Anda di halaman 1dari 30

0

Mekanisme Pembentukan Urin








Riana Angelina
102010177/A1

23 September 2011



Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara no.6, Kebon Jeruk
Riri_summergalz@yahoo.com

1

Mekanisme Pembentukan Urin
Riana Angelina
102010177
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Pendahuluan
Ginjal merupakan sepasang organ yang penting peranannya untuk mepertahankan
keseimbangan di dalam tubuh. Dimana fungsinya untuk mengatur volum dan osmolalitas
cairan tubuh, mengatur keseimbangan elektrolit, mengatur keseimbangan asam
-
basa,
mengekskresikan sisa metabolik toksin dan zat asing, dan memproduksi hormon. Selain itu,
pembentukan urin terbagi menjadi tiga proses, yaitu filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi. Jika
terjadi kelainan dalam mekanismenya, maka akan mengakibatkan seperti gagal ginjal, urin
mengandung glukosa (diabetes), urin yang mengandung protein, dan lain-lain.
Struktur Makroskopis
1


Gambar 1. Ginjal
http://wonderfull-instinct.blogspot.com/2011/04/memahami-ginjal.html
Ginjal terletak di belakang peritoneum (retro peritoneal) pada bagian belakang rongga
abdomen. Letak ginjal kanan lebih rendah daripada ginjal kiri karena adanya hati.
Ginjal sebelah kiri di iga ke-11 columna vertebralis/ Lumbal 2-3
Ginjal sebelah kanan di iga ke-12 columna vertebralis/ Lumbal 3-4
2

Saat inspirasi, kedua ginjal tertekan ke bawah karena kontraksi diafragma. Jarak ginjal kanan
dan kiri:
Jarak kutub atas : 7 cm
Jarak kutub bawah : 11 cm
Jarak kutub bawah ke crista iliaca : 3
-
5 cm
Ginjal memiliki tiga pembungkus, yaitu
Kapsula fibrosa, langsung menempel dengan organ ginjal dan tidak membungkus
anak ginjal.
Kapsula adiposa (jaringan lemak) untuk mempertahankan ginjal pada tempatnya , lalu
dikelilingi oleh lemak perinefrik yang berfungsi untuk melindungi ginjal dari trauma.
Fascia renalis, membungkus ginjal dan anak ginjal. Pada bagian distal terbuka, ini
bisa menyebabkan infeksi yang menjalar ke proksimal.
Pada bagian medial setiap ginjal, terdapat cekungan yang disebut hilum. Arteria renal dan
saraf memasuki ginjal melalui hilum, sedangkan vena renal, saluran limfa, dan ureter keluar
dari ginjal juga melalui hilum. Jika ginjal dibelah membujur, ginjal terdiri dari dua bagian:
Korteks, terletak di bagian luar dari ginjal, dimana tedapat semua glomerulus.
Sebagian besar nefron (unit fungsional ginjal) terdapat pada korteks. Korteks dibagi
dua lapis lagi yakni korteks bagian luar, dimana terdapat 85% glomelurus dengan
ansa Henle pendek, hanya sampai medula bagian luar. Dan korteks bagian dalam
terdapat 15% glomelurus dengan ansa Henle yang panjang, sampai masuk ke medula
bagian dalam, sejajar dengan duktus koligens.
Medula, terletak di bagian dalam dari ginjal, terdiri dari 8
-
10 piramid dan berwarna
lebih gelap daripada korteks. Tampak garis
-
garis radial dari dasar ke apeks ginjal.
Medula terdiri dari piramid, calyx mayor, calyx minor dan pelvis renis.
Sebelum masuk ke ginjal, ureter melebar dan membentuk pelvis ginjal. Kemudia, pelvis
ginjal bercabang dan membentuk 2
-
3 calyx mayor. Setiap calyx minor terdiri dari papila
ginjal, yang merupakan apeks dari piramida ginjal. Ureter keluar dari ginjal di belakang
peritoneum pada muskulus psoas dan kemudian memasuki pelvis di depan sendi sakroiliaka.
Ureter menyusuri dinding lateral pelvis menuju spina iliaka, lalu belok ke arah depan dan
medial memasuki kandung kemih. Ureter menembus dinding kandung kemih sekitae 2 cm
3

sebelum bermuara di kandung kemih. Urin melewati ureter dengan gerakan peristaltik. Ureter
memiliki tiga penyempitan di mana batu ginjal dapat terbentuk. Saraf aferen dari ureter
memasuki korda spinalis pada T11, T12, L1, dan L2. Kandung kemih dipersarafi oleh S3, S4,
dan S5.

Gambar 2. Fascies Anterior Renalis.
http://www.prohealthsys.com/anatomy/grays/splanchnology/the_kidneys.php

Gambar 3. Fascies Posterior Renalis.
http://www.prohealthsys.com/anatomy/grays/splanchnology/the_kidneys.php
Sirkulasi Darah. Ginjal menerima darah dari arteria renalis yang masuk melalui hilus dan
bercabang membentuk arteria interlobularis yang terletak antara piramid malpighi.
Selanjutnya arteri ini bercabang lagi menjadi arteri arkuata dan bercabang lagi menjadi arteria
interlobularis. Arteria Interlobularis bercabang lagi menjadi arteria aferent yang masuk ke
4

glomerulus, selain itu ada juga arteri interlobularis melanjutkan diri menuju kapsula ginjal
yang disebut arteri stelata. Ramus ini bercabang lima :
Segmentalis yang memvasculerisasi satu segmen ginjal.
Segmentalis memberi cabang A.Interlobaris dan memberi cabang A. Arcuata
Arcuata memberi cabang dalam cortex ginjal disebut A. Interlobularis.
Interlobularis bercabang-cabang menjadi Arteriole Afferent
Setelah darah mengalami filtrasi, maka akan keluar melalui arteriola eferent gromeruli.
Cabang arteriol eferent akan memberikan makanan untuk tubulus dan daerah distal untuk
kortek ginjal. Cabang arteriola eferent bersatu membentuk arteriola rekta, dari venula ini
bersatu lagi menjadi vena interlobularis dan selanjutnya menjadi vena interlobularis yang
akhirnya keluar ginjal melalui vena renalis. Pada manusia dengan berat badan 70 kg pada
kedua buah ginjalnya dialiri darah sebanyak 1200 cc setiap menit.

Gambar 4. Pendarahan Ginjal
http://www.prohealthsys.com/anatomy/grays/splanchnology/the_kidneys.php
Glandula Suprarenalis. Memiliki ciri-ciri :
Merupakan kelenjar endokrim. Dibungkus oleh fascia renalis yang tidak ikut bergerak
pada waktu respirasi.
Letak: superomedial tiap ginjal.
5

Bentuk: disebelah kanan berbentuk pyramid, dan disebelah kiri berbentuk pipih bulan
sabit.
Topografi: bagian anterior sebelah kanan ada v.cava inferior, bare area hepatis, dan
tidak tertutup peritoneum. Di sebelah kiri, sebagian ditutupi peritoneum (bursa
omentalis), pancreas, dan a.lienalis.
Vascularisasi:
Nadi: A. suprarenalis superior cabang dari a.prenica inferior, A. suprenalis medial
dari a. abdominalis, A. suprenalis inferior cabang dari a.renalis.
Vena: V.suprarenalis dextra v.cava inferior dan V.suprarenalis sinistra v.renalis
sinistra.
Nefron
Setiap ginjal terdiri dari sekitar satu juta fungsional berukuran mikroskopik yang dikenal
sebagai nefron , yang disatukan satu sama lain oleh jaringan ikat. Satuan fungsional adalah
satuan terkecil di dalam suatu organ yang mampu melaksanakan senua fungsi organ tersebut.
Karena fungsi primer ginjal adalah menghasilkan urin, dan ketika melaksanakannya,
mempertahankan stabilitas komposisi CES, nefron adalah satuan terkecil yang mampu
membentuk urin.
Susunan nefron do dalam ginjal membentuk dua daerah khusus, daerah sebelah luar yang
tampak granuler, korteks ginjal, dan daerah bagian dalam yang berupa segitga
-
segitiga
bergaris
-
garis, piramida ginjal, yang secara kolektif disebut sebagai medula ginjal.
Setiap nefron terdiri dari komponen vaskuler dan komponen tubulus, yang keduanya secra
struktural dan fungsional berkaitan erat. Bagian dominan pada komponen vaskuler adalah
glomelurus, suatu berkas kapiler berbentuk bola tempat filtrasi sebagian air dan zat terlarut
dari darah yang melewatinya. Cairan yang sudah terfiltrasi, yang komposisinya nyaris identik
dengan plasma, kemudian mengalir ke komponen tubulus nefron, tempat cairan tersebut
dimodifikasi oleh berbagai sistem transportasi yang mengubahnya menjadi urin.
Pada saat memasuki ginjal, arteri renalis secara sistematis terbagi
-
bagi untuk akhirnya
menjadi pembuluh
-
pembuluh halus yang dikenal arteriol aferen, dengan setiap pembuluh
tersebut memperdarahi sebuah nefron. Arteriol aferen menyalurkan darah ke kapiler
glomerulus, yang menyatu untuk membentuk arteriol lain, arteriol eferen, tempat keluarnya
darah yang tidak difiltrasi ke dalam komponen tubulus meninggalkan glomerulus. Arteriol
6

