Setting terminal merupakan setting terakhir bagi kelas C pada praktik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan di semester ini. Jika boleh jujur, setting ini merupakan salah satu setting yang mengesankan bagi saya secara pribadi. Seperti biasa, pada hari Jumat di minggu pertama, kami melakukan pengkajian terlebih dahulu pada objek penelitian kami yaitu para supir angkutan umum dan juga bis antarkota yang terdapat di Terminal Depok. Metode pengkajian yang kami lakukan adalah menyebarkan kuisioner sambil mengukur tekanan darah para objek penelitian. Tak lupa juga kami melakukan wawancara kepada kepala terminal serta supir-supir angkutan umum yang kami temui di terminal. Kami membagi kelompok kami menjadi beberapa kelompok kecil dengan masing-masing kelompok memiliki komposisi 2-3 mahasiswa. Kemudian kami menyebar di beberapa titik yang terdapat di dalam terminal. Biasanya tempat-tempat yang sering dikunjungi oleh para supir disini adalah warung- warung makan yang mengelilingi terminal. Tujuan kami adalah warung-warung makan dimana banyak terlihat bapak-bapak sedang bersantai duduk sambil meminum kopi, makan, atau hanya sekedar bercengkerama. Satu kelompok memiliki target 3-4 orang untuk dilakukan pengkajian. Satu hal yang saya pelajari dari tahapan pengkajian ini adalah, pertama, bahwasanya tidak mudah untuk meyakinkan para supir angkutan umum atau bis untuk mau diminta ketersediannya mengisi kuisioner kami. Kebanyakan alasannya adalah karena sedang sibuk maupun tidak mau diganggu karena sedang beristirahat. Namun, beberapa supir pada akhirnya mau dimintai bantuan untuk mengisi kuisioner dengan iming-iming dilakukan pemeriksaan tekanan darah. Kedua, sangat penting untuk menggunakan bahasa dan kata-kata yang sederhana yang lebih mudah dipahami bapak-bapak supir ketika berkomunikasi dengan mereka. Ketiga, harus sabar. Minggu depannya, kami langsung melaksanakan intervensi yang telah kami rencanakan. Kelompok kami akan melakukan pendidikan kesehatan secara langsung dan personal kepada para supir angkutan umum dengan membagikan leaflet, memberikan poster mini yang dapat ditempelkan ke jendela atau pintu angkutan umum berisi himbauan, dan yang terakhir membagi-bagikan air mineral kemasan botol ukuran 600 ml kepada mereka dengan lembaran himbauan yang ditempel di kemasan merk air mineral buatan sendiri. Kami memilih kalimat- kalimat yang menarik yang dapat lebih mudah dimengerti oleh bapak-bapak supir angkutan umum. Hal ini dilakukan atas dasar evaluasi ketika pengkajian kemarin. Hasil evaluasi ketika implementasi, bapak supir angkutan umum rerata sangat antusias dengan informasi yang kami sampaikan terutama ketika kami mengajari mereka cara menghitung kebutuhan cairan per hari yang disesuaikan dengan berat badan mereka. Awalnya mereka nampak kebingungan namun untuk mengantisipasi hal tersebut kami melakukan beberapa strategi agar bapak supir angkutan lebih mudah untuk mengerti. Kami menggunakan bahasa sehari-hari yang lebih dimengerti, mengkonversi ukuran volume cairan menjadi ukuran jumlah botol atau gelas, menjelaskan dampat negatif dari tidak adekuatnya pemenuhan cairan dengan kondisi kesehatan yang sering dialami oleh para supir seperti pusing-pusing, pegal-pegal, dan sakit pinggang, dan kalau perlu kami melakukannya berkali-kali sampai pada akhirnya mereka mengerti. Evaluasi dari setting terminal: objek intervensi dengan yang kami kaji hampir semuanya adalah orang yang berbeda. Sebenarnya hal ini bukan merupakan masalah yang besar karena intervensi yang kami berikan bersifat umum atau general. Akan menjadi berbeda jika setting yang kami berikan asuhan keperawatan adalah setting keluarga.