Anda di halaman 1dari 10

I.

Pendahuluan
Infeksi pada ruang leher dalam (deep space neck) merupakan penyakit yang
memberikan tantangan yang tinggi bagi dokter yang melakukan perawatan,
disebabkan oleh lokasi dari infeksi ini yang dalam serta dari komplektisitas penyakit
ini sendiri.
1
Lokasi yang dalam menyebabkan penyakit ini sulit untuk didiagnosis dan
ditentukan derajat keparahannya, disebabkan oleh karena tersamarnya penyakit ini
oleh jaringan sehat sekitar yang menutup daerah tempat infeksi. Dikatakan
merupakan hal yang sangat sulit untuk menentukan luasnya daerah infeksi
didasarkan oleh inspeksi eksternal semata.
1
Lebih lanjut lagi, walaupun dengan
penemuan berbagai macam antibiotik yang memiliki tingkat efektifitas yang tinggi di
dalam membunuh kuman, namun penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan
yang penting, dikarenakan oleh resiko morbiditas dan mortalitas yang masih tinggi.
1,
II. Tinjauan Pustaka`
!ngina ludo"ici (Ludwig's Angina) adalah penyakit selulitis yang terjadi pada
ruang sublingual, submental, dan submaksila.
#,$
%enyakit ini pertama kali dicatat dan
diamati oleh &ilhelm 'riedrich "on Ludwig pada tahun 1(#), dan diduga telah
banyak dipelajari di dalam ilmu kedokteran kuno oleh *ippocrates, +alen, ,aelius,
dan banyak lagi, dengan berbagai macam nama seperti cyhanache, carbunculus
gangrenosus, morbus strangulatorius, dan angina maligna.

Istilah angina sendiri


berarti nyeri spasmodik, mencekik, atau menekan yang hebat.
-
II.1. Lokasi Anatomis Ruang Submandibula
.eperti telah disebutkan sebelumnya bahwa penyakit infeksi ini melibatkan
ruang submandibula dan dasar mulut. /uang submandibula sendiri disusun oleh dua
buah ruang yang dipisahkan oleh otot mylohyoid. /uang yang terletak di bawah otot
mylohyoid dikenal sebagai ruang submaksila, serta dikenal juga ruang subunit yang
terletak di bagian anterior ruang submaksila ini, yakni ruang submental. /uang
submental ini dibatasi oleh pinggir anterior otot digastrikus pada bagian lateralnya,
tulang mandibula pada bagian superiornya, dan tulang hyoid pada bagian
inferiornya. Infeksi pada ruang submaksila akan dengan mudah menyebar ke ruang
submental, untuk kemudian menyebar ke ruang kontralateralnya.

Lebih lanjut lagi,


ruang yang terletak di bagian atas otot mylohyoid dikenal sebagai ruang sublingual,
yang tersusun oleh jaringan ikat longgar yang terletak disekitar lidah dan kelenjar
sublingual.
,#
1
.ebagai keseluruhan, ruang submandibula ini dibatasi oleh mukosa mulut
dan lidah pada bagian superior dan medial, tulang mandibula pada bagian superior,
bagian superfisial dari fascia ser"ikal dalam dan tulang hyoid pada bagian lateral,
dan tulang hyoid pada bagian inferior.

Infeksi pada ruang ini dapat terjadi terutama


oleh penyebaran infeksi dari akar gigi
mandibula, dan oleh sebab0sebab lain
seperti perlukaan pada dasar mulut serta
sialadenitis sublingual dan submandibula.

Infeksi pada ruang submandibula dapat


menyebar pada ruang0ruang diantaranya,
disebabkan oleh karenanya hubungan
antara ruang yang satu dengan ruang
kontralateralnya, dan hubungan antara
ruang sublingual dan submaksila melalui ruang antara otot mylohyoid dan
geniohyoid yang dikenal sebagai celah mylohyoid.

