Anda di halaman 1dari 27

PEREKONOMIAN DALAM ERA GLOBALISASI

A. Pengertian dan Ciri Globalisasi


Kata globalisasi diambil dari kata global yang berarti universal. Globalisasi belum memiliki
definisi yang mapan kecuali definisi kerja sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya.
Ada yang melihat globalisasi sebagai suatu proses sosial, proses sejarah atau proses alamiah yang
akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat antara satu sama lain,
mewujudkan suatu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan
batas-batas geografis dan budaya masyarakat.
Globalisasi merupakan suatu istilah yang mempunyai hubungan dengan peningkatan keterkaitan
ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, pelayaran,
investasi , budaya dan bentuk interaksi lainnya sehingga batasan suatu negara menjadi bias.
Menurut Edison A. Jamli.dkk (2005) globalisasi adalah suatu proses tantanan masyarakat yang
dunia yang tidak mengenal batas wilayah.
Globalisasi adalah pada hakikatnya adalah proses gagasan yang dimunculkan , kemudian
ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan
bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia.
Menurut Krisna (2005) bahwa sebagai proses maka globalisasi berlangsung melalui dua dimensi
dalam interaksi antar bangsa, yaitu dimensi ruang dan waktu. Ruang semakin dipersempit dan
waktu semakin dipersingkat dalam interaksi antar bangsa dengan komunikasi pada skala dunia.
Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan, seperti bidang ideologi, politik, ekonomi,
sosial budaya , pertahanan, keamanan, dan lain-lain. teknologi informasi dan komunikasi menjadi
faktor pendukung utama dalam globalisasi. Dewasa ini, perkembangan terknologi begitu cepat,
sehiingga segala informasi dengan berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar luas ke
seluruh dunia. Oleh karena itu, kehadiran globalisasi tidak dapat dihindari lagi saat ini.
Dalam banyak hal, globalisasi mempunya banyak karakteristik yang sama dengan
internasionalisasi, sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering
menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-
batas negara. Di pihak lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung
oleh negara-negara adikuasa sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga
terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang
paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia
dan negara-negara kecil semakin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing.
Globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan pengaruh
berpengearuh terhadap bidang-bidang lain, seperti budaya dan agama. Theodore levitte
merupakan orang yang pertama kali menggunakan istilah globalisasi pada tahun 1985.
Berikut akan diuraikan beberapa ciri-ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena
globalisasi di dunia.
Perubahan dalam konsep ruang dan waktu, perkembangan barang-barang seperti telepon
genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian
cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan
banyak hal dari budaya yang berbeda.
Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai
akibat dari pertumbuhan perdagangnan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan
multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO)
Peningkatan interaksi budaya melalui perkembangan media massa,terutama televisi, film,
musik, dan transmisi berita dan olahraga internasional. Saat ini, kita dapat mengonsusi dan
mengalami gagasan serta pengalaman baru mengenail hal-hal yang melintasi beraneka ragam
budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.
Mengingkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup (pemanasan global),
krisis multinasional (global), inflasi regional, dan lain-lain.
B. Teori Globalisasi
Cochrane dan Pain menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan globalisasi, terdapat tiga posisi
teritori yang dapat dilihat yaitu :
1. Para Globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataaan yang memiliki konsekuensi
nyata terhadap bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan. Mereka percaya bahwa
negara-neaga dan kebudayaan lokal akan hilang diterpa kebudayaan dan ekonomi global yang
homogen. Meskipun demikian, para globalis tidak memiliki pendapat yang sama mengenai
konsekuensi terhadap proses tersebut.
a. Para globalis positif dan optimis menanggapi dengan baik perkembangan semacam itu dan
menyatakan bahwa globalisasi akan menghasilkan masyarakat dunia yang toleran dan
bertanggung jawab.
b. Para globalis pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena negatif karena
hal tersebut adalah bentuk penjajahan negara-negara barat , terutama Amerika Serikat, yang
memaksa sejumlah bentuk budaya dan konsumsi yang homogen dan terlihat sebagai sesuatu yang
benar dipermukaan. Beberapa dari mereka kemudian membentuk kelompok untuk menetang
globalisasi (antiglobalisasi)
2. Para tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi mereka berpendapat bahwa
fenoena ini adalah sebuah mitos semata atau jika memang ada, terlalu dibesar-besarkan. Mereka
merujuk bahwa kapitelisme telah menjadi fenomena internasional selama ratusan tahun. Apa
yang kita tengah alami saat ini hanyalah merupakan tahap lanjutan atau evolusi dari produksi dan
perdagangan kapital.
3. Para transformalis berada di antara para globalis dan tradisionalis. Mereka setuju bahwa
pengaruh globalisasi telah sangat dilebih-lebihkan oleh para globalis. Namun mereka juga
berpendapat baha sangat bodoh jika kita menyangkal keberadaan konsep ini. Posisi teoritis ini
berpendapat bahwa globalisasi seharusnya dipahami sebagai seperangkat hubungan yang saling
berkaitan dengan murni melalui sebuah kekuatan , yang sebagian esar tidak terjadi secara
langsung mereka menyatakan bahwa proses ini bisa dibalik,terutama ketika hal tersebut negatif
atau setidaknya dapat dikendalikan.
C. Sejarah globalisasi
Banyak sejarawan yang menyebut globalisasi sebagai fenomena di abad ke 20 ini yang
dihubungkan denan bangkitnya ekonomi internasional. Pada interaksi globalisasi dalam
hubungan antar bangsa di dunia telah ada sejak berabad-abad lalu. Bila ditelusuri benih-benih
globalisasi telah tumbuh ketika manusa mulai mengenal perdagangan antar negara sekitar 1000
dan 1500 M. Saat itu, para pedagang dari Tiongkok dan India mulai menulusuri negri lain, baik
melalui jalan darat, seperti jalur sutera, maupun jalan laut untuk berdagang.
Fenomena berkembangnya perusahaan Mcdonals di seluruh dunia menunjukkan telah terjadinya
globalisasi. Demikian pula pada fase yang ditandai dengan dominasi perdagangan kaum muslim
di Asia dan Afrika. Kaum muslim telah membentuk jaringan perdagangain di beberapa negara,
antara lain jepang, tiongkok, vietnam, indonesia, Malaysia, india , persia, afrika timur, venesia
dan Genoa. Di samping membentuk jaringan dagang kaum pedagangn muslim juga menyebarkan
nilai-nilai agama Islam, nama-nama , abjad, arsitek, nilai sosial dan budaya arab ke warga dunia.
Fase selanjutnya ditandai dengan eksplorasi dunia secara besar-besaran oleh bangsa Eropa,
utamanya Spanyol, Portugis, Inggris, dan Belanda sebagai pelopornya. Hal ini di dukung pula
dengan terjadinya revolusi industri yang telah mendorong peningkatan keterkaitan antar bangsa di
dunia. Berbagai teknologi mulai ditemukan dan menjadi dasar perkembangan teknologi saat ini,
seperti komputer, dan internet. Pada saat itu , berkembang pula kolonialiasis di dunia yang
membawa pengaruh besar terhadap difusi kebudayaan di dunia.
Semakin berkembangnya industri dan kebutuhan akan bahan baku serta pasar juga memunculkan
berbagai perusahaan multinasional di dunia. Misalnya, sejak politik pintu terbuka di terapkan di
Indonesia, maka perusahaan perusahaan dari Eropa membuka berbagai cabangnya di Indonesia,
seperti freeport, dan Exxon Oil dari Amerika Serikat, Unilever dari Belanda, British Petroleum
dari Inggris. Perusahaan multinasional seperti ini tetap menjadi ikon globalisasi sampai saat ini.
Fase berikutnya terus berjalan dan mendapat momentum ketika perang dingin berakhir dan
komunisme di dunia runtuh. Keruntuhan komunisme seakan memberi pembenaran bahwa
kapitalisme adalah jalan terbaik dalam mewujudkan kesejahteraan dunia. Implikasinya negara-
negara di dunia mulai menyediakan diri sebagai pasar yang bebas. Hal ini didukung pula dengan
perkembangan teknloogi komunikasi dan transportasi yang sangat cepat sehingga sekat-sekat
antar negara mulai kabur atau tidak jelas.
PEREKONOMIAN DALAM ERA GLOBALISASI
A. Pengertian dan Ciri Globalisasi
Kata globalisasi diambil dari kata global yang berarti universal. Globalisasi belum memiliki
definisi yang mapan kecuali definisi kerja sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya.
Ada yang melihat globalisasi sebagai suatu proses sosial, proses sejarah atau proses alamiah yang
akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat antara satu sama lain,
mewujudkan suatu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan
batas-batas geografis dan budaya masyarakat.
Globalisasi merupakan suatu istilah yang mempunyai hubungan dengan peningkatan keterkaitan
ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, pelayaran,
investasi , budaya dan bentuk interaksi lainnya sehingga batasan suatu negara menjadi bias.
Menurut Edison A. Jamli.dkk (2005) globalisasi adalah suatu proses tantanan masyarakat yang
dunia yang tidak mengenal batas wilayah.
Globalisasi adalah pada hakikatnya adalah proses gagasan yang dimunculkan , kemudian
ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan
bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia.
Menurut Krisna (2005) bahwa sebagai proses maka globalisasi berlangsung melalui dua dimensi
dalam interaksi antar bangsa, yaitu dimensi ruang dan waktu. Ruang semakin dipersempit dan
waktu semakin dipersingkat dalam interaksi antar bangsa dengan komunikasi pada skala dunia.
Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan, seperti bidang ideologi, politik, ekonomi,
sosial budaya , pertahanan, keamanan, dan lain-lain. teknologi informasi dan komunikasi menjadi
faktor pendukung utama dalam globalisasi. Dewasa ini, perkembangan terknologi begitu cepat,
sehiingga segala informasi dengan berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar luas ke
seluruh dunia. Oleh karena itu, kehadiran globalisasi tidak dapat dihindari lagi saat ini.
Dalam banyak hal, globalisasi mempunya banyak karakteristik yang sama dengan
internasionalisasi, sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering
menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-
batas negara. Di pihak lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung
oleh negara-negara adikuasa sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga
terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang
paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia
dan negara-negara kecil semakin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing.
Globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan pengaruh
berpengearuh terhadap bidang-bidang lain, seperti budaya dan agama. Theodore levitte
merupakan orang yang pertama kali menggunakan istilah globalisasi pada tahun 1985.
Berikut akan diuraikan beberapa ciri-ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena
globalisasi di dunia.
Perubahan dalam konsep ruang dan waktu, perkembangan barang-barang seperti telepon
genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian
cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan
banyak hal dari budaya yang berbeda.
Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai
akibat dari pertumbuhan perdagangnan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan
multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO)
Peningkatan interaksi budaya melalui perkembangan media massa,terutama televisi, film,
musik, dan transmisi berita dan olahraga internasional. Saat ini, kita dapat mengonsusi dan
mengalami gagasan serta pengalaman baru mengenail hal-hal yang melintasi beraneka ragam
budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.
Mengingkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup (pemanasan global),
krisis multinasional (global), inflasi regional, dan lain-lain.
