Anda di halaman 1dari 11

e-J ournal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha

J urusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)



HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN
KECERDASAN INTELEKTUAL DENGAN
PRESTASI BELAJAR IPA KELAS V
DESA PENGERAGOAN

I Wayan Budiarta
1
, Ni Ketut Suarni
2
, I Nyoman Arcana
3


1,3
Jurusan PGSD,
2
Jurusan TP, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: b.arta82@yahoo.co.id
1
,tut_arini@yahoo.com
2
,
nyomanarcana@yahoo.com
3

Abstrak

Jenis penelitian ini adalah Exspost-facto, yang bertujuan untuk mengetahui (1)
hubungan antara kecerdasan emosional dan prestasi belajar IPA (2) hubungan antara
kecerdasan intelektual dan prestasi belajar IPA(3) hubungan antara kecerdasan
emosional dan kecerdasan intelektual Dengan Prestasi Belajar IPASiswa Kelas V
Gugus I Di Desa Pengeragoan Kecamatan Pekutatan Tahun Pelajaran 2012/2013
jumlah sampelnya 52. Teknik pengambilan sampel adalah proposional rondom
sampling. Data di ambil dengan menggunakan koesioner. Data penelitian selanjutnya
dianalisis dengan teknik setatistik yaitu regresi sederhana, product moment, dan regresi
ganda. Hasil menelitian menunjukan hubungan antara kecerdasan emosional dan
prestasi belajar IPA F
hitung
= 985,58> F
tabel
= 4,03. Hubungan antara kecerdasan
intelektual dan prestasi belajar IPA F
hitung
= 6537,38> F
tabel
= 4,03. Hubungan secara
bersama-sama antara kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual dengan
prestasi belajar IPA F
hitung
= 3,95 > F
tabel
= 3,18,yang berarti memiliki hubungan yang
signifikan.

Kata kunci: kecerdasan emosional, intelektual, prestasi belajar

Abstract

This research is Exspost-facto, which aims to determine (1) the relationship between
emotional intelligence and academic achievement IPA (2) the relationship between
intellectual intelligence and achievement IPA (3) the relationship between emotional
intelligence and intellectual intelligence With Learning Achievement IPASiswa Class V In
the first group the Village District Pengeragoan Pekutatan academic year 2012/2013 the
number of samples 52. Sampling technique is proportional sampling rondom. Data taken
using koesioner. The research data were then analyzed with simple regression
techniques setatistik ie, product moment, and multiple regression. Menelitian results
show the relationship between emotional intelligence and academic achievement IPA
F
value
= 985.58> F
table
= 4.03. The relationship between intellectual intelligence and
science achievement F
Value
= 6537.38> F
table
= 4.03. Relations jointly between emotional
intelligence and intellectual achievement IPA with F
value
= 3.95> F
table
= 3.18, which
means that having a significant relationship.

Keywords: emotional intelligence, intellect, achievement





e-J ournal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
J urusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

PENDAHULUAN
Pendidikan adalah suatu usaha atau
kegiatan yang dijalani dengan sengaja,
teratur dan berencana dengan magsud
mengubah atau mengembangkan prilaku
yang di inginkan. Sekolah sebagai lembaga
formal merupakan sarana dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan tersebut.
Melalui sekolah, siswa mampu belajar
berbagai macam hal.
Proses belajar di sekolah adalah
proses yang sifatnya kompleks dan
menyeluruh. Banyak orang berpendapat
bahwa untuk meraih prestasi tinggi dalam
belajar, seseorang harus memiliki
intelligence Quontient (IQ) yang tinggi,
karena inteligensi merupakan bakal
potensial yang akan memudahkan dalam
belajar dan pada giliranya akan
mengasilkan prestasi belajar yang optimal.
Menurut binet (dalam Winkel, 1997:529)
hakikat inteligensi adalah kemampuan
untuk menetapkan dan mempertahankan
suatu tujuan, mengadakan penyesuain
dalam rangka mencapai tujuan itu, dan
untuk menilai keadaan secara kritis dan
objektif.
Kenyataanya, dalam proses belajar
mengajar di sekolah sering ditemukan
siswa yang tidak dapat meraih prestasi
belajar yang setara dengan kemampuan
inteligensinya. Ada siswa yang mempunyai
kemampuan inteligensi tetapi memperoleh
perestasi belajar yang relatif rendah,
namun ada siswa yang walaupun
kemampuan inteligensinya relatif rendah,
dapat meraih prestasi belajar yang relatif
tinggi. Itu sebabnya taraf inteligensi bukan
merupakan satu-satunya faktor menetukan
keberhasilan seseorang, karena faktor lain
yang mempengaruhi.
Goleman (2000:44) menyatakan
bahwa:kecerdasan intelektual (IQ) hanya
menyumbang 20% bagi kesusksesan,
sedangkan yang lainya adalah sumbangan
faktor kekuatan- kekuatan lain, diantaranya
adalah kecerdasan emosional atau
Emotional Quotient (EQ) yakni kemampuan
mengembangkan diri, kemampuan
mengembangkan motivasi, kemampuan
mengembangkan pengaturan diri,
kemampuan mengembangkan empati, dan
kemampuan mengembangkan kecakapan
dalam membina hubungan dengan orang
lain.
Dalam proses belajar siswa, kedua
inteligensi itu sangat diperlukan. IQ tidak
dapat berfungsi dengan baik tanpa
partisipasi penghayatan dari emosional
terhadap mata pelajaran yang disampaikan
di sekolah. Namun biasanya kedua
inteligensi itu saling melengkapi.
Keseimbangan antara IQ dan EQ
merupakan kunci keberhasilan belajar
siswa di sekolah (Goleman, 2002).
Pendidikan di sekolah bukan hanya perlu
mengembangkan retional intelligince yaitu
model pemahaman yang lazimnya
dipahami siswa saja, melainkan juga perlu
mengembangkan emotional intilligence
siswa.
Goleman (2002:170) menyebutkan
:hasil beberapa penelitian di University of
Vermon mengenai analisis struktur
neuologis otak manusia dan penelitian
prilaku oleh LeDoux pada tahun 1970
menunjukkan bahwa dalam pristiwa penting
kehidupan seseorang, EQ selalu
mendahului intelegensi rasional. EQ yang
baik dapat menentukan keberhasilan
individu dalam prestasi belajar membangun
kesusksesan karir, mengembangkan
hubungan suami- istri yang harmonis dan
dapat mengurangi agresivitas, khususnya
dalam kalangan remaja.
Kemunculan kecerdasan emosional
dalam pendidikan, bagi sebagian orang
mungkin dianggap sebagai jawaban atas
kejanggalan tersebut. Teori Daniel
Golemen, sesuai dengan judul bukunya
memberikan definisi baru terhadap kata
cerdas. Walaupun EQ merupakan hal yang
relatif baru dibandingkan dengan IQ,
namun beberapa penelitian telah
mengisyaratkan bahwa kecerdasan
emosional tidak kalah penting dengan
IQ.(Goleman, 2002:14).
Goleman (2002:58) menyatakan
bahwa:emosional adalah kemampuan
seseorang untuk mengembangkan
kesadaran diri, kemampuan mengelola
emosi, kemampuan mengembangkan
motivasi diri sendiri, kemampuan
mengembangkan pengaturan diri,
kemampuan mengembangkan empati, dan
kemampuan mengembangkan kecakapan
e-J ournal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
J urusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

