Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara no.6, Kebon Jeruk Riri_summergalz@yahoo.com
1
Mekanisme Pembentukan Urin Riana Angelina 102010177 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Pendahuluan Ginjal merupakan sepasang organ yang penting peranannya untuk mepertahankan keseimbangan di dalam tubuh. Dimana fungsinya untuk mengatur volum dan osmolalitas cairan tubuh, mengatur keseimbangan elektrolit, mengatur keseimbangan asam - basa, mengekskresikan sisa metabolik toksin dan zat asing, dan memproduksi hormon. Selain itu, pembentukan urin terbagi menjadi tiga proses, yaitu filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi. Jika terjadi kelainan dalam mekanismenya, maka akan mengakibatkan seperti gagal ginjal, urin mengandung glukosa (diabetes), urin yang mengandung protein, dan lain-lain. Struktur Makroskopis 1
Gambar 1. Ginjal http://wonderfull-instinct.blogspot.com/2011/04/memahami-ginjal.html Ginjal terletak di belakang peritoneum (retro peritoneal) pada bagian belakang rongga abdomen. Letak ginjal kanan lebih rendah daripada ginjal kiri karena adanya hati. Ginjal sebelah kiri di iga ke-11 columna vertebralis/ Lumbal 2-3 Ginjal sebelah kanan di iga ke-12 columna vertebralis/ Lumbal 3-4 2
Saat inspirasi, kedua ginjal tertekan ke bawah karena kontraksi diafragma. Jarak ginjal kanan dan kiri: Jarak kutub atas : 7 cm Jarak kutub bawah : 11 cm Jarak kutub bawah ke crista iliaca : 3 - 5 cm Ginjal memiliki tiga pembungkus, yaitu Kapsula fibrosa, langsung menempel dengan organ ginjal dan tidak membungkus anak ginjal. Kapsula adiposa (jaringan lemak) untuk mempertahankan ginjal pada tempatnya , lalu dikelilingi oleh lemak perinefrik yang berfungsi untuk melindungi ginjal dari trauma. Fascia renalis, membungkus ginjal dan anak ginjal. Pada bagian distal terbuka, ini bisa menyebabkan infeksi yang menjalar ke proksimal. Pada bagian medial setiap ginjal, terdapat cekungan yang disebut hilum. Arteria renal dan saraf memasuki ginjal melalui hilum, sedangkan vena renal, saluran limfa, dan ureter keluar dari ginjal juga melalui hilum. Jika ginjal dibelah membujur, ginjal terdiri dari dua bagian: Korteks, terletak di bagian luar dari ginjal, dimana tedapat semua glomerulus. Sebagian besar nefron (unit fungsional ginjal) terdapat pada korteks. Korteks dibagi dua lapis lagi yakni korteks bagian luar, dimana terdapat 85% glomelurus dengan ansa Henle pendek, hanya sampai medula bagian luar. Dan korteks bagian dalam terdapat 15% glomelurus dengan ansa Henle yang panjang, sampai masuk ke medula bagian dalam, sejajar dengan duktus koligens. Medula, terletak di bagian dalam dari ginjal, terdiri dari 8 - 10 piramid dan berwarna lebih gelap daripada korteks. Tampak garis - garis radial dari dasar ke apeks ginjal. Medula terdiri dari piramid, calyx mayor, calyx minor dan pelvis renis. Sebelum masuk ke ginjal, ureter melebar dan membentuk pelvis ginjal. Kemudia, pelvis ginjal bercabang dan membentuk 2 - 3 calyx mayor. Setiap calyx minor terdiri dari papila ginjal, yang merupakan apeks dari piramida ginjal. Ureter keluar dari ginjal di belakang peritoneum pada muskulus psoas dan kemudian memasuki pelvis di depan sendi sakroiliaka. Ureter menyusuri dinding lateral pelvis menuju spina iliaka, lalu belok ke arah depan dan medial memasuki kandung kemih. Ureter menembus dinding kandung kemih sekitae 2 cm 3
sebelum bermuara di kandung kemih. Urin melewati ureter dengan gerakan peristaltik. Ureter memiliki tiga penyempitan di mana batu ginjal dapat terbentuk. Saraf aferen dari ureter memasuki korda spinalis pada T11, T12, L1, dan L2. Kandung kemih dipersarafi oleh S3, S4, dan S5.
Gambar 2. Fascies Anterior Renalis. http://www.prohealthsys.com/anatomy/grays/splanchnology/the_kidneys.php
Gambar 3. Fascies Posterior Renalis. http://www.prohealthsys.com/anatomy/grays/splanchnology/the_kidneys.php Sirkulasi Darah. Ginjal menerima darah dari arteria renalis yang masuk melalui hilus dan bercabang membentuk arteria interlobularis yang terletak antara piramid malpighi. Selanjutnya arteri ini bercabang lagi menjadi arteri arkuata dan bercabang lagi menjadi arteria interlobularis. Arteria Interlobularis bercabang lagi menjadi arteria aferent yang masuk ke 4
glomerulus, selain itu ada juga arteri interlobularis melanjutkan diri menuju kapsula ginjal yang disebut arteri stelata. Ramus ini bercabang lima : Segmentalis yang memvasculerisasi satu segmen ginjal. Segmentalis memberi cabang A.Interlobaris dan memberi cabang A. Arcuata Arcuata memberi cabang dalam cortex ginjal disebut A. Interlobularis. Interlobularis bercabang-cabang menjadi Arteriole Afferent Setelah darah mengalami filtrasi, maka akan keluar melalui arteriola eferent gromeruli. Cabang arteriol eferent akan memberikan makanan untuk tubulus dan daerah distal untuk kortek ginjal. Cabang arteriola eferent bersatu membentuk arteriola rekta, dari venula ini bersatu lagi menjadi vena interlobularis dan selanjutnya menjadi vena interlobularis yang akhirnya keluar ginjal melalui vena renalis. Pada manusia dengan berat badan 70 kg pada kedua buah ginjalnya dialiri darah sebanyak 1200 cc setiap menit.