B. Teori Globalisasi
Cochrane dan Pain menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan globalisasi, terdapat tiga posisi
teritori yang dapat dilihat yaitu :
1. Para Globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataaan yang memiliki konsekuensi
nyata terhadap bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan. Mereka percaya bahwa
negara-neaga dan kebudayaan lokal akan hilang diterpa kebudayaan dan ekonomi global yang
homogen. Meskipun demikian, para globalis tidak memiliki pendapat yang sama mengenai
konsekuensi terhadap proses tersebut.
a. Para globalis positif dan optimis menanggapi dengan baik perkembangan semacam itu dan
menyatakan bahwa globalisasi akan menghasilkan masyarakat dunia yang toleran dan
bertanggung jawab.
b. Para globalis pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena negatif karena
hal tersebut adalah bentuk penjajahan negara-negara barat , terutama Amerika Serikat, yang
memaksa sejumlah bentuk budaya dan konsumsi yang homogen dan terlihat sebagai sesuatu yang
benar dipermukaan. Beberapa dari mereka kemudian membentuk kelompok untuk menetang
globalisasi (antiglobalisasi)
2. Para tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi mereka berpendapat bahwa
fenoena ini adalah sebuah mitos semata atau jika memang ada, terlalu dibesar-besarkan. Mereka
merujuk bahwa kapitelisme telah menjadi fenomena internasional selama ratusan tahun. Apa
yang kita tengah alami saat ini hanyalah merupakan tahap lanjutan atau evolusi dari produksi dan
perdagangan kapital.
3. Para transformalis berada di antara para globalis dan tradisionalis. Mereka setuju bahwa
pengaruh globalisasi telah sangat dilebih-lebihkan oleh para globalis. Namun mereka juga
berpendapat baha sangat bodoh jika kita menyangkal keberadaan konsep ini. Posisi teoritis ini
berpendapat bahwa globalisasi seharusnya dipahami sebagai seperangkat hubungan yang saling
berkaitan dengan murni melalui sebuah kekuatan , yang sebagian esar tidak terjadi secara
langsung mereka menyatakan bahwa proses ini bisa dibalik,terutama ketika hal tersebut negatif
atau setidaknya dapat dikendalikan.
C. Sejarah Globalisasi
Banyak sejarawan yang menyebut globalisasi sebagai fenomena di abad ke 20 ini yang
dihubungkan dengan bangkitnya ekonomi internasional. Pada interaksi globalisasi dalam
hubungan antar bangsa di dunia telah ada sejak berabad-abad lalu. Bila ditelusuri benih-benih
globalisasi telah tumbuh ketika manusa mulai mengenal perdagangan antar negara sekitar 1000
dan 1500 M. Saat itu, para pedagang dari Tiongkok dan India mulai menulusuri negri lain, baik
melalui jalan darat, seperti jalur sutera, maupun jalan laut untuk berdagang.
Fenomena berkembangnya perusahaan Mcdonals di seluruh dunia menunjukkan telah terjadinya
globalisasi. Demikian pula pada fase yang ditandai dengan dominasi perdagangan kaum muslim
di Asia dan Afrika. Kaum muslim telah membentuk jaringan perdagangain di beberapa negara,
antara lain jepang, tiongkok, vietnam, indonesia, Malaysia, india , persia, afrika timur, venesia
dan Genoa. Di samping membentuk jaringan dagang kaum pedagangn muslim juga menyebarkan
nilai-nilai agama Islam, nama-nama , abjad, arsitek, nilai sosial dan budaya arab ke warga dunia.
Fase selanjutnya ditandai dengan eksplorasi dunia secara besar-besaran oleh bangsa Eropa,
utamanya Spanyol, Portugis, Inggris, dan Belanda sebagai pelopornya. Hal ini di dukung pula
dengan terjadinya revolusi industri yang telah mendorong peningkatan keterkaitan antar bangsa di
dunia. Berbagai teknologi mulai ditemukan dan menjadi dasar perkembangan teknologi saat ini,
seperti komputer, dan internet. Pada saat itu , berkembang pula kolonialiasis di dunia yang
membawa pengaruh besar terhadap difusi kebudayaan di dunia.
Semakin berkembangnya industri dan kebutuhan akan bahan baku serta pasar juga memunculkan
berbagai perusahaan multinasional di dunia. Misalnya, sejak politik pintu terbuka di terapkan di
Indonesia, maka perusahaan perusahaan dari Eropa membuka berbagai cabangnya di Indonesia,
seperti freeport, dan Exxon Oil dari Amerika Serikat, Unilever dari Belanda, British Petroleum
dari Inggris. Perusahaan multinasional seperti ini tetap menjadi ikon globalisasi sampai saat ini.
Fase berikutnya terus berjalan dan mendapat momentum ketika perang dingin berakhir dan
komunisme di dunia runtuh. Keruntuhan komunisme seakan memberi pembenaran bahwa
kapitalisme adalah jalan terbaik dalam mewujudkan kesejahteraan dunia. Implikasinya negara-
negara di dunia mulai menyediakan diri sebagai pasar yang bebas. Hal ini didukung pula dengan
perkembangan teknloogi komunikasi dan transportasi yang sangat cepat sehingga sekat-sekat
antar negara mulai kabur atau tidak jelas.
D.Respon Masyarakat Terhadap Globalisasi
1. Gerakan Pro-Globalisasi
Pendukung globalisasi (sering juga disebut dengan pro-globalisasi) mengangggap bahwa
globalisasi dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran ekonomi masyarakat dunia.
Mereka berpijkak pada teori keunggulan komparatif yang dicetuskan oleh David Ricardo. Teori
ini enyatakan bahwa suatu negara dengan negara lain saling bergantung dan dapat saling
menguntungkan satu sama laiinnya. Salah satu bentuknya adalah ketergantungan dalam bidangn
ekonomi. Kedua negara dapat melakukan transaksi pertukaran sesuai dengan keunggulan
komparatif yang dimilikinya. Misalnya, Jepang memiliki keunggulan komparatif pada produk
kamera digital (Mampu mencetak lebih efisien dan bermutu tinggi) sementara Indonesia memiliki
keunggulan kompartif produk tekstil. Menurut teori ini, Jepang dianjurkan untuk menghentikan
produksi tekstil dan mengalihkan faktor produksinya untuk memaksimalkan produksi kamera
digital, lalu menutupi kekurangan penawaran tekstil dengan membeli produk dari Indonesia,
begitu juga sebaliknya.
Salah satu penghambat utama terjadinya kerjasama di atas adalah adalah larangan-larangan dan
kebijakan proteksi dari pemerintah suatu negara. Di satu sisi kebijakan ini dapat melindungi
produksi dalam negeri namun di sisi lain, hal ini akan meningkatkan biaya produksi barang
impor, sehingga sulit menembus pasar di negara yang dituju. Para pendukng globalisasi tidak
setuju akan adanya proteksi dan larangan tersebut, mereka ingin dilakukannya kebijakan
perdagangan bebas, sebab harga barang-barang dapat ditekan dan permintaan dapat meningkat
dan pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Beberapa kelompok pro-globalisasi juga mengkritik Bank Dunia dan IMF . mereka berpendapat
bahwa kedua badan tersebut hanya mengontrol dan mengalirkan dari kepada suatu negra , bukan
pada suatu koperasi atau perusahaan. Sebagai hasilnya, banyak pinjamman yang mereka berikan
jatuh kepada tangan para diktator yang kemudian menyelewengkan dan tidak menggunakan dana
tersebut sebagaimana mestinya, meninggalkan rakyatnya ke dalam lilitan hutang negara, dan
sebagai akibatnya tingkat kemakmuran akan menurun. Oleh karena tingkat kemakmuran
menurun, maka masyaratakat negara itu terpaksa mengurangi tingkat konsumsinya, termasuk
konsumsi barang impor sehingga laju globalisasi akan terhambat dan mengurangi tingkat
kesejahteraan penduduk.
2. Gerakan Anti-Globalisasi
Antiglobalisasi adalah suatu istilah yang umum digunakan untuk memaparkan sikap politis
orang-orang dan kelompok yang menentang perjanjian dagang global dan lembaga-lembaga yang
mengatur perdagangan negara, seperti WTO.
Antiglobalisai dianggap oleh sebagian besar orang sebagai gerakan sosial, sementara yang
lainnya menganggap sebagai istilah umum yang mencakup sejumlah pergerakan sosial yang
berbeda-beda. Apapun maksudnya, para peserta dipersatukan dalam perlawanan terhadap
ekonomi dan sistem perdangan global saat ini, yang mmenurut mereka mengikis lingkungan
hidup, hak-hak buruh, kedaulatan nasional dunia ketiga, dan lain-lain.
Namun orang-orang yang dicap antiglobalisasi sering menolak istilah itu, dan mereka lebih
suka menyebut diri mereka sebagai Gerakan Keadilan Global, Gerakan dari semua gerakan atau
sejumlah istilah lainnya.
E. Dampak Globaliasis Terhadap Perekonomian Dunia
Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan , dimana
negera-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan
tanpa rintangan batas teritorial negara. Globalisasi perekonomian mengharuskan penghapusan
seluruh batasan dan hambatan dalam arus modal, barang , dan jasa.
Ketika globalisasi ekonomi terjadi, maka batas suatu negara akan menajadi semakin kabur dan
keterkaita antara perekonomian nasional dengan perekonomian internasional akan semakin erat.
Globalisasi perekonomian di satu pihak akan membuka peluang pasar produksi dari dalam negeri
ke pasar internasional secara kompetitif, sebaliknya membuka peluang masuknya produk global
ke dalam pasar domestik.
Wujud nyata dari globalisasi ekonomi, antara lain terlihat dalam berbagai bentuk sebagai berikut:
a. Globalisasi produksi, dimana perusahaan berproduksi di berbagai negara dengan sasaran agar
biaya produksi menjadi lebih rendah. Hal ini dilakukan, baik karena upah buruh yang rendah,
tarif bea masuk yang murah, infrastruktur yang memadai maupun karena iklim usaha dan politik
yang kondusif. Dunia menjadi lokasi manufaktur global.
b. Globalisasi pembiayaan. Perusahaan global mempunyai akses untuk memperoleh pinjaman
atau melakukan investasi, baik dalam bentuk portofolio maupun investasi langsung dalam sektor
riel di semua negara di dunia. Contoh, Pt Telkom dalam memperbanyak satuan sambungan
telepon, atau PT Jasa Marga dalam memperluas jaringan jalan tol telah memanfaatkan sistem
pembiayaan dengan pola BOT (build-Operation-Transfer) bersama mitrausaha dari manca
negara.
c. Globalisasi tenaga kerja, perusahaan global akan mampu memanfaatkan tenaga kerja dari
seluruh dunia sesuai kelasnya, seperti penggunaan staf proffesional diambil dari tenaga kerja
yang telah memiliki pengalaman internasonal atau burh kasar yang biasa diperoleh dari negara-
negara berkembang. Melalui globalisasi, Maka Human movement akan semakin mudah dan
bebas serta lebih cepat.
d. Globalisasi jaringan informasi. Masyarakat suatu negara dengan mudah dan cepat
mendapatkan informasi dari negara-negara di dunia karena adanya kemajuan teknologi, antara
lain melalui TV, Radio, Media Cetak, dan lain-lain. Melalui jaringan komunikasi yang semakin
maju telah membantu meluaskan pasar ke berbagai belahan dunia untuk barang yaang sama .
contohnya: KFC, celana jeans levis , atau hamburger yang melanda pasar dimana-mana.
Akibatnya, selera masyarakat dunia, baik yang berdomisili di kota maupun di desa menuju pada
selera global.
e. Globalisasi Perdagangan. Hal ini terwujud dalam bentuk penurunan dan penyeragaman tarif
serta penghapusan berbagai hambatan nontarif, sehingga kegiatan perdagangan dan persaingan
menjadi semakin cepat, ketat, dan adil.