eferen adalah satu
-
satunya arteriol di dalam tubuh yang mendapat darah dari kapiler.
Biasanya arteriol bercabang
-
cabang, menjadi kapiler yang kemudian menyatu kembali
menjadi venula. Di kapiler glomerulus, tidak terjadi ekstraksi O
2
atau nutrien dari darah untuk
dipakai oleh jaringan ginjal serta tidak terjadi penambahan zat sisa dari jaringan di sekitar
kapiler. Dengan demikian, darah arteri memasuki kapiler glomerulus melalui arteriol aferen,
dan darah arteri meninggalkan glomerulus melalui arteriol eferen.
Arteriol eferen segera terbagi
-
bagi menjadi serangkaian kapiler kedua, kapiler peritubulus,
yang memperdarahi jaringan ginjal dan penting dalam pertukaran antara sistem tubulus dan
darah selama perubahan cairan yang difiltrasi menjadi urin. Kapiler peritubulus ini
membentuk jalinan mengelilingi sistem tubulus. Kapiler
-
kapiler peritubulus menyatu untuk
membentuk venula yang akhirnya mengalir ke vena renalis, tempat darah meninggalkan
ginjal.
Komponen tubulus berawal dari kapsul Bowman, suatu invaginasi berdinding rangkap yang
melingkupi nglomerulus untuk mengumpulkan cairan yang difiltrasi oleh kapiler glomerulus.
Dari kapsul Bowman, cairan yang difiltrasi mengalir ke dalam tubulus proksimal, yang
seluruhnya terletak di dalam korteks dan dangat berliku
-
liku atau berbelit di sepanjang
perjalannya. Segmen berikutnya, lengkung Henle, membentuk lekungan berebntuk U atau
yang terbenam ke dalam medula ginjal. Pars descendens lengkung Henle trebenam dari
korteks ke dalam medula dan Pars ascendens berjalan kembali ke atas ke dalam korteks. Pars
ascendens kembali ke daerah glomerulus dari nefronya sendiri tempat saluran tersebut
melewati garpu yang di bentuk oleh arteriol aferen dan eferen. Sel
-
sel tubulus dan sel
-
sel
vaskular mengalami spesialisasi untuk membentuk aparatus jukstaglomerulus, suatu
struktur yang berperan penting dalam mengatur fungsi ginjal. Di luar aparatus
jukstaglomerulus, tubulus kembali membentuk gelungan menjadi tubulus distal, yang
seluruhnya juga terletak di korteks. Tubulus distal mengalirkan isinya ke dalam duktus,
dengan satu duktus pengumpul mungkin menerima cairan dari delapan nefron yang berlainan.
Setiap duktus pengumpul terbenam ke dalam medula untuk mengosongkan cairan isinya
(telah berubah menjadi urin) ke dalam pelvis ginjal. Kapiler peritubulus nefron
jukstaglomerulus membentuk lengkung vaskuler yang tajam yang dikenal sebagai vasa rekta
(pembuluh lurus), yang berjalam berdampingan erat dengan lengkung Henle.
Ureter. Ureter dibagi menjadi pars abdominalis, pelvis, dan intravesikalis. Struktur: panjang
ureter sekitar 20-30 cm dan berjalan dari hilus ginjal menuju kandung kemih. Dindingnya
7

berotot dan dilapisi oleh epitel transisional. Saat operasi bisa dikenali karena adanya
peristalsis. Perjalanan dari pelvis renalis di hilus perjalanan ureter bisa dirangkum sebagai
berikut:
Berjalan sepanjang bagian medial m.psoas mayor di bagian belakang, namun melekat
ke peritoneum.
Kemudian menyilang bifurkasio iliaka komunis di anterior sendi sakro iliaka dan
berjalan sepanjang dinding lateral oelvis menuju spina iskiadika.
Pada spina iskiadika ureter berjalan ke depan dan medial untuk memasuki kandung
kemih dalam posisi miring. Ureter pars intravesikalis memiliki panjang sekitar 2 cm
dan perjalanannya sepanjang dinding kandung kemih menghasilkan efek mirip
sfingter. Pada pria ureter menyilang superfisial di ndekat ujungnya di sebelah vas
deferens. Pada wanita ureter lewat di atas forniks lateral vagina namun di bawah
ligamentum kardinale dan pembuluh darah uterina.
Pars abdominal ureteris. Bagian ureter kanan atas: pasr descendens duodeni, bawah: ileum,
medial: tepi latera- v.cava inferior. Bagian ureter kiri belakang: recessus intersigmoideus
(tetutup colon sigmoideum dan mesocolon).
2

Pasokan darah ureter merupakan struktur abdominal sekaligus pelvis, sehingga pasokan
darahnya didapatkan dari:
Ureter atas: menerima cabang langsung dari aorta, a.renalis, dan a.gonadala.
Ureter bawah: menerima cabang iliaka interna dan a. vesikalis inferior.
Vesica Urinaria. Vesica urinaria terletak tepat di belakang pubis di dalam cavitas pelvis.
Vesica urinaria cukup baik untuk menyimpan urine dan pada orang dewasa kapasitas
maksimumnya kurang lebih 500 ml. Vesica urinaria mempunyai dinding otot yang kuat.
Bentuk dan batas-batasnya sangat bervariasi sesuai dengan jumlah urine di dalamnya. Vesica
urinaria yang kosong pada orang dewasa seluruhnya terlotak di dalam pelvis; bila vesica
urinaria terisi,dinding atasnya terangkat sampai masuk regio hypogastricum. Pada anak kecil,
vesica urinaria yang kosong me-nonjol di atas apertura pelvis superior; kemudian bila cavitas
pelvis membesar, vesica urinaria terbenam di dalam pelvis untuk menempati posisi seperti
pada orang dewasa.
8

Vesica urinaria yang kosong berbentuk piramid, mempunyai apex, basis, dan sebuah facies
superior serta dua buah facies inferolateralis; juga mempunyai collum.
Apex vesicae mengarah ke depan dan terletak di belakang pinggir atas symphysis
pubica. Apex vesicae dihubungkan dengan umbilicus oleh ligamentum umbilicale
medianum (sisa ura-chus).
Basis, atau facies posterior vesicae, menghadap ke posterior dan berbentuk segitiga.
Sudut superolateralis merupakan tempat muara ureter, dan sudut inferior merupakan
tempat asal urethra. Kedua ductus deferens terletak berdampingan di facies posterior
vesicae dan memisahkan vesicula seminalis satu dengan yang lain. Bagian atas facies
posterior vesicae diliputi oleh peritoneum, yang mem-bentuk dinding anterior
excavatio rectovesicalis. Bagian bawah facies posterior dipisahkan dari rectum oleh
ductus deferens, vesicula seminalis, dan fascia rectovesicalis.
Facies superior vesicae diliputi peritoneum dan berbatasan dengan lengkung ileum
atau colon sigmoideum. Sepanjang pinggir lateral permukaan ini, peritoneum melipat
ke dinding lateral pelvis.
Bila vesica urinaria terisi, bentuknya menjadi lon-jong, facies superiornya membesar
dan menonjol ke atas, ke dalam cavitas abdominalis. Peritoneum yang meliputinya
terangkat pada bagian bawah dinding anterior abdomen sehingga vesica urinaria
berhubungan langsung dengan dinding anterior abdomen.
Facies inferolateralis di bagian depan berbatasan dengan bantalan lemak
retropubica dan pubis. Lebih ke posterior, facies tersebut berbatasan di atas dengan
mus-culus obturatorius internus dan di bawah dengan mus-culus levator ani.
Collum vesicae berada di inferior dan terletak pada facies superior prostatae. Di sini,
serabut otot polos dinding vesica urinaria dilanjutkan sebagai serabut otot polos
prostata. Collum vesicae dipertahan-kan pada tempatnya oleh ligamentum
puboprosta-ticum pada laki-laki dan ligamentum pubovesicale pada perempuan.
Kedua ligamentum ini merupakan penebalan fascia pelvis.
Bila vesica urinaria terisi, posisi facies posterior dan collum vesicae relatif tetap,
tetapi facies superior vesicae naik ke atas, masuk ke dalam cavitas abdominalis seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya.
9