Gambar 4. Pendarahan Ginjal http://www.prohealthsys.com/anatomy/grays/splanchnology/the_kidneys.php Glandula Suprarenalis. Memiliki ciri-ciri : Merupakan kelenjar endokrim. Dibungkus oleh fascia renalis yang tidak ikut bergerak pada waktu respirasi. Letak: superomedial tiap ginjal. 5
Bentuk: disebelah kanan berbentuk pyramid, dan disebelah kiri berbentuk pipih bulan sabit. Topografi: bagian anterior sebelah kanan ada v.cava inferior, bare area hepatis, dan tidak tertutup peritoneum. Di sebelah kiri, sebagian ditutupi peritoneum (bursa omentalis), pancreas, dan a.lienalis. Vascularisasi: Nadi: A. suprarenalis superior cabang dari a.prenica inferior, A. suprenalis medial dari a. abdominalis, A. suprenalis inferior cabang dari a.renalis. Vena: V.suprarenalis dextra v.cava inferior dan V.suprarenalis sinistra v.renalis sinistra. Nefron Setiap ginjal terdiri dari sekitar satu juta fungsional berukuran mikroskopik yang dikenal sebagai nefron , yang disatukan satu sama lain oleh jaringan ikat. Satuan fungsional adalah satuan terkecil di dalam suatu organ yang mampu melaksanakan senua fungsi organ tersebut. Karena fungsi primer ginjal adalah menghasilkan urin, dan ketika melaksanakannya, mempertahankan stabilitas komposisi CES, nefron adalah satuan terkecil yang mampu membentuk urin. Susunan nefron do dalam ginjal membentuk dua daerah khusus, daerah sebelah luar yang tampak granuler, korteks ginjal, dan daerah bagian dalam yang berupa segitga - segitiga bergaris - garis, piramida ginjal, yang secara kolektif disebut sebagai medula ginjal. Setiap nefron terdiri dari komponen vaskuler dan komponen tubulus, yang keduanya secra struktural dan fungsional berkaitan erat. Bagian dominan pada komponen vaskuler adalah glomelurus, suatu berkas kapiler berbentuk bola tempat filtrasi sebagian air dan zat terlarut dari darah yang melewatinya. Cairan yang sudah terfiltrasi, yang komposisinya nyaris identik dengan plasma, kemudian mengalir ke komponen tubulus nefron, tempat cairan tersebut dimodifikasi oleh berbagai sistem transportasi yang mengubahnya menjadi urin. Pada saat memasuki ginjal, arteri renalis secara sistematis terbagi - bagi untuk akhirnya menjadi pembuluh - pembuluh halus yang dikenal arteriol aferen, dengan setiap pembuluh tersebut memperdarahi sebuah nefron. Arteriol aferen menyalurkan darah ke kapiler glomerulus, yang menyatu untuk membentuk arteriol lain, arteriol eferen, tempat keluarnya darah yang tidak difiltrasi ke dalam komponen tubulus meninggalkan glomerulus. Arteriol 6
eferen adalah satu - satunya arteriol di dalam tubuh yang mendapat darah dari kapiler. Biasanya arteriol bercabang - cabang, menjadi kapiler yang kemudian menyatu kembali menjadi venula. Di kapiler glomerulus, tidak terjadi ekstraksi O 2 atau nutrien dari darah untuk dipakai oleh jaringan ginjal serta tidak terjadi penambahan zat sisa dari jaringan di sekitar kapiler. Dengan demikian, darah arteri memasuki kapiler glomerulus melalui arteriol aferen, dan darah arteri meninggalkan glomerulus melalui arteriol eferen. Arteriol eferen segera terbagi - bagi menjadi serangkaian kapiler kedua, kapiler peritubulus, yang memperdarahi jaringan ginjal dan penting dalam pertukaran antara sistem tubulus dan darah selama perubahan cairan yang difiltrasi menjadi urin. Kapiler peritubulus ini membentuk jalinan mengelilingi sistem tubulus. Kapiler - kapiler peritubulus menyatu untuk membentuk venula yang akhirnya mengalir ke vena renalis, tempat darah meninggalkan ginjal. Komponen tubulus berawal dari kapsul Bowman, suatu invaginasi berdinding rangkap yang melingkupi nglomerulus untuk mengumpulkan cairan yang difiltrasi oleh kapiler glomerulus. Dari kapsul Bowman, cairan yang difiltrasi mengalir ke dalam tubulus proksimal, yang seluruhnya terletak di dalam korteks dan dangat berliku - liku atau berbelit di sepanjang perjalannya. Segmen berikutnya, lengkung Henle, membentuk lekungan berebntuk U atau yang terbenam ke dalam medula ginjal. Pars descendens lengkung Henle trebenam dari korteks ke dalam medula dan Pars ascendens berjalan kembali ke atas ke dalam korteks. Pars ascendens kembali ke daerah glomerulus dari nefronya sendiri tempat saluran tersebut melewati garpu yang di bentuk oleh arteriol aferen dan eferen. Sel - sel tubulus dan sel - sel vaskular mengalami spesialisasi untuk membentuk aparatus jukstaglomerulus, suatu struktur yang berperan penting dalam mengatur fungsi ginjal. Di luar aparatus jukstaglomerulus, tubulus kembali membentuk gelungan menjadi tubulus distal, yang seluruhnya juga terletak di korteks. Tubulus distal mengalirkan isinya ke dalam duktus, dengan satu duktus pengumpul mungkin menerima cairan dari delapan nefron yang berlainan. Setiap duktus pengumpul terbenam ke dalam medula untuk mengosongkan cairan isinya (telah berubah menjadi urin) ke dalam pelvis ginjal. Kapiler peritubulus nefron jukstaglomerulus membentuk lengkung vaskuler yang tajam yang dikenal sebagai vasa rekta (pembuluh lurus), yang berjalam berdampingan erat dengan lengkung Henle. Ureter. Ureter dibagi menjadi pars abdominalis, pelvis, dan intravesikalis. Struktur: panjang ureter sekitar 20-30 cm dan berjalan dari hilus ginjal menuju kandung kemih. Dindingnya 7
berotot dan dilapisi oleh epitel transisional. Saat operasi bisa dikenali karena adanya peristalsis. Perjalanan dari pelvis renalis di hilus perjalanan ureter bisa dirangkum sebagai berikut: Berjalan sepanjang bagian medial m.psoas mayor di bagian belakang, namun melekat ke peritoneum. Kemudian menyilang bifurkasio iliaka komunis di anterior sendi sakro iliaka dan berjalan sepanjang dinding lateral oelvis menuju spina iskiadika. Pada spina iskiadika ureter berjalan ke depan dan medial untuk memasuki kandung kemih dalam posisi miring. Ureter pars intravesikalis memiliki panjang sekitar 2 cm dan perjalanannya sepanjang dinding kandung kemih menghasilkan efek mirip sfingter. Pada pria ureter menyilang superfisial di ndekat ujungnya di sebelah vas deferens. Pada wanita ureter lewat di atas forniks lateral vagina namun di bawah ligamentum kardinale dan pembuluh darah uterina. Pars abdominal ureteris. Bagian ureter kanan atas: pasr descendens duodeni, bawah: ileum, medial: tepi latera- v.cava inferior. Bagian ureter kiri belakang: recessus intersigmoideus (tetutup colon sigmoideum dan mesocolon). 2
Pasokan darah ureter merupakan struktur abdominal sekaligus pelvis, sehingga pasokan darahnya didapatkan dari: Ureter atas: menerima cabang langsung dari aorta, a.renalis, dan a.gonadala. Ureter bawah: menerima cabang iliaka interna dan a. vesikalis inferior. Vesica Urinaria. Vesica urinaria terletak tepat di belakang pubis di dalam cavitas pelvis. Vesica urinaria cukup baik untuk menyimpan urine dan pada orang dewasa kapasitas maksimumnya kurang lebih 500 ml. Vesica urinaria mempunyai dinding otot yang kuat. Bentuk dan batas-batasnya sangat bervariasi sesuai dengan jumlah urine di dalamnya. Vesica urinaria yang kosong pada orang dewasa seluruhnya terlotak di dalam pelvis; bila vesica urinaria terisi,dinding atasnya terangkat sampai masuk regio hypogastricum. Pada anak kecil, vesica urinaria yang kosong me-nonjol di atas apertura pelvis superior; kemudian bila cavitas pelvis membesar, vesica urinaria terbenam di dalam pelvis untuk menempati posisi seperti pada orang dewasa. 8
