari
dari tahapan pengkajian ini adalah, pertama, bahwasanya tidak mudah untuk
meyakinkan para supir angkutan umum atau bis untuk mau diminta
ketersediannya mengisi kuisioner kami. Kebanyakan alasannya adalah karena
sedang sibuk maupun tidak mau diganggu karena sedang beristirahat. Namun,
beberapa supir pada akhirnya mau dimintai bantuan untuk mengisi kuisioner
dengan iming-iming dilakukan pemeriksaan tekanan darah. Kedua, sangat
penting untuk menggunakan bahasa dan kata-kata yang sederhana yang lebih
mudah dipahami bapak-bapak supir ketika berkomunikasi dengan mereka. Ketiga,
harus sabar.
Minggu depannya, kami langsung melaksanakan intervensi yang telah
kami rencanakan. Kelompok kami akan melakukan pendidikan kesehatan secara
langsung dan personal kepada para supir angkutan umum dengan membagikan
leaflet, memberikan poster mini yang dapat ditempelkan ke jendela atau pintu
angkutan umum berisi himbauan, dan yang terakhir membagi-bagikan air mineral
kemasan botol ukuran 600 ml kepada mereka dengan lembaran himbauan yang
ditempel di kemasan merk air mineral buatan sendiri. Kami memilih kalimat-
kalimat yang menarik yang dapat lebih mudah dimengerti oleh bapak-bapak supir
angkutan umum. Hal ini dilakukan atas dasar evaluasi ketika pengkajian kemarin.
Hasil evaluasi ketika implementasi, bapak supir angkutan umum rerata sangat
antusias dengan informasi yang kami sampaikan terutama ketika kami mengajari
mereka cara menghitung kebutuhan cairan per hari yang disesuaikan dengan berat
badan mereka. Awalnya mereka nampak kebingungan namun untuk
mengantisipasi hal tersebut kami melakukan beberapa strategi agar bapak supir
angkutan lebih mudah untuk mengerti. Kami menggunakan bahasa sehari-hari
yang lebih dimengerti, mengkonversi ukuran volume cairan menjadi ukuran
jumlah botol atau gelas, menjelaskan dampat negatif dari tidak adekuatnya
pemenuhan cairan dengan kondisi kesehatan yang sering dialami oleh para supir
seperti pusing-pusing, pegal-pegal, dan sakit pinggang, dan kalau perlu kami
melakukannya berkali-kali sampai pada akhirnya mereka mengerti.
Evaluasi dari setting terminal: objek intervensi dengan yang kami kaji
hampir semuanya adalah orang yang berbeda. Sebenarnya hal ini bukan
merupakan masalah yang besar karena intervensi yang kami berikan bersifat
umum atau general. Akan menjadi berbeda jika setting yang kami berikan asuhan
keperawatan adalah setting keluarga.

Anda mungkin juga menyukai