Dalam kepustakaan yang lain,
disebutkan bahwa yang termasuk rongga submandibula adalah ruang submental
dan submaksila, dimana tidak termasuk di dalam istilah ini ruang sublingual.
II.2. Penyebab Angina Ludovici
%enyakit ini biasanya terjadi pada penderita usia dewasa muda, dan
disebabkan terutama oleh penyebaran infeksi periodontal ke ruang submandibula.
Dikatakan bahwa abses gigi molar kedua dan ketiga dapat mengakibatkan penetrasi
ke ruang submaksila di bawah otot mylohyoid, untuk kemudian menyebabkan infeksi
lebih lanjut.
,#,$
1schiassny menemukan bahwa faktor ini menyumbang pada 2-
hingga (3 persen dari keseluruhan kasus, diikuti dengan perlukaan tembus pada
dasar mulut, serta fraktur tulang mandibula.

%atter mencatat bahwa (-4 kasus


berhubungan dengan kondisi patologi gigi, dengan $34 kasus akibat ekstaksi gigi
molar.
Disebabkan oleh karena penyakit ini berhubungan dengan infeksi periodontal,
maka bakteri penyebab angina ludo"ici juga memiliki kemiripan dengan flora rongga
mulut. Infeksi yang terjadi dikatakan hampir selalu merupakan infeksi campuran
(mixed flora), melibatkan kuman0kuman aerob dan anaerob. 5ombinasi kuman ini
juga yang pada akhirnya akan saling memberikan efek infeksi sinergitik, disebabkan
oleh adanya produksi edotoksin seperti kolagenase, hialuronidase, dan protease,
yang kemudian akan mengakibatkan tejadinya nekrosis jaringan, tromboflebitis lokal,

amba! 1. +ambaran skematis ruang potensial di


leher yang terlibat di dalam penyakit angina ludo"ici.
bau mulut yang tidak sedap, serta pembentukan gas. 5uman penyebab tersering
adalah streptococcus hemolitikus alfa, diikuti dengan stafilococcus, serta dalam
jumlah yang lebih sedikit peptostreptococcus, peptococcus, fusobacterium
nucleatum, bacteroides melanogenicus, bacteroides oralis, "eillonella, dan
spirochaeta. 5uman gram negatif tidak banyak berperan di dalam tejadinya angina
ludo"ici, walaupun beberapa kali dilaporkan kuman0kuman penyebab seperti
haemofilus influen6a, escherichia coli, dan pseudomonas.

Lebih lanjut lagi, dikatakan bahwa flora mulut pada umumnya mempunyai
patogenitas yang rendah. 1etapi flora mulut tersebut dapat berubah menjadi patogen
pada keadaan0keadaan tertentu seperti perubahan struktur pada mukosa normal
atau terjadinya iskemia jaringan dan tekanan potensial oksidasi0reduksi. 5eadaan ini
dapat memberi kesempatan pada organisme tersebut untuk memperbanyak diri
secara cepat dan mengadakan in"asi ke sekeliling jaringan yang sehat.
#
5arena kontinuitas dasar mulut dengan ruang submandibula dan dalamnya
akar0akar gigi geraham di bawah otot mylohyoid, maka infeksi supuratif pada mulut
dan gigi dapat timbul di ruang submandibula. Infeksi pada ruang ini dimulai dengan
selulitis lokal pada jaringan ikat longgar dasar mulut, kemudian dengan cepat
menyebar. %embengkakan ini menyebabkan sumbatan pada saluran limfa, kelenjar
liur submandibula, dan duktusnya yang lewat pada dasar mulut. Dalam waktu singkat
tejadi ppembengkakan jaringan ikat longgar superfisial dasar mulut. 5emudian terjadi
nekrosis jaringan dan pembengkakan pus.
#
II.". #e$inisi% ejala% dan Tanda &linis
7erdasarkan kepustakaan, yang didefinisikan sebagai penyakit angina
ludo"ici murni (true Ludwig8s !ngina) adalah apabila terdapat penyebaran selulitis
yang progresif (bukan abses), perluasan terjadi sepanjang fasia dengan penyebaran
langsung (tidak melalui rute limfatik), melibatkan otot dan fasia leher namun tidak
melibatkan kelenjar submandibula atau kelenjar getah bening, serta mengenai ruang
sublinual, submental, dan submaksila, yang biasanya bilateral.
,#
.edangkan infeksi
di ruang submandibula jenis lainnya adalah pseudo angina ludo"ici apabila infeksi
tidak mengenai seluruh ruang submandibula, atau terjadi supurasi dan pengumpulan
nanah, abses submandibula bila hanya ruang submandibula di bawah otot mylohyoid
yang terinfeksi dan berisi nanah, abses submenal bila hanya ruang submental yang
terinfeksi dan berisi nanah, serta abses sublingual bila hanya ruang sublingual yang
terinfeksi dan berisi nanah.
,#
#
+ambaran klinis pasien angina ludo"ici adalah penderita usia dewasa muda
dengan keadaan kesehatan gigi yang buruk, yang mengeluhkan adanya rasa sakit
dan pembengkakan di gigi geligi dan leher. 7iasanya keluhan ini akan dirasakan
pada satu sisi, dan kemudian menyebar ke sisi lainnya.