Vesica urinaria yang kosong berbentuk piramid, mempunyai apex, basis, dan sebuah facies superior serta dua buah facies inferolateralis; juga mempunyai collum. Apex vesicae mengarah ke depan dan terletak di belakang pinggir atas symphysis pubica. Apex vesicae dihubungkan dengan umbilicus oleh ligamentum umbilicale medianum (sisa ura-chus). Basis, atau facies posterior vesicae, menghadap ke posterior dan berbentuk segitiga. Sudut superolateralis merupakan tempat muara ureter, dan sudut inferior merupakan tempat asal urethra. Kedua ductus deferens terletak berdampingan di facies posterior vesicae dan memisahkan vesicula seminalis satu dengan yang lain. Bagian atas facies posterior vesicae diliputi oleh peritoneum, yang mem-bentuk dinding anterior excavatio rectovesicalis. Bagian bawah facies posterior dipisahkan dari rectum oleh ductus deferens, vesicula seminalis, dan fascia rectovesicalis. Facies superior vesicae diliputi peritoneum dan berbatasan dengan lengkung ileum atau colon sigmoideum. Sepanjang pinggir lateral permukaan ini, peritoneum melipat ke dinding lateral pelvis. Bila vesica urinaria terisi, bentuknya menjadi lon-jong, facies superiornya membesar dan menonjol ke atas, ke dalam cavitas abdominalis. Peritoneum yang meliputinya terangkat pada bagian bawah dinding anterior abdomen sehingga vesica urinaria berhubungan langsung dengan dinding anterior abdomen. Facies inferolateralis di bagian depan berbatasan dengan bantalan lemak retropubica dan pubis. Lebih ke posterior, facies tersebut berbatasan di atas dengan mus-culus obturatorius internus dan di bawah dengan mus-culus levator ani. Collum vesicae berada di inferior dan terletak pada facies superior prostatae. Di sini, serabut otot polos dinding vesica urinaria dilanjutkan sebagai serabut otot polos prostata. Collum vesicae dipertahan-kan pada tempatnya oleh ligamentum puboprosta-ticum pada laki-laki dan ligamentum pubovesicale pada perempuan. Kedua ligamentum ini merupakan penebalan fascia pelvis. Bila vesica urinaria terisi, posisi facies posterior dan collum vesicae relatif tetap, tetapi facies superior vesicae naik ke atas, masuk ke dalam cavitas abdominalis seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. 9
Tunica mucosa sebagian besar berlipat-lipat pada vesica urinaria yang kosong dan lipatan-lipatan tersebut akan menghilang bila vesica urinaria terisi penuh. Area tunica mucosa yang meliputi permukaan dalam basis vesica urinaria dinamakan trigonum vesicae Liutaudi. Di sini, tunica mucosa selalu licin, walaupun dalam keadaan kosong karena membrana mucosa pada trigonum ini melekat dengan erat pada lapisan otot yang ada di bawahnya. Sudut superior trigonum ini merupakan tempat muara ureter dan sudut inferiornya merupakan ostium ure-thrae internum. Ureter menembus dinding vesica urinaria secara miring dan keadaan ini yang membuat fungsinya seperti katup yang mencegah aliran balik urine ke ginjal pada waktu vesica urinaria terisi. Trigonum vesicae dibatasi di sebelah atas oleh rigi muscular yang berjalan dari muara ureter yang satu ke muara ureter yang lain dan dis ebut sebagai plica inter ureterica. Uvula vesicae merupakan tonjolan kecil yang terletak tepat di belakang ostium urethrae yang disebab-kan oleh lobus medius prostatae yang ada di bawahnya. Tunica muscularis vesica urinaria terdiri atas otot polos yang tersusun dalam tiga lapisan yang saling berhubungan yang disebut sebagai musculus detrusor vesicae. Pada collum vesicae, komponen sirkular dari lapisan otot ini menebal membentuk musculus sphincter vesicae. Pendarahan Arteria: Arteria vesicalis superior dan inferior, cabang arteria iliaca interna. Venae: Venae membentuk plexus venosus vesicalis, di bawah berhubungan dengan plexus venosus prostaticus; dan bermuara ke vena iliaca interna. Aliran Limf Pembuluh limf bermuara ke nodi iliaci interni dan externi. Persarafan Persarafan vesica urinaria berasal dari plexus hypogastrics inferior. Serabut pascaganglionik simpatis berasal dari ganglion lumbalis pertama dan kedua lalu berjalan turun ke vesica urinaria melalui plexus hypogastricus. Serabut preganglionik parasimpatikus yang muncul sebagai nervi splanchnici pelvici berasal dari nervus 10
sacrales kedua, ketiga, dan keempat, berjalan rneiami plexus hypogastricus menuju ke dinding vesica urinaria, di tempat ini serabut tersebut bersinaps dengan neuron postganglionik. Sebagian besar serabut aferen sensorik yang berasal dari vesica urinaria menuju sis-tem saraf pusat melalui nervi splanchnici pelvici. Sebagian serabut aferen berjalan bersama saraf simpatis melalui plexus hypogastricus dan masuk ke medulla spinalis segmen lumbalis pertama dan kedua. Saraf simpatis menghambat kontraksi musculus detrusor vesicae dan merangsang penutupan musculus sphincter vesicae. Saraf parasimpatis merangsang kon-traksi musculus detrusor vesicae dan menghambat ker-ja musculus sphincter vesicae. Struktur Mikroskopis 3
Gambar 5. Ginjal http://embryology.med.unsw.edu.au/Notes/urogen7.htm Secara anatomis ginjal terbagi menjadi 2 bagian yaitu korteks dan medulla ginjal. Di dalam korteks terdapat berjuta-juta nefron, dimana setiap ginjal terdiri atas 1-4 juta nefron. sedangkan di dalam medulla banyak terdapat duktuli ginjal. Nefron adalah unit fungsional terkecil dari ginjal yang terdiri atas, tubulus kontortus proksimalis, korpuskulus renal, tubulus kontortus distalis, segmen tipis dan tebal ansa Henle, dan tubulus kolegens. Darah yang membawa sisa-sisa hasil metabolisme tubuh difiltrasi di dalam glomeruli kemudian ditubuli ginjal, beberapa zat yang masih diperlukan tubuh mengalami reabsorbsi dan zat-zat 11
hasil sisa metabolisme mengalami sekresi bersama air membentuk urine. Setiap hari tidak kurang 180 liter cairan tubuh difiltrasi di glomerulus dan menghasilkan urine 1-2 liter. Urin yang terbentuk di dalam nefron disalurkan melalui piramida ke sistem pelvikalises ginjal untuk kemudian disalurkan ke dalam ureter.
Gambar 6. Glomerulus. http://www.ouhsc.edu/histology/Text%20Sections/Urinary.html Glomerulus. Glomerulus merupakan anyaman pembuluh darah kapiler, yang merupakan cabang dari arteriol aferen. Setelah memasuki badan ginjal (korpus ginjal) korpuskula renalis, arteriol aferen biasanya bercabang menjadi 2-5 cabang utama yang masing-masing bercabang lagi menjadi jala jala kapiler. Tekanan hidrostatik darah arteri yang terdapat dalam kapiler- kapiler ini. glomelurus diatur oleh arteriol eferen.
Gambar 7. Korteks Ginjal http://embryology.med.unsw.edu.au/Notes/urogen7.htm
12
Kapsula Bowman. Berkas kapiler glomelurus dikelilingi oleh kapsula Bowman. Glomerulus berfungsi sebagai penyaring darah. Kapsula Bowman merupakan epitel berdinding ganda. Lapisan luar kapsula Bowman terdiri atas epitel selapis gepeng, dan lapisan dalam tersusun atas sel-sel khusus yang disebut podosit (sel kaki) yang letaknya meliputi kapiler glomerulus. Antara kedua lapisan tersebut terbentuk rongga kapsul Bowman. Sel-sel podosit, membrana basalis, dan sel-sel endotel kapiler membentuk lapisan (membran) filtrasi yang berlubang- lubang yang memisahkan darah yang terdapat dalam kapiler dengan ruang kapsuler. Selsel endotel kapiler glomerulus mempunyai pori-pori sel lebih besar dan lebih banyak daripada kapiler-kapiler pada organ lain. Hasil filtrasi cairan darah disebut cairan ultrafiltrat (urin primer) selanjutnya ditampung pada rongga kapsul.
Korpuskulum renal. Korpuskulum renal adalah segmen awal setiap nefron. Di sini, darah disaring melalui kapiler-kapiler glomerulus dan filtratnya ditampung didalam rongga kapsular yang terletak di antara lapisan parietal dan visceral kapsul bowman. Setiap korpuskulum renal mempunyai kutub vascular yamg merupakan tempat keluar masuknya pembuluh darah dari glomerulus.Ukuran diameter korpuskel ginjal bervariasi dari 150 sampai 250 m. Lapisan parietal kapsula bowman tersusun dari epitel selapis gepeng dengan inti agak menonjol ke rongga kapsula. Organel sitoplasma kurang berkembang.
Aparatus jukstaglomerulus. Pada tunika media terdapat sel-sel otot polos. Sel ini berdekatan dengan endotel dan berhubungan erat dengan makula densa. Makula densa tidak mempunyai lamina basal. Berhubungan dengan sel yang bergranula terdapat sel berwarna pucat disebut sel lasic atau sel mesangial ekstraglomerular.