dalam membina hubungan dengan orang
lain.
Khusus pada orang-orang murni
hanya memiliki kecerdasan tinggi, mereka
cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak
beralasan, terlalu kritis, rewel, cenderung
menarik diri, terkesan dingin dan cenderung
mengekspresikan kesalahan dan
kemarahnya secara tepat. Bila didukung
dengan rendahnya taraf kecerdasan
emosionalnya, maka orang-orang seperti
itu sering menjadi sumber masalah. Karena
sifat-sifat diatas, bila seseorang memiliki IQ
tinggi namun taraf kecerdasan
emosionalnya rendah maka cenderung
akan terlihat sebagai seseorang yang keras
kepala, sulit bergaul, mudah frustasi, tidak
mudah percaya kepada orang lain, tidak
peka dengan kondisi lingkungan dan
cenderung putus asa bila mengalami
stress. Kondisi sebaliknya, dialami oleh
orang yang memiliki taraf IQ rata-rata
namun memiliki kecerdasan emosional
yang tinggi (dalam Goleman, 2002:62).
Kecerdasan intelektual atau sering
disebut intelegensi berasal dari bahasa
ingris intelligence. Intelligence sendiri
adalah terjemahan dari bahasa latin
intellectus dan intelligencia Depdikbud
(dalam Ferdi ,2011). Definisi tentang
inteligensi pertama kali dikemukakan oleh
Sperarman dan Wynn Jones Pol pada
tahun 1927, Spearman dan Wynn
mengemukakan adanya konsep lain
mengenai suatu kekuatan (power) yang
dapat melengkapi akal pikiran manusia
(dalam Azwar, 1996:1).
George D. Stonddar 1941 (dalam
Azwar, 1996:6), menyebutkan intelegensi
sebagai bentuk kemampuan untuk
memahami masalah-masalah bercirikan:
mengandung kesukaran, kompleks,
abstrak, diarahkan pada suatu tujuan,
ekonomis, dan mempunyai nilai sosial.
Walters dan Gardber pada tahun
1986 mendefinisikan inteligensi sebagai
suatu kemampuan atau serangkaian
kemampuan-kemampuan yang
memungkinkan individu memecahkan
masalah, atau produk sebagai konsekuensi
eksistensi suatu budaya tertentu.
Menurut definisi dari pendapat para
ahli diatas yang dimaksud dengan
inteligensi pada hakekatnya merupakan
suatu kemampuan dasar yang bersifat
umum. Karena inteligensi merupkan suatu
kemampuan mental yang melibatkan
proses berpikir secara rasional, oleh karena
itu inteligensi sebenarnya tidak dapat
diamati secara langsung, melainkan harus
disimpulkan berdasarkan tes intelegensi.
Dalam menggambarkan inteligensi
sebagai kemampuan dasar, secara umum
telah berkembang berbagai teori tentang
intelegensi. Prawira (2012:177)
mengemukakan teori-teori inteligensi
sebagai berikut yaitu : Teori Daya Teori
daya diagap sebagai tiori yang tertua
karena sudah ada pada zaman kuno di
zaman Plato dan Aristoteles. Teori ini
megungkapkan manusia mempunyai
berbagai kemampuan atau daya misalnya,
daya ingat, daya mengenal satu sama
lainya, daya berpikir,dan lain sebagainya.
Teori daya jiwa manusia terdiri atas daya-
daya yang terpisah antara satu dengan
yang lain.Teori Dwi Faktor Teori dwi faktor
pertama dicetuskan oleh Charles
Spearman. Menurut Spearman
mengusulkan bahwa kemampuan
intelektual memmpunyai dua faktor yaitu
kemampuan- kemapuan umum (general
abilities) yang disebut dengan faktor G dan
kemampuan-kemampuan khusus (specific
abilities) yang disebut dengan faktor S. Jadi
antara faktor G dan faktor S mempunyai
hubungan yang sangat erat. Teori
Multifaktor Teori multifaktor dikemukakan
oleh E.L.Thondike. Menurut Thondike
membentuk hubungan Stimulus (S) dan
Respons (R). Hubungan-hubungan khusus
yang dibentuk oleh S dan R tersebut
selanjutnya membentuk sistem hubungan
yang disebut neurologis. Semakin banyak
banyak kemampuan manusia membentuk
hubungan S dan R akan membentuk orang
semakain cerdas. Dengan begitu,
seseorang dengan hubungan S dan R kecil
ia akan memiliki kecerdasan yang kurang.
Sifat dari teori multifaktor adalah otomatis.
Teori Kelompok Faktor Teori ini merupakan
gabungan antara teori yang dikemukakan
oleh Sperarman dan Thorndike. Menurut
teori kelompok faktor, kecerdasan
seseorang tidak hanya ditentukan oleh satu
faktor G, tetapi juga oleh beberapa faktor G.
e-J ournal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
J urusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