Tunica mucosa sebagian besar berlipat-lipat pada vesica urinaria yang kosong dan
lipatan-lipatan tersebut akan menghilang bila vesica urinaria terisi penuh. Area tunica
mucosa yang meliputi permukaan dalam basis vesica urinaria dinamakan trigonum
vesicae Liutaudi. Di sini, tunica mucosa selalu licin, walaupun dalam keadaan
kosong karena membrana mucosa pada trigonum ini melekat dengan erat pada lapisan
otot yang ada di bawahnya.
Sudut superior trigonum ini merupakan tempat muara ureter dan sudut inferiornya
merupakan ostium ure-thrae internum. Ureter menembus dinding vesica urinaria
secara miring dan keadaan ini yang membuat fungsinya seperti katup yang mencegah
aliran balik urine ke ginjal pada waktu vesica urinaria terisi.
Trigonum vesicae dibatasi di sebelah atas oleh rigi muscular yang berjalan dari muara
ureter yang satu ke muara ureter yang lain dan dis ebut sebagai plica inter ureterica.
Uvula vesicae merupakan tonjolan kecil yang terletak tepat di belakang ostium
urethrae yang disebab-kan oleh lobus medius prostatae yang ada di bawahnya.
Tunica muscularis vesica urinaria terdiri atas otot polos yang tersusun dalam tiga
lapisan yang saling berhubungan yang disebut sebagai musculus detrusor vesicae.
Pada collum vesicae, komponen sirkular dari lapisan otot ini menebal membentuk
musculus sphincter vesicae.
Pendarahan
Arteria: Arteria vesicalis superior dan inferior, cabang arteria iliaca interna.
Venae: Venae membentuk plexus venosus vesicalis, di bawah berhubungan dengan
plexus venosus prostaticus; dan bermuara ke vena iliaca interna.
Aliran Limf
Pembuluh limf bermuara ke nodi iliaci interni dan externi.
Persarafan
Persarafan vesica urinaria berasal dari plexus hypogastrics inferior. Serabut
pascaganglionik simpatis berasal dari ganglion lumbalis pertama dan kedua lalu
berjalan turun ke vesica urinaria melalui plexus hypogastricus. Serabut preganglionik
parasimpatikus yang muncul sebagai nervi splanchnici pelvici berasal dari nervus
10

sacrales kedua, ketiga, dan keempat, berjalan rneiami plexus hypogastricus menuju ke
dinding vesica urinaria, di tempat ini serabut tersebut bersinaps dengan neuron
postganglionik. Sebagian besar serabut aferen sensorik yang berasal dari vesica
urinaria menuju sis-tem saraf pusat melalui nervi splanchnici pelvici. Sebagian
serabut aferen berjalan bersama saraf simpatis melalui plexus hypogastricus dan
masuk ke medulla spinalis segmen lumbalis pertama dan kedua.
Saraf simpatis menghambat kontraksi musculus detrusor vesicae dan merangsang
penutupan musculus sphincter vesicae. Saraf parasimpatis merangsang kon-traksi
musculus detrusor vesicae dan menghambat ker-ja musculus sphincter vesicae.
Struktur Mikroskopis
3


Gambar 5. Ginjal
http://embryology.med.unsw.edu.au/Notes/urogen7.htm
Secara anatomis ginjal terbagi menjadi 2 bagian yaitu korteks dan medulla ginjal. Di dalam
korteks terdapat berjuta-juta nefron, dimana setiap ginjal terdiri atas 1-4 juta nefron.
sedangkan di dalam medulla banyak terdapat duktuli ginjal. Nefron adalah unit fungsional
terkecil dari ginjal yang terdiri atas, tubulus kontortus proksimalis, korpuskulus renal,
tubulus kontortus distalis, segmen tipis dan tebal ansa Henle, dan tubulus kolegens. Darah
yang membawa sisa-sisa hasil metabolisme tubuh difiltrasi di dalam glomeruli kemudian
ditubuli ginjal, beberapa zat yang masih diperlukan tubuh mengalami reabsorbsi dan zat-zat
11

hasil sisa metabolisme mengalami sekresi bersama air membentuk urine. Setiap hari tidak
kurang 180 liter cairan tubuh difiltrasi di glomerulus dan menghasilkan urine 1-2 liter. Urin
yang terbentuk di dalam nefron disalurkan melalui piramida ke sistem pelvikalises ginjal
untuk kemudian disalurkan ke dalam ureter.

Gambar 6. Glomerulus.
http://www.ouhsc.edu/histology/Text%20Sections/Urinary.html
Glomerulus. Glomerulus merupakan anyaman pembuluh darah kapiler, yang merupakan
cabang dari arteriol aferen. Setelah memasuki badan ginjal (korpus ginjal) korpuskula renalis,
arteriol aferen biasanya bercabang menjadi 2-5 cabang utama yang masing-masing bercabang
lagi menjadi jala jala kapiler. Tekanan hidrostatik darah arteri yang terdapat dalam kapiler-
kapiler ini. glomelurus diatur oleh arteriol eferen.

Gambar 7. Korteks Ginjal
http://embryology.med.unsw.edu.au/Notes/urogen7.htm

12

Kapsula Bowman. Berkas kapiler glomelurus dikelilingi oleh kapsula Bowman. Glomerulus
berfungsi sebagai penyaring darah. Kapsula Bowman merupakan epitel berdinding ganda.
Lapisan luar kapsula Bowman terdiri atas epitel selapis gepeng, dan lapisan dalam tersusun
atas sel-sel khusus yang disebut podosit (sel kaki) yang letaknya meliputi kapiler glomerulus.
Antara kedua lapisan tersebut terbentuk rongga kapsul Bowman. Sel-sel podosit, membrana
basalis, dan sel-sel endotel kapiler membentuk lapisan (membran) filtrasi yang berlubang-
lubang yang memisahkan darah yang terdapat dalam kapiler dengan ruang kapsuler. Selsel
endotel kapiler glomerulus mempunyai pori-pori sel lebih besar dan lebih banyak daripada
kapiler-kapiler pada organ lain. Hasil filtrasi cairan darah disebut cairan ultrafiltrat (urin
primer) selanjutnya ditampung pada rongga kapsul.

Korpuskulum renal. Korpuskulum renal adalah segmen awal setiap nefron. Di sini, darah
disaring melalui kapiler-kapiler glomerulus dan filtratnya ditampung didalam rongga
kapsular yang terletak di antara lapisan parietal dan visceral kapsul bowman. Setiap
korpuskulum renal mempunyai kutub vascular yamg merupakan tempat keluar masuknya
pembuluh darah dari glomerulus.Ukuran diameter korpuskel ginjal bervariasi dari 150 sampai
250 m. Lapisan parietal kapsula bowman tersusun dari epitel selapis gepeng dengan inti
agak menonjol ke rongga kapsula. Organel sitoplasma kurang berkembang.

Aparatus jukstaglomerulus. Pada tunika media terdapat sel-sel otot polos. Sel ini
berdekatan dengan endotel dan berhubungan erat dengan makula densa. Makula densa tidak
mempunyai lamina basal. Berhubungan dengan sel yang bergranula terdapat sel berwarna
pucat disebut sel lasic atau sel mesangial ekstraglomerular.

Tubulus Kontortus Prokimalis. Struktur ini merupakan segmen berkelok-kelok, yang
bagian awal dari tubulus ini panjangnya dapat mencapai 14 mm dengan diameter 57-60 m.
Tubulus konvulatus proksimalis biasanya ditemukan pada potongan melintang kortek yang
dibatasi oleh epithel selapis kubis atau silindris rendah, dengan banyak dijumpai mikrovilli
yang panjangnya bisa mencapai 1,2 m dengan jarak satu sama dengan yang lainnya 0,03 m.
Karakteristik dari tubulus ini ditemukan apa yang disebut Brush Border, dengan lumen yang
lebar dan sitoplasmanya epitel yang jernih.
Ansa Henle. Ansa henle banyak dijumpai di daerah medula dengan diameter bisa mencapai
15 mm. Ansa henle berbentuk seperti huruf U yang mempunyai segmen tebal dan diikuti
oleh segmen tipis (kelanjutan dart tubulus kontorus proksimal). Pada bagian desenden
13