Tubulus Kontortus Prokimalis. Struktur ini merupakan segmen berkelok-kelok, yang bagian awal dari tubulus ini panjangnya dapat mencapai 14 mm dengan diameter 57-60 m. Tubulus konvulatus proksimalis biasanya ditemukan pada potongan melintang kortek yang dibatasi oleh epithel selapis kubis atau silindris rendah, dengan banyak dijumpai mikrovilli yang panjangnya bisa mencapai 1,2 m dengan jarak satu sama dengan yang lainnya 0,03 m. Karakteristik dari tubulus ini ditemukan apa yang disebut Brush Border, dengan lumen yang lebar dan sitoplasmanya epitel yang jernih. Ansa Henle. Ansa henle banyak dijumpai di daerah medula dengan diameter bisa mencapai 15 mm. Ansa henle berbentuk seperti huruf U yang mempunyai segmen tebal dan diikuti oleh segmen tipis (kelanjutan dart tubulus kontorus proksimal). Pada bagian desenden 13
(berjalan turun)mempunyai lumen yang kecil dengan diameter 12m panjang 1-2 mm, sedangkan bagian asenden (berjalan ke atas) mempunyai lumen yang agak besar dengan panjang 9 mm dengan diameter 30 m. Epitel dari Ansa Henle merupakan peralihan dari epithel silindris rendah / kubus sampai squomus, biasanya pergantian ini terdapat di daerah sub kortikal pada medula, tapi bisa juga terjadi di daerah atas dari Ansa Henle. Tubulus Kontortus Distalis. Perbedaan struktur histologi dengan tubulus kontortus proksimalis antara lain : sel epitelnya besar, mempunyai brush border, lebih asidofil, potongan melintang pada tempat yang sama mempunyai epitel lebih sedikit, sedangkan Tubulus Konvulatus distalis : sel epitel lebih kecil dan rendah, tidak mempunyai brush border, kurang asidofil, lebih banyak epitel pada potongan melintang. Sepanjang perjalanan pada kortek, tubulus ini mengadakan hubungan dengan katup vaskuler badan ginjal dari nefronnya sendiri yakni dekat dengan anteriole aferent dan eferent. Pada tempat hubungan ini, tubulus distalis mengadakan modifikasi bersama dengan arteriola aferens. Segmen yang mengadakan modifikasi bersama dengan arteriola aferens. Segmen yang mengadakan modifikasi ini pada mikroskop cahaya tampak lebih gelap ini disebabkan dekatnya dengan inti disebut : Makula dense. Fungsi makula dense belum begitu jelas akan tetapi beberapa ahli mengatakan, fungsinya adalah sebagai penghantar data osmolaritas cairan dalam tubulus distal ke glomerulus. Pada makula dense yang dekat dengan arteriola aferent mengandung sel juksta glomerulus yaitu sel yang mempunyai bentuk epiteloid dan bukan sel otot polos dan ini mungkin merupakan modifikasi dari otot polos. Sel ini menghasilkan enzim renin. Hormon ini mengubah hipertensinogen menjadi hipertensin (angiotensin). Angiotensin mempengaruhi tunika media dari arteriola untuk berkontraksi, yang mengakibatkan tekanan darah menjadi naik. Tubulus kolektivus (Tubulus Koligens). Merupakan lanjutan dari nefron bagian tubulus kontortus distalis dan mengisi sebagian besar daerah medula. Tubulus kolektivus bagian depan mempunyai lumen yang kecil berdiameter sekitar 40 m dengan panjang 20-22 mm. Lumennya dilapisi epitel kubis selapis, sedangkan tubulus kolektivus bagian belakangnya sudah berubah menjadi bentuk silindris dengan diameter 200 m, panjangnya mencapai 30-38 mm. 14
Pelvis Renalis. Pada hilus renalis terdapat pelvis renalis yang menampung urin dari papila renalis. Pada ginjal yang multi-piramid urin pertama ditampung oleh kaliks renalis kemudian dari sini baru ke pelvis renalis. Lapisan mukosa memiliki epitel peralihan dengan sel payung, mulai dari kaliks renalis, tebal epithel hanya 2 sampai 3 sel. Dengan mikroskop cahaya tidak tampak adanya membran basal tetapi dengan EM tampak membrana basalis yang sangat tipis. Propria mukosa terdiri atas jaringan ikat longgar dan pada kuda terdapat kelenjar yang agak mukus. Bentuk kelenjar adalah tubulo-alveolar. Tunika muskularis terdiri atas oto polos. Lapisan dalam tersusun longitudinal dan lapisan luar sirkuler. Tunika adventitia terdiri dari jaringan ikat longgar dengan banyak sel lemak, pembuluh darah, pembuluh limfe, dan saraf. Ureter. Ureter adalah saluran tunggal yang menyalurkan urine dari pelvis renalis menuju vesika urinaria (kantong air seni). Mukosa membentuk lipatan memanjang dengan epitel peralihan, lapisan sel lebih tebal dari pelvis renalis. Tunika propria terdiri atas jaringan ikat dimana yang bersifat mukous, dengan lumen agak luas. Tunika muskularis tampak lebih tebal dari pelvis renalis, terdiri dari lapis dalam yang longitudinal dan lapis luar sirkuler, sebagian lapis luar ada yang longitudinal khususnya bagian yang paling luar. Dekat permukaan pada vesika urinaria hanya lapis longitudinal yang nampak jelas.
Gambar 8. Ureter http://download.videohelp.com/vitualis/med/his_pic_urinary_sys_2.htm 15
Tunika adventisia terdiri atas jaringan ikat yang mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf, ganglia sering terdapat didekatnya. Selama urine melalui ureter komposisi pokok tidak berubah, hanya ditambah lendir saja. Dinding ureter terdiri atas beberapa lapis, yakni: 1. Tunika mukosa : lapisan dari dalam ke luar sebagai berikut : - Epithelium transisional : pada kaliks dua sampai empat lapis, pada ureter empat sampai lima lapis, pada vesica urinaria 6-8 lapis. - Tunika submukosa tidak jelas. - Lamina propria beberapa lapisan. - Luar jaringan ikat padat tanpa papila, mengandung serabut elastis dan sedikit noduli limfatisi kecil, dalam jaringan ikat longgar. - Kedua-dua lapisan ini menyebabkan tunika mukosa ureter dan vesika urinaria dalam keadaan kosong membentuk lipatan membujur. 2. Tunika muskularis : otot polos sangat longgar dan saling dipisahkan oleh jaringan ikat longgar dan anyaman serabut elastis. Otot membentuk tiga lapisan : stratum longitudinale internum, stratum sirkulare dan stratum longitudinale eksternum. 3. Tunika adventisia : jaringan ikat longgar. Vesika Urinaria. Kantong air seni merupakan kantong penampung urine dari kedua belah ginjal Urine ditampung kemudian dibuang secara periodik. Mukosa, memiliki epitel peralihan (transisional) yang terdiri atas lima sampai sepuluh lapis sel pada yang kendor, apabila teregang (penuh urine) lapisan nya menjadi tiga atau empat lapis sel. Propria mukosa terdiri atas jaringan ikat, pembuluh darah, saraf dan jarang terlihat limfonodulus atau kelenjar. Sub mukosa terdapat dibawahnya, terdiri atas jaringan ikat yang lebih longgar. Tunika muskularis cukup tebal, tersusun oleh lapisan otot longitudinal dan sirkuler (luar), lapis paling luar sering tersusun secara memanjang, lapisan otot tidak tampak adanya pemisah yang jelas, sehingga sering tampak saling menjalin. Berkas otot polos di daerah trigonum vesika membentuk bangunan melingkar, mengelilingi muara ostium urethrae intertinum. Lingkaran otot itu disebut m.sphinter internus. 16
Lapisan paling luar atau tunika serosa, berupa jaringat ikat longgar (jaringan areoler), sedikit pembuluh darah dan saraf. Ginjal. Bagian paling luar adalah kapsula, serabut halus keluar dari kapsula menyisip parenkim ginjal bersama pembuluh darah. Renal tubulus dianggap identik dengan nefron pada mamalia. Terdiri atas : - Korpuskuli renalis dengan glomeruli relatif lebih kecil dari mamalia. - Tubuli kontorti proksimalis, memepunyai epitel kubis dengan brush border, inti ditengah dan sitoplasma berbutir halus, diduga butiran urat. - Jerat henle memiliki epitel sama, namun tidak memiliki brush border, tetapi pada sitoplasma terdapat vakuola. - Tubuli kontortus distalis memiliki lumen lebih luas, epitelnya lebih pucat dan berbentuk kubis. - Alat penyalur mulai dari duktuli koligentes dengan epitel kubis, terus ke duktus Bellini dan akhirnya masuk ureter. Mekanisme Pembentukan Urin 4