Lebih lanjut lagi, gejala


sistemik yang penting adalah penderita dapat menjadi apatis, pucat, berkeringat
banyak, lemah, nafsu makan berkurang, demam yang naik turun yang kadang0
kadang disertai menggigil, serta nadi cepat dan kecil.
#
+ejala lokal pada infeksi ruang submandibula selalu melibatkan jaringan
daerah mulut yang berdekatan dengan fokus infeksi. %ada umumnya abses
periapikal gigi mandibula sebelah anterior molar kedua akan menyebabkan infeksi di
ruang subligual, sedangkan abses pada molar ketiga atau ketiga cenderung akan
pertama kali menyebabkan infeksi di ruang submaksila di bawah otot mylohyoid.
Lebih lanjut lagi, apabila pengobatan awal tidak diberikan secara adekuat maka akan
timbul gejala0gejala dari penyakit ini seperti dasar mulut menjadi bengkak yang
disertai dengan lidah terdorong ke atas dan ke belakang sampai menyentuh palatum,
dimana hal ini dapat memberikan gejala sumbatan jalan nafas atas. 1erdapat
penonjolan ruang submaksila dengan disertai rasa sakit yang hebat, trismus,
kesukaran menelan, dan gangguan pernafasan yang jelas. !pabila infeksi terus
menyebar ke otot mylohyoid, maka gejala0gejalanya akan terus berlanjut dengan
cepat, ditandai dengan jaringan yang keras seperti papan pada dasar mulut sebagai
hasil selulitis yang hebat.
#,$
Lebih lanjut lagi, bersamaan dengan bertambah
besarnya pembengkakan maka akan terjadi juga penyempitan dari jalan nafas,
sehingga akan terjadi takipneu dan pasien merasa lebih nyaman berada pada
keadaan tegak. Lebih lanjut lagi, terjadinya dyspneu dan stridor merupakan tanda
bahaya dari terjadinya obstruksi jalan nafas yang berat.

%ada pemeriksaan fisik akan didapati adanya demam, takikardia, tanda0


tanda obstruksi jalan nafas dalam derajat yang ber"ariasi, disfagia, dan penderita
banyak mengeluarkan air liur. Daerah submandibula akan membengkak dengan
perabaan yang keras, serta dasar mulut keras disertai dengan indurasi dan
pembengkakan mukosa yang hebat. 1anda yang membedakannya dari abses adalah
tidak ditemukannya fluktuasi. %emeriksaan laring indirek biasanya sangat sulit untuk
dilakukan, sedangkan pada pemeriksaan endoskopi serat optik akan menunjukkan
gambaran pembengkakan dasar lidah yang mendorong epiglotis ke belakang.
Daerah supraglotis dan endolaring biasanya akan terlihat normal.
,#
%emeriksaan penunjang yang dianjurkan untuk dilakukan adalah
pemeriksaan marker infeksi dan pemeriksaan pencitraan. %ada pemeriksaan darah
$
tepi, akan didapati peningkatan jumlah leukosit dengan dominasi sel neutrofil.
%emeriksaan dengan foto polos jaringan lunak akan menunjukkan edema jaringan
lunak, serta kadang0kadang akan terlihat udara dan pendorongan lidah ke
posterior.
,#
'oto panoramik gigi dapat membantu menentukan asal infeksi dan
perencanaan terapi. %emeriksaan CT Scan mempunyai resolusi yang lebih baik dan
dapat membantu membedakan selulitis dari abses dan massa tumor, serta dapat
menunjukkan dengan jelas ruang0ruang anatomis yang terlibat. Dengan pemeriksaan
MR bisa didapatkan kontras yang lebih baik antara jaringan inflamasi dan jaringan
normal, serta dengan keuntungan tanpa adanya radiasi ionisasi dan penggunaan 6at
kontras.
#
II.'. Tatalaksana dan &om(likasi
%rinsip utama penatalaksanaan pada !ngina Ludo"ici adalah menjamin
patensi jalan nafas, pemberian antibiotika yang tepat, serta tindakan dekompresi
dengan insisi dan eksplorasi. 5ombinasi terapi disesuaikan dengan keadaan
indi"idual pasien dan stadium penyakit, dengan pemahaman bahwa penyakit ini
dapat berkembang sangat cepat, dimana jika langkah0langkah awal tidak berhasil
maka cara0cara yang lebih radikal harus dilakukan. .elain itu harus dilakukan rawat
inap pada pasien, mengingat perburukan pada penyakit ini dapat berlangsung
dengan cepat serta dapat mengancam jiwa.
#