(berjalan turun)mempunyai lumen yang kecil dengan diameter 12m panjang 1-2 mm,
sedangkan bagian asenden (berjalan ke atas) mempunyai lumen yang agak besar dengan
panjang 9 mm dengan diameter 30 m.
Epitel dari Ansa Henle merupakan peralihan dari epithel silindris rendah / kubus sampai
squomus, biasanya pergantian ini terdapat di daerah sub kortikal pada medula, tapi bisa juga
terjadi di daerah atas dari Ansa Henle.
Tubulus Kontortus Distalis. Perbedaan struktur histologi dengan tubulus kontortus
proksimalis antara lain : sel epitelnya besar, mempunyai brush border, lebih asidofil,
potongan melintang pada tempat yang sama mempunyai epitel lebih sedikit, sedangkan
Tubulus Konvulatus distalis : sel epitel lebih kecil dan rendah, tidak mempunyai brush
border, kurang asidofil, lebih banyak epitel pada potongan melintang.
Sepanjang perjalanan pada kortek, tubulus ini mengadakan hubungan dengan katup vaskuler
badan ginjal dari nefronnya sendiri yakni dekat dengan anteriole aferent dan eferent. Pada
tempat hubungan ini, tubulus distalis mengadakan modifikasi bersama dengan arteriola
aferens. Segmen yang mengadakan modifikasi bersama dengan arteriola aferens. Segmen
yang mengadakan modifikasi ini pada mikroskop cahaya tampak lebih gelap ini disebabkan
dekatnya dengan inti disebut : Makula dense.
Fungsi makula dense belum begitu jelas akan tetapi beberapa ahli mengatakan, fungsinya
adalah sebagai penghantar data osmolaritas cairan dalam tubulus distal ke glomerulus. Pada
makula dense yang dekat dengan arteriola aferent mengandung sel juksta glomerulus yaitu sel
yang mempunyai bentuk epiteloid dan bukan sel otot polos dan ini mungkin merupakan
modifikasi dari otot polos. Sel ini menghasilkan enzim renin. Hormon ini mengubah
hipertensinogen menjadi hipertensin (angiotensin). Angiotensin mempengaruhi tunika media
dari arteriola untuk berkontraksi, yang mengakibatkan tekanan darah menjadi naik.
Tubulus kolektivus (Tubulus Koligens). Merupakan lanjutan dari nefron bagian tubulus
kontortus distalis dan mengisi sebagian besar daerah medula. Tubulus kolektivus bagian
depan mempunyai lumen yang kecil berdiameter sekitar 40 m dengan panjang 20-22 mm.
Lumennya dilapisi epitel kubis selapis, sedangkan tubulus kolektivus bagian belakangnya
sudah berubah menjadi bentuk silindris dengan diameter 200 m, panjangnya mencapai 30-38
mm.
14

Pelvis Renalis. Pada hilus renalis terdapat pelvis renalis yang menampung urin dari papila
renalis. Pada ginjal yang multi-piramid urin pertama ditampung oleh kaliks renalis kemudian
dari sini baru ke pelvis renalis.
Lapisan mukosa memiliki epitel peralihan dengan sel payung, mulai dari kaliks renalis, tebal
epithel hanya 2 sampai 3 sel. Dengan mikroskop cahaya tidak tampak adanya membran basal
tetapi dengan EM tampak membrana basalis yang sangat tipis. Propria mukosa terdiri atas
jaringan ikat longgar dan pada kuda terdapat kelenjar yang agak mukus.
Bentuk kelenjar adalah tubulo-alveolar. Tunika muskularis terdiri atas oto polos. Lapisan
dalam tersusun longitudinal dan lapisan luar sirkuler. Tunika adventitia terdiri dari jaringan
ikat longgar dengan banyak sel lemak, pembuluh darah, pembuluh limfe, dan saraf.
Ureter. Ureter adalah saluran tunggal yang menyalurkan urine dari pelvis renalis menuju
vesika urinaria (kantong air seni). Mukosa membentuk lipatan memanjang dengan epitel
peralihan, lapisan sel lebih tebal dari pelvis renalis. Tunika propria terdiri atas jaringan ikat
dimana yang bersifat mukous, dengan lumen agak luas. Tunika muskularis tampak lebih tebal
dari pelvis renalis, terdiri dari lapis dalam yang longitudinal dan lapis luar sirkuler, sebagian
lapis luar ada yang longitudinal khususnya bagian yang paling luar. Dekat permukaan pada
vesika urinaria hanya lapis longitudinal yang nampak jelas.

Gambar 8. Ureter
http://download.videohelp.com/vitualis/med/his_pic_urinary_sys_2.htm
15

Tunika adventisia terdiri atas jaringan ikat yang mengandung pembuluh darah, pembuluh
limfe dan saraf, ganglia sering terdapat didekatnya. Selama urine melalui ureter komposisi
pokok tidak berubah, hanya ditambah lendir saja. Dinding ureter terdiri atas beberapa lapis,
yakni:
1. Tunika mukosa : lapisan dari dalam ke luar sebagai berikut :
- Epithelium transisional : pada kaliks dua sampai empat lapis, pada ureter empat
sampai lima lapis, pada vesica urinaria 6-8 lapis.
- Tunika submukosa tidak jelas.
- Lamina propria beberapa lapisan.
- Luar jaringan ikat padat tanpa papila, mengandung serabut elastis dan sedikit
noduli limfatisi kecil, dalam jaringan ikat longgar.
- Kedua-dua lapisan ini menyebabkan tunika mukosa ureter dan vesika urinaria
dalam keadaan kosong membentuk lipatan membujur.
2. Tunika muskularis : otot polos sangat longgar dan saling dipisahkan oleh jaringan ikat
longgar dan anyaman serabut elastis. Otot membentuk tiga lapisan : stratum
longitudinale internum, stratum sirkulare dan stratum longitudinale eksternum.
3. Tunika adventisia : jaringan ikat longgar.
Vesika Urinaria. Kantong air seni merupakan kantong penampung urine dari kedua belah
ginjal Urine ditampung kemudian dibuang secara periodik.
Mukosa, memiliki epitel peralihan (transisional) yang terdiri atas lima sampai
sepuluh lapis sel pada yang kendor, apabila teregang (penuh urine) lapisan nya
menjadi tiga atau empat lapis sel.
Propria mukosa terdiri atas jaringan ikat, pembuluh darah, saraf dan jarang terlihat
limfonodulus atau kelenjar.
Sub mukosa terdapat dibawahnya, terdiri atas jaringan ikat yang lebih longgar.
Tunika muskularis cukup tebal, tersusun oleh lapisan otot longitudinal dan sirkuler
(luar), lapis paling luar sering tersusun secara memanjang, lapisan otot tidak tampak
adanya pemisah yang jelas, sehingga sering tampak saling menjalin. Berkas otot polos
di daerah trigonum vesika membentuk bangunan melingkar, mengelilingi muara
ostium urethrae intertinum. Lingkaran otot itu disebut m.sphinter internus.
16

Lapisan paling luar atau tunika serosa, berupa jaringat ikat longgar (jaringan areoler),
sedikit pembuluh darah dan saraf.
Ginjal. Bagian paling luar adalah kapsula, serabut halus keluar dari kapsula menyisip
parenkim ginjal bersama pembuluh darah. Renal tubulus dianggap identik dengan nefron
pada mamalia. Terdiri atas :
- Korpuskuli renalis dengan glomeruli relatif lebih kecil dari mamalia.
- Tubuli kontorti proksimalis, memepunyai epitel kubis dengan brush border, inti
ditengah dan sitoplasma berbutir halus, diduga butiran urat.
- Jerat henle memiliki epitel sama, namun tidak memiliki brush border, tetapi pada
sitoplasma terdapat vakuola.
- Tubuli kontortus distalis memiliki lumen lebih luas, epitelnya lebih pucat dan
berbentuk kubis.
- Alat penyalur mulai dari duktuli koligentes dengan epitel kubis, terus ke duktus
Bellini dan akhirnya masuk ureter.
Mekanisme Pembentukan Urin
4