Beberapa bentuk dampak globalisasi ekonomi terhadap perekonomian negara-negara di dunia,
baik dalam bentuk positif maupun dalam bentuk negatif:
1. Dampak positif Globalisasi Ekonomi
Produksi global dapat ditingkatkan, pandangan ini sesuai dengan teori keuntungan Komparatif
dari David Ricardo. Melalui spesialisasi dari perdagangan, maka faktor-faktor produksi serta
dunia dapat digunakan dengan lebih efisien , output dunia bertambah dan masyarakat akan
memperoleh keuntungan dari spesialisasi dan perdagangan dalam bentuk pendapatan yang
meningkat, yang selanjutnya dapat meningkatkan konsumsi dan tabungan serta investasi.
Meningkatkan kemakmuran masyarakat dalam suatu negara, perdagangan yang lebih bebas
memungkinkan masyarakat dari berbagai negara mengimpor lebih banyak barang dari luar
negeri. Hal ini menyebabkan konsumen mempunyai pilihan barang yang lebih banyak selain itu ,
konsumen juga dapat menikmati barang yang lebih baik dan bermutu dengan harga yang lebih
rendah
Meluaskan pasar untuk produksi dalam negeri, perdaganga luar negeri yang lebih bebas
memungkinkan setiap negara memperoleh pasar yang lebih luas dari pasar dalam negeri.
Dapat memperoleh lebih banyak modal dan teknologi yang lebih baik, modal dapat diperoleh
dari investasi asing, terutama dinikmati oleh negara-negara berkembang , karena masalah
kekurangan modal dan tenaga ahli serta tenaga terdidik yang berpengalaman kebanyakan
dihadapi oleh negara-negara berkembang.
Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi
Pembangunan sektor industri dan berbagai sektor lainnya bukan saja dikembangkan oleh
perusahaan asing tetapi terutama melalui investasi yang dilakukan oleh perusahaan swasta
domestik. Perusahaan domestik seringkali memerlukan modal dari bank atau pasar saham. Dana
dari luar negeri terutama dari negara maju yang memasuki pasar uang dan modal di dalam negeri
dapat membantu menyediakan modal yang dibutuhkan tersebut.
2. Dampak Negatif Globalisasi Ekonomi
Menghambat pertumbuhan sektor industri, salah satu efek dari globalisasi adalah terjadinya
perkembangan sistem perdagangan luar negeri yang lebih bebas. Perkembangan ini menyebabkan
negara-negara berkembang tidak dapat lagi menggunakan tarif yang tinggi untuk memberikan
proteksi kepada industri baru yang berkembang(infant industry) akibatnya, perdagangan luar
negeri yang lebih bebas menimbulkan hambatan kepada negara berkembang untuk memajukan
sektor industri domestik yang lebih cepat . selain itu, ketergantungan kepada industri-industri
yang dimiliki perusahaan multinasional semakin meningkat.
Memperburuk neraca pembayaran,Globalisasi cenderung menaikkan jumlah barang barang
impor yang masuk ke setiap negara. Sebaliknya, apapbila suatu negara tidak mampu bersaing ,
maka ekspornya tidak akan berkembang pula. Keadaan ini dapat memperburuk kondisi neraca
pembayaran negara yang bersangkutan karena akan cenderung terjadi penurunan nilai surlpus
ekspor, sehingga perolehan devisa akan menurun dan pada akhirnya akan minus. Efek buruk lain
dari globalisasi terhadap neraca pembayaran adalah pembayaran neto pendapatan faktor produksi
dari luar negeri mengalami defisit. Investasi asing bertambah banyak di suatu negara akan
enyebabkan terjadinya aliran pembayaran keuntungan (pendapatan ) investasi ke luar negeri
semakin meningkat.
Sektor keuangan semakin tidak stabil,
Salah satu efek penting dari globalisasi adalah pengaliran investasi (modal) portofolio yang
semakin besar. Investasi ni terutama meliputi partisipasi dana luar negeri ke pasar saham. Ketika
pasar saham sedang meningkat, dana ini akan mengalir masuk, maka neraca pembayaran dan
nilai uang akan bertambah baik. Sebaliknya, ketika harga saham di pasar menurun dana dalam
negeri akan mengalir ke luar negeri neraca pembayaran cenderung bertambah buruk dan nilai
mata uang domestik merosot. Ketidakstabilan di sektor keuangan ini dapat menimbulkan efek
buruk kepada kestabilan kegiatan ekonomi secara keseluruhan.
Memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang, apabila hal hal yang dinyatakan
di atas berlaku dalam suatu negara, maka dalam jangka pendek pertumbuhan ekonominya
menjadi tidak stabil. Dalam jangka panjang pertumbuhan yang seperti ini akan mengurangi
lajunya pertumbuhan perekenomian. Pendapatan nasional dan kesempatan kerja akan semakin
lambat pertumbuhannya dan masalah pengangguran tidak dapat diatasi atau malah semakin
memburuk. Pada akhirnya, apabila globalisasi menimbulkan efek buruk kepada prospek
pertumbuhan ekonomi jangka panjang suatu negara , maka distribusi pendapatan akan menjadi
semakin tidak adil dan masalah sosial ekonomi masyarakat semakin bertambah buruk.
Duaaaa
Makalah Perekonomian Indonesia dalam Era Globalisasi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu ekonomi sebagai bentuk dari usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam
kesehariannya terus mengalami perkembangan seiring berjalannya waktu. Perekonomian dari
berbagai belahan dunia maupun dari negara indonesia sendiri menunjukan perkembangannya
dalam era globalisasi seperti saat ini,tujuannya tidak lain hanyalah untuk mensejahterakan
masyarakat negara itu sendiri. Permasalahan yang di alami di indonesia dalam era globalisasi
tak hanya melibatkan kaum politisi saja,namun masyarakat indonesia sendiri turut berperan
penting dalam kemajuan perekonomian di indonesia. Selain sumber daya manusia itu
sendiri,agama,kebudayaan,sumber daya alam,letak geografis dan ideologi pun turut serta
menjadi pendorong bagi kemajuan dan perkembangan perekonomian di indonesia.
Dalam perkembangan perekonomian di indonesia,tidak hanya melibatkan satu negara
saja,akan tetapi indonesia masih butuh dan perlunya hubungan perekonomian dengan negara-
negara lainnya,agar terciptanya perekonomian yang stabil dan berjalan dengan semestinya.




1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah berjudul Perekonomian Indonesia dalam era
globalisasi ini adalah :
1. Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Sistem Ekonomi Indonesia
2. Sebagai media pembelajaran mengena bagai mana Indonesia dalam menghadapi era
globalisasi dan perekonomian terkini di Indonesia
3. Mengetahui apa saja hal yang dihadapi Indonesia dalam era globalisasi saat ini
4. Sebagai bahan diskusi kelas pada perkuliahan Sistem ekonomi Indonesia



BAB II
PEMBAHASAN
II.1. Perekonomian Indonesia dalam Era Globalisasi
A. Indonesia menghadapi Globalisasi
Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan
keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia melalui
perdagangan,investasi,perjalanan,budaya populer,dan bentuk-bentuk interaksi yang lain
sehingga batas-batas suatu negara menjadi bias. Dalam banyak hal,globalisasi mempunyai
banyak karkateristik yang sama dengan internasionalisasi,dan istilah ini seiring
dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan
berkurangnya peran negara atau batas-batas negara.
Kata globalisasi diambil dari kata global,yang maknanya ialah universal. Globalisasi
belum memiliki definisi yang mapan,kecuali sekedar definisi kerja (working
definitation),sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandang
sebagai suatu proses sosial,atau proses sejarah,atau proses alamiah yang akan membawa
seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain,mewujudkan satu tatanan
kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas
geografis,ekonomi da budaya masyarakat.
Mitos yang hidup selama ini tentang globalisasi adalah bahwa proses globalisasi akan
membuat dunia seragam. Proses globalisasi akan menghapus identitas dan jati diri.
Kebudayaan lokal atau etnis akan ditelan oleh kekuatan budaya besar atau kekuatan budaya
global. Anggapan atau jalan pikiran di atas tersebut tidak sepenuhnya benar. Kemajuan
teknolohi komunikasi memang telah membuat batas-batas dan jarak menjadi hilang dan tak
berguna. Jhon Naisbutt ( 1988 ) dalam bukunya yang berjudul Global Paradox ini
memperlihatkan hal yang justru bersifat paradox dari fenomena globalisasi. Naisbitt ( 1988 )
mengemukakan pokok-pokok pikiran lain yang paradox,yaitu semakin kita menjadi
universal,tindakan kita semakin kesukuan,dan berfikir lokal,bertindak global. Hal ini
dimaksudkan kita harus mengkonsentrasikan kepada hal-hal yang bersifat etnis,yang hanya
dimiliki oleh kelompok atau masyarakat itu sendiri sebagai modal pengembangan ke dunia
internasional.
Di sisi lain,ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh
negara-negara adikuasa,sehingga bisa saja orang memiliki oandangan negatif atau curiga
terhadapnya. Dari sudut pandang ini,globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam
bentuknya yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan
mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak
mampu bersaing. Sebab,globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian
dunia,bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama.
Berikut ini adalah ciri-ciri yang menandakan semakin berkembangnnya fenomena
globalisasi di dunia. Hilir mudiknya kapal-kapal pengangkut barang antar negara menunjukan
keterkaitan antarmanusia di seluruh dunia.
a. Perubahan dalam konsep ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon
genggam,televisi satelit,dan internet menunjukan bahwa komunikasi global terjadi demikian
cepatnya,sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita
merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.
b. Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung
sebagai akibat dari pertumbeuhan perdagangan internasional,peningkatan pengaruh
perusahaan multinasional,dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (
WTO ).
c. Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media masa ( terutama
televisi,film,musik,dan transmisi berita dan olah raga internasional ). Saat ini,kita dapat
mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenao hal-hal yang
melintasi beraneka ragam budaya. Misalnya dalam bidang fashion,literatur dan makanan.
d. Meningkatnya masalah bersama,misalnya pada bidang lingkungan hidup,kirsis multinasional
inflansi regional dan lain-lain.

Kennedy dan Choen menyimpulkan bahwa transformais ini telah membawa kita pada
globalisme,sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu. Giddens
menegaskan bahwa kebanyakan dari kitan dalam sa sadar bahwa sebenarnya diri kita turut
ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang di tandai dengan
selera dan rasa ketertarikan akan hal sama,perubahan dan keridakpastian,serta kenyataan
yang mungkin terjadi. Selain dengan itu, Petter Drucker menyebutkan globalisasi sebagai
zaman transformasi sosial. Setiap beberapa ratus tahun dalam sejarah manusia,transformasi
hebat terjadi. Dalam beberapa dekade saja,masyarakat telah berubah kembali baik dalam
pandangan mengenai dunia,nilai-nilai dasar,struktur politik dan sosial,maupun seni. Lima
puluh tahun kemudai muncullah sebuah dunia baru.
Pendukung globalisasi ( sering juga disebut dengan pro-globalisasi ) menganggap bahwa
globalisasi dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran ekonomi masyarakat dunia.
Mereka berpijak pada teori keunggulan komparatif yang dicetyuskan oleh David
Ricardo. Teori ini menyatakan bahwa suatu negara dengan negara lain seling bergantungan
dan dapatsaling menguntungkan satu sama lainnya,dan salah satu bentuknya
adalah ketergantungan dalam bidang ekonomi. Kedua negara dapat melakukan transaksi
pertukaran sesuai dengan keunggulan komparatif yang di milikinya. Misalnya,jepang
memiliki keunggulan komparatif pada produk kamera digital ( mampu mencetak lebih efisien
dan bemutu tinggi ) sementara Indonesia memiliki keunggulan pada kainnya. Dengan teori
ini,jepang di anjurkan untuk menghentikan produksi digital,lalu menutup kekurangan
penawaran kain dengan membelinya dair Indonesia,begitu juga sebaliknya.