Setiap faktor G mendasari beberapa faktor
S sehingga terdapat kelompok-kelompok
faktor yaitu, satu faktor G dengan sejumlah
faktor S. Suryabrata( 2000:158)
mengemukakan bahwa: teori daya
mengungkapkan bahwa jiwa manusia terdiri
dari berbagai daya misalnya seperti
ingatan, fantasi, penalaran, diskriminasi dan
sebagainya. Masing-masing daya pada jiwa
manusia terpisah antara satu dengan yang
lainya.
Menurut definisi dari para ahli diatas
maka yang dimaksud dengan teori daya
adalah suatu teiri yang megungkapkan
kemampuan atau daya yang ada dalam diri
manusia misalnya daya ingat, daya berpikir,
daya penalaran dan sebagainya.
Edward Lee Thorndike (1874-1949),
dalam Prawira (2012:149)
mengklasifikasikan kecerdasan intelektual
menjadi 3 tipe, yaitu kecerdasan riil
(concrete intelligence), kecerdasan abstrak
(abstract intelligence),dan kecerdasan
sosial (social intelligence). Kecerdasan riil
(concrete intelligence) adalah kemampuann
individu untuk menghadapi situasi-
situasidan benda-benda riil. Misalnya batu,
pasir, jagung, gabah,singkong,dan lain-lain.
Dengan kecerdasan riil ini, manusia dapat
menghadapi dan mereaksi situasi-situasi
aktual secra sempurna dalam kehidupan
sehari-hari. Kecerdasan abstrak (abstract
intelligence) adalah kemampuan manusia
untuk mengerti kata-kata, bilangan-
bilangan, huruf-huruf, simbol-simbol,
rumus-rumus, dan lain-lain. Seorang yang
dipandang memiliki kecerdasan abstrak
yang tinggi adalah seorang filsuf. Mereka
banyak mempersoalkan hal-hal yang
bersifat abstrak seperti metafisika, konsep-
konsep dasar filsafat, misalnya tentang
keadilan, kebaikan, kecurangan, ketuhanan
dan lain-lain. Kecerdasan abstrak sangat
penting dalam kegitan kegiatan dalam
kehidupan masyarakat umumnya. Contoh
praktis penerafan kecerdasan abstrak
misalnya membaca, menulis, hukum ,
sastra. Kecerdasan sosial (social
intelligence) adalah kemampuan untuk
menghadapi dan mereaksi situasi-situasi
sosial atau hidup di dalam masyarakat.
Kecerdasan sosial bukan emosi seseorang
kepada orang laia, melainkan kemampuna
seseorang untuk mengerti kepada orang
lain, dapat berbuat sesuatu dengan tututan
masyarakat. Individu dengan kecerdasan
sosial yang tinggi akan mamapu
berinteraksi, bergaul, atau berkomunikasi
dengan orang lain secara mudah, mampu
menyesuikan diri dalam berbaga
lingkungan sosial budaya.
Jika ketiga tipe kecerdasan tersebut dimiliki
oleh individu secara seimbang, selaras, dan
harmonis, individu tesebut ideal sebagai
orang cerdas.
Athur J. Gates (dalam Prawira,
2012:225) belajar adalah perubahan
tingkah laku melaui pengalaman dan
latihan. Senanda dengan hal tersebut
Malvin H. Marx belajar adalah perubahan
yang dialami secra relatif abadi dalam
tingkah laku yang pada dasarnya
merupakan fungsi dari suatu tingkah
lakunya sebelumnya. Dalam hal ini, sering
atau biasa disebut praktek atau latihan.
Belajar tidak hanya dapat dilakukan
di sekolah saja, namun dapat dilakuakan
dimana- mana seperti dirumah ataupun di
lingkungan masyarakat . L.C.Crow dan
A.Crow belajar adalah suatu proses aktif
yang perlu dirangsang dan dibimbing ke
arah hasil-hasil yang di inginkan.
Sedangkan Gregory A.Kimble adalah suatu
perubahan yang relatif permanen dalam
pontensialitas tingkah laku yang terjadi
pada seseorang atau individu sebagai
suatu hasil latihan atau praktek.(dalam
Prawira, 2012:227)
Syah (2000: 116 ) mengemukakan babwa:
Belajar dapat dikatakan berhasil jika terjadi
perubahan dari siswa, namun tidak semua
perubahan perilaku dapat dikatakan belajar
karena perubahan tingkah laku akibat
belajar memiliki ciri-ciri perwujudan yang
khas antara lain: Perubahan Intersional
Perubahan yang terjadi dalam proses
belajar adalah berkat pengalaman atau
praktek yang dilakukan dengan sengaja
dan disadari , atau dengan kata lain bukan
kebetulan. Siswa menyadari bahwa ada
perubahan dalam dirinya, seperti
penambahan pengetahuan, kebiasaan, dan
keterampilan. Perubahan Positif dan Aktif
Perubahan yang terjadi karena proses
belajar bersifat positif dan aktif. Positif
artinya baik, bermanfaat, serta sesuai
e-J ournal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
J urusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