%ada keadaan permulaan dengan pembengkakan dan edema ringan, maka
tindakan yang perlu dilakukan hanya berupa pemberian antibiotika intra"ena dan
tindakan0tindakan suportif lainnya. 9ika pasien datang dengan keadaan yang sudah
lanjut atau penyakit telah berlanjut dengan pembengkakan bilateral, disfagia dengan
banyak mengeluarkan air liur, atau adanya gejala gangguan jalan nafas, maka perlu
dilakukan inter"ensi jalan nafas segera. &alaupun penatalaksanaan jalan nafas
dengan intubasi nasotrakeal baik yang disertai atau tanpa bantuan serat optik, perlu
diingat bahwa manipulasi jalan nafas dapat mencetuskan obstruksi jalan nafas akut.
Dengan demikian, set untuk melakukan tindakan trakeostomi harus selalu disiapkan.
9ika intubasi tidak memungkinkan, maka perlu dilakukan trakesotomi dengan
anestesi lokal. Lebih lanjut lagi apabila jalan nafas telah tenang, selanjutnya
dilakukan tindakan dekompresi dengan membuat insisi dan ekplorasi di daerah
submental. 1ujuan utama bedah dekompresi adalah untuk menurunkan ele"asi dasar
lidah ke arah anteroinferior agar jalan nafas dapat diselamatkan. Drainase pus dapat
dilakukan, namun merupakan tindakan sekunder.
,#,$
1erapi antimikroba dilakukan dengan pemberian antibiotika yang berspektrum
-
luas, dimana antibiotik ini harus memiliki khasiat terhadap kuman +ram positif,
kuman +ram negatif, dan kuman anaerob. Lebih lanjut lagi, mengingat bahwa kuman
aerob dan anerob biasanya memproduksi beta laktamase, maka pemberian
antibiotika ampisilin sulbaktam atau klindamisin dengan sefalosporin generasi ketiga,
dapat diberikan selama menunggu hasil kultur. Dalam mengatasi fokal infeksi, dapat
dilakukan kerjasama dengan dokter gigi.
#
%emeriksaan kultur dan resistensi mikrobiologik dapat dilakukan untuk
kepentingan pengobatan. Dalam hal ini beberapa hal yang penting untuk
diperhatikan adalah masa transportasi ke laboratorium, media transport, teknik
pengambilan bahan, serta teknik pemeriksaan yang dilakukan. :ntuk pemeriksaan
bakteri anaerob, waktu maksimal yang diperbolehkan dari mulai pengambilan
spesimen hingga tiba di tempat pemeriksaan adalah #3 menit.
#
%enyakit ini pertama kali dilaporkan oleh ludwig dengan angka kematian
mencapai )34, dimana kemudian dilaporkan pada kepustakaan modern terjadi
penurunan angka kematian hingga 34. %enyebab kematian utama dari terjadinya
kematian adalah obstruksi jalan nafas akut, dimana untuk mencegah terjadinya hal
ini perlu dilakukan monitoring ketat dari tanda0tanda obstruksi jalan nafas, untuk
kemudian dilakukan inter"ensi untuk menjamin jalan nafas bila diperlukan.

trakeostomi secara umum merupakan tindakan yang paling aman untuk menjamin
terselenggaranya jalan nafas, walaupun kadang0kadang tindakan ini sulit untuk
dilakukan oleh karena adanya edema leher dan kesulitan dari pasien untuk berada
pada posisi supine.