Salah satu penghambat utama terjadinya kerjasama diatas adalah adanya larangan-
larangan dan keijakan proteksi dari pemerinta suatu negara. Si satu sisi,kebijakan ini dapat
melindungi produksi dalam negri,namun di sisi lain,hal ini akan meningkatkan biaya
produksi dalam negri,namun di sisi lain,hal ini akan meningkatkan biaya produksi barang
impor sehingga sulit menembus pasar ngeara yang di tuju. Para pro-globalisai tidak setujua
akan diadakannya kebijakan perdagangan bebas sehingga harga barang-barang dapat
ditekan,akbiatnya permintaan akan meningkat. Karena permintaan akan
meningkat,kemakmuran akan meningkat dan begitu seharusnya.
Beberapa faktor pro-globalisme juga mengkritik Bank dunia dan IMF,mereka
berpendapat bahwa kedua badan tersebut hanya mengontrol dan mengalirkan dana kepada
suatu negara,bukan kepada suatu koperasi atau perusahaan, sebagai hasilnya,banyak
pinjaman yang mereka berikan jatuh tangan kepada para diktator yang kemudian
menyelewengkan dan tidak mengunakan dana tersebut sebagai mana mestinya,meninggalkan
rakyatnya dalam lilitan hutang negara,dan sebagai akibatnya tingkat kemakmuran akan
menurun. Karena tingakat kemakmuran menurun,akibatnya masyarakat negara itu terpaksa
mengurangi tingkat konsumsinya; termasuk konsumsi barang impor,sehingga laju globalisasi
akan terhambat dan menurut mereka mengurangi tingkat kesejahteraan penduduk dunia.
Antiglobalisasi adalah suatu istilah yang umum digunakan untuk memaparkan sikap
politis orang-orang dan kelompok yang menentang perjanjian degan global dan lembaga-
lembaga yang mengatur perdagangan natar negara seoerti organisasi perdagangan dunia (
WTO ). Antiglobalisasi dianggap oleh sebagian orang sebagai gerakan sosial,sementara
yang lainnya menganggap sebagai istilah umum yang mencakup sejumlah gerakan sosial
yang berbeda-beda. Apapun juga maksudnya,para peserta dipersatukan dalam perlawanan
terhadap ekonomi dan sistem perdagangan global saat ini,yang menurut mereka mengikis
lingkungan hidup,hak-hak buruh,kedaulatan nasional,dunia ketiga dan banyak lagi penyebab-
penyebab lainya, namun,orang-orang yang dicap antiglobalisasi sering menolak istilah
itu,dan mereka lebih suka menyebut diri mereka sebagai Gerakan Keadilan Global,Gerakan
dari semua gerakan atau sejumlah istilah lainya.
B. Globalisasi Ekonomi dan Perekonomian Indonesia
Perekonomian dunia mengalami perubahan sejak dasarwarsa tujuh puluh hingga tahun 2000
an yang bersifat mendasar atau struktural serta mempunyai kecenderungan jangka panjang
dan konjungtural. Perubahan dan perkembangan ini dikenal orang dengan istilah globalisasi.
Gejala globalisasi terjadi pada kegiatan finansial,produksi,investasi perdagangan yang
kelak berpengaruh pada hubungan antar bangsa dan hubungan antar individu dalam segala
aspek kehidupan. Hubungan antar bangsa menjadi lebih saling tergantung yang bahkan
menjadikan ekonomi dunia menjadi satu sehingga seolah-olah batas antar negara dalam
kegiatan perdagangan,bisnis tidak ada lagi.( boarderless world).
Pada umumnya negara di dunia menghadapi perkembangan tersebut dengan melakukan
langkah penyesuaian baik dalam wilayah regional maupun masing individu negara yang
kecenderungannya mengarah kepada proteklionisme. Hal tersebut terlihat jelas dengan
munculnya blok blok perdagangan yang pada intinya justru melanggar kesepakatan yang di
tuangkan dalam WTO.
Globalisasi ekonomi ditandai dengan makin menipisnya batas-batas investasi atau
pasar secara nasional,regional ataupun internasional. Hal ini disebabkan oleh :
1. Komunikasi dan transportasi yang semakin canggih,
2. Lalu lintas devisa yang makin bebas,
3. Ekonomi negara yang makin terbuka,
4. Penggunaan secara keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif tiap-tiap negara,
5. Metode produksi dan perakitan dengan organisasi yang makin efisien,
6. Semakin pesatnya perkembangan perusahaan multinasional (MNC) di hampir segala penjuru
dunia.
Steiner ( 1997 ) menjelaskan bahwa ada tiga faktor yang mendorong terjadinya perubahan
global. Pertama,produk nasional kotor (GNP) tumbuh dan meningkat dengan cepat,terutama
di negara-negara maju. Kedua,revolusi dalam tekonologi komunikasi. Ketiga,kekuatan-
kekuatan yang mempermudah munculnya perusahaan besar berskala global.
1. Kebijakan Perdagangan Era Globalisasi Ekonomi
Kebijakan perdagangan dalam periode memasuki era lepas landas diarahkan pada
penciptaan dan pemantapan kerangka landas perdagangan yaitu dengan meningkatkan
efisiensi perdagangan dalam negri dan perdagangan luar negri dengan tujuan untuk
memperlancar arus barang dan jasa,mendorong pembentukan harga yang layak dalam iklim
persaingan yang sehat,menunjang usaha peningkatan efisiensi produksi,mengembangkan
ekspor,memperluas kesemoatan berusaha dan lapangan kerja,meningkatkan dan
memeratakan pendapatan rakyat serta memantapkan stabilitas ekonomi.
Kerangka landasan yang ingin dicapai tersebut meliputi unsur-unsur sebagai berikut :
a. Penciptaan sturktur ekspor non migas yang kuat dan tangguh dengan cara melakukan
diversifikasi produk maupun pasar serta pelakunya,
b. Pencitaan sistem distribusi nasional yang efektif dan efisien dalam rangka meningkatkan data
saing produk ekspor,mempertahankan tingkat harga yang stabil dalam negri,
c. Peningkatan daya saing usaha pelaku dalam kegiatan ekonomi perdaganagn baik dalam negri
maupun ekspor dengan memupuk kebersamaan yang kokoh dalam menghadapi pasar dunia
yang makin ketat,
d. Transparansi pasar dan pengelolaan kegiatan perdagangan dengan membangun sistem
jaringan perdagangan,
e. Meningkatkan peran lembaga penunjang perdagangan seperti badan pelaksana bursa
komditi,pasar lelang,BPEN,dan lain-lain.
2. Peluang dan Tantangan bagi Dunia bisnis
Terbukanya pasar dunia akibat globalisasi ekonomi membuka peluang bisnis antara
lain :
a. Tersebarnya pasar yang lebih luas skalanya dan terdiversifikasinya barang manufaktur dan
produk yang mempunyai nilai tambah tinggi ( value added products).
b. Terjadi relokasi industri menufaktur dari negara industri maju ke negara-negara sedang
berkembang dengan upah buruh yang lebih murah. Sebagai konsekuensi logis dari relokasi
industri tersebut,siklus proses bahan baku menjadi produk akhir menjadi lebih pendek. Hal
ini akan menurunkan harga per unit serta meningkatkan volume perdagangan.
c. Tersedianya sumber pendanan yang dapat diperoleh dengan biaya yang lebih murah (bunga)
karena makin beragamnya portofolio pendanaan terutama bagi negara yang sedang tumbuh
perekonomiannya.
Selain memberikan peluang yang terbuka lebar bagi dunia bisnis,globalisasi ekonomi juga
memberikan dampak negatif bagi dunia bisnis,antara lain :
a. Terjadinya tranfer pricing untuk memarkir dana maupun keuntungan di negara yang
menganut tax shelter (memberikan perlindungan terhadap persembunyian kewajiban
membayar pajak).
b. Relokasi industri karena footlose industry membawa pula teknologi kadaluarsa ke negara
sedang berkembang (host country),hal ini terjadi di negara asalnya (home country) teknologi
yang dipakai industri tersebut ketinggalan jaman.
c. Masuknya FDI ( Foreign direct investment) dengan tekonlogi canggih,seringkali tidak di
imbangi dengan tersedianya sumberdaya manusia yang siap mengoperasikannya sehingga
membuat ketergantungan pada negara asla investasi tersebut.
d. Masuknya FDI juga seringkali menimbulkan trade off politic yang merugikan masyarakat
dan pelaku bisnis di dalam negri.
3. Peran Negara Bangsa dalam Era Globalisasi
Robert giplin,salah satu tokoh realis menyatakan,peran negara bangsa (nation
state)dalam era globalisasi sekarang ini masih sangat diperlukan (signifikan). Giplin pada
awalnya menggugat beberapa keyaninan yang dianut pendukung globalisasi dan pasar bebas.
Menurut gilpin banyak peneliti mempunyai keyakinan bahwa tengah terjadi pergeseran besar
dari ekonomi state dominated ke arah ekonomi market dominated. Hancurnya Uni
soviet,kegagalan strategi subtitusi impor negara dunia ketiga,dan suksesnya AS pada era
1990an telah mendorong penerimaan unrestricted market sebagai solusi bagi penyakit
ekonomi modern. Karena peran negara menjadi berkurang sebagai gantinya pasar akan
menjadi mekanisme penting baik untuk perekonomian domestik maupun perekonomian
internasional. Menurutnya peran negara bangsa diyakini akan menjadi pembuka kearah
ekonomi global yang sesungguhnya,yang dicirikan oleh tiadanya hambatan dalam
perdagangan,aliran uang dakam skala global dan kegiatan internasional perusahaan
multinasional.
Namun fakta regionalisme ekonomi berbagai belahan dunia membuktikan bahwa
peran negara bangsa masih relevan. Regionalisme ini menunjukan respon penting dari negara
bangsa dalam menyelesaikan secara bersama-sama masalah politik dan interdependensi yang
tinggi dari ekonomi global yang hypercompetitive. Di banding regionalisme pada tahun
1950an dan 1960an,bentuk regionalisme ekonomi ini mewakili signifikan dalam ekonomi
global. Kadangkala regionalisme ekonomi ini mewakili kepentingan individual negara bangsa
baik untuk kepentingan mereka di level nasional maupun kolektif.
Karena ekonomi global semakin terintegrasi,pengelompokan regional negara bangsa
telah meningkatkan kerjasama dalam rangka memperkokoh otonomi,memperbaiki posisi
tawar dan memperjuangkan kepentingan individual negara bangsa baik untuk kepentingan
mereka di level nasional maupun kolektif.
Karena ekonomi global semakin terintegrasi,pengelompokan regional negara bangsa
telah meningkatkan kerjasama dalam rangka memperkokoh otonomi,memperbaiki posisi
tawar,dan memperjuangkan kepentingan ekonomi politik lainnya. Dimasa sekarang ini peran
negara bangsa justru dibutuhkan demi berlakunya perdagangan bebas seperti harapan
neolibera. Hambatan-hambatan perdagangan tidak mungkin dihilangkan tanpa adanya
dukungan kebijakan yang pada gilirannya makin menunjukan peran negara bangsa makin
diperlukan dalam perekonomian global.
4. Dampak Globalisasi Ekonomi Terhadap Indonesia
Sejak tahun 1993,OECD sudah memberi sinyal Indonesia akan dirugikan dengan berlakunya
liberalisasi perdagangan internasional. Akan tetapi Soeharto sebagai pengusaha Orde Baru
yakin sekali dengan prakarsa perdagangan bebas. Akhirnya yang terjadi adalah ramalan
OECD tersebut terbukti,yakni indonesia justru menghadapi persaingan baru dari negara-
negara maju yang mampu menghasilkan produk dengan kualitas baik dan harga bersaing.