dengan harapan. Merupakan penambahan
yang baru diproleh yang lebih baik daripada
apa yang telah ada sebelumnya.
Sedangkan Aktif artinya tidak tidak terjadi
dengan sendirinya seperti karena proses
kemtangan, tetapi usaha siswa itu sendiri.
Perubahan Efektif dan Fungsional
Perubahan yang timbul karena proses
berifat efektif, yakni berhasil guna. Artinya,
perubahan tersebut membawa pengaruh,
makna, dan manfaat tertentu bagi siswa.
Sedangkan fungsional dalam arti bahwa ia
relatif menetap dan setiap saat apabila
dibutuhkan perubahan tersebut dapat
diproduksi dan dimanfaatkan.
Dari pendapat para ahli, maka yang
dimaksud dengan belajar adalah suatu
perubahan tingkahlaku sebagai akibat dari
pengalaman dan latihan. Marsun dan
Martaniah (dalam Tjundjing, 2001:71)
berpendapat bahwa prestasi belajar
merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu
sejauh mana peserta didik menguasai
bahan pelajaran yang diajarkan, yang diikuti
oleh perasaan puas bahwa ia mamapu
melakukan sesuatu dengan baik. Hal ini
berarti prestsi belajar hanaya bisa diketahui
jika telah dilakukan penelian terhadap hasil
belajar.
Menurut Poewodarminto (Ratna,
1996:206) yang dimaksud dengan prestasi
adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan
atau dikerjakan oleh seseorang. Sedangkan
prestasi belajar itu sendiri diartikan sebagai
prestasi yang dicapai oleh seorang siswa
pada jangka waktu tertentu dan dicatat
dalam buku rapot sekolah.
Merujuk kebeberapa definisi para
ahli prestasi belajar merupakan hasil usaha
belajar yang dicapai seseorang siswa
berupa suatu kecakapan dri kegiatan
belajar bidang akademik pada jangka waktu
tertentu.
Untuk meraih prestasi yang baik,
banyak sekali faktor yang perlu
diperhatikan, karena dalam dunia
pendidikan tidak sedikit siswa mengalami
kegagalan. Kadang ada siswa yang
memiliki dorongan yang kuat untuk
berprestasi dan kesempatan untuk
meningkatkan prestasi, tetapi dalam
kenyataanya yang diasilkan di bawah
kemampuannya.
Menurut Sumadi Suryabrata
(1998:233) dan Shertzer dan Stone (dalam
Winkle, 1997:591) secara garis besar
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
dan prestasi belajar dapat digolongkan
menjadi dua bagian, yaitu faktor internal
dan eksternal.
Faktor internal merupakan faktor yang
berasal dari dalam diri siswa yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Faktor ini dibedakan menjadi dua kelompok
yaitu fisiologos dan fiskologis. faktor
fisikologis yang dimaksud adalah faktor
yang berhubungan dengan kesehatan dan
pancaindra sedangkan faktor fisikologis
Inteligensi, Sikap ,Motivasi.
Selain faktor-faktor yang ada dalam
diri siswa, ada hal-hal lain diluar diri yang
dapat mempengaruhi prestasi belajar yang
akan diraih, antara lain adalah : Faktor
lingkungan keluarga Sosial ekonomi
keluarga Dengan sosial ekonomi yang
memadai seseorang lebih berkesempatan
mendafatkan pasilitas belajar yang lebih
baik , mulai dari buku pelajaran , alat-alat
tulis hingga sekolah yang bagus.
Pendidikan orang tua Orang tua yang telah
menempuh jenjang pendidikan tinggi
cenderung lebih memperhatikan dan
memahami pentingnya pendidikan bagi
anak-anaknya, dibandingkan orang tua
yang jejang pendidikanya lebih rendah .
Perhatian orang tua dan hubungan antar
anggota keluarga Dukungan dari keluarga
merupakan suatu pemacu semanagt
berprestasi bagi seseorang. Dukunhan
dalam hal ini bisa berupa secara langsung ,
berupa pujian atau nasehat, maupun
secara tidak langsung , seperti hubungan
keluarga yang harmonis. Faktor lingkungan
sekolah Saran dan prasarana Kelengkapan
fasilitas sekolah, seperti papan tulis ,OHP
akan membantu kelancaran proses belajar
mengajar di sekolah, selain bentuk
ruangan, sirkulasi udara, dan lingkungn
sekitar sekolah juga sangat mempengaruhi
proses belajar mengajar. Kompetensi guru
dan siswa Kualitas guru dan siswa sangat
penting dalam meraih prestasi,
kelengkapan saran dan perasarana tanpa
disertai kinerja yang baik dari para
penggunanya akan sia-sia. Bila seorang
merasa kebutuhanya untuk berprestasi
e-J ournal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
J urusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