Ginjal merupakan suatu organ yang melakukan berbagai fungsi yang ditujukan untuk mempertahankan homeostasis. Secara garis besar, hewan-hewan darat mampu hidup di darat yang kering tanpa bergantung pada air karena adanya ginjal, yang organ, bersama dengan masukan hormon dan saraf yang mengatur fungsinya, terutama berperan dalam mempertahankan stabilitas volum dan komposisi elektrolit CES (cairan ekstra sel). ddengan menyesuaikan jumlah air dan berbagai kontituen plasma yang akan disimpan di dalam tubuh atau di keluarkan melalui urin, ginjal mampu mempertahankan keseimbangan air dan elektrolit di dalam rentang yang sangat sempit yang cocok bagi kehidupan, walaupun pemasukan dan pengeluaran konstituen - konstituen tersebut melalui jalan lain sangat bervariasi. Jika terdapat kelebihan air atau elektrolit tertentu di CES, misalnya garam (NaCl), ginjal dapat mengeliminasi kelebihan tersebut di dalam urin. Jika terjadi kekurangan, ginjal sebenarnya tidak dapat memberi tambahan konstituen yang kurang tersebut, tetapi dapat membatasi kehilangan zat tersebut melalui urin, sehingga dapat menyimpan sampai lebih banyak zat tersebut didapat dari makanan. Dengan demikian, ginjal dapat lebih efisien 17
melakukan kompensasi untuk kelebihan daripada kekurangan, seperti tercermin lebih jauh pada kenyataan bahwa pada beberapa keadaan ginjal tidak dapat secara total menghentikan pengeluaran suatu bahan penting melalui urin, walaupun tubuh sedang kekurangan bahan tersebut. Contoh utama adalah defisit H 2 O. Walaupun seseorang tidak mengkonsumsi H 2 O, ginjal harus menghasilkan sekitar satu liter H 2 O dalam urin setiap hari untuk melaksanakan fungsi penting lain sebagai pembersih tubuh. Selain berperan penting dalam mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit, ginjal merupakan jalan penting untuk mengeluarkan berbagai zat sisa metabolik yang toksis dan senyawa - senyawa asing dari tubuh. Zat - zat sisa ini tidak dapat dikeluarkan dalam bentuk padat, mereka harus diekskresikan dalam bentuk larutan, sehingga ginjal harus menghasilkan minimal 500 ml urin berisi zat sisa perharinya. Karena H 2 O yang dikeluarkan di urin berasal dari plasma darah, seseorang yang tidak mendapat H 2 O sedikitpun tetap diharuskan menghasilkan urin sampai meninggal akibat deplesi volume plasma ke tingkat fatal, karena H 2 O akan turut dibuang menyertai pengeluaran zat sisa - sisa. Untungnya, kecuali keadaan ekstrim, ginjal mampu mempertahankan stabilitas lingkungan cairan internal walaupun pemasukan cairan dan elektrolit berubah-ubah. Ginjal tidak saja mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan dalam ingesti H2O, garam, dan elektrolit lain, tetapi organ ini juga melakukan penyesuaian dalam pengeluaran konstituen - kontituen CES ini melalui urin untuk mengkompensasi pengeluaran abnormal, misalnya melalui keringat berlebih, muntah, diare, atau pendarahan. Dengan demikian, komposisi urin sangat bervariasi karena ginjal melakukan penyesuaian terhadap perubahan pemasukan atau pengeluaran berbagai bahan sebagai usaha untuk mempertahankan CES dalam batas - batas sempit yang cocok untuk kehidupan. Fungsi spesifik yang dilakukan ginjal, yang sebagian besar ditunjukan untuk mempertahankan kestabilan lingkungan cairan internal: 1. Mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh. 2. Mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar ion CES, termasuk Na + , Cl - , K + , HCO 3- , Ca 2+ , Mg 2+ , SO4 2- , PO4 3- , dan H + . Bahkan fluktuasi minor pada konsentrasi sebagian elektrolit ini dalam CES dapat menimbulkan pengaruh besar. Sebagai contoh, perubahan konsentrasi K + di CES dapat menimbulkan disfungsi jantung yang fatal. 18
3. Memelihara volum plasma yang sesuai, sehingga sabgat berperan dalam pengaturan jangksa panjang tekanan darah arteri. Fungsi ini dilaksanakan melalui peran ginjal sebagai pengatur keseimbangan garam dan H 2 O. 4. Membantu memelihara kesimbangan asam-basa tubuh dengan menyesuaikan pengeluaran HCO 3- dan H + dalam urin. 5. Memelihara osmolaritas (konstentrasi zat terlarut) berbagai cairan tubuh, terutama melalui pengaturan keseimbangan H 2 O. 6. Mengekskresikan (eliminasi) produk-produk sisa (buangan) dari metabolisme tubuhm, misalnya urea, asam urat, dan kreatinin. Jika dibiarkan menumpuk zat sisa- sisa tersebur bersifat toksik, terutama bagi otak. 7. Mengekskresikan banyak senyawa asing, misalnya obat, zat penambahan pada makanan, pestisida, dan bahan-bahan eksogen non-nutrisi lainnya yang berhasil masuk ke dalam tubuh. 8. Mensekresikan eritropoietin, sesuatu hormon yang dapat merangsang pembentukan sel darah merah. 9. Mensekresikan renin, suatu hormon enzimatik yang memicu reaksi berantai yang penting dalam proses konsevrvasi garam oleh ginjal. 10. Mengubah vitamin D menjadi bentuk aktifnya. Ginjal mengolah plasma yang mengalir masuk ke dalamnya untuk menghasilkan urin, menahan bahan - bahan tertentu dan mengeliminasi bahan - bahan yang tidak diperlukan ke dalam urin. Setelah terbentuk, urin mengalir ke sebuah rongga pengumpul sentral, pelvis ginjal, yang terletak pada bagian dalam sisi medial di pusay ke dalam ureter, sebuah duktus yang berdinding oto polos yang keluar dari batas medial dekat dengan pangkal arteri dan vena renalis. Terdapat dua ureter, yang menyalurkan urin dari setiap ginjal ke sebuah kandung kemih. Kandung kemih, yang menimpan urin secara temporer, adalah sebuah kantung berongga yang dapat diregangkan dan volumnya disesuaikan. Secara berkala, urin dikosongkan dari dari kandung kemih ke luar tubuh melalui sebuah saluran, uretra. Uretra pada wanita berbentuk lurus dan pendek, berjalan secara langsung dari leher kandung kemih ke luar tubuh. Pada pria uretra jauh lebih panjang dan melengkung dari kandung kemih ke luar tubuh, melewati kelenjar prostat dan penis. 19
Terdapat tiga proses dasar dalam pembentukan urin, yaitu filtrasi glomerulus, reabsorpsi tubulus, dan sekresi tubulus. Filtrasi glomerulus merupakan langkah pertama dalam pembentukan urin. Cairan yang difiltrasi dari glomerulus ke kapsul Bowman harus melawati tiga lapisan yang membentuk membran glomerulus: (1) dinding kapiler glomerulus, (2) membran basal (lapisan gelatinosa aseluler), dan (3) lapisan dalam kapsul Bowman. Secara kolektif, ketiga lapisan ini berfungsi sebagai saringan molekul halus yang menahan sel darah merah dan protein plasma, tetapi melewatkan H 2 O dan zat terlarut lain yang ukuran molekulernya cukup kecil. Pada membran basal terdiri dari glikoprotein yang berfungsi untuk menghambat filtrasi protein dan menolak albumin karena glikoprotein bermuatan negatif, dan kolagen dan terselip di antara glomerulus dan kapsul Bowman. Lapisan terakhir oada membran glomerulus, yaitu lapisan dalam kapsul Bowman, terdiri daro podosit, sel yang mirip gurita yang mengelilingi berkas glomerulus. Setiap podosit memiliki banyak tonjolan memanjang seperti kaki yang saling menjalin dengan tonjolan podosit di dekatnya. Celah sempit antara tonjoloan yang berdekatan di sebut celah filtrasi (filtration slit), membentuk jalan bagi cairan untuk keluar dari kapiler glomerulus dan masuk ke lumen kapsul Bowman. Tekanan
Gambar 9. Proses Ginjal http://jw1.nwnu.edu.cn/jpkc/jwc/2009jpkc/rtkx/jp.htm Tekanan darah kapiler glomerulus adalah gaya pendorong utama yang berperan untuk menginduksi filtrasi glomerulus. Dalam perpindahan cairan dari plasma menembus membran glomerolus menuju kapsula Bowman tidak terdapat mekanisme tranportasi 20