Sedang produk Indonesia sulit masuk ke pasar negara maju karena dihambat dengan
pencabutan fasilitas kemudahan ekspor yang bernama Generalized system of perfernce. GPS
ini merupakan fasilitas yang diberikan oleh Departemen Perdagangan AS kepada sejumlah
negara untuk mengurangi dan menghilangkan pajak impor bagi negara yang dianggap
berdagang secara sehat dengan AS.
Sejak peristiwa WTC 11 September 2001, AS khususnya melakukan proteksi yang
dikemas dengan istilah undang-undang bio-terrorism,iso-labeling,eco-labeling ditambang
embargo ekonomi dan sangsi ekonomi. Peristiwa Santa Cruz di Timor Timur (waktu itu)
membuat Indonesia diembargo dalam padagan alat militer dan juga perdagangan ekspor
Indonesia ke AS. Tekanan paling keras dilakukan AS terhadap negara industri baru di Asia
Timur termasuk Indonesia. Hal ini dilakukan oleh AS guna menyeimbangkan neraca
perdagangan As yang merosot pada beberapa tahun terakhir ini. Hal ini tentu berdampak pada
perekonomian nasional karena masuknya produk asing,embargo dan proteksi negara tujuan
ekspor khususnya AS menjadikan daya saing produk domestik lemah dan munculnya efek
domino karena tutupnya sejumlah industri,yaitu PHK dan pengangguran.
Perluasan ekspor Indonesia terasa makin berat sejak dicabutnya GPS tahun
2005,belum lagi halangan masuk (entry barrier) yang sengaja diciptakan oleh negara maju.
Sehingga ekspor tekstil Indonesia tidak memiliki kuota untuk masuk pasar AS. Didalam negri
gempuran produk China terus menerut terjadi,sehingga beberapa industri domestik rontk dan
merumahkan karyawannya.
Globalisasi bukan hanya menggermpur pelaku ekonomi di negara sedang
berkembang. Globalisasi mampu mengendalikan demokrasi bahkan bertindak lebih jauh
dengan mendikte apa yang harus dilakukan pemenang pemilu yang diselenggarakan secara
demokratis sekalipun. Rakyat memang menentukansiapa yang menang dalam pemilihan
umum. Namun siapa yang akan duduk di kabinet bisa ditentukan oleh konstituen pasar yang
beradai di sentra finansial global.
Hal diatas bisa terlihat jelas waktu presiden Soerharto kembali menduduki kursi
kepresidenan tahun 1996,presiden AS Bill Cliton mengutus Walter Mondale datang ke
Indonesia membujuk Soerharto agar sepenuhnya melakukan liberalisasi ekonomi sesuai resep
dari IMF. Mondale menunjukan jika Soeharto mengisi kabinetnya dengan menteri yang anti
globalisasi makan pasar akan merespon negatif.
Di pasar global Indonesai tidak menghadapi persaingan biasa yang hanya menggantuknan
diri pada mekanisme pasar,tetapi Indonesia mengahadapi kekuatan yang terpola. Kekuatan ini
bisa membentuk TNCs,MNCs,pemerintahan negara kaya,lembaga dunia seperti IMF,World
Bank dan WTO. Indonesia saat ini berada dalam jebakan Perang modern yang dimulai dari
krisis moneter 1997/1998. (Deliarnov 2006).
5. Peran World Bank dalam Perekonomian Indonesia
Tiga pulu tahun (1967-1998) dukungan yang telah diberikan oleh Bank Dunia mencapai lebih
dari US$ 25M. Porsi terbersar dari pembiayaan tersebut disedot oleh pembanguan
infrastruktur yakni sebesar 40%. Sektor pertanian mencapai porsi 19%,sektor pembangunan
perkotaan,air bersih dan sanitasi mencapai 10%.
Pada dekade 1980-an,bank dunia mengawali program bantuan untuk merestrukturisai sektor
keuangan,selain upaya pemerintahan melakukan deregulasi sektor perbankan pada tahun
1983. Sedangkan selama kurun waktu 1990-1998 perhatian bank dunia tersedot pada maslaha
lingkungan hidup. Prasyarat lingkungan hidup dijadikan prasyarat dalam memberikan
pinjaman pada Indonesia. Misalnya pinjaman pada sektor pertanian dikaitkan dengan
penghutanan kembali (reforestration) yang memang sangat penting untuk dilakukan. Bahkan
munculnya UU Lingkungan Hidup dan terbentuknya Bapedal juga tidak lepas dari dukunga
Bank dunia.
Perkembangan perekonomian Indonesia sejak Pelaita 1 sampai dengan Pelita VI sangat
mengagumkan sehingga Indonesia dianggap sebagai salah satu Asian Miracel. Stabilitas
ekonomi terjaga memungkinkan investor melakukan ekspansi. Bank dunia terus menindak
lanjuti pembiayaan bagi sektor keuangan (tahun fiskal 1993) yang bertujuan untuk memacu
liberalis sektor keuangan. Namu upaya ini gagal karena tidak mencapai hasil yang di
harapkan dan membuahkan hasil krisis moneter pada tahun 1997
Tabel XI.1
Alokasi Pinjaman Bank Dunia perSektor (tahun 1969-1998)














Delianov,1997,Perkembangan Pemikiran Ekonomi,Raja Grafindo Perkasa,Jakarta,hlm.106
Donald A.Bali.2004,Internasional Busines (Tantangan Persaingan Global). Jakarta: Salemba Empat,hl.315
Hutagalung,200:353
Periode 2000-2003 program bank dunia terfokus pada penurunan tingkat kemiskinan dengan
pendekatan sentralisasi. Tiga tujuan utamanya adalah : 1). Melanjutkan pemulihan ekonomi;
2). Menciptakan pemerintahan yang bertanggung jawab dan trasnparan serta; 3).
Menyediakan pelayanan umum yang lebih baik terutama bagi kelompok miskin.
Pada tahun 2003 pemerintah Indonesia memutuskan untuk tidak melanjutkan kerjasama
dengan IMF serta menyusun paket Kebijaksanaan Ekonomi Pasca Program IMF yang dikenal
dengan White paper untuk membuktikan upaya serius melanjutkan reformasi ekonomi
mandiri kendali monitoring pada tangan pemerintah Indonesia. Persoalan ini terkendala
dengan masih kuatnya KKN sehingga bank dunia menjadikan isu transparansi dan
akuntabilitas menjadi elemen dalam setiap proyeknya.
C. Peran IMF dalam Stabilitas Perekonomian Indonesia
Pada tahun 1967 Indonesia kembali kerjasama dengan IMF dengan kuota SDR 2
Milyar. Sebelumnya juga pernah memberikan pinjaman pada Orde Lama sejumlah US$ 102
Juta. Selama tiga dasawarsa dukungan IMF berupa penyediaan fasilitas Stand by Credit (
jangka menengah) agar cadangan devisa di BI cukup guna menjaga nilai rupiah. Peran IMF
menjadi sangat penting pada saat krisi moneter,yaitu pada saat terjadi kesepakatan antara
IMF dengan Indonesia,yaitu berupa Letter of Intent (LOI).
Dengan adanya jaminan IMF serta komitmen pemerintah untuk melakukan reformasi
di berbagai bidang seperti dituangkan dalam LOI,maka skema penjadwalan kembali hutang
luar negri yang jatuh tempo dapat dilakukan melalui skema Paris Club (Hutang
pemerintah)maupun London Club (hutang pemerintah/BI kepada swasta). Sejumlah US$ 15
Miliar pinjaman pokok tekag dijadwalkan kembali pembayarannya melalui Paris Club (US$
4,2 miliar),Paris Club II ( US$ 5,4 miliar ) dam Paris Club III (US$ 5,4 Miliar ). Dengan
penjadwalan ini maka tekanan dan beban APBN berkurang.






Secara Umun progran yang disarankan IMF untuk mengembalikan stabilitas makro-
ekonomi dan kepercayaan pasar dapat dibagi menjadi tiga hal,yaitu :
a. Terwujudnya kerangka makro ekonomi yang kuat
b. Strategi komprehensif untuk melakukan restrukturisasi sektor keuangan
c. Kebijakan struktural secara umum (termasuk goog governance)
Kebijakan makro ekonomi secara umum mulai menunjukan hasil yang menggembirakan. Hal
ini ditunjukan dengan membauknya nilai tukar rupiah pada oktober 1998 dan tingkat bunga
perbankan mulai menurun. Namun di satu sisi perekonomian mengalami pertumbuhan minus
13% dan infalnsi yang cukup tinggi.
Pada bulan Januari 2000 IMF kembali menyetujui US$ 5 miliar extended found
arranagement (EEF) untuk tiga tahun kedepan dalam rangka mendukung program reformasi
ekonomi dan struktrual.programnya adalah untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi,menurunkan inflasi,mengurangi hutang-hutang publik,mengembangkan pasar
modal,reformasi perpajakan,mengurangi subsidi secara bertahap,desentralisasi
fiskal,melanjutkan restukturisasi perbankan dan korporasi,privatissasi dan reformasi
diberbagai sektor,serta peningkatan kapasitas kelembagaan dan good governance.
Kemajuan yang cukup strategis dalam penanganan masalah fundamental yang terjadi
sejak krisis 1997,mulai berhasil diatasi. Namun sayangnya kemajuan yang berarti tersebut
tidak memivu kemajuan di sektor riil. Untuk menggerakan sektor riil dan memperluas
kessempatan kerja diperluakan investasi baru, ketergantungan indonesia terhadap IMF
memang cukup besar namun hal tersebut dilakukan dalam rangka memulihkan dan
menggerakan perekonomian indonesia. Namun sejalan dengan amanat MPR untuk segera
mengakhiri program IMF,pemerintah telah mengeluarkan serangkaian paket kebijakan
menjelang dan sesudah berakhirnya program kerja sama dengan IMF yang ditetapkan dengan
inpres No.5 tahun 2003.
Dalam rangka mengakhiri kerjasama dengan IMF maka pemerintah telah menyiapkan
program pemulihan ekonomi yang pelaksanaannya dilakukan sendiri oleh pemerintah serta
memonitor hasilnya. Peran IMF tetap ada dan dituangkan dalam Post Program
Monitoring (PPM) yang merupakan proses konsultasu sebagai terjadi pada negara yang baru
saja mengakhiri program dengan IMF.
Setelah tidak lagi kerjasama dengan IMF dan dalam rnagka melanjutkan reformasi
untuk mendayagunakan kemampuan sumber daya ekonomi dalam negri dan meningkatkan
daya tahan ekonomi secara berkelanjutan. Pemerintah Indonesia mengeluarkanpaket
kebijakan pada tahun 2003 dan 2004 yang berisi tiga pokok,yaitu :
1. Memelihara dan memantapkan stabilitas ekonomi makro
2. Melanjutkan restrukturisasi dan reformasi sektor keuangan
3. Meningkatkan investasi,ekspor dan penciptaam kesempatan kerja.
D. Indonesia dan Perekonomian Global
Thomas R. Rumbaugh, Division Chief IMF untuk kawasan Asia Pasifik,mengatakan
performa ekonomi RI selama kuartal 1/2009 dengan catatan laju PBD sebesar 4,4% ,menjadi
salah satu pertanda kuatnya perekonomian Indonesia dalam situasi krisis. Beliau
mengungkapkan bahwa,dengan melihat itu,revisi ke atas proyeksi laju ekonomi
indonesia,sekarang laju PBD dapat tumbuh pada kisaran 3%-4% tahun ini. Dalam laporan
World Economic OutLook yang dirilis dana moneter Internasional itu pada
April,pertumbuhan ekonomi Indonesia 2009 diproyeksikan 2,5%,terendah dibandingkan
dengan proyeksi lembahapenelitian dan multilateral lain. Adapun pemerintah Indonesia
mematok proyeksi PBD tahun ini pada kisaran 4%-4,5%. Menurut Rumbaugh,proyeksi baru
IMF dibuat dalam kisaran karena masih ada ketidak pastian dalam situasi perekonomian
dunia.