Ginjal merupakan suatu organ yang melakukan berbagai fungsi yang ditujukan untuk
mempertahankan homeostasis. Secara garis besar, hewan-hewan darat mampu hidup di darat
yang kering tanpa bergantung pada air karena adanya ginjal, yang organ, bersama dengan
masukan hormon dan saraf yang mengatur fungsinya, terutama berperan dalam
mempertahankan stabilitas volum dan komposisi elektrolit CES (cairan ekstra sel). ddengan
menyesuaikan jumlah air dan berbagai kontituen plasma yang akan disimpan di dalam tubuh
atau di keluarkan melalui urin, ginjal mampu mempertahankan keseimbangan air dan
elektrolit di dalam rentang yang sangat sempit yang cocok bagi kehidupan, walaupun
pemasukan dan pengeluaran konstituen
-
konstituen tersebut melalui jalan lain sangat
bervariasi.
Jika terdapat kelebihan air atau elektrolit tertentu di CES, misalnya garam (NaCl), ginjal
dapat mengeliminasi kelebihan tersebut di dalam urin. Jika terjadi kekurangan, ginjal
sebenarnya tidak dapat memberi tambahan konstituen yang kurang tersebut, tetapi dapat
membatasi kehilangan zat tersebut melalui urin, sehingga dapat menyimpan sampai lebih
banyak zat tersebut didapat dari makanan. Dengan demikian, ginjal dapat lebih efisien
17

melakukan kompensasi untuk kelebihan daripada kekurangan, seperti tercermin lebih jauh
pada kenyataan bahwa pada beberapa keadaan ginjal tidak dapat secara total menghentikan
pengeluaran suatu bahan penting melalui urin, walaupun tubuh sedang kekurangan bahan
tersebut. Contoh utama adalah defisit H
2
O. Walaupun seseorang tidak mengkonsumsi H
2
O,
ginjal harus menghasilkan sekitar satu liter H
2
O dalam urin setiap hari untuk melaksanakan
fungsi penting lain sebagai pembersih tubuh.
Selain berperan penting dalam mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit, ginjal
merupakan jalan penting untuk mengeluarkan berbagai zat sisa metabolik yang toksis dan
senyawa
-
senyawa asing dari tubuh. Zat
-
zat sisa ini tidak dapat dikeluarkan dalam bentuk
padat, mereka harus diekskresikan dalam bentuk larutan, sehingga ginjal harus menghasilkan
minimal 500 ml urin berisi zat sisa perharinya. Karena H
2
O yang dikeluarkan di urin berasal
dari plasma darah, seseorang yang tidak mendapat H
2
O sedikitpun tetap diharuskan
menghasilkan urin sampai meninggal akibat deplesi volume plasma ke tingkat fatal, karena
H
2
O akan turut dibuang menyertai pengeluaran zat sisa
-
sisa. Untungnya, kecuali keadaan
ekstrim, ginjal mampu mempertahankan stabilitas lingkungan cairan internal walaupun
pemasukan cairan dan elektrolit berubah-ubah.
Ginjal tidak saja mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan dalam ingesti H2O, garam,
dan elektrolit lain, tetapi organ ini juga melakukan penyesuaian dalam pengeluaran
konstituen
-
kontituen CES ini melalui urin untuk mengkompensasi pengeluaran abnormal,
misalnya melalui keringat berlebih, muntah, diare, atau pendarahan. Dengan demikian,
komposisi urin sangat bervariasi karena ginjal melakukan penyesuaian terhadap perubahan
pemasukan atau pengeluaran berbagai bahan sebagai usaha untuk mempertahankan CES
dalam batas
-
batas sempit yang cocok untuk kehidupan.
Fungsi spesifik yang dilakukan ginjal, yang sebagian besar ditunjukan untuk
mempertahankan kestabilan lingkungan cairan internal:
1. Mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh.
2. Mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar ion CES, termasuk Na
+
, Cl
-
, K
+
,
HCO
3-
, Ca
2+
, Mg
2+
, SO4
2-
, PO4
3-
, dan H
+
. Bahkan fluktuasi minor pada konsentrasi
sebagian elektrolit ini dalam CES dapat menimbulkan pengaruh besar. Sebagai
contoh, perubahan konsentrasi K
+
di CES dapat menimbulkan disfungsi jantung
yang fatal.
18

3. Memelihara volum plasma yang sesuai, sehingga sabgat berperan dalam pengaturan
jangksa panjang tekanan darah arteri. Fungsi ini dilaksanakan melalui peran ginjal
sebagai pengatur keseimbangan garam dan H
2
O.
4. Membantu memelihara kesimbangan asam-basa tubuh dengan menyesuaikan
pengeluaran HCO
3-
dan H
+
dalam urin.
5. Memelihara osmolaritas (konstentrasi zat terlarut) berbagai cairan tubuh, terutama
melalui pengaturan keseimbangan H
2
O.
6. Mengekskresikan (eliminasi) produk-produk sisa (buangan) dari metabolisme
tubuhm, misalnya urea, asam urat, dan kreatinin. Jika dibiarkan menumpuk zat sisa-
sisa tersebur bersifat toksik, terutama bagi otak.
7. Mengekskresikan banyak senyawa asing, misalnya obat, zat penambahan pada
makanan, pestisida, dan bahan-bahan eksogen non-nutrisi lainnya yang berhasil
masuk ke dalam tubuh.
8. Mensekresikan eritropoietin, sesuatu hormon yang dapat merangsang pembentukan
sel darah merah.
9. Mensekresikan renin, suatu hormon enzimatik yang memicu reaksi berantai yang
penting dalam proses konsevrvasi garam oleh ginjal.
10. Mengubah vitamin D menjadi bentuk aktifnya.
Ginjal mengolah plasma yang mengalir masuk ke dalamnya untuk menghasilkan urin,
menahan bahan
-
bahan tertentu dan mengeliminasi bahan
-
bahan yang tidak diperlukan ke
dalam urin. Setelah terbentuk, urin mengalir ke sebuah rongga pengumpul sentral, pelvis
ginjal, yang terletak pada bagian dalam sisi medial di pusay ke dalam ureter, sebuah duktus
yang berdinding oto polos yang keluar dari batas medial dekat dengan pangkal arteri dan
vena renalis. Terdapat dua ureter, yang menyalurkan urin dari setiap ginjal ke sebuah
kandung kemih.
Kandung kemih, yang menimpan urin secara temporer, adalah sebuah kantung berongga yang
dapat diregangkan dan volumnya disesuaikan. Secara berkala, urin dikosongkan dari dari
kandung kemih ke luar tubuh melalui sebuah saluran, uretra. Uretra pada wanita berbentuk
lurus dan pendek, berjalan secara langsung dari leher kandung kemih ke luar tubuh. Pada pria
uretra jauh lebih panjang dan melengkung dari kandung kemih ke luar tubuh, melewati
kelenjar prostat dan penis.
19

Terdapat tiga proses dasar dalam pembentukan urin, yaitu filtrasi glomerulus, reabsorpsi
tubulus, dan sekresi tubulus.
Filtrasi glomerulus merupakan langkah pertama dalam pembentukan urin. Cairan yang
difiltrasi dari glomerulus ke kapsul Bowman harus melawati tiga lapisan yang membentuk
membran glomerulus: (1) dinding kapiler glomerulus, (2) membran basal (lapisan gelatinosa
aseluler), dan (3) lapisan dalam kapsul Bowman. Secara kolektif, ketiga lapisan ini berfungsi
sebagai saringan molekul halus yang menahan sel darah merah dan protein plasma, tetapi
melewatkan H
2
O dan zat terlarut lain yang ukuran molekulernya cukup kecil. Pada membran
basal terdiri dari glikoprotein yang berfungsi untuk menghambat filtrasi protein dan menolak
albumin karena glikoprotein bermuatan negatif, dan kolagen dan terselip di antara glomerulus
dan kapsul Bowman. Lapisan terakhir oada membran glomerulus, yaitu lapisan dalam kapsul
Bowman, terdiri daro podosit, sel yang mirip gurita yang mengelilingi berkas glomerulus.
Setiap podosit memiliki banyak tonjolan memanjang seperti kaki yang saling menjalin
dengan tonjolan podosit di dekatnya. Celah sempit antara tonjoloan yang berdekatan di sebut
celah filtrasi (filtration slit), membentuk jalan bagi cairan untuk keluar dari kapiler
glomerulus dan masuk ke lumen kapsul Bowman.
Tekanan

Gambar 9. Proses Ginjal
http://jw1.nwnu.edu.cn/jpkc/jwc/2009jpkc/rtkx/jp.htm
Tekanan darah kapiler glomerulus adalah gaya pendorong utama yang berperan untuk
menginduksi filtrasi glomerulus. Dalam perpindahan cairan dari plasma menembus
membran glomerolus menuju kapsula Bowman tidak terdapat mekanisme tranportasi
20