aktif. Terdapat tiga gaya fisik yang terlibat dalam filtrasi glomerulus, yaitu (1) tekanan darah kapiler glomerulus, (2) tekanan osmotik koloid plasma, dan (3) tekanan hidrostatik kapsul Bowman. Tekanan darah kapiler glomerulus adalah tekanan cairan yang timbul oleh darah di dalam, kapiler glomerulus. Tekanan ini akhirnya bergantung pada kontraksi jantung (sumber energi yang menghasilkan filtrasi glomerulus) dan resistensi ateriol aferen dan eferen terhadap aliran darah. Tekanan darah kapiler glomerulus kira - kira 55 mmHg, lebih tinggi daripada tekanan darah kapiler di tempat lain, karena tengah arteriol aferen lebih besar daripada garis tengah arteriol eferen. Karena darah lebih mudah masuk ke kapiler glomerolus memulai arteriol aferen yang lebih lebar dan lebih sulit keluar melalui arteriol aferen yang lebih sempit, tekanan darah kapiler glomerolus meningkat akibat terbendungnya darah di kapiler glomerulus. Selain itu, karena tingginya resistensi arteriol eferen, tekanan darah tidak mengalami kecenderengungan menurun disepanjang kapiler lain. Tekanan darah glomerulus yang meningkat dan tidak menurun ini cenderung mendorong cairan keluar dari glomerulus untuk masuk ke kapsul Bowman di keseluruhan panjang kapiler glomerulus dan merupakan gaya utama yang menghasilkan filtrasi glomerulus. Sementara tekanan darah kapiler glomerulus mendorong filtrasi, kedua gaya lain yang bekerja melintasi membran glomerulus (tekanan onkotik koloid plasma dan tekanan hidrostatik kapsul Bowman) melawan filtrasi. Tekanan osmotik koloid plasma ditimbulkan oleh distribusi protein - protein plasma yang tidak seimbang di kedua sisi membran glomerulus. Karena tidak dapat difiltrasi, protein - protein plasma terdapat di kapiler glomerulus tetapi tidak ditemukan di kapsul Bowman. Dengan demikian, konsentrasi H 2 O di kapsul Bowman lebih tinggi daripada konsentrasi di kapiler glomerulus. Akibatnya kecenderungan H 2 O untuk berpindah secara otomatis mengikuti penurunan gradien konsentrasinya daripada kapsul Bowman ke kapiler glomerulus melawan filtrasi glomerulus. Tekanan osmotik yang melawan filtrasi ini rata - rata besarnya 30 mmHg, yang sedikit lebih tinggi daripada di kapiler lain di tubuh. Tekanan ini lebih tinggi karena H 2 O yang difiltrasi ke luar dari darah glomerulus jumlahnya cukup banyak, sehingga konsentrasi protein plasma lebih tinggi dibandingkan di tempat lain. Cairan di dalam kapsul Bowman menimbulkan tekanan hidrostatik yang diperkirakan besarnya sekitar 15 mmHg. Tekanan ini, yang cenderung mendorong cairan keluar 21
dari kapsul Bowman, melawan filtrasi cairan dari glomerulus ke dalam kapsul Bowman. Gaya yang total yang mendorong filtrasi adalah sebesar 55 mmHg dan disebabkan oleh tekanan darah darah kapiler glomerulus. Jumlah kedua gaya yang melawan filtrasi adalah 45 mmHg. Perbedaan netto yang mendorong filtrasi (10 mmHg) disebut sebagai tekanan filtrasi netto. Laju filtrasi sebenarnya, yaitu laju filtrasi glomerulus ( glomerular filtration rate, GFR). Tekanan onkotik koloid plasma melawan filtrasi, penurunan konsentrasi protein plasma, yang mengurangi tekanan osmotik tersebut menyebabkan peningkatan GFR. Karena tekanan darah arteri adalah gaya yang mendorong darah ke dalam glomerulus, tekanan darah kapiler glomerulus dan dengan demikian GFR akan meningkat setara dengan peningkatan tekanan arteri. Perubahan GFR spontan semacam itu sebagian besar dicegah oleh mekanisme pengaturan interistik yang dicetus kan oleh ginjal itu sendiri, suatu proses yang dikenal sebagai autoregulasi. Terdapat dua mekanisme yang berperan dalam autoregulasi, yaitu: 1. Mekanisme miogenik, yang berespon terhadap perubahan tekanan di dalam komponen vaskuler nefron yang sifat umum otot polos. Otot polos vaskuler arteriol berkontraksi secara inheren sebagai respon terhadap peregangan yang menyertai peningkatan tekanan di dalam pembuluh. Dengan demikian, arteriol aferen secara otomatis berkontraksi sendiri jika teregang karena tekanan aerteri meningkat. Respon ini membatu membatasi aliran darah ke dalam glomerulus ke tingkat normal walaupun tekanan arteri meningkat. Sebaliknya arteriol eferen secara inheren akan melemas, sehingga aliran darah ke glomerulus meningkat walaupun tekanan arteri menurun, dan 2. Mekanisme umpan balik tubulo glomerulus, yang mendeteksi perubahan aliran melalui komponen tubulus nefron. Sel - sel tubulus khusus di daerah ini secara kolektif disebut sebagai makula densa. Sel - sel makul densa berfungsi untuk mendeteksi perubahan kecepatan aliran cairan di dalam tubulus yang melewati mereka. Apabila GFR meningkat akibat peningkatan tekanan arteri, cairan yang difiltrasi dan mencapai tubulus distal lebih banyak daripada normal. Ebagai respon, sel - sel makula densa memicu pengeluaran zat - zat kimia vasoaktif dari 22
aparatus jukstaglomerulus yang menyebabkan kontriksi arteriol aferen dan menurunkan aliran darah glomerulus serta memulihkan GFR ke normal. Selain mekanisme autoregulasi, terdapat kontrol simpatis eksterinsik GRF. Dimana diperantarai oleh masukan sistem saraf simpatis ke areteriol aferen. Jika volume plasma menurun, sebagai contoh akibat pendarahan, tekanan darah arteri yang menurun akan dideteksi oleh baroreseptor arkus aorta dan sinus karotikus yang mengawali refleks saraf untuk meningkatkan tekanan darah ke tingkat normal. Respon reflek ini dikoordinasi oleh pusat kontrol di batang otak. Walaupun peningkatan curah jantung dan resistensi perifer total membantu meningkatkan tekanan darah tapi tidak meningkatkan volume plasma darah. Dalam jangka panjang, volume plasma harus dipulihkan ke normal. Salah satu kompensasi untuk penurunan volume plasma adalah reduksi pengeluaran urin, sehingga lebih banyak cairan yang tertahan di dalam tubuh dimana akan melalui penurunan GFR, jika cairan difiltrasi lebih sedikit, cairan yang tersedia untuk diekskresikan juga berkurang. GFR berkurang akibat respon reflek baroreseptor terhadap penurunan tekanan darah. Selama refleks ini, terjadi vasokontriksi yang diinduksi oleh sistem simpatis di sebagian besar arteriol tubuh sebagai mekanisme kompensasi untuk meningkatkan resistensi perifer total. Di antara arteriol yang berkonstriksi sebagai respon terhadap refleks baroreseptro ini adalah arteriol aferen yang menyalurkan darah ke glomerulus. Arteriol aferen dipersarafi oleh serat vasokonstriksi simpatis jauh lebih banyak dari pada persarafan untuk arteriol eferen. Sewaktu arteriol aferen berkontriksi akibat dari peningkatan aktivitas simpatis, lebih sedikit darah yang mengalir ke glomerulus sehingga tekanan di glomerulus menurun. Terjadi penurunan GFR yang menyebabkan penurunan volume urin. Reabsorpsi tubulus merupakan perpindahan bahan - bahan yang bersifat selektif dari bagian dalam tubulus (lumen tubulus) ke dalam darah. Pada saat filtrat mengalir melalui tubulus, zat - zat yang bermanfaat bagi tubuh dikembalikan ke plasma kapiler peritubulus. Zat-zat yang direabsorpsi tidak keluar dari tubuh melalui urin, tetapi diangkut oleh kapiler peritubuli ke sistem vena dan kemudian ke jantung untuk kembali diedarkan. Dari 180 liter plasma yang difiltrasi setiap hari, rata - rata 178,5 liter diserap kembali dengan 1,5 liter sisanya terus mengalir ke pelvis ginjal untuk di keluarkan sebagai urin. Reabsorpsi di bagi menjadi dua jenis, yaitu 23