Meski begitu,dana moneter yang berbasis di Washington DC itu memperkirakan
tekanan inflasi 2009 di indonesia akan terus moderat ke angka sekitar 5%. Di tengah krisis
ekonomi dunia,pemerintah dan bank sentral dinilai telah cukup berhasil dalam melakukan
langkah antisipasi dibandingkan dengan negara-negara lain. Dari sisi kebijakan moneter dan
nilai tukar,IMF menilai pemangkasan BI Rate 250 basis poin sejak Desember 2008 sebagai
langkah yang tepat. Akan tetapi,dari sisi fiskal dia mengingatkan pentingnya pemerintah
menggenjot penyerapan belanja langsung stimulus fiskal pada periode semester II/2009.
Pasalnya,kinerja ekonomi kuartal I yang cukup baik lebih didukung oleh faktor stimulus
pemotongan pajak yang telah terserap dan juga pemilu legislatif.
Syahrial Loetan,sekretaris Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Sestama
Bappenas,menilai revisi proyeksi laju PBD Indonesia oleh IMF menajdi lebih baik
merupakan pertanda lembaga itu menyadari kesalahan proyeksi sebelumnya. Penguatan arus
dan masuk ke pasar modal ikut mengerek nilai tukar rupiah hingga menembus lebel Rp.
9.000 atau menguat 21,5% dari posisi tertinggi pada november 2008 yang mencapai
Rp.12.650 per dolar AS. Penggerakan rupiah untuk pertama kalinya sejak perdagangan
Oktober 2008 terapretasi melampaui Rp. 10.000 setelah IHSG menguat 8hari berturut-turut
ke level 2.078,93, atau mencetak rekor kenaikan simultan terpanjang sejak periode bullish
2007. Indek secara kumulatif mengumpulkan 187,96 poin atau naik 9,94 dalam 6 hari
terakhir,kenaikan itu lebih tinggi dari rally simultan terpanjang 29 Juni-10 Juli pada 2 tahun
lalu sebesar 143,1 poin (6,7%).
6. Ekonomi Indonesia dan Demokrasi
Indonesia saat ini,tulis Boediono,masih berada pada zona resiko tinggi untuk kehidupan
demokrasi. Hal ini terlihat dari segi pendapatan per kapitanya yang masih kurang mendukung
terselenggaranya demokrasi secara baik. Dengan pendapatan per kapita sekitar US$ 3.987 (
Interational Monetary Fund,2008) GFP Purshasing Power Vanuatu dan Fuji,Indonesia masih
berada di zona rawan dalam demokratis. Kenapa ? menurut penelitian,batas kritis bagi
kelangsungan demokrasi di dunia adalah apabila pendapatan per kapita sebuah negara
mencapai US$ 6.600. dari sebuah penelitian studi ekonomi dan demokrasi,tercatat
bahwapada kurun 1950-1990,rezim demokrasi di Negara-negara dengan penghasilann per
kapita US$ 1.500 (di hitung berdasarkan PPP tahun 2001) hanya mempunyai harapan hidup 8
tahun. Pada tingkat penghasilan per kapita US$ 1.500-US$ 3.000,rezim demikrasi dapat
bertahan rata-rata 18 tahun dan pada tingkat pendapatan perkapita du atas US$ 6.000 daya
hidup system demokrasi di sebuah negara jauh lebih besar dan probabilitas
kegagalannyahanya 1:500.
a. Posisi Indonesia
Dengan pendapatan per kapita Indonesia yang diperkirakan sekitar US$ 4.000,dimana
batas krisis bagi demokrasi sekitar US$ 6.600,maka indonesia belum mencapai 2/3 jalan
menuju batasan bagi demokrasi. Oleh karena itu,menurut Boediono,pada tahap awal
kehidupan demokrasi,indonesia sebaiknya memberikan prioritas tertinggi bagi upaya
memacu pertumbuhan ekonomi dan sejau mungkin mengindari krisis. Hal ini akan sangat
mengurangi resiko kegagalan demokrasi. Hal terbaik yang harus dilakukan kata
Boediono,adalah secepatnya membangun perekonomian agar income per kapita bangsa
indonesia mencapai batas aman bagi pemerintah demokrasi,yaitu US$ 6.600.
Menurut Boediono,pertumbuhan ekonomi akan membantu tumbuhnya kelompok
pembaharus dengan catatan: pertama,pertumbuhan itu menyentuh dan broad-based ; dan
kedua prosesnya mengandalkan kegiatan berdasarkan hasil kerja,inisiatif dan kekuatan
sumber daya manusia-bukan dengan penjualan kekayaan alam,utang luar negri,dan rezeki
nomplok lainnya.
b. Indonesia Cepat Lalui Krisis.
Menurut Institute for Management Development (IMD),lembaga think thankdan
pendidikan yang berpusat di Swiss,Indonesia seperti negara-negara lain di Asia
Tenggara,memiliki daya tahan yang cukup baik. Indonesia juga dianggap memiliki
kemampuan untuk pulih dengan cepat karena telah mengalami krisis keuangan cukup parah
pada tahun 1997-1998 sehingga lebih baik dalam mengantisipasi krisis saat ini. IMD
mengatakan bahwa,negara-negara seperti itu seringkali mampu untuk beradaptasi dan pulih
pada masa sulit. Penjelasan lain adalah karena mereka telah mengalami krisi keuangan cukup
parah dan krisis properti satu decade lalu dan jadi lebih waspada dalam kebijakannya.
Stress test versi IMD merupakan analisis untuk mengukur sejauh mana Negara dapat
melalui krisis dan memperbaiki daya saing pada masa depan. Analisis dengan cakupan
survey 57 negara itu mengambil indikator proyeksi ekonomi,pemerintah,bisnis dan
masyarakat sebagai basis penilaiannya. Dari empat faktor yang dinilai dalam stress test,daya
tahan indonesia untuk indikator pemerintah berada di peringkat-26. Adapun indikator lain
seperti proyeksi ekonomi,bisnis dan masyarakat masing-masing masuk ke posisi 33,36 dan
33.
Mentri koordinator bidang perekonomia Sri Mulyani Indrawati optimis peringkat stress
test indonesia akan lebih baik pada tahun kedepan karena survey IMD dilakukan terhadap
indicator ekonomi sepanjang 2008,ketika negri ini masih diliputi dampak krisi cukup parah.
Kenyataannya,katanya,kinerja perekonomian pada kuartal 1/2009 dan proyeksi ekonomi RI
sepanjang tahun ini lebih baik dibandingkan dengan negara-negara lain.
Perekonomian indonesia pada kuartal II/2009 di proyeksi sedikit melambat dibandingkan
dengan kuartal sebelumnya,kendati secara tahunan diyakini masih akan tumbuh 4%. Direktur
perencanaan Makro Kemeneg PPN/Kepala Bappenas Bambang Prijambodo secara pribadi
meyakini pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2009 masih akan positif meski tidak sebesar
realisasi kuartal 1/2009 lebih rendah di kisaran 4,4%. Konsumsi masyarakat masih
akan,menjadi pedorong utama dari pertumbuhan ekonomi kuartal II/2009 yang masih terjaga
dengan adanya laksana pemilihan umum. Ekonomi indeks Ikhsan Modjo,masih mengatakan
pertumbuhan ekonomi kuartal II/2009 kemungkinan akan turun sedikit karea ekspor dan
infestasi masih lemah.
c. Rasio Utang RI Turun 31%
Pada tahun 1999 rasio utang Indonesia 100% karena saat itu pemerintah harus
mengeluarkan surat utang baru sekitar Rp.600 triliun untuk menyelamatkan perbankan
nasional. Setelah itu rasio terus menurun. Menkeu mengatakan bawa,semua
pemerintahan,mulai dari presiden Habibi,Gusdur,Megawati,hingga sejarang memiliki
kebijakan yang sama,menurunkan rasio utang-utang.
Tahun 2003,rasio utang Indonesia terhadap PBD 61% memasuki 2008 menjadi 33% terhadap
PBD,dan tahun ini pemerintah berniat menurunkan kembali menjadi 32%. Total utang
pemerintah indonesia saat ini hingga 29 mei 2009 mencapai 1.700 triliun,yakni pinjaman luar
negri Rp.732 triliun dan surat berharga negara(SBN) Rp.968 triliun,yaitu pinjaman luar negri
Rp. 730 triliun dan SBN Rp.960 triliun.
Dengan demikian,sosok kerajaan bisnis yang dibangun di atas fondasi semu dan
tumpukan utang. Menjadi tidak berdaya menghadapi krisis ekonomi. Sampai titik
inipun,pemerintah nampaknya belum juga bangkit kesadarannya,bahwa menyelamatkan
sektor modern dengan cara habis-habisan (all out dan at all cost) seperti yang terus
dilakukan selama ini mengandung konsekuensi yang teramat riskan. Pemerintah masih
terobsesi dan selalu disugesti seakan-akan hanya dengan sektor modern itulah bangsa
berdaulat ini dapat kembali bangkit dari keterpurukannya.
Diluar semua itu,sesungguhnya terdapat kekuatan yang luar biasa yang justru telah
menyelamatkan negri ini dari kebangkrutannya,yaitu ekonomi rakyat. Di atas
kertas,perekonomian bangsa ini seharusnya sudah gulung tikar sejak angka-angka statistik
ekonomi pada periode krisis (1997-1999) menunjukan kecenderungan yang terus memburuk.
Nyatanya,kondisi sekarat itu hanya terjadi pada sektor-sektor yang mampu tercatat dan
terfleksikan dalam angka-angka statistik itu. Di luar angka-angka itu,yang tidak mampu
dicatat oleh sistem statistik yang ada,sesungguhnya masih menyimpan potensi,kekuatan dan
daya tahan yang sangat besar. Bila bangsa ini cukup cerdas untuk menterjemahkan hikmah
krisis ekonomi,secara tidak langsung (belssing in disguise) seharusnya peristiwa menyakitkan
ini justru dapat menjadi pelajaran yang dipetik hikmahnya. Kesimpulannya,pengabaian
(ignoring) eksistensi ekonomi rakyat dan sektor tradisional sudah tiba saatnya untuk segera
dihentikan.
7. Dampak Perekonomian Indonesia Pasca Krisis Ekonomi Global
Tangal 5 September 2008 menjadi catatan kelam sejarah perekonomian Amerika
Serikat,kebangkrutan Leman Brothers yang merupakan salah satu saham investasi atau bank
keuangan senior dan terbesar ke 4 di Amerika Serikat menjadi awal dari drama krisis
keuangan di negara yang mengagung-agungkan sistem kapitalis tanpa batas. Siapa yang
menyangka suatu negara yang merupakan tembok kapitalis dunia akan runtuh. Celakanya apa
yang terjadi di AS dengan cepat menyebar dan menjalar ke seluruh dunia. Hanya beberapa
saat setelah informasi runtuhnya pusat keuangan dunia di Amerika,tansaksi bursa saham
diberbagai belahan dunia seperti Hongkong,china,australia,singapura,KoreaSelatan,dan
negara lainya mengalamu penurunan drastis,bahkan Bursa Saham Indonesia (BEI) harus
disuspend selama beberapa hari,pemerintah Indonesia pun kelihatan panik dakam menyiakapi
permasalahan ini,peristiwa ini menandai fase awal dirasakanya dampak krisis ekonomi global
yang pada mulanya terjadi di Amerika Serikat di rasakan oleh negara Indonesia juga.