aktif. Terdapat tiga gaya fisik yang terlibat dalam filtrasi glomerulus, yaitu (1)
tekanan darah kapiler glomerulus, (2) tekanan osmotik koloid plasma, dan (3) tekanan
hidrostatik kapsul Bowman. Tekanan darah kapiler glomerulus adalah tekanan cairan
yang timbul oleh darah di dalam, kapiler glomerulus. Tekanan ini akhirnya
bergantung pada kontraksi jantung (sumber energi yang menghasilkan filtrasi
glomerulus) dan resistensi ateriol aferen dan eferen terhadap aliran darah. Tekanan
darah kapiler glomerulus kira
-
kira 55 mmHg, lebih tinggi daripada tekanan darah
kapiler di tempat lain, karena tengah arteriol aferen lebih besar daripada garis tengah
arteriol eferen. Karena darah lebih mudah masuk ke kapiler glomerolus memulai
arteriol aferen yang lebih lebar dan lebih sulit keluar melalui arteriol aferen yang lebih
sempit, tekanan darah kapiler glomerolus meningkat akibat terbendungnya darah di
kapiler glomerulus. Selain itu, karena tingginya resistensi arteriol eferen, tekanan
darah tidak mengalami kecenderengungan menurun disepanjang kapiler lain. Tekanan
darah glomerulus yang meningkat dan tidak menurun ini cenderung mendorong cairan
keluar dari glomerulus untuk masuk ke kapsul Bowman di keseluruhan panjang
kapiler glomerulus dan merupakan gaya utama yang menghasilkan filtrasi glomerulus.
Sementara tekanan darah kapiler glomerulus mendorong filtrasi, kedua gaya lain yang
bekerja melintasi membran glomerulus (tekanan onkotik koloid plasma dan tekanan
hidrostatik kapsul Bowman) melawan filtrasi. Tekanan osmotik koloid plasma
ditimbulkan oleh distribusi protein
-
protein plasma yang tidak seimbang di kedua sisi
membran glomerulus. Karena tidak dapat difiltrasi, protein
-
protein plasma terdapat di
kapiler glomerulus tetapi tidak ditemukan di kapsul Bowman. Dengan demikian,
konsentrasi H
2
O di kapsul Bowman lebih tinggi daripada konsentrasi di kapiler
glomerulus. Akibatnya kecenderungan H
2
O untuk berpindah secara otomatis
mengikuti penurunan gradien konsentrasinya daripada kapsul Bowman ke kapiler
glomerulus melawan filtrasi glomerulus. Tekanan osmotik yang melawan filtrasi ini
rata
-
rata besarnya 30 mmHg, yang sedikit lebih tinggi daripada di kapiler lain di
tubuh. Tekanan ini lebih tinggi karena H
2
O yang difiltrasi ke luar dari darah
glomerulus jumlahnya cukup banyak, sehingga konsentrasi protein plasma lebih
tinggi dibandingkan di tempat lain.
Cairan di dalam kapsul Bowman menimbulkan tekanan hidrostatik yang diperkirakan
besarnya sekitar 15 mmHg. Tekanan ini, yang cenderung mendorong cairan keluar
21

dari kapsul Bowman, melawan filtrasi cairan dari glomerulus ke dalam kapsul
Bowman.
Gaya yang total yang mendorong filtrasi adalah sebesar 55 mmHg dan disebabkan
oleh tekanan darah darah kapiler glomerulus. Jumlah kedua gaya yang melawan
filtrasi adalah 45 mmHg. Perbedaan netto yang mendorong filtrasi (10 mmHg) disebut
sebagai tekanan filtrasi netto. Laju filtrasi sebenarnya, yaitu laju filtrasi glomerulus (
glomerular filtration rate, GFR).
Tekanan onkotik koloid plasma melawan filtrasi, penurunan konsentrasi protein
plasma, yang mengurangi tekanan osmotik tersebut menyebabkan peningkatan GFR.
Karena tekanan darah arteri adalah gaya yang mendorong darah ke dalam glomerulus,
tekanan darah kapiler glomerulus dan dengan demikian GFR akan meningkat setara
dengan peningkatan tekanan arteri. Perubahan GFR spontan semacam itu sebagian
besar dicegah oleh mekanisme pengaturan interistik yang dicetus kan oleh ginjal itu
sendiri, suatu proses yang dikenal sebagai autoregulasi. Terdapat dua mekanisme
yang berperan dalam autoregulasi, yaitu:
1. Mekanisme miogenik, yang berespon terhadap perubahan tekanan di dalam
komponen vaskuler nefron yang sifat umum otot polos. Otot polos vaskuler
arteriol berkontraksi secara inheren sebagai respon terhadap peregangan yang
menyertai peningkatan tekanan di dalam pembuluh. Dengan demikian, arteriol
aferen secara otomatis berkontraksi sendiri jika teregang karena tekanan aerteri
meningkat. Respon ini membatu membatasi aliran darah ke dalam glomerulus ke
tingkat normal walaupun tekanan arteri meningkat. Sebaliknya arteriol eferen
secara inheren akan melemas, sehingga aliran darah ke glomerulus meningkat
walaupun tekanan arteri menurun, dan
2. Mekanisme umpan balik tubulo glomerulus, yang mendeteksi perubahan aliran
melalui komponen tubulus nefron. Sel
-
sel tubulus khusus di daerah ini secara
kolektif disebut sebagai makula densa. Sel
-
sel makul densa berfungsi untuk
mendeteksi perubahan kecepatan aliran cairan di dalam tubulus yang melewati
mereka. Apabila GFR meningkat akibat peningkatan tekanan arteri, cairan yang
difiltrasi dan mencapai tubulus distal lebih banyak daripada normal. Ebagai
respon, sel
-
sel makula densa memicu pengeluaran zat
-
zat kimia vasoaktif dari
22

aparatus jukstaglomerulus yang menyebabkan kontriksi arteriol aferen dan
menurunkan aliran darah glomerulus serta memulihkan GFR ke normal.
Selain mekanisme autoregulasi, terdapat kontrol simpatis eksterinsik GRF. Dimana
diperantarai oleh masukan sistem saraf simpatis ke areteriol aferen. Jika volume
plasma menurun, sebagai contoh akibat pendarahan, tekanan darah arteri yang
menurun akan dideteksi oleh baroreseptor arkus aorta dan sinus karotikus yang
mengawali refleks saraf untuk meningkatkan tekanan darah ke tingkat normal.
Respon reflek ini dikoordinasi oleh pusat kontrol di batang otak. Walaupun
peningkatan curah jantung dan resistensi perifer total membantu meningkatkan
tekanan darah tapi tidak meningkatkan volume plasma darah. Dalam jangka panjang,
volume plasma harus dipulihkan ke normal. Salah satu kompensasi untuk penurunan
volume plasma adalah reduksi pengeluaran urin, sehingga lebih banyak cairan yang
tertahan di dalam tubuh dimana akan melalui penurunan GFR, jika cairan difiltrasi
lebih sedikit, cairan yang tersedia untuk diekskresikan juga berkurang. GFR
berkurang akibat respon reflek baroreseptor terhadap penurunan tekanan darah.
Selama refleks ini, terjadi vasokontriksi yang diinduksi oleh sistem simpatis di
sebagian besar arteriol tubuh sebagai mekanisme kompensasi untuk meningkatkan
resistensi perifer total. Di antara arteriol yang berkonstriksi sebagai respon terhadap
refleks baroreseptro ini adalah arteriol aferen yang menyalurkan darah ke glomerulus.
Arteriol aferen dipersarafi oleh serat vasokonstriksi simpatis jauh lebih banyak dari
pada persarafan untuk arteriol eferen. Sewaktu arteriol aferen berkontriksi akibat dari
peningkatan aktivitas simpatis, lebih sedikit darah yang mengalir ke glomerulus
sehingga tekanan di glomerulus menurun. Terjadi penurunan GFR yang menyebabkan
penurunan volume urin.
Reabsorpsi tubulus merupakan perpindahan bahan
-
bahan yang bersifat selektif dari bagian
dalam tubulus (lumen tubulus) ke dalam darah. Pada saat filtrat mengalir melalui tubulus, zat
-
zat yang bermanfaat bagi tubuh dikembalikan ke plasma kapiler peritubulus. Zat-zat yang
direabsorpsi tidak keluar dari tubuh melalui urin, tetapi diangkut oleh kapiler peritubuli ke
sistem vena dan kemudian ke jantung untuk kembali diedarkan. Dari 180 liter plasma yang
difiltrasi setiap hari, rata
-
rata 178,5 liter diserap kembali dengan 1,5 liter sisanya terus
mengalir ke pelvis ginjal untuk di keluarkan sebagai urin.
Reabsorpsi di bagi menjadi dua jenis, yaitu
23