1. Reabsorpsi pasif, yaitu tidak memerlukan energi untuk memindahkan bahan dari lumen tubulus ke plasma. 2. Reabsorpsi aktif, yaitu perpindahan netto suatu bahan dari lumen ke plasma berlangsung melawan gradien elektrokimia. Bahan yang direabsropsi merupakan bahan yang penting bagi tubuh, misalnya glukosa, asam amino, dam nutrien organik. Bahan yang direabsorpsi, yaitu: 1. Reabsorpsi Na + . Reabsorpsi natrium bersifat unik dan kompleks. 80% dari kebutuhan energi total ginjal digunakan untuk transportasi Na + . Tidak seperti sebagian besar zat terlarut yang difiltrasi, Na + direabsorpsi di seluruh tubulus dengan tingkat yang berbeda - beda. Dari semua Na + yang difiltrasi, dalam keadaan normal 99,5% direabsorpsi, dengan rata - rata 67% di tubulus proksimal, 25% di lengkung Henle, dan 8% di tubulus distal dan tubulus pengumpul. Reabsorpsi natrium di tubulus proksimal berperan penting dalam reabsorpsi glukosa, asam amino, H2O, Cl - , dan urea. Reabsorpsi natrium di lengkung Henle, bersama dengan reabsorpsi Cl - , berperan penting dalam kemampuan ginjal menghasilkan urin dengan konsentrasi dan volume yang berbeda - beda, bergantung pada kebutuhan tubuh untuk menyimpan atau membuang H2O. Reabsorpsi natrium di bagian distal nefron bersifat variabel dan berada di bawah kontrol hormon, menjadi penting dalam mengatur volume CES. Reabsorpsi tersebut juga sebagian berkaitan dengan sekresi K + dan H + . Langkah aktif pada reabsorpsi Na + melibatkan pembawa Na + , K + ATPase bergantung energi yang terletak di membran basolateral sel tubulus dimana untuk pembawa dan mengluarkan Na + dari sel. Aldosteron merangsang reabsorpsi Na + di tubulus distal dan tubulus pengumpul. Di tubulus proksimal dan lengkung Henle, presentasu reabsorpsi Na + yang difiltrasi bersifat konstan. Reabsorpsi sejumlah kecil Na + di bagian distal tubulus berada di bawah kontrol hormon. Tingkat reabsorpsi terkontrol ini berbanding terbalik dengan besar beban Na + di tubuh. Apabila terlalu banyak terdapat Na + , hanya sedikit dari Na +
yang terkontrol ini direabsorpsi, bahkan Na + dikeluarkan bersama urin, sehingga kelebihan Na + dapat di keluarkan dari tubuh. Apabila terjadi kekurangan Na + , 24
sebagian besar dari Na + yang dikontrol ini direabsorpsi, sehingga Na + yang seharusnya keluar ke dalam urin dapat dihemat oleh tubuh. sistem hromon terpenting adala sistem renin angiotensin aldosteron, yang merangsang reabsorpsi Na + di tubulus distal dan tubulus pengumpul. Sel - sel granuler aparatus jukstaglomerulus mensekresikan suatu hormon renin, ke dalam darah sebagai respon terhadap penurunan NaCl/volume CES/tekanan darah. Fungsi ini merupakan tambahan untuk autoregulasi. Sinyal - sinyal saling terkait yang mendorong peningkatan sekresi renin ini semuanya menunjukkan perlunya ekspansi volume plasma untuk meningktakan tekanan arteri ke normal dalam jangka panjang. Peningkatan sekresi renin, melalui serangkaian proses kompleks, menyebabkan peningkatan reabsorpsi Na + oleh bagian distal tubulus. Klorida selalu pasif mengikuti Na + sesuai penurunan gradien listrik. Keuntungan utama resistensi garam ini adalah retensi H2O yang mengikuti secara osmotis, yang membantu pemulihan volume plasma dan tekanan darah. Sekresi renin menyebabkan peningkatan reabsorpsi Na + . Setelah disekresikan ke dalam darah, renin bekerja sebagian enzim untuk mengaktifkan angiotensinogen menjadi angiotensin I. Angiotensinogen adalah protein plasma yang disintesis oleh hati dan selalu terdapat di plasma dalam konsentrasi tinggi. Pada saat melewati paru melalui sirkulasi paru, angiotensin I diubah oleh angiotensin converting enzym (ACE) menjadi angiotensin II. Angiotensin II adalah stimulus utama untuk sekresi hormon aldosteron dari kelenjar adrenal (kelenjar endokrin). Efek dari aldosteron adalah meningkatkan reabsorpsi Na + oleh tubulus distal dan tubulus pengumpul.Diuresis merupakan peningkatan pengeluaran urin. 2. Reabsorpsi glukosa. Konsentrasi glukosa normal dalam plasma adalah 100 mg glukosa/ 100 ml plasma. karena glukosa difiltrasi secara bebas di glomerulus, zat ini akan masuk ke kapsul Bowman dengan konsentrasi yang sama dengan konsentrasinya di plasma. Dengan jumlah plasma yang difiltrasi permenit dalam keadaan normal adalah 125 ml (GFR rata - rata = 125 ml/menit), setiap menit lewat 125 mg glukosa ke dalam kapsul Bowman. Maksimum tubulus (Tm) adalah jumlah maskimum suatu bahan yang dapat diangkut secara aktif oleh sel - sel tubulus dalam rentang waktu tertentu. Tm untuk glukosa adalah 375 mg/menit. Dan kadar glukosa darah 170-180 mg% (nilai ambang ginjal) terhadap glukosa. Jika melebih dari kadar tersebut 25
menyebabkan glukosa masuk ke urin, yang disebut glukosuria. Dan jika melebihi Tm untuk glukosa disebut renal glukosuria. 3. Reabsorpsi fosfat. Ginjal secara langsung berperan dalam pengaturan banyak elektrolit, misalnya kalsium dan fosfat, karena ambang ginjal untuk ion - ion anorganik ini setara dengan konsentrasi plasma normal mereka. Jika melebihi dari konsentrasi plasma maka akan di keluarkan oleh urin. Terdapat hormon paratiroid yang dapat mengubah ambang ginjal untuk ion fosfat dan ion kalsium, sehingga jumlah kedua eletrolit yang ditahan di dalam tubuh ini disesuaikan dengan kebutuhan sesaat tubuh. 4. Reabsorpsi klorida. Ion klorida yang bermuatan negatif direabsorpsi secara pasif mengikuti penurunan gradien listrik yang diciptakan oleh reabsorpsi aktif ion natrium yang bermuatan positif. Jumlah Cl - yang direabsorpsi ditentukan oleh kecepatan reabsorpsi Na + dan tidak dikontrol secara langsung oleh ginjal. 5. Reabsorbsi air. Air secara pasif direabsorpsi melaui osmosis di seluruh panjang tubulus. Dari H 2 O yang difiltrasi, 80% direabsorpsi secara obligatorik di tubulus proksimal dan lengkung Henle karena secara otomatis mengikuti reabsorpsi zat terlarut. Reabsorpsi ini terjadi tanpa dipengaruhi oleh beban H 2 O tubuh dan tidak diatur. Sisa 20% direabsorpsi dalam jumlah bervariasi dibagian distal tubulus, tingkat reabsorpsi ini berada dibawah kontrol langsung hormon, bergantung pada status hidrasi tubulus. Gaya yang mendorong reabsorpsi H 2 O di tubulus proksimal adalah kompartemen hipertonisitas di ruang lateral anatara sel-sel tubulus yang diciptakan oleh pengeluaran aktif Na + . Aktivitas pompa ini, konsentrasi Na + di cairan tubulus dan sel tubulus dengan cepat menurun disertai peningkatan konsentrasinya di ruang lateral. Gradien osmotik ini menginduksi aliran netto pasif H 2 O dari lumen ke dalam ruangang lateral, baik melalui sel atau secara antarsel melalui taut erat yang bocor. Akumulasi cairan di ruang lateral menyebabkan terbentuknya tekanan hidrostatik (cairan), yang mendorong H 2 O ke luar dari ruang lateral menuju cairan intertisium dan akhirnya ke dalam kapiler peritubulus. Pengambilan H 2 O yang difiltrasi ini ke plasma ditingkatkan oleh kenyataan bahwa tekanan osmotik koloid plasma lebih besar di kapiler peritubulus dari pada di tempat lain. Konsentrasi protein-protein plasma, yang merupakan penentu tekanan osmotik koloid plasma meningkat di darah yang memasuki kapiler peritubulus karena filtrasi ekstensif H 2 O melalui kapiler glomerulus di sebelah hulu. Protein plasma yang tertinggal di glomerulus terkonsentrasi ke dalam volume H 2 O plasma yang berkurang, sehingga meningkatkan tekanan osmotik koloid plasma darah yang tidak terfiltrasi 26