Dilihat dari faktor penyebabnya,krisi ekonomi global pada saat ini berbeda dengan
krisis ekonomi yang melanda Indonesia lebih kurang satu dasawarsa lalumyang mana pada
saat itu krisis ekonomi yang melanda Indonesia lebih disebabkan oleh ketidak mampuan
Indonesia menyediakan alat pembayaran luar negri,dan tidak kokohnya struktur
perekonomian Indonesia,tetapi krisis keuangan global pada tahun 2008 ini berasal dari faktor-
faktor yang terjadi di luar negri. Tetapi kalau kita tidak hati-hati dan waspada dalam
menyikapi permasalahan ini,tidak mustahil dampak krisis keuangan global pada tahun 2008
ini akan sama atau bahkan lebih buruk jika dibandingkan dengan dampak krisis ekonomi
yang tejadi pada tahun 1998.
Perlambangan pertumbuhan ekonomi dunia,selain menyebabkan volume perdagangan global
pada tahun 2009 merosot tajam,juga akan berdampak pada banyaknya industri besar yang
terancam bangkrut,terjadinya penurunan kapasitas produksi,dan terjadinya lonjakan jumlah
pengangguran dunia. Bagi negara-negara berkembang dan merging amarkets,situasai ini
dapat merusak fundamental perekonomian,dan memicu terjadinya krisis ekonomi.
Kekhawatiran datas dampak negatif pelemahan ekonomi global terhadap
perekonomian di negara-negara emerging markets dan fenomena flight to quality dari
investor global di tengah krisis keuangan dunia dewasa ini,telah memberikan tekakan pada
mata uang seluruh dunia,termasuk Indonesia dan mengeringakan likuiditas doalar AS dipasar
domestik banyak negara. Hal ini menyebabkan pasar valas di negara-negara maju maupun
berkembang cenderung bergejolak ditengah ketidak pastian yang meningkat.
Sebagai negara dengan perekonomian terbuka,meskipun Indonesia telah membangun
momenum pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi,tidak akan telepas dari dampak negatif
pelemahan ekonomi dunia tersebut. Krisis keuangan global yang mulai berpengaruh secara
signifikan dalam triwulan III 2008,dan second round effectnya akan mulai dirasakan
meningkat infetasinya pada tahun 2009,diperkirakan akan berdampak negatif pada kinerja
ekonomi makro Indonesia dalam tahun 2009 baik di sisi neraca pembayaran dan neraca
sektor riil,maupun sektor moneter dan sektor finansial (APBN).
Dampak negatif yang paling cepat dirasakan sebagai akibat dari krisis perekonomian
global adalah pada sektor keuangan melalui aspek sentimen psikologis maupun akibat
merosotnya likuiditas global. Penuruanan indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI)
mencapai sekitar 50,0%,dan depersiasi nilai tukar rupiah disertai dengan volatilitas yang
meningkat. Kecenderungan volatilitas nilai tukar rupiah tersebut masih akan berlanjut hingga
tahun 2009 dengan masih berlangsungnya upaya penurunan utang (deleveranging) dari
lembaga keuangan global.
a. Dampak Krisis Ekonomi Global terhadap Perekonomian Indonesia
Asumsi inflasi dalam APBN 2008 yang ditetapkan sebesar 6,5% menurut Adiningsih
(Ekonom dari Universitas Gajah Mada ) dalah harian Suara karya (16/4/08), dapat melebihi
10% akibat tekanan berat dari kondisi perekonomian global yang berada diluar kendali
pemerintah. Adiningsih mengemukakan bahwa seharusnya pemerintah menysun APBN
secara konservatif,karena apabila APBN dirubah terus,tentu akan menimbulkan
keridakpercayaan masyarakat. Dia juga mengungkapkan bahwa dunia usaha juga tergantung
pada pengelolaan dan realisasi APBN. Apabila APBN tidak konsisten,maka dapat dipastikan
dunia usaha akan sulit tumbuh,sehingga sulit diharapkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Mengenai besaran asumsi inflasi dalam APBNP,menurutnya tidak masuk akal,karena pada
akhir tahun 2008 terdapat beberapa hari raya yang sudah memicu inflasi lebih tinggi.
Disamping itu harga minyak mentah yang masih akan melambung dan harga pangan dunia
yang meroket. Hal ini akan mempengaruhi harga komoditas di dalam negri. Tidak semua
komoditas dapat dikendalikan oleh pemerintah. Tambahan lagi,banyak barang import
termasuk yang illegal masuk ke pasar indonesia. Hingga akhir tahun ini diperkirakan gejolak
pasar Keuangan dunia belum akan reda. Seandainya amerika serikat meningkatkan suku
bunga kredit,akan berdampak terhadap indonesia dan dikhawatirkan inflasi akan melebihi
satu digit.
Dalam menghadapi situasi perekonomian global yang tidak pasti,Raden Pardede (salah
satu calon gubernur BI yang di tolak DPR) mengemukakan pendapatnya bahwa pemerintah
harus membatasi besaran anggaran untuk subsidi. Menurutnya dengan asumsi harga minyak
mentah sebesar US$ 95per barel,total subsidi mencapai sekitar 33triliun. Jika harga minyak
tenryata lebih dari US$ 100 per barel,diperkirakan lebih dari 30% anggaran belanja habis
untuk subsidi,bagai mana dengan sektor lainnya,katanya.

Berkaitan dengan kekurangan dana dalam APBN pasti dicarikan melalui pembiayaan yang
salah satunya adalah dengan penertiban Surat Utang Negara (SUN) disesuaikan dengan
melihat kemampuan pasar untuk menyerapnya. Tetapi jika subsidi tidak dibatasi,investor
akan khawatir mengenai kemampuan negara dalam melakukan pembayaran. Hal ini dapat
menimbulkan ketidak pastian dan rendahnya daya serap SUN. Pendapat dari kedua pengamat
ekonomi tersebut perlu diperhatikan sebagai informasi untuk mewaspadai bahwa kondisi
perekonomian dunia yang saat ini sedang bergolak penuh ketidak pastian akan berdampak
terhadap tingkat inflasi,alokasi anggaran untuk subsidi dan daya serap SUN untuk
pembiayaan deficit APBN. Namun demikian,apabila dalam perjalanannya asumsi-asumsi
dalam APBNP 2008 meleset jauh dari kenyataan,pengamat ekonomi tidak seharusnya
semata-mata menyalahkan pemerintah,karena APBNP 2008 tersebut merupakan hasil
pembahasan dan kesepakatan antara pemerintah dengan DPR. Tambahan lagi,jika asumsi
dalamAPBNP tidak sesuai lagi dengan perkembangan kondisi perekonomian,mau tidak mau
APBN 2008 harus direvisi kembali. Krisis keuangan yang terjadi di AS sudah terlihat tanda-
tandanya beberapa waktu lalu. Tetapi baru dianggap serius oleh pemerintah Indonesia sejak
tanggal 8 oktober 2008 saat IHSG di BI turun tajam sampai 10,38% dan mengharuskan
pemerintah menghentikan kegiatan dipasar bursa modal beberapa hari. Sebenaranya banyak
akibat yang di rasakan oleh Indonesia dengan adanya krisis keuangan di AS,baik akibat
positif seperti turunnya harga minyak dunia yang menembus $61 per barel dan akibat
negative seperti turunnya nilai rupiah,berkurangnya nilai export,turunya investasi atau terjadi
flyingout,namun demikian akibat negatif lebih banyak dirasakan bagi perekonomian
Indonesia terutama bagi sektor riil yang mempunyai pangsa ekspor,pemerintah harus
sungguh-sungguh menangani masalah ini karena pada akhirnya apabila tidak ditangani
dengan benar akan mengakibatkan distabilitas negara atau sering orang bilang akan terjadi
Krisis seri kedua.


Tigaaaaa
Minggu, 16 Desember 2012
Indonesia di Arus Globalisasi
Globalisasi merupakan suatu era yang kini mau tidak mau menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia.
Banyak tantangan besar yang sebenarnya dihadapi oleh negara kita, termasuk rakyat didalamnya, untuk
bagaimana bertahan hidup dan menjadi bagian yang bertahan di dalam proses globalisisasi kini. Banyak ahli
yang mengemukakan defenisi dari globalisasi, namun saya menyimpulkan bahwa globalisasi itu sendiri adalah
suatu dunia yang sangat luas melewati antar-negara di dunia namun tidak lagi memiliki batasan yang dapat
menempuh antar negara yang satu dengan yang lainnya. Dalam pengertian, adanya hubungan antar negara
secara global dan internasional baik itu dalam bidang perdagangan, pertanian, pendidikan, sosial politik,
hukum, dan masih banyak lagi[1].
Ekonomi global adalah perekonomian suatu negara yang terlibat secara global di negara-negara didunia
didalam aktivitas perekonomian. Aktivitas ini dapat berupa perdagangan seperti ekspor dan impor barang dari
dan keluar negeri. Indonesia adalah negara yang kini menjadi salah satu wujud nyata dari defenisi globalisasi
sendiri, dimana Indonesia juga merupakan salah satu negara yang menjadi dampak bahkan pelaksana proses
globalisasi tersebut. Indonesia adalah negara yang berhubungan baik dengan negara-negara lainnya karena
melakukan perdagangan Internasional. Selain itu, masih ada banyak aktivitas internasional yang dilakukan
secara global, seperti pertukaran pelajar Internasional, pertukaran ahli, dan masih banyak lagi.
Secara umum, banyak hal positif yang dirasakan oleh negara Indonesia sendiri terkait dengan proses
globalisasi yang sedang terjadi. Selain yang disebutkan diatas, banyak hal terasa jauh lebih mudah dari zaman-
zaman dulunya. Secara khusus dibidang perekonomian, banyak hal terasa lebih mudah dari sebelumnya.
Seperti pengolahan faktor produksi, desain produk, pengangkutan hasil produksi, promosi dan penjualan, dan
masih banyak lagi. Hal ini terjadi karena munculnya berbagai teknologi baru yang mendukung untuk
memudahkan pekerjaan-pekerjaan dalam bidang tersebut. Munculnya berbagai teknologi dan berbagai media
elektronik yang canggih menjadi jawaban atas perkembangan diberbagai bidang di negara Indonesia saat ini.
Tidak jauh adalah internet dan berbagai media elektronik yang mendukung penggunaannya, Seperti gadget-
gadget yang kini sedang populer, Laptop, Smarphone, dan masih banyak lagi. Hal itu sangat menunjang
kemajuan perekonomian di Indonesia, bahkan termasuk kemajuan diantara rakyat Indonesia itu sendiri.
Namun terlepas dari segudang keuntungan yang dimiliki, ternyata kita tidak bisa menghindari kalau
globalisasi juga memberikan pengaruh yang kurang bahkan sama sekali tidak diharapkan untuk terjadi di
perekonomian negara Indonesia. Indonesia adalah negara yang memiliki banyak hubngan secara internasional
kepada negara-negara di dunia. Negara kita melakukan perdagangan secara Internasional baik itu melalui
aktivitas ekspor maupun impor. Melalui aktivitas ekspor, Indonesia akan menjual dan mengirim produk/hasil
bumi dari negara Indonesia sendiri ke negara lain, seperti negara-negara di kawasan Asia dan juga ke negara-
negara di luar kawasan Asia sendiri. Melalui aktivitas impor, Indonesia akan menerima/membeli kebutuhan
yang dibutuhkan oleh negara kita untuk menunjang kelanjutan kelangsungan hidup negara kita kedepannya.