1. Reabsorpsi pasif, yaitu tidak memerlukan energi untuk memindahkan bahan dari
lumen tubulus ke plasma.
2. Reabsorpsi aktif, yaitu perpindahan netto suatu bahan dari lumen ke plasma
berlangsung melawan gradien elektrokimia. Bahan yang direabsropsi merupakan
bahan yang penting bagi tubuh, misalnya glukosa, asam amino, dam nutrien organik.
Bahan yang direabsorpsi, yaitu:
1. Reabsorpsi Na
+
. Reabsorpsi natrium bersifat unik dan kompleks. 80% dari kebutuhan
energi total ginjal digunakan untuk transportasi Na
+
. Tidak seperti sebagian besar zat
terlarut yang difiltrasi, Na
+
direabsorpsi di seluruh tubulus dengan tingkat yang
berbeda
-
beda. Dari semua Na
+
yang difiltrasi, dalam keadaan normal 99,5%
direabsorpsi, dengan rata
-
rata 67% di tubulus proksimal, 25% di lengkung Henle, dan
8% di tubulus distal dan tubulus pengumpul.
Reabsorpsi natrium di tubulus proksimal berperan penting dalam reabsorpsi
glukosa, asam amino, H2O, Cl
-
, dan urea.
Reabsorpsi natrium di lengkung Henle, bersama dengan reabsorpsi Cl
-
,
berperan penting dalam kemampuan ginjal menghasilkan urin dengan
konsentrasi dan volume yang berbeda
-
beda, bergantung pada kebutuhan
tubuh untuk menyimpan atau membuang H2O.
Reabsorpsi natrium di bagian distal nefron bersifat variabel dan berada di
bawah kontrol hormon, menjadi penting dalam mengatur volume CES.
Reabsorpsi tersebut juga sebagian berkaitan dengan sekresi K
+
dan H
+
.
Langkah aktif pada reabsorpsi Na
+
melibatkan pembawa Na
+
, K
+
ATPase bergantung
energi yang terletak di membran basolateral sel tubulus dimana untuk pembawa dan
mengluarkan Na
+
dari sel.
Aldosteron merangsang reabsorpsi Na
+
di tubulus distal dan tubulus pengumpul. Di
tubulus proksimal dan lengkung Henle, presentasu reabsorpsi Na
+
yang difiltrasi
bersifat konstan. Reabsorpsi sejumlah kecil Na
+
di bagian distal tubulus berada di
bawah kontrol hormon. Tingkat reabsorpsi terkontrol ini berbanding terbalik dengan
besar beban Na
+
di tubuh. Apabila terlalu banyak terdapat Na
+
, hanya sedikit dari Na
+

yang terkontrol ini direabsorpsi, bahkan Na
+
dikeluarkan bersama urin, sehingga
kelebihan Na
+
dapat di keluarkan dari tubuh. Apabila terjadi kekurangan Na
+
,
24

sebagian besar dari Na
+
yang dikontrol ini direabsorpsi, sehingga Na
+
yang
seharusnya keluar ke dalam urin dapat dihemat oleh tubuh. sistem hromon terpenting
adala sistem renin angiotensin aldosteron, yang merangsang reabsorpsi Na
+
di
tubulus distal dan tubulus pengumpul.
Sel
-
sel granuler aparatus jukstaglomerulus mensekresikan suatu hormon renin, ke
dalam darah sebagai respon terhadap penurunan NaCl/volume CES/tekanan darah.
Fungsi ini merupakan tambahan untuk autoregulasi. Sinyal
-
sinyal saling terkait yang
mendorong peningkatan sekresi renin ini semuanya menunjukkan perlunya ekspansi
volume plasma untuk meningktakan tekanan arteri ke normal dalam jangka panjang.
Peningkatan sekresi renin, melalui serangkaian proses kompleks, menyebabkan
peningkatan reabsorpsi Na
+
oleh bagian distal tubulus. Klorida selalu pasif mengikuti
Na
+
sesuai penurunan gradien listrik. Keuntungan utama resistensi garam ini adalah
retensi H2O yang mengikuti secara osmotis, yang membantu pemulihan volume
plasma dan tekanan darah.
Sekresi renin menyebabkan peningkatan reabsorpsi Na
+
. Setelah disekresikan ke
dalam darah, renin bekerja sebagian enzim untuk mengaktifkan angiotensinogen
menjadi angiotensin I. Angiotensinogen adalah protein plasma yang disintesis oleh
hati dan selalu terdapat di plasma dalam konsentrasi tinggi. Pada saat melewati paru
melalui sirkulasi paru, angiotensin I diubah oleh angiotensin converting enzym
(ACE) menjadi angiotensin II. Angiotensin II adalah stimulus utama untuk sekresi
hormon aldosteron dari kelenjar adrenal (kelenjar endokrin). Efek dari aldosteron
adalah meningkatkan reabsorpsi Na
+
oleh tubulus distal dan tubulus
pengumpul.Diuresis merupakan peningkatan pengeluaran urin.
2. Reabsorpsi glukosa. Konsentrasi glukosa normal dalam plasma adalah 100 mg
glukosa/ 100 ml plasma. karena glukosa difiltrasi secara bebas di glomerulus, zat ini
akan masuk ke kapsul Bowman dengan konsentrasi yang sama dengan konsentrasinya
di plasma. Dengan jumlah plasma yang difiltrasi permenit dalam keadaan normal
adalah 125 ml (GFR rata
-
rata = 125 ml/menit), setiap menit lewat 125 mg glukosa ke
dalam kapsul Bowman. Maksimum tubulus (Tm) adalah jumlah maskimum suatu
bahan yang dapat diangkut secara aktif oleh sel
-
sel tubulus dalam rentang waktu
tertentu. Tm untuk glukosa adalah 375 mg/menit. Dan kadar glukosa darah 170-180
mg% (nilai ambang ginjal) terhadap glukosa. Jika melebih dari kadar tersebut
25

menyebabkan glukosa masuk ke urin, yang disebut glukosuria. Dan jika melebihi Tm
untuk glukosa disebut renal glukosuria.
3. Reabsorpsi fosfat. Ginjal secara langsung berperan dalam pengaturan banyak
elektrolit, misalnya kalsium dan fosfat, karena ambang ginjal untuk ion
-
ion anorganik
ini setara dengan konsentrasi plasma normal mereka. Jika melebihi dari konsentrasi
plasma maka akan di keluarkan oleh urin. Terdapat hormon paratiroid yang dapat
mengubah ambang ginjal untuk ion fosfat dan ion kalsium, sehingga jumlah kedua
eletrolit yang ditahan di dalam tubuh ini disesuaikan dengan kebutuhan sesaat tubuh.
4. Reabsorpsi klorida. Ion klorida yang bermuatan negatif direabsorpsi secara pasif
mengikuti penurunan gradien listrik yang diciptakan oleh reabsorpsi aktif ion natrium
yang bermuatan positif. Jumlah Cl
-
yang direabsorpsi ditentukan oleh kecepatan
reabsorpsi Na
+
dan tidak dikontrol secara langsung oleh ginjal.
5. Reabsorbsi air. Air secara pasif direabsorpsi melaui osmosis di seluruh panjang
tubulus. Dari H
2
O yang difiltrasi, 80% direabsorpsi secara obligatorik di tubulus
proksimal dan lengkung Henle karena secara otomatis mengikuti reabsorpsi zat
terlarut. Reabsorpsi ini terjadi tanpa dipengaruhi oleh beban H
2
O tubuh dan tidak
diatur. Sisa 20% direabsorpsi dalam jumlah bervariasi dibagian distal tubulus, tingkat
reabsorpsi ini berada dibawah kontrol langsung hormon, bergantung pada status
hidrasi tubulus. Gaya yang mendorong reabsorpsi H
2
O di tubulus proksimal adalah
kompartemen hipertonisitas di ruang lateral anatara sel-sel tubulus yang diciptakan
oleh pengeluaran aktif Na
+
. Aktivitas pompa ini, konsentrasi Na
+
di cairan tubulus
dan sel tubulus dengan cepat menurun disertai peningkatan konsentrasinya di ruang
lateral. Gradien osmotik ini menginduksi aliran netto pasif H
2
O dari lumen ke dalam
ruangang lateral, baik melalui sel atau secara antarsel melalui taut erat yang bocor.
Akumulasi cairan di ruang lateral menyebabkan terbentuknya tekanan hidrostatik
(cairan), yang mendorong H
2
O ke luar dari ruang lateral menuju cairan intertisium
dan akhirnya ke dalam kapiler peritubulus.
Pengambilan H
2
O yang difiltrasi ini ke plasma ditingkatkan oleh kenyataan bahwa
tekanan osmotik koloid plasma lebih besar di kapiler peritubulus dari pada di tempat
lain. Konsentrasi protein-protein plasma, yang merupakan penentu tekanan osmotik
koloid plasma meningkat di darah yang memasuki kapiler peritubulus karena filtrasi
ekstensif H
2
O melalui kapiler glomerulus di sebelah hulu. Protein plasma yang
tertinggal di glomerulus terkonsentrasi ke dalam volume H
2
O plasma yang berkurang,
sehingga meningkatkan tekanan osmotik koloid plasma darah yang tidak terfiltrasi
26

yang meninggalkan glomerulus dan memasuki kapiler peritubulus. Daya ini
cenderung menarik H
2
O ke dalam kapiler peritubulus, dibarengi oleh dorongan
tekanan hidrostatik di ruang lateral yang menyebabkan H
2
O berpindah ke kapiler.
Melalui cara ini, 65% H
2
O difiltrasi (117 liter per hari) secara pasif direabsorpsi di
bagian akhir tubulus proksimal. Sisa 15% H
2
O yang difiltrasi dereabsorpsi secara
obligatorik dari lengkung Henle. 20% sisa H
2
O yang difiltrasi dapat berubah-ubah dan
di lakukan di tubulus distaldan pengumpul di bwah kontrol vasopresin.
6. Reabsorpsi urea. Selain Cl
-
dan H
2
O, reabsorpsi pasif urea juga secara tidak langsung
berkaitan dengan reabsorpsi aktif Na
+
. Urea adalah suatu produk sisa yang berasal
dari penguraian protein. Konsentrasi urea sewaktu difiltrasi di glomerulus adalah
setara dengan konsentrasinya di dalam plasma yang memasuki kapiler peritubulus.
Namun, jumlah urea yang terdapat di dalam 125 ml aliran filtrasi di permulaan
tubulus proksimal mengalami pemekatan hampir tiga kali lipat volume yang hanya 44
ml di akhir tubulus proksimal. Akibatnya, konsentrasi urea di dalam cairan tubulus
menjadi jauh karena tubulus proksimal hanya cukup permeabel terhadap urea, sekitar
50% urea yang difiltrasi secara pasif direabsorpsi dengan cara ini.
7. Produk-produk sisa lainnya yang difiltrasi selain urea, misalnya fenol dan kreatinin,
juga terkonsentrasi di cairan tubulus sewaktu H
2
O meninggalkan filtrat untuk
memasuki plasma, tetapi zat-zat ini tidak secara pasif direabsorpsi seperti urea.
Sekresi tubulus, yang mengacu pada perpindahan selektif zat-zat dari darah kapiler
peritubulus ke dalam lumen tubulus, merupakan rute kedua bagi zat dari darah untuk masuk
ke dalam tubulus ginjal. Cara pertama zat berpindah dari plasma ke dalam lumen tubulus
adalah melalui filtrasi glomelurus. Namun, hanya sekitar 20% dari plasma yang mengalir
malalui kapiler glomerulus disaring ke dalam kapsula Bowman. 80% sisanya terus mengalir
melalui arteriol eferen ke dalam kapiler peritubulus. Bahan yang disekresi, yaitu:
1. Sekersi ion hidrogen. Sekresi H
+
ginjal sangatlah penting dalam pengaturan
keseimbangan asam-basa tubuh. Ion hidrogen dapat ditambahkan ke cairan filtrasi
melalui proses sekresi di tubulus proksimal, distal, dan pengumpul. Tingkat sekresi
H
+
bergantung pada keasaman cairan tubuh. Sebaliknya, sekresi H
+
berkurang apabila
konsentrasi H
+
di dalam cairan tubuh terlalu rendah.
2. Sekresi ion kalium. Ion kalium adalah contoh zat yang secara selektif berpindah
dengan arah berlawanan diberbagai bagian tubulus, zat ini aktif direabsorpsi di
tubulus proksimal dan secara aktif disekresi di tubulus distal dan pengumpul.
27

Reabsorpsi ion kalium di awal tubulus bersifat konstan dan tidak diatur, sedangkan
sekresi K
+
di bagian akhir tubulus bervariasi dan berada di bawah kontrol. Dalam
keadaan normal, jumlah K
+
yang dieksresikan dalam urin adalah 10-15% dari
jumlahnya yang difiltrasi. Namun, K
+
yang difiltrasi hampir seluruhnya direabsorpsi,
sehingga sebagian besar K
+
yang muncul di urin berasal dari sekresi K
+
yang
dikontrol dan bukan dari filtrasi. Yang mempengaruhi kecepatan sekresi K
+
, yang
paling penting adalah hormon aldosteron, yang merangsang sekresi K
+
oleh sel-sel
tubulus di bagian akhir nefron secara simultan meningkatkan reabsorpsi Na
+
.
Peningkatan konsentrasi K
+
plasma secara langsung merangsang korteks adrenal
untuk meningkatkan keluaran aldosteronnya, yang kemudian mendorong sekresi dan
eksresi kelebihan K
+
.
3. Sekresi anion dan kation organik. Tubulus proksimal mengandung dua jenis pembawa
sekretorik yang terpisah, satu untuk sekresi anion organik dan suatu sistem terpisah
untuk sekresi kation organik. Beberapa fungsi penting yaitu (1) dengan menambah
banyak ion organik tertentu ke cairan tubulus yang sudah mengandung bahan uang
bersangkutan melalui jalur proses filtrasi, jalur sekretorik akan mempermudah
ekskresi bahan-bahan tersebut, (2) ion organik secara ekstensif tetapi tidak ireversibel
terikat ke protein plasma, dan (3) kemampuan sekresi ion organik mengeliminasi
banyak senyawa asing dari tubuh.
Eksresi urin, mengacu pada eliminasi zat-zat dari tubuh di urin. Semua konstituen plamsa
yang mencapai tubulus yaitu yang difiltrasi atau disekresi tetapi yang tidak direabsorpsi, akan
tetap berada di dalam tubulus dan mengalir ke pelvis ginjal untuk diekskresikan sebagai urin.
Biasanya dari 125 ml plasma yang difitrasi per menit, 124 ml/menit direabsorpsi, sehingga
jumlah akhir urin yang terbentuk rata-rata adalah 1 ml/menit. Dengan demikian, urin yang di
ekskresikan per hari adalah 1,5 liter dari 180 liter yang difiltrasi. Komposisi urine terdiri dari
urea (1/2 total solid), NaCl (1/4 total solid), dan zat organik dan zat anorganik.
Faktor-faktot yang mempengaruhi , yaitu:
1. Konsentrasi ureum dalam darah. Pada ginjal normal, makin meningkat ureum dalam
darah, yang disekresi juga semakin meningkat.
2. Laju filtrasi glomerulus. Bila laju filtrasi glomerulus rendah, maka aliran filtrat dalam
tubulus lambat. Karena pada umumnya hampir semua tubulus permeabel terhadap
28

ureum yang direabsoprsi sepanjang tubulus sehingga proporsi ureum yang dibuang
lewat urine sangat berkurang san sebaliknya.
Hormon
5

Hormon-hormon yang bekerja pada ginjal:
Hormon antidiuretik (ADH atau Vasopresin) merupakan peptida yang dihasilkan
oleh kelenjar hipofisis posterior, hormon ini meningkatkan reabsorpsi air pada duktus
kolektivus.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang diproduksi oleh korteks adrenal, hormon
ini meningkatkan reabsorpsi natrium pada duktus kolektivus.
Peptida natriuetik (NP). Diproduksi oleh sel jantung dan meningkatkan sekresi
natrium pada duktus kolektivus.
Hormon paratiroid merupakan protein yang di produksi oleh kelenjar paratiroid,
hormon ini meningkatkan ekskresi fosfat, reabsorpsi kalsium, dan produksi vitamin D
pada ginjal.
Hormon-hormon yang dihasilkan oleh ginjal:
Renin merupakan protein yang dihasilkan oleh aparatus jukstaglomerular, hormon ini
menyebabkan pembentukan angiotensin II. Angiotensin II bekerja langsung pada
tubulus proksimal dan bekerja melalui aldosteron pada tubulus distal untuk
meningkatkan retensi natrium. Hormon ini juga merupakan vasokonstriktor kuat.
Vitamin D merupakan hormon steroid yang dimetabolisme di ginjal menjadi bentuk
aktif 1,25-dihidroksikolekalsiferol, yang terutama berperan meningkatkan absorpsi
kalsium dan fosfat dari usus.
Eritropoietin merupakan protein yang diproduksi di ginjal, hormon ini meningkatkan
pembentukan sel darah merah di sumsum tulang.
Prostaglandin diproduksi di ginjal, memiliki berbagai efek, terutama pada tonus
pembuluh darah ginjal.
Kesimpulan
Ginjal merupakan organ yang berfungsi untuk menyaring darah. Dimana terdapat tiga proses
yaitu filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi. Untuk melakukan proses filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi
memiliki tekanan tertentu yang hasil akhirnya akan di keluarkan berupa urin. Di urin tersebut
29

memiliki komposisi dimana jika terdapat zat yang berlebih di dalam darah maka akan di
keluarkan lewat urin. Selain itu, jika terdapat gangguan pada proses ataupun pada jaringan di
ginjal, maka akan menyebabkan kelainan pada urin.
Daftar Pustaka
1. Inggriani K. Buku ajar sistem urogenitalia. Jakarta: Universitas Kristen Krida
Wacana; 2010.h.26-44.
2. Faiz O, Moffat D. At a glance anatomi. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2002.h.h45-5.
3. Fawcett, Bloom. Buku ajar histologi. 12
nd
ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
ECG; 2002.h.650-7.
4. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. 2
nd
ed. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran ECG; 2001.h.461-86.
5. Callaghan CAO. At a glance sistem ginjal. 2
nd
ed. Jakarta: Penerbit Erlangga;
2006.h.h15-6.

Anda mungkin juga menyukai