5omplikasi lainnya yang dapat terjadi adalah sepsis serta


penyebaran infeksi melalui lapisan karotid (carotid sheath) atau ruang retrofaringeal
menuju mediastinum.
,$
III. Ilust!asi &asus
%asien 1n. ., ; tahun, agama Islam, pekerjaan pegawai swasta, tinggal di
Dampung Duren, .ukamaya, Depok, datang ke I+D /.,< tanggal 9uni 33-, pkl.
1).33, dengan keluhan utama 7engkak di bawah dagu sejak # hari sebelumnya.
Dari riwayat perjalanan penyakit didapatkan bahwa sejak # hari sebelumnya
pasien mengaku mulai terdapat bengkak di bawah dagu yang makin lama makin
membesar. =yeri (>). 5emerahan (>). Demam (>) dikatakan naik turun. 5esulitan
dan sakit menelan (>), tapi masih dapat makan dan minum. 5esulitan membuka
mulut (>). /iwayat banyak mengeluarkan air liur (>). .esak (0). 5eluar bunyi saat
bernafas (0). /iwayat benturan atau perlukaan pada wajah (0). /iwayat sakit gigi
geraham kiri bawah (>) sejak minggu yang lalu, dikatakan sudah berobat namun
)
belum sembuh. /iwayat pengobatan dalam # hari ini (0). /iwayat kencing manis di
pasien dan keluarga (0).
%ada pemeriksaan fisik didapatkan pasien tampak sakit berat, kesadaran
compos mentis, status gi6i baik, 1ekanan Darah 13?(3 mm*g, 'rekuensi =adi ;)
@?menit, 'rekuensi %ernafasan 3 @?menit, suhu afebris. =afas ,uping hidung (0).
/etraksi (0). %enggunaan otot bantu nafas (0). 1rismus (>) cm. %emeriksaan fisik
lain dalam batas normal. %ada pemeriksaan status lokalis didapatkan liang telinga
lapang, serumen (>), membran timpani utuh. 5a"um =asi lapang, sekret (0), konka
infeior eutrofi, spetum terletak di tenga. 1onsil 11011 hiperemis, u"ula di tengah,
arcus faring simetris, dinding faring posterior hiperemis, lidah terangkat, hipersali"asi
(>), karies (>) pada < dan <# kiri bawah. %ada daerah submandibula terlihat
benjolan, batas tegas, keras, tanda0tanda radang (>), fluktuasi (0).
7erdasarkan data dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, ditegakkan
diagnosis pada pasien ini 1ersangka !ngina Ludo"ici. 1indakan yang direncanakan
untuk dilakukan kemudian adalah pemeriksaan Darah %erifer Lengkap, &aktu
perdarahan dan &aktu pembekuan, 5adar :reum dan 5reatinin, +ula Darah
sewaktu, /oentgen 1hora@ !% dan .oft 1issue leher, pemeriksaan A5+, serta konsul
Ilmu %enyakit Dalam untuk menentukan toleransi tindakan. Direncanakan juga
pemasangan IB'D dengan cairan /inger Laktat, pemasangan =+1, pemberian
antibiotika ,efta6idim IB @ 1 gr, <etronida6ole IB # @ -33 mg, pemberian 1ramadol
# @ 1, /anitidine # @ 1, De@amethasone, %ungsi dan !spirasi daerah submandibula,
serta perawatan dalam posisi 1rendelenburg. Dilakukan juga penjelasan kepada
pasien dan keluarganya mengenai keadaan penyakitnya, serta permintaan
persetujuan tindakan.
*asil pemeriksaan laboratorium adalah *b 1#,# g?dL, *t #3 4, Leukosit
.-33?CL, 1rombosit ;(.333?CL, <,B (;, <,* #1, <,*, #$, 71 3D33DD, ,1
1#D33DD, :reum 3, 5reatinin 3,;, dan +ula darah sewaktu 11. *asil pemeriksaan
roentgen soft tissue adalah perselubungan di daerah submandibula, tanpa
gelembung udara. 5emudian dilakukan Insisi dengan anestesi lokal, dengan hasil
darah (>), pus (>), kemudian dibersihkan dengan *E dan betadine, serta
dilakukan pemesangan drain. %asien kemudian direncanakan untuk rawat inap,
dengan instruksi ruangan adalah rawat dalam posisi trendelenburg, suction dahak
berkala, IB'D =a,l F D- G 1 F1, <etronida6ole # @ -33 g IB, ,efta6idim @ 1 gr,
De@amethasone # @ 1 , /anitidine @ 1 g, 1ramadol # @ 1, serta pemberian diet cair
per =+1.
%ada perawatan hari kedua di dapatkan luka insisi masih terasa sakit, makan
2
dan minum per =+1 lancar, lidah masih terangkat. Demam (0). .esak (0). .tatus
generalis dalam batas normal, serta status lokalis 11011 hiperemis, u"ula di tengah,
arcus faring simetris, dinding posterior faring hiperemis, lidah terangkat, hipersali"asi
(>). Diagnosis yang ditegakkan adalah pseudo angina ludo"ici, serta direncanakan
rawat dalam posisi trendelenburg, pemberian <etronida6ole # @ -33 g IB, ,efta6idim
@ 1 gr, De@amethasone # @ 1, /anitidine @ 1 g, 1ramadol # @ 1, serta ganti "erban
dan pemasangan drain # buah.
%ada perawatan hari kelima didapatkan luka insisi masih terasa sakit, sesak
(0), demam (0), keluar atau darah nanah (0), lidah masih terangkat sedikit, namun
sudah dapat digerakkan, makan minum per =+1 lancar. .tatus generalis keadaan
umum tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, status gi6i baik, 1ekanan
Darah 13?23 mm*g, 'rekuensi =adi ($ @?menit, 'rekuensi %ernafasan 3 @?menit,
suhu #2,#
o
,. =afas ,uping hidung (0). /etraksi (0). %enggunaan otot bantu nafas (0).
1rismus (0). %emeriksaan fisik lain dalam batas normal. %ada pemeriksaan status
lokalis didapatkan 1onsil 11011 terlihat hiperemis, u"ula terletak di tengah, arcus
faring simetris, dinding posterior faring hiperemis, mulut sudah dapat dibuka, lidah
terangkat sedikit dan sudah dapat digerakkan, hipersali"asi (>) berkurang. %ada
pemeriksaan daerah bekas tempat insisi, luka masih terlihat terbuka, tenang, edema
(>) berkurang, perabaan keras (>), terpasang drain buah, pus (0), darah (0), serta
nyeri tekan (0). Diagnosis yang ditegakkan adalah pseudo angina ludo"ici, serta
direncanakan pemberian <etronida6ole # @ -33 g IB, ,efta6idim @ 1 gr,
De@amethasone # @ 1, /anitidine @ 1 g, 1ramadol # @ 1, serta ganti "erban dan
pemasangan drain 1 buah.
%ada perawatan hari keenam batuk (>), nyeri pada luka insisi (0), demam (0),
sesak (0), keluar nanah (0), makan dan minum per =+1 lancar. .udah dapat minum
per oral. .tatus generalis dalam batas normal, serta status lokalis tonsil 11011
terlihat hiperemis, u"ula terletak di tengah, arcus faring simetris, dinding posterior
faring tenang, mulut sudah dapat dibuka maksimal, lidah terangkat minimal dan
sudah dapat digerakan, serta hipersali"asi (0). %ada pemeriksaan daerah bekas
tempat insisi, luka terlihat tenang, terpasang drain 1 buah, pus (0), darah (0), edema
(0), =yeri tekan (0). Diagnosis yang ditegakkan adalah pseudo angina ludo"ici, serta
direncanakan pemberian <etronida6ole # @ -33 g IB, ,efta6idim @ 1 gr,
De@amethasone # @ 1, /anitidine @ 1 g, ganti "erban tanpa pemasangan drain,
serta perencanaan untuk mencabut =+1.
(
I). #iskusi &asus
Diagnosis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang. %ada anmnesis didapatkan adanya riwayat
pembengkakan di bawah dagu yang makin lama makin membesar yang disertai
nyeri, kemerahan, demam yang dikatakan naik turun, kesulitan dan sakit menelan,
kesulitan membuka mulut, riwayat banyak mengeluarkan air liur, serta adanya
riwayat sakit gigi geraham bawah kiri. %ada pemeriksaan fisik didapatkan trismus
cm, lidah terangkat, hipersali"asi, karies pada < dan <# kiri bawah, daerah
submandibula terlihat benjolan, batas tegas, keras, tanda0tanda radang, tanpa diertai
fluktuasi. %ada pemeriksaan penunjang didapatkan leukositosis, perselubungan di
jaringan lunak bawah leher pada pemeriksaan roentgen soft tissue, dan terjadi
supurasi atau pengumpulan nanah pada saat pungsi dan aspirasi daerah
submandibula. 7erdasarkan data0data tersebut diatas ditegakkan diagnosis pseudo
angina ludo"ici pada pasien ini.
1indakan yang dilakukan kemudian, direncanakan berdasarkan prinsip
tatalaksana pseudo angina ludo"ici, yakni mempertahankan patensi jalan nafas,
pemberian antibiotika yang adekuat, dan tindakan dekompresi daerah infeksi.
&alaupun pada pasien ini tidak didapati tanda0tanda obstruksi jalan nafas, namun
pasien tetap berada dalam obser"asi ketat dalam perawatan inap, yang dilakukan
terutama untuk mengantisipasi terjadinya perburukan. %emberian antibiotik pada
pasien ini ditujukkan untuk pengobatan bakteri gram poistif, bakteri gram negatif, dan
bakteri anaerob. %engobatan terlihat efektif dimana terdapat perbaikan klinis pada
pasien. Diberikan juga obat0obatan antiinflamasi untuk mengurangi peradangan yang
berlebihan, obat analgetik untuk mengontrol nyeri, serta obat mukoprotektor
dikarenakan adanya asupan yang tidak adekuat pada pasien ini. 1indakan
dekompresi dan drainase sangatlah penting untuk mengurangi tegangan pada
jaringan lunak, agar tidak terjadi obstruksi jalan nafas, walaupun dugaan awal tidak
terdapat adanya pus. 1indakan suportif lainnya adalah pemberian nutrisi melalui jalur
non oral, yakni melalui pipa enteral.
!njuran tambahan di dalam tatalaksana pasien ini adalah cairan pus
sebaiknya segera dikirim untuk pemeriksaan kultur dan resistensi, agar jenis kuman
penyebab dapat diketahui dan pemberian antibiotik dapat dilakukan secara adekuat.
%asien juga dianjurkan untuk menjalani perawatan gigi, guna menghindari terjadinya
penyakit yang sama di kemudian hari.
;
). #a$ta! Pustaka
1. <arcinuk <, <urray !D. Deep =eck Infections. Diambil dari
www.emedicine.com, diakses tanggal 2 9uni 33-.
. .humrick 5!, .heft .!. Deep =eck Infections. Dalam F %aparella <<,
.humrick D!, +luckmann 9L, <eyerhoff &L, editors. Etolaryngology.
%hiladelphiaF &7 .aunders. 1;;1H-$-0)#.
#. .ubagio !. %enatalaksanaan !ngina Ludo"ici. %resentasi 5asus 7agian 1*1
'5:I?/.,<, 331.
$. /usmarjono, .oepardi A!. %enyakit .erta 5elainan 'aring an 1onsil. Dalam F
.oepardi A!, Iskandar =, editors. 7uku !jar Ilmu 5esehatan 1elinga *idung
1enggorok 5epala Leher. 9akartaF 7alai %enerbit '5:I. 33H 1(;.
-. 5amus 5edokteran Dorland. 9akartaF %enerbit 7uku 5edokteran A+,, 1;;).
13

Anda mungkin juga menyukai