Lewat kedua aktivitas ini, Indonesia selalu berhadapan dengan Ekonomi secara global. Ekonomi yang tanpa
ada batasan negara dan diperhadapkan dengan berbagai kondisi ekonomi secara global.
Aktivitas ekspor dan impor sangat berpengaruh besar atas pendapatan negara. Semakin tinggi aktivitas
ekspor terhadap negara-negara lain, akan semakin tinggi pula penerimaan negara yang kita peroleh. Namun
sebaliknya, semakin tinggi impor kita, maka semakin banyak yang perlu kita lunasi sehingga mengurangi
penerimaan/pendapatan negara sendiri. Oleh sebab itu negara kita perlu bahkan harus meningkatkan kualitas
ekspor barang-barang atau produk-produk bangsa ke luar negara, agar dapat meningkatkan pendapatan
negara dan dapat memenuhi kebutuhan negara dan kesejahteraan rakyat khususnya.
Ekspor yang dilakukan tidak harus berupa hasil bumi seperti minyak bumi, hasil laut, atau kayu. Namun
hal lain yang perlu ditingkatkan adalah produk-produk buatan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di
Indonesia sendiri. SDM di Indonesia harus terus berusaha membuat produk-produk menarik yang inovatif dan
memiliki daya saing yang kuat dengan negara-negara lain di dunia. Misalnya makanan, minuman, pakaian,
kebudayaan-kebudayaan tertentu, dan masih banyak lagi. Dengan begitu, produk-produk kita akan dikenal dan
menjadi pesanan yang rutin nantinya dari negara-negara diluar Indonesia.
Untuk aktivitas ekspor, Aktivitas ekspor Indonesia tahun ini mengalami defisit. Dimana persentasi jumlah
barang yang diimpor jauh lebih banyak dibandingkan persentasi produk/hasil bumi yang diekspor keluar negeri
untuk dijual. Namun Menteri Perdagangan RI Gita Wirjawan mengatakan bahwa meskipun neraca
perdagangan mengalami defisit, kenaikan impor bahan baku menunjukkan meningkatnya aktivitas produksi
dalam negeri. Beliau juga mengatakan mengatakan telah terjadi perubahan terkait komoditas impor dari
semula impor kebutuhan konsumsi, sepanjang tahun ini lebih didominasi impor bahan baku. Kondisi tersebut
menandakan adanya peningkatan aktivitas pengolahan produk-produk lokal diantaranya makanan, minuman,
sepatu dan pakaian[2].
Sepanjang Januari hingga Oktober 2012 neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar
US$500 juta. Ekspor produk-produk buatan Indonesia ke berbagai negara sepanjang Januari hingga Oktober
2012 sebesar US$158,5 miliar, sementara impor sebesar US$159 miliar.Tingginya kegiatan impor dibanding
ekspor juga dikhawatirkan kalangan pengusaha dan pengamat akan menekan nilai tukar rupiah terhadap dollar
Amerika.Meningkatnya impor membuat kebutuhan dolar Amerika semakin tinggi, sementara pasokan dolar
Amerika dari kegiatan ekspor menurun. Dolar Amerika semakin banyak diburu dan nilai tukar rupiah stagnan
bahkan cenderung melemah[3]. Selain persaingan kita melemah, maka pendapatan negara secara Nasional
pun akan melemah kalau terus-menerus persentasi ekspor yang kita miliki jauh lebih rendah dibanding
persentasi ekspor yang menandakan penghasilan negara kita sendiri.
Terlepas dari persentasi/jumlah dari Pendapatan Nasional negara Indonesia baik dari segi Gross National
Product (GNP) maupun Gross Domestic Product (GDP), kenyataan yang sedang kita lihat didalam kondisi
perekonomian di Indonesia saat ini adalah masih kurang baik. Hal ini dapat kita lihat pada pendapatan
perkapita Indonesia. Pendapatan per kapita Indonesia tahun 2011 naik 17,7 persen menjadi USD3.542 atau
setara dengan Rp31,8 juta[4]. Hal ini memang peningkatan yang baik untuk kesejahteraan rakyat yang baik
kedepannya. Bahkan, menteri perekonomian Indonesia, Hatta Rajasa menargetkan pada tahun 2025
mendatang pendapatan perkapita Indonesia akan naik menjadi USD 16.000, dimana beliau juga melihat dan
memperbandingkan bahwa 13 tahun yang lalu pendapatan perkapita Indonesia hanya sebesar USD500[5].
Pendapatan perkapita seperti yang saya jelaskan diatas jelas meningkat. Bahkan berbagai sumber juga
menyatakan bahwa Perekonomian Indonesia semakin membaik bahkan akan terus membaik mengikuti
perkembangan perekonomian di negara-negara lainnya. Namun yang menjadi pertanyaan adalah mengapa
masih banyak kemiskinan yang terdapat di Indonesia? Bukankah dengan pendapatan perkapita sebesar 31,8
juta sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan rakyat Indonesia?
Indonesia memang masih menderita banyak masalah didalam perekonomian termasuk didalam
kesejahteraan rakyat yang terkait dengan kemiskinan, seperti distribusi dari pemerintah yang kurang efisien
dan tidak tepat sasaran, pelayanan kesehatan yang kurang memadai, kualitas pendidikan, kelaparan, dan
masih banyak lagi. Bahkan, World Bank mencatat bahwa di negara Indonesia dari 234 juta penduduk
Indonesia, saat ini lebih dari 32 juta hidup di bawah garis kemiskinan dan sekitar setengah dari seluruh rumah
tangga tetap berada di sekitar garis kemiskinan nasional yang ditetapkan pada Rp200.262 per bulan (US$22
pada bulan maret 2010)[6].
Selain itu, pertumbuhan tenaga kerja juga jauh lebih lambat dengan pertumbuhan penduduk itu yang
ada.Indonesia juga mengalami penurunan kecil dalam peringkat 2011 Doing Business, dari peringkat 126
pada tahun 2011 menjadi 129 di tahun 2012. Masih ada beberapa tantangan besar, dan kalangan bisnis di
Indonesia mengidentifikasi tenaga kerja, infrastruktur, dan reformasi regulasi sebagai hal-hal penting untuk
meningkatkan investasi[7]
Berdasarkan analisisnya, World Bank juga mencatat seperti berikut ini.
Di tengah kemerosotan ekonomi global, Indonesia terus mencatatkan pertumbuhan yang signifikan.
Berdasarkan data Juli 2012, pertumbuhan baseline perekonomian nasional diperkirakan sebesar 6
persen pada tahun 2012 dan 6,4 persen pada tahun 2013. Pendapatan nasional per kapita beranjak
naik dari $2.200 pada tahun 2000 menjadi $3.720 pada tahun 2009. Dalam hal stabilitas makro
ekonomi, Indonesia telah berhasil mencapai banyak target fiscal, termasuk secara signifikan
menurunkan rasio utang terhadap produk domestik bruto dari 61 persen di tahun 2003 menjadi 27,5
persen pada tahun 2009. Sementara itu defisit anggaran diproyeksikan hanyak 0,4 persen dari
produk domestik bruto tahun 2011[8].
Berdasarkan analisis tersebut dapat kita lihat akan ada banyak perbaikan di dalam
perekonomian Indonesia sendiri jikalau pendapatan perkapita tersebut secara real bisa ditingkatkan
dengan baik. Pendapatan perkapita akan terus membaik jika pendapatan Nasional juga mengalami
perbaikan yang cukup signifikan. Untuk mencapai perubahan yang signifikan tersebut adalah
peningkatan kualitas ekspor dan peningkatan kulitas kinerja pemerintah Indonesia. Produk
Indonesia harus mampu bersaing dengan produk luar negri diluar Indonesia agar produk tersebut
dipilih, dibeli, bahkan diminati oleh berbagai negara diluar Indonesia. Bukan hanya dengan
mengekspor hasil bumi saja, tetapi juga produk-produk lain yang dihasilkan dari hasil bumi itu
sendiri. Karena dengan mengekspor hasil bumi dan kemudian membelinya kembali, itu hanya
membuang banyak aset negara. Tapi sebaiknya adalah menciptakan inovasi-inovasi yang baru yang
memiliki daya saing yang tinggi, perbaikan kualitas Sumber Daya Manusia, dan tidak ketinggalan
juga perbaikan kinerja pemerintah negara guna mengkoordinir terlaksananya perekonomian yang
secara global sedang terjadi dan dilakukan oleh negara kita.
Sebagaimana yang telah direncanakan oleh Menteri perekonomian Indonesia bahwa
Indonesia telah membuat rencana pembangunan jangka panjang untuk tahun 2005-2025. Rencana
ini dibagi menjadi ke dalam periode lima tahun, masing-masing dengan prioritas pembangunan yang
berbeda. Rencana pembangunan jangka menengah untuk tahun 2009-2014 merupakan tahap kedua
dan memberi fokus pada; meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi memperkuat daya saing ekonomi[9].
Dengan terlaksananya misi-misi tersebut, maka niscaya kesejahteraan negara kita akan
semakin membaiki kedepannya dan Indonesia akan mampu berdiri kokoh ditengah-tengah arus
globalisasi.





Sumber:
Admin. 2012. www.ekon.go.id. Pemerintah Targetkan Pendapatan Per Kapita Capai USD16
Ribu di 2025. Diakses pada Minggu, 16 Desember 2012. Pukul 10:10 wib
Indah F. Carapedia.com. Pengaruh Globalisasi pada Perkembangan Ekonomi Indonesia. Diakses
Jumat, 14 Desember 2012.Pukul 07.23
Gera, Iris. 2012. www.voaindonesia.com.Defisit Perdagangan Indonesia Meningkat Pemerintah
Dinilai Belum Total Hadapi Pengaruh Ekonomi Global. Diakses pada Minggu, 16 Desember 2012.
Pukul 09:45
The Wold Bank Group. www.worldbank.org. In Country Indonesia Overview. Diakses pada
Sabtu, 15 Desember 2012.Pukul 15:08
[1] Ibid
Wrt3. www.metrotvnews.com. Pendapatan Per-Kapita- Indonesia Rp31, 8 Juta. Diakses Pada
Minggu, 16 Desember 2012. Pukul 09:23.







[1] Indah F. Carapedia.com. Pengaruh Globalisasi pada Perkembangan Ekonomi Indonesia. Diakses Jumat, 14
Desember 2012.Pukul 07.23
[2] Iris Gera. 2012. www.voaindonesia.com. Defisit Perdagangan Indonesia Meningkat Pemerintah Dinilai
Belum Total Hadapi Pengaruh Ekonomi Global. Diakses pada Minggu, 16 Desember 2012. Pukul 09:45
[3] ibid.
[4]Wrt3. www.metrotvnews.com. Pendapatan Per-Kapita- Indonesia Rp31, 8 Juta. Diakses Pada Minggu, 16
Desember 2012. Pukul 09:23.
[5] Admin. 2012. www.ekon.go.id. Pemerintah Targetkan Pendapatan Per Kapita Capai USD16 Ribu di 2025.
Diakses pada Minggu, 16 Desember 2012. Pukul 10:10 wib
[6] The Wold Bank Group. www.worldbank.org. In Country Indonesia Overview. Diakses pada Sabtu, 15
Desember 2012.Pukul 15:08
[7] ibid
[8] ibid
[9]Admin. 2012. www.ekon.go.id. Pemerintah Targetkan Pendapatan Per Kapita Capai USD16 Ribu di 2025.
Diakses pada Minggu, 16 Desember 2012. Pukul 10:10 wib

Anda mungkin juga menyukai