Anda di halaman 1dari 1

ANALISIS UNDANG-UNDANG NO 01/2014 (kajian pokok kearifan lokal)

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dilakukan dengan tetap mengakui dan
menghormati kesatuan-kesatuan Masyarakat Hukum Adat serta hak-hak tradisionalnya sesuai
dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta mengakui dan menghormati
Masyarakat Lokal dan Masyarakat Tradisional yang bermukim di wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil.
Pada pasal 1 ayat 32 dijelaskan bahwa Masyarakat adalah masyarakat yang terdiri atas
Masyarakat Hukum Adat , Masyarakat Lokal, dan Masyarakat Tradisional yang bermukim di
wilayah pesisir.
Dengan kata lain, terdapat campur baur tradisi dan kebiasaan masyarakat pesisir yang
mengatur setiap norma yang tersirat atau tidak gamblang dipaparkan secara kontekstual.
Terjadi perubahan di pasal 14 ayat 1 mengenai Mekanisme Penyusunan Rencana, yang
berbunyi Usulan penyusunan RSWP-3-K, RZWP-3-K, RPWP-3-K dilakukan oleh
pemerintah Daerah, Masyarakat dan Dunia Usaha. Terjadi penambahan subyek di ayat ini,
di undang-undang no 1/2014 masyarakat dilibatkan dalam usulan penyusunan rencana. Hal
ini mengindikasikan perlu adanya padu padan antara kebutuhan pemerintah dengan kearifan
lokal yang dimiliki masyarakat.
Bab 5 Hak Pengusahaan Perairan Pesisir terjadi perubahan pada tiap pasal. Undang-undang
no 1/2014 lebih menonjolkan kaharusan kepemilikan izin di daerah pesisir dan pemerintah
memfasilitasi pemberian izin lokasi untuk berkembangnya hak pengusahaan perairan pesisir
yang dilakukan oleh masyarakat dan pengelola dunia usaha. Jadi masyarakat adat dan lokal
tidak serta merta melakukan kegiatan pengelolaan daerah pesisir.
Tidak ada perubahan pada bagian rehabilitasi dan reklamasi, secara umum proses rehabilitasi
dan reklamasi menjadi tanggung jawab semua masyarakat, baik itu masyarakat adat,
masyarakat lokal dengan adanya pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun
daerah
Di undang-undang no 1 tahun 2014 pasal 26 ayat 4 huruf b, Yang dimaksud dengan "akses
publik" adalah jalan masuk yang berupa kemudahan, antara lain:
a. akses Masyarakat memanfaatkan sempadan pantai dalam menghadapi Bencana Pesisir;
b. akses Masyarakat menuju pantai dalam menikmati keindahan alam;
c. akses nelayan dan pembudi daya ikan dalam kegiatan perikanan, termasuk akses untuk
mendapatkan air minum atau air bersih;
d. akses pelayaran rakyat; dan
e. akses Masyarakat untuk kegiatan keagamaan dan adat di pantai.

Terdapat beberapa perubahan yang signifikan dari undang-undang no 27 tahun 2007, salah
satu yang menonjol adalah penjelasan mengenai aturan-aturan dan perizinan dalam
penggunaan hak pengelolaan perairan pesisir. Masyarakat dengan kearifan lokalnya
mengolah sumberdaya perairan pesisir lebih diarahkan dengan adanya aturan-aturan yang
jelas di undang-undang no 1 tahun 2014.

Anda mungkin juga menyukai