yang meninggalkan glomerulus dan memasuki kapiler peritubulus. Daya ini cenderung menarik H 2 O ke dalam kapiler peritubulus, dibarengi oleh dorongan tekanan hidrostatik di ruang lateral yang menyebabkan H 2 O berpindah ke kapiler. Melalui cara ini, 65% H 2 O difiltrasi (117 liter per hari) secara pasif direabsorpsi di bagian akhir tubulus proksimal. Sisa 15% H 2 O yang difiltrasi dereabsorpsi secara obligatorik dari lengkung Henle. 20% sisa H 2 O yang difiltrasi dapat berubah-ubah dan di lakukan di tubulus distaldan pengumpul di bwah kontrol vasopresin. 6. Reabsorpsi urea. Selain Cl - dan H 2 O, reabsorpsi pasif urea juga secara tidak langsung berkaitan dengan reabsorpsi aktif Na + . Urea adalah suatu produk sisa yang berasal dari penguraian protein. Konsentrasi urea sewaktu difiltrasi di glomerulus adalah setara dengan konsentrasinya di dalam plasma yang memasuki kapiler peritubulus. Namun, jumlah urea yang terdapat di dalam 125 ml aliran filtrasi di permulaan tubulus proksimal mengalami pemekatan hampir tiga kali lipat volume yang hanya 44 ml di akhir tubulus proksimal. Akibatnya, konsentrasi urea di dalam cairan tubulus menjadi jauh karena tubulus proksimal hanya cukup permeabel terhadap urea, sekitar 50% urea yang difiltrasi secara pasif direabsorpsi dengan cara ini. 7. Produk-produk sisa lainnya yang difiltrasi selain urea, misalnya fenol dan kreatinin, juga terkonsentrasi di cairan tubulus sewaktu H 2 O meninggalkan filtrat untuk memasuki plasma, tetapi zat-zat ini tidak secara pasif direabsorpsi seperti urea. Sekresi tubulus, yang mengacu pada perpindahan selektif zat-zat dari darah kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus, merupakan rute kedua bagi zat dari darah untuk masuk ke dalam tubulus ginjal. Cara pertama zat berpindah dari plasma ke dalam lumen tubulus adalah melalui filtrasi glomelurus. Namun, hanya sekitar 20% dari plasma yang mengalir malalui kapiler glomerulus disaring ke dalam kapsula Bowman. 80% sisanya terus mengalir melalui arteriol eferen ke dalam kapiler peritubulus. Bahan yang disekresi, yaitu: 1. Sekersi ion hidrogen. Sekresi H + ginjal sangatlah penting dalam pengaturan keseimbangan asam-basa tubuh. Ion hidrogen dapat ditambahkan ke cairan filtrasi melalui proses sekresi di tubulus proksimal, distal, dan pengumpul. Tingkat sekresi H + bergantung pada keasaman cairan tubuh. Sebaliknya, sekresi H + berkurang apabila konsentrasi H + di dalam cairan tubuh terlalu rendah. 2. Sekresi ion kalium. Ion kalium adalah contoh zat yang secara selektif berpindah dengan arah berlawanan diberbagai bagian tubulus, zat ini aktif direabsorpsi di tubulus proksimal dan secara aktif disekresi di tubulus distal dan pengumpul. 27
Reabsorpsi ion kalium di awal tubulus bersifat konstan dan tidak diatur, sedangkan sekresi K + di bagian akhir tubulus bervariasi dan berada di bawah kontrol. Dalam keadaan normal, jumlah K + yang dieksresikan dalam urin adalah 10-15% dari jumlahnya yang difiltrasi. Namun, K + yang difiltrasi hampir seluruhnya direabsorpsi, sehingga sebagian besar K + yang muncul di urin berasal dari sekresi K + yang dikontrol dan bukan dari filtrasi. Yang mempengaruhi kecepatan sekresi K + , yang paling penting adalah hormon aldosteron, yang merangsang sekresi K + oleh sel-sel tubulus di bagian akhir nefron secara simultan meningkatkan reabsorpsi Na + . Peningkatan konsentrasi K + plasma secara langsung merangsang korteks adrenal untuk meningkatkan keluaran aldosteronnya, yang kemudian mendorong sekresi dan eksresi kelebihan K + . 3. Sekresi anion dan kation organik. Tubulus proksimal mengandung dua jenis pembawa sekretorik yang terpisah, satu untuk sekresi anion organik dan suatu sistem terpisah untuk sekresi kation organik. Beberapa fungsi penting yaitu (1) dengan menambah banyak ion organik tertentu ke cairan tubulus yang sudah mengandung bahan uang bersangkutan melalui jalur proses filtrasi, jalur sekretorik akan mempermudah ekskresi bahan-bahan tersebut, (2) ion organik secara ekstensif tetapi tidak ireversibel terikat ke protein plasma, dan (3) kemampuan sekresi ion organik mengeliminasi banyak senyawa asing dari tubuh. Eksresi urin, mengacu pada eliminasi zat-zat dari tubuh di urin. Semua konstituen plamsa yang mencapai tubulus yaitu yang difiltrasi atau disekresi tetapi yang tidak direabsorpsi, akan tetap berada di dalam tubulus dan mengalir ke pelvis ginjal untuk diekskresikan sebagai urin. Biasanya dari 125 ml plasma yang difitrasi per menit, 124 ml/menit direabsorpsi, sehingga jumlah akhir urin yang terbentuk rata-rata adalah 1 ml/menit. Dengan demikian, urin yang di ekskresikan per hari adalah 1,5 liter dari 180 liter yang difiltrasi. Komposisi urine terdiri dari urea (1/2 total solid), NaCl (1/4 total solid), dan zat organik dan zat anorganik. Faktor-faktot yang mempengaruhi , yaitu: 1. Konsentrasi ureum dalam darah. Pada ginjal normal, makin meningkat ureum dalam darah, yang disekresi juga semakin meningkat. 2. Laju filtrasi glomerulus. Bila laju filtrasi glomerulus rendah, maka aliran filtrat dalam tubulus lambat. Karena pada umumnya hampir semua tubulus permeabel terhadap 28
ureum yang direabsoprsi sepanjang tubulus sehingga proporsi ureum yang dibuang lewat urine sangat berkurang san sebaliknya. Hormon 5
Hormon-hormon yang bekerja pada ginjal: Hormon antidiuretik (ADH atau Vasopresin) merupakan peptida yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis posterior, hormon ini meningkatkan reabsorpsi air pada duktus kolektivus. Aldosteron merupakan hormon steroid yang diproduksi oleh korteks adrenal, hormon ini meningkatkan reabsorpsi natrium pada duktus kolektivus. Peptida natriuetik (NP). Diproduksi oleh sel jantung dan meningkatkan sekresi natrium pada duktus kolektivus. Hormon paratiroid merupakan protein yang di produksi oleh kelenjar paratiroid, hormon ini meningkatkan ekskresi fosfat, reabsorpsi kalsium, dan produksi vitamin D pada ginjal. Hormon-hormon yang dihasilkan oleh ginjal: Renin merupakan protein yang dihasilkan oleh aparatus jukstaglomerular, hormon ini menyebabkan pembentukan angiotensin II. Angiotensin II bekerja langsung pada tubulus proksimal dan bekerja melalui aldosteron pada tubulus distal untuk meningkatkan retensi natrium. Hormon ini juga merupakan vasokonstriktor kuat. Vitamin D merupakan hormon steroid yang dimetabolisme di ginjal menjadi bentuk aktif 1,25-dihidroksikolekalsiferol, yang terutama berperan meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfat dari usus. Eritropoietin merupakan protein yang diproduksi di ginjal, hormon ini meningkatkan pembentukan sel darah merah di sumsum tulang. Prostaglandin diproduksi di ginjal, memiliki berbagai efek, terutama pada tonus pembuluh darah ginjal. Kesimpulan Ginjal merupakan organ yang berfungsi untuk menyaring darah. Dimana terdapat tiga proses yaitu filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi. Untuk melakukan proses filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi memiliki tekanan tertentu yang hasil akhirnya akan di keluarkan berupa urin. Di urin tersebut 29
memiliki komposisi dimana jika terdapat zat yang berlebih di dalam darah maka akan di keluarkan lewat urin. Selain itu, jika terdapat gangguan pada proses ataupun pada jaringan di ginjal, maka akan menyebabkan kelainan pada urin. Daftar Pustaka 1. Inggriani K. Buku ajar sistem urogenitalia. Jakarta: Universitas Kristen Krida Wacana; 2010.h.26-44. 2. Faiz O, Moffat D. At a glance anatomi. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2002.h.h45-5. 3. Fawcett, Bloom. Buku ajar histologi. 12 nd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG; 2002.h.650-7. 4. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. 2 nd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG; 2001.h.461-86. 5. Callaghan CAO. At a glance sistem ginjal. 2 nd ed. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2006.h.h15-6.