dengan baik di sekolah terpenuhi, yang
dapat memenuhi rasa ingin tahunya,
hubungan dengan guru dan teman-
temannya berlangsung harmonis, maka
sisiwa akan memproleh iklim belajar yang
menyenangkan. Dengan demikian, siswa
akan terdorong untuk terus-menerus
meningkatkan prestas belajarnya.
Kurikulum dan metode mengajar Hal ini
meliputi materi dan bagaimana cara
memberikan materi kepada siswa. Metode
pembelajaran yang lebih interaktif sangat
diperlukan menumbuhakan minat dan
peran serta siswa dalam kegiatan
pembelajaran. Sarlito Wirwan(1994:22)
mengatakan bahwa faktor yang paling
penting adalah faktor guru. Jika guru
mengajar dengan bijaksana, tegas, memiliki
disiplin tinggi, luwes dan mampu membuat
siswa menjadi akan senang terhadap
pelajaran, maka prestasi belajar siwa akan
cenderung tinggi, paling tidak siswa
tersebut tidak bosan dalam mengikuti
pelajaran. Faktor lingkungan masyrakat
Sosial budaya Pandangan masyarakat
tentang pentingya pendidikan akan
mempengaruhi kesungguhan pendidikan
dan peserta didik. Masyarakat yang masih
memendang rendah pendidikan akan
enggan mengirim anknya ke sekolah dan
cenderung mandang rendah pekerjaan
guru/ pengajar. Partisifasi dalam
pendidikan. Bila semua pihak telah
berpartisifasi dan mendukung kegiatan
pendidikan, mulai dari pemerintah (berupa
kebijakan dan anggaran) sampai pada
masyarakat bawah, setiap orang akan
menghargai dan memajukan pendidikan.
Analisis Ulangan 1 Semester Mata
Pelajaran IPA Kelas V SD Gugus I Desa
Pengeragoan Tahun Pelajaran 2012/2013
di sajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Analisis Ulangan 1 Semester Mata Pelajaran IPA Kelas V SD
Gugus I Desa Pengeragoan Tahun Pelajaran 2012/2013

Aspek Sekolah dan Nilai
SD N 1
Pengeragoan
SD N 2
Pengeragoan
SD N 3
Pengeragoan
Nilai tertinggi 90 94 88
Nilai terendah 50 50 50
Rata-rata 66,0 68,0 62,5
Daya Serap 68,5% 72,0% 66,5%
Ketentuan Kelasikal 85,0% 85,0% 85,0%

Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat
bahwa prestasi belajar IPA kelas V masih
belum mencapai tuntutan standar yang
ditetapkan oleh SD Gugus I desa
Pengeragoan. Rendahnya prestasi belajar
siswa bisa di sebabkan karena siswa
kurang mengembangkan kecerdasan
emosional dengan baik. Dengan
kecerdasan emosional yang kurang baik
maka akan mempengarui tingkat
kecerdasan intelektual anak itu sendiri.
Dengan pengembangan tingkat emosional
dan intelektual yang baik dalam diri siswa
akan mengasilkan prestasi bagi siswa itu
sendiri. Namun terdapat penomena yang
menujukan bahwa tidak sedikit orang
dengan IQ yang tinggi memiliki prestasi
rendah, dan ada banyak orang dengan IQ
sedang dapat menggungguli prestasi
belajar orang dengan IQ tinggi.
Berdasarkan hasil pengamatan banyak
siswa yang mengalami hal demikian.
Sehingga ingin mengetahui lebih rinci
antara kecerdasan emosional dan
kecerdasan intelektual dengan prestasi
belajar siswa.
Dalam kaitan pentingnya kecerdasan
emosional dan kecerdasan intelektual pada
diri sendiri salah satu faktor penting untuk
meraih prestasi akademik, maka dalam
penyusunan skripsi ini diteliti untuk
mengetahui : Hubungan antara
kecerdasan emosional dan kecerdasan
intelektual dengan prestasi belajar IPA
pada siswa kelas V Gugus I di Desa
Pengeragoan Kecamatan Pekutatan.
Adapun tujuan yang ingin dicapai penelitian
ini adalah sebagai berikut ; Untuk
e-J ournal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
J urusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

mengetahui hubungan kecerdasan
emosional dengan prestasi Belajar IPA
siswa kelas V Gugus I SD Negeri di Desa
Pengeragoan Untuk mengetahui hubungan
kecerdasan intelektual dengan Prestasi
Belajar IPA siswa kelas V Gugus I SD
Negeri di Desa Pengeragoan Untuk
mengetahui Secara bersam-sama, apakah
terdapat hubungan yang signifikan antara
kecerdasan emosional dan kecerdasan
intelektual dengan Prestasi Belajar IPA
siswa kelas V Gugus I SD Negeri di Desa
Pengeragoan.

METODE
Berdasarkan karakteristik Masalah
yang di teliti, penelitian ini ini dapat
diklasifikasikan ke dalam penelitian kausal
komparatif karena secara umum penelitian
ini bertujuan untuk mengungkap
kemungkinan adanya hubungan sebab dan
akibat antar variabel tanpa manipulasi
suatu variabel. Penelitian kuasal komparatif
merupakan penelitian expost facto yaitu tipe
penelitian terhadap data yang dikumpulkan
setelah terjadinya suatu fakta atau
peristiwa. Dalam penelitian ini tidak
mengendalikan variabel bebas melalui
manipulasi data.
Populasi target dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa di SD Gugus I di Desa
Pengeragoan. Populasi terjangkau dalam
penelitian ini adalah siswa kelas V SD
Negeri 1 Pengeragoan, SD Negeri 2
Pengeragoan, SD Negeri 3 Pengeragoan,.
Populasi keseluruhan berjumlah 59 orang.
populasi yang jumlah 70 orang siswa,
maka jumlah sempelnya adalah 59 orang
siswa yang diperoleh berdasarkan tabel,
Jadi anggota sampel penelitian ini adalah
berjumlah 59 siswa. Siswa yang menjadi
sampel ini diambil dari masing-masing
kelas dengan teknik proposional random
sampling. Dari jumlah tersebut diasumsikan
95% dari sampel tersebut dapat
diobservasi, dan dari 95% ini diperkirakan
hanya 90% datanya yang dapat diperoleh
yaitu 52 orang.
Metode yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah metode skala.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan
skala kecerdasan emosional, skala
kecerdasan intelektual , dan metode
dokumentasi. Skala kecerdasan emosional
terdiri dari aspek mengenali emosi diri,
mengelola emosi diri, memotivasi diri
sendiri, mengenali emosi orang lain
(empati), bekerjasama dengan orang lain
Salovey dan Mayer (dalam Prawira,
2012:160) yang berguna untuk mengukur
sejauh mana Kecerdasan Emosional
dipahami Siswa Kelas V Gugus I Di Desa
Pengeragoan. Skala kecerdasan intelektual
terdiri dari kecerdasan rill, kecerdasan
abstrak, kecerdasan sosial.
Teknik pemeriksaan dokumen ini
khusus digunakan untuk melakukan
pengumpulan data terhadap prstasi Belajar.
Untuk memperoleh skor atau nilai dari
variabel Tingkat prestasi belajar rata-rata
siswa sebagai variabel terikat (Y) dilakukan
perhitungan nilai rata-rata nilai ulangan satu
semester yaitu : mata pelajaran pokok IPA
yang tercantum dalam buku laporan
pendidikan sekolah.
Analisis dalam penelitian ini
dilaksanakan dalam 2 tahap, yaitu: analisis
data untuk prasyarat analisis dilakukan uji
normalitas dan uji linieritas hubungan. Uji
normalitas dilakukan dengan cara
membandingakan nilai Kolmogorov-
Smirnov (K-S) dengan signifikansi, yaitu
0,05.
Dasar pengambilan keputusan
(Singgih, 2000:212). Skor signifikan K-S >
0,05, maka data berdistribusi normal, Skor
signifikan K-S < 0,05, maka data tidak
berdistribusi normal.
Uji multikolinearitas digunakan untuk
mengetahui apakah terdapat hubungan
yang cukup tinggi atau tidak diantara
variabel-variabel bebas. Teknik yang
digunakan untuk mencari nilai korelasi X
1

terhadap Y, korelasi X
2
terhadap Y dan
korelasi X
1
terhadap X
2.
adalah dengan
menggunakan rumus.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi umum hasil penelitian
memaparkan rata-rata, median modus,
standar deviasi, varian, skor minimum, skor
maksimum, dan range dari data kecerdasan
emosional dan kecerdasan. Hasilnya
disajikan pada Tabel 2.

e-J ournal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
J urusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

Tabel 2. deskripsi data kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual dan prestasi belajar IPA

Variabel Mean Median Modus
Setandar
devisiensi
Varian
Kecerdasan
Emosional
80,42 73,5 82 dan 84 580,21 329861,44
Kecerdasan
Intelektual
83,09 85 82 dan87 604,89 691,44
Pestasi Belajar 71,40 79 70 dan 71 514,90 21562,433

Uji normalitas yang digunakan
adalah teknik Kolmogrov-Smirnov. Hasil Uji
Normalitas Kecerdasan Emosional
berdasarkan hasil perhitungan yang
dilakukan didapatkan pada tabel kerja
diperoleh D
hitung
= 0,8665, kemudian hasil
yang didapatkan dari perhitungan tersebut
di bandingkan dengan D
tabel,
dengan N =
52 dan taraf signifikansi 0,05 adalah 1,040.
Ternyata D
hitung
lebih kecil dari D
tabel
sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel
yang berasal dari populasi untuk data
kecerdasan emosional berdistribusi secara
normal.
Hasil Uji Normalitas kecerdasan
intelektual berdasarkan hasil perhitungan
yang telah dilakukan dengan teknik
Kolmogrov-Smirnov . Di dapatkan hasil
pada tabel kerja, diperoleh D
hitung
= 0,9905,
yang kemudian hasilnya di bandingkan
dengan D
tabel,
dengan N = 52 dan taraf
signifikansi 0,05 adalah 1,040. Ternyata
D
hitung
lebih kecil dari D
tabel
sehingga dapat
disimpulkan bahwa sampel yang berasal
dari populasi untuk data motivasi belajar
berdistribusi secara normal.
Hasil Uji Normaliats Prestasi Belajar
berdasarkan perhitungan yang telah
dilakukan pada tabel kerja diperoleh D
hitung

= 0,7454, kemudian hasilnya dibandingkan
dengan D
tabel,
dengan N = 52 dan taraf
signifikansi 0,05 adalah 1,040. Ternyata
D
hitung
lebih kecil dari D
tabel
sehingga dapat
disimpulkan bahwa sampel yang berasal
dari populasi untuk data hasil belajar
berdistribusi secara normal.
Untuk menguji linieritas
menggunakan regresi sederhana yang
dilanjutkan dengan uji F. Dengan kaidah
keputusan sebagai beikut: jika F hitung < F
tabel (0.05), maka
o
H : diterima dan jika F
hitung > F tabel (0.05), maka
o
H : ditolak.
Berdasarkan tabel diatas, ternyata F
hitung

lebih kecil besar dari F
tabel
atau 4,817> 4,03,
maka data untuk kecerdasan emosional
berpola linier, sehingga dapat disimpulkan
bahwa analisis uji regresi dapat dilanjutkan.
Uji multikolinearitas digunakan untuk
mengetahui apakah terdapat hubungan
yang cukup tinggi atau tidak diantara
variabel-variabel bebas. Apabila terdapat
hubungan yang cukup tinggi (Signifikan)
diantara variabel bebas, dapat disimpulkan
bahwa terdapat kesamaan aspek yang
diukur diantara varibel bebas tersebut. Hal
ini berarti tidak layak digunakan untuk
menentukan konstribusi secara bersama-
sama variabel bebas terhadap variabel
terikat.
Jika koefisien ganda antar variabel
bebas mendekati koefisien korelasi ganda,
maka terjadi multikolinearitas. Berdasarkan
perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh
nilai korelasi ganda Rx
1
.x
2.Y
= 1,149,
sedangkan koefisien ganda antar variabel
bebas adalah 0,269. Dari hasil tersebut,
maka diperoleh bahwa koefisien korelasi
ganda antar variabel bebas tidak mendekati
koefisien korelasi ganda sehingga dapat
disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas
antar variabel bebas. Hal ini berarti layak
digunakan untuk menentukan kontribusi
secara bersama-sama variabel bebas yaitu
kecerdasan emosional dan kecerdasan
intelektual terhadap variabel terikat yaitu
prestasi belajar.
Hipotesis I berbunyi : Terdapat
hubungan yang signifikan antara
kecerdasan emosional siswa dengan
prestasi belajar IPA siswa kelas V Gugus I
di desa Pengeragoan Kecamatan
Pekutatan tahun pelajaran 2012/2013. Uji
hipotesis pertama dilakukan dengan teknik
regresi sederhana, yang kemudian
e-J ournal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
J urusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

dilanjutkan dengan perhitungan product
moment.
Hasil analisis hubungan antara
variabel kecerdasan emosional (X1)
terhadap prestasi belajar IPA yang di
dapatkan adalah 0,902. Jadi nilai korelasi
tersebut dikategorikan memiliki hubungan
yang sangat kuat, antara kecerdasan
emosional dengan prestasi belajar.
Hipotesis II berbunyi : Terdapat
hubungan yang signifikan antara
kecerdasan intelektual siswa terhadap
prestasil belajar IPA siswa kelas V Gugus I
Di Desa Pengeragoan Kecamatan
Pekutatan Tahun Pelajaran 2012/2013. Uji
hipotesis 2 dilakukan dengan teknik regresi
sederhana, yang kemudian dilanjutkan
dengan perhitungan product moment .
Hasil analisis korelasi kecerdasan
intelektual (X2) dengan prestasil belajar (Y)
perhitungan yang di dapatkan adalah 0,930,
nilai korelasi tersebut dikategorikan memiliki
hubungan yang sangat kuat, antara
kecerdasan intelektual dengan prestasi
belajar. Mendapatkan kontribusi sebesar
86,47%
Hipotesis III yaitu: Terdapat hubungan
yang signifikan antara kecerdasan
emosional dan kecerdasan intelektual
dengan presatsi belajar IPA pada siswa
kelas V Gugus I Di Desa Pengeragoan
Kecamatan Pekutatan tahun pelajaran
2012/2013. Uji hipotesis 3 dilakukan
dengan teknik regresi ganda. Hasil
perhitungan yang di dapatkan adalah 0,374,
yang kemudian dilanjutkan menguji
signifkansi dengan membandingkan F
hitung

dengan F
tabel.
Kaidah pengujian signifikansi:
Jika F hitung F tabel (0,05), maka H
0

ditolak, yang artinya signifikan Jika F hitung
F tabel (0,05), maka H
0
diterima, yang
artinya tidak signifikanDengan taraf
signifikansi 5%, dk pembilang = 2, dan dk
penyebut (n-m-1= 52 2 1=49) adalah 49,
maka diperoleh nilai F tabel adalah 3,18.
Ternyata F
hitung
> F
tabel
atau 3,95 lebih
besar daripada 3,18, sehingga nilai F
hitung
signifikan. Dengan demikian maka Ho
ditolak dan Ha diterima. Jadi dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara kecerdasan
emosional dan kecerdasan intelektual
dengan prestasi belajar IPA pada siswa
kelas V gugus I di Desa Pengeragoan
Kecamatan Pekutatan Tahun Pelajaran
2012/2013
Selanjutnya untuk mengetahui
seberapa besar sumbangan variabel
kecerdasan emosional dan kecerdasan
intelektual dengan prestasi belajar besar
sumbangan variabel kecerdasan emosional
dan kecerdasan intelektual terhadap
prestasi belajar adalah 13,98.
Dari hasil analisis regresi diketahui
bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara kecerdasan emosional terhadap
prestasi belajar. Dalam hasil penelitian ini
diperoleh bahwa kecerdasan emosional
berkontribusi sebesar 84,64% terhadap
prestasi belajar IPA siswa kelas V
Semester I SD N Gugus I di desa
Pengeragoan Kecamatan Pekutatan.
Salah satu faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar adalah
kecerdasan intelektual siswa. Berdasarkan
hasil analisis di atas juga diperoleh bahwa
kecerdasan intelektual berkontribusi
signifikan terhadap prestasi belajar IPA.
Dari hasil analisis tersebut diperoleh bahwa
kecerdasan intelektual berkontribusi
sebesar 86,49% terhadap prestasi belajar
IPA siswa.
Berdasarkan paparan tentang
hubungan kecerdasan emosional dan
kecerdasan intelektual dengan prestasi
belajar IPA maka dapat disimpulkan bahwa
kedua faktor tersebut memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap prestasi
belajar IPA. Hal tersebut dapat diketahui
dari besarnya kontribusi kedua faktor
terseebut secara bersama-sama adalah
13,98 Dengan demikian maka perlu
diketahui tingkat kecerdasan emosional dan
tingkat kecerdasan intelektual siwa dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa
sesuai dengan apa yang diharapkan.
Berdasarkan paparan tersebut,
maka kita dapat memikirkan bagaimana
cara mengetahui tingkat kecerdasan
emosional dan tingkat kecerdasan
intelektual siswa. Cara untuk mengetahui
tingkat kecerdasan emosional dan tingkat
kecerdasan intelektual siswa bisa dimulai
dari cara mengajar guru dengan
memperhatikan masing-masing karakter
siswa sehingga dapat mengetahui tingkat
e-J ournal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
J urusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

kecerdasan emosional siswa secara
keseluruhan dan seberapa besar tingkat
kecerdasan intelektual siswa dalam proses
kegiatan pembelajaran di dalam kelas.
Guru juga harus bisa menciptakan suasana
yang kondusif dan menyenangkan bagi
siswa untuk belajar sehingga siswa lebih
tertarik untuk belajar. Penilaian yang tidak
terlalu terpaku pada nilai ulangan saja juga
akan mengurangi kecemasan terutama
pada siswa yang kurang pintar.

PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan dapat dikemukakan simpulan
sebagai berikut. Terdapat hubungan yang
signifikan antara kecerdasan emosional
dengan prestasi belajar IPA pada siswa
kelas V Gugus I Di Desa Pengeragoan
Kecamatan Pekutatan tahun pelajaran
2012/2013. Terdapat hubungan yang
signifikan antara kecerdasan intelektual
dengan prestasi belajar IPA pada siswa
kelas V Gugus I Di Desa Pengeragoan
Kecamatan Pekutatan tahun pelajaran
2012/2013. Terdapat hubungan yang
signifikan antara kecerdasan emosional dan
kecerdasan intelektual prestasi belajar IPA
pada siswa kelas V Gugus I Di Desa
Pengeragoan Kecamatan Pekutatan tahun
pelajaran 2012/2013
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka
dapat diajukan beberapa saran sebagai
berikut. Bagi siswa disarankan agar selalu
melatih kemampuan IQ untuk mengetahui
tingkat kecerdasan emosional dan tingkat
kecerdasan intelektual agar dapat
meningkatkan prestasi belajar khususnya
prestasi belajar IPA. Guru hendaknya
berusaha untuk mengetahui tingkat
kecerdasan emosional dan motivasi belajar
siswa untuk meningkatkan hasil belajar
siswa khususnya hasil belajar IPA. Bagi
lembaga sekolah disarankan agar lebih
memperhatikan kecerdasan emosional
siswa dan meningkatkan motivasi belajar
siswa secara keseluruhan. Sehingga siswa
akan mendapat perlakuan yang lebih dalam
proses pembelajaran. Bagi peneliti lain
yang berminat terhadap temuan penelitian
ini dapat melakukan pembuktian-
pembuktian lebih mendalam dengan
mengambil populasi dan sampel yang lebih
besar.

DAFTAR RUJUKAN
Azwar, Saifuddin. (2000). Reliabilitas dan
Validitas. Yogyakarta: Pustaka
Balajar Offset.
-------.(1996).Psikologi Remaja. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Ferdi, Heru.2011. Hubungan Antara
Kecerdasan Emosional Dan
Kecerdasan Intelektual Dengan
Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas
VIII SMP 1 Busungbiu. Skripsi (
tidak diterbitkan ) Jurusan
Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Pendidikan
Ganesha
Goleman, Daniel. (2000) . Emotional
Intelligence (terjemahan).
Jakarta: PT Gramedia
Pustakawan Utama.
-------.(2002). Kecerdasan Emosional.
Jakarta: PT Gramedia
Pustakawan Utama.
Gottman, John. (2001). Kiat-kiat
Membesarkan Anak yang
Memiliki Kecerdasan Emosional
(terjemahan). Jakiarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Hadi, Sutrisno. (2000). Statistik 2.
Yogyakarta: Andi Offset.
Koyan, I Wayan. 2009. Statistik Dasar dan
Lanjut (Teknik Analisis Data
Kuantitatif). Singaraja: Undikshsa.
Muhibbidin, Syah. (2000). Psikologi
Pendidikan dengan Suatu
Pendekatan baru. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Prawira, Purwa. (2012). Psikologi
Pendidikan dalam Perspektif Baru.
Jakarta: AR-Ruzz Media.
Riduwan. 2008. Metode dan Teknik
Menyusun Tesis. Bandung:
Alfabeta.
e-J ournal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
J urusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)

Saifudin, Azwar, (1996). Psikologi
Inteligensi. Yogjakarta: Pustaka
Pelajar Offset.
Sia, Tjundjing. (2001). Hubungan Antara
IQ,EQ, dan QA dengan Prestasi
Studi Pada Siswa SMU. Jurnal
Animal Vol.17 no 1
Sugiyono, (2007) Statistik Nonparametris
Untuk Penelitian. Bandung: CV
ALFABETA.
-------. (2005) Memahami Penelitian
Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Sumadi, Suryabrata. (1998). Psikologi
Pendidikan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
-------. (1998). Metodologi Penelitian .
Cetakan sebelas. Jakarta: PT Raja
Grapindo Persada.
Surlito, Wirawan.(1997). Psikologi Remaja.
Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Suryabrata. 2000. Pengembangan Tes
Hasil Belajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Winkel, SW (1997). Psikologi Pendidikan
dan Evaluasi Belajar. Jakarta